Menurut Jassin dalam Nurgiantoro 1995 : 16 “Novel, dipihak lain dibatasi dengan pengertian suatu cerita yang bermain
dalam dunia manusia dan benda yang ada disekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak menggambarkan kehidupan seseorang dan lebih mengenai suatu episode.”
Berdasarkan pengertian di atas, novel menceritakan suatu episode dalam kehidupan manusia dari dia lahir sampai meninggal. Berarti sebuah novel pada
umumnya memaparkan tentang kehidupan manusia dengan segala permasalahannya, lingkungan dan kondisi sosial yang terdapat di sekitar
pengarang.
2.2. Setting Novel Lonceng Nagasaki
Suatu karya sastra mempunya beberapa unusur. Diantaranya unsur Intrinsik dan Ekstrinsik. Salah satu unsur intrinsik dalam karya sastra ataupun dalam novel
adalah setting atau biasa disebut dengan latar. Latar atau setting yang disebut juga landasan tumpu, yang merujuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan Abrams dalam Nurgiantoro, 1995 : 216
Jacob Soemarjo 1979 : 10 mengatakan: “Setting disini bukan hanya terbatas pada pengertian geografis, tetapi juga
antropologis. Dikalangan masyarakat mana, di zaman apa, di suasana apa cerita itu berlangsung adalah setting”.
Menurut Panuti Sudjiman dalam Dick Hartono 1984 : 46 setting atau latar adalah segala keterangan mengenai ruang, waktu dan suasana terjadinya lakon
dalam karya sastra tersebut. Misalnya dimana tempat berlangsungnya suatu peristiwa yang terdapat dalam novel atau disebut juga ruang, kapan peristiwa
Universitas Sumatera Utara
tersebut terjadi dan bagaimana situasi saat berlangsungnya peristiwa tesebut dalam suatu novel
Latar haruslah memberikan landasan yang kongkrit dan jelas. Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi kesan pembaca. Dengan latar yang jelas,
pembaca dapat lebih memahami tentang tempat peristiwa-peristiwa dalam novel berlangsung, bagaimana kondisi sosial pada waktu terjadinya peristiwa-peristiwa
yang terdapat dalam novel. Pembaca dapat dengan mudah mengembangkan daya imajinasinya bahkan dimungkinkan untuk berperan secara kritis sehubungan
dengan pengetahuannya tentang latar dan penggambaran latar yang jelas dari sebuah novel.
Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur tersebut mempunyai pembahasan dan permasalahan yang
berbeda-beda dan dapat dibahas secara terpisah. Tetapi pada kenhyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain Nurgiantoro, 1995 : 227
Setting juga berhubungan erat dengan unsur-unsur lainnya seperti tokoh, alur tema, dan lain-lain. Mursal Esten dalam Dick Hartono 1984 : 88:
“Latar sebagai salah satu unsur yang penting dari struktur novel yang memperlihatkan suatu hubungan yang kait berkait dengan unsur-unsur struktur
lainny, tidak saja erat hubungannya dengan penokohan tetpai juga amat erat hubungannya dengan tema dan amanat yang diungkapkan sebuah novel.”
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan pada sebuah karya fiksi. Hal ini berhubungan dengan
masalah waktu faktual. Novel “Lonceng Nagasaki” adalah novel yang ditulis pada tahun 1984 z
aman Shōwa. Novel ini mengisahkan tentang pemboman Nagasaki
Universitas Sumatera Utara
oleh Amerika dengan menggunakan Bom Atom. Penulis novel yang merupakan seorang profesor, ahli radiologi, dan fisika nuklir juga merupakan salah satu
korban dari tragedi bom atom yang dijatuhkan di kota Nagasaki membuat novel ini menarik. Hal ini dikarenakan kisahan dari novel ini diceritakan langsung
secara jelas oleh korbanorang yang mengalami langsung peristiwa pemboman Nagasaki. Meskipun novel ini ditulis dan rampung pada tahun 1984, namun
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam novel ini terjadi beberapa tahun sebelumnya. Yaitu pada tahun 1945, tepatnya dimulai pada hari Kamis tanggal 9
Agustus. Kejadian pemboman ini persis diatas distik Urakami yang bertempat di kota Nagasaki Jepang. Jadi setting tempat dalam novel Lonceng Nagasaki ini
terdapat di beberapa tempat yang masih berada dalam kota Nagasaki dan daerah- daerah pedesaan disekitarnya. Tetapi tempat yang paling ditonjolkan dalam
peristiwa ini adalah Distrik Urakami. Latar sosial merujuk kepada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi tersebut. Hal ini mencakup berbagai masalah kehidupan sosial yang sangat
kompleks. Dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, cara bersikap dan lain-lain. Peristiwa-peristiwa
dalam novel ini terjadi pada zaman Shōwa. Sementara kondisi realita sosial pada waktu itu menggambarkan kehidupan masyarakat Nagasaki yang sudah lebih
maju, ilmu pengetahuan sedang berkembang, tetapi masih dalam keadaan perang yaitu Perang Dunia Ke-II. Dalam novel ini tergambar kehidaupan masyarakat
yang sedang berperang tetapi tetap dalam kondisi yang memungkinkan untuk
Universitas Sumatera Utara
beraktivitas. Kemudian kondisi ini berubah secara drastis setelah Kota Nagasaki dijatuhi oleh bom atom. Semuala kondisi kehidupan masyarakatnya masih bisa
beraktivitas walaupun dalam keadaan perang berubah menjadi keadaan yang memilukan akibat kehancuran yang tidak dahsyat. Hampir semua yang terkena
bom atom tidak bisa diselamatkan. Mereka yang selamat pun tidak luput dari penyakit akibat radiasi. Regu penyelamat pun dibentuk dari orang-orang yang
sebenarnya adalah korban juga. Mereka terdiri dari Dosen, Perawat, Mahasiswa dan profesor. Regu penyelamat yang terdiri dari beberapa golongan sosial ini
bersatu manjadi sebuah tim penyelamat. Tanpa menghiraukan posisinya mereka tatap bekerjasama bahu-membahu dalam menyelamatkan korban lainnya
meskipun mereka sendiri juga menderita sakit akibat bom atom. Sementara tokoh Nagai sendiri adalah seorang Profesor, Dekan Fakultas Kedokteran, ahli Radiologi
dan fisika nuklir, sekaligus korban dari bom atom itu sendiri. Dengan demikian novel ini lebih cenderung kepada penggambaran tragedi bom atom yang sangat
nyata dan mendetail. Baik terhadap kehancuran fisik, akibat kehancuran fisik tersebut terhadap manusia dan juga segala akibat, tanda-tanda, gejala, fase-fase,
dan keadaan yang dihadapi dan akan dihadapi oleh para korban bom atom.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Defenisi Sosiologi dan Semiotika Sastra