BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP SOSIOLOGIS SASTRA PADA NOVEL
“LONCENG NAGASAKI” KARYA TAKASHI NAGAI
2.1. Pengertian Novel
Dunia kesusasteraan mengenal beberapa gendre yaitu prosa, pusi, drama. Dapat terbagi lagi dalam beberapa ragam yaitu cerpen, novel, dan roman.
Kesusasteraan dikenal bermacam-macam jenis sastra gendre. Gedre sastra dari zaman ke zaman selalu mengalami perubahan, karena itu teori sastra
selalu berusaha untuk mencari konvensi yang tepat sesuai perkembangan sastra. Gendre sastra ini terjadi karena adanya konvensi sastra yang berlaku pada sebuah
karya sehingga membentuk ciri tertentu Werren dan Wellek 1997 : 298. Bila dipandang dari segi perwujudannya, ada tiga kriteria dari gendre
sastra tersebut. Pertama teks Epik: yaitu novel, roman dan cerpen. Kedua yang berpusat pada pencerita lirik, yaitu syair dan puisi. Dan terakhir yang terpusat
pada cerita tersebut. Menurut Nurgiantoro 1995 : 2 istilah fiksi dalam pengertiannya berarti
cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal itu disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak mengarah pada kebenaran sejarah. Dengan demikian,
karya fiksi merupakan suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan atau khayalan, sesuatu yang tidak ada dan tidak terjadi sungguh-sungguh
tidak perlu dicari kebenaran pada dunia nyata.
Universitas Sumatera Utara
Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama. Bentuk karya fiksi yang terkenal saat
ini adalah novel. Novel adalah karya fiksi yang mengandung nila-nilai keindahan dan kehidupan. Nilai-nilai keindahan yang terdapat didalamnya memberikan
kenikmatan bagi pembacanya dan nilai-nilai kehidupan yang terkandung di dalamnya memberi manfaat bagi pembaca.
Sesuai dengan pernyataan diatas, pengertian prosa fiksi menurut Aminuddin 2000 : 6 adalah:
“Kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeran, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak
dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita “. Menurut pengertian di atas, kebenaran yang terdapat dalam sebuah karya
sastra fiksi tidak harus sama dan tidak perlu disamakan dalam kebenaran yang berlaku didunia nyata. Baik itu para pelaku pemerannya, tempat terjadinya dan
rangkaian ceritanya, semuanya bersifat fiksi dan dunia nyata memiliki sistem atau aturan tersendiri.
Pengertian prosa fiksi diatas juga berlaku untuk pengertian novel. Sesuai dengan pernyataan Abrams dalam Nurgiantoro 1995 : 4, yaitu dalam
perkembangan karya fiksi sering dianggap bersinonim dengan novel. Kata novel dalam bahasa Inggeris juga dipakai dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Italia yaitu Novella dalam bahasa Jerman Novelle. Secara harfiah Novella berarti “Sebuah barang baru yang kecil” dan kemudian diartikan sebagai “cerita
pendek dalam bentuk prosa” Abrams dalam Nurgiantoro 1995 : 9.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Jassin dalam Nurgiantoro 1995 : 16 “Novel, dipihak lain dibatasi dengan pengertian suatu cerita yang bermain
dalam dunia manusia dan benda yang ada disekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak menggambarkan kehidupan seseorang dan lebih mengenai suatu episode.”
Berdasarkan pengertian di atas, novel menceritakan suatu episode dalam kehidupan manusia dari dia lahir sampai meninggal. Berarti sebuah novel pada
umumnya memaparkan tentang kehidupan manusia dengan segala permasalahannya, lingkungan dan kondisi sosial yang terdapat di sekitar
pengarang.
2.2. Setting Novel Lonceng Nagasaki