Analisis Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan KEP. 06MEN1999

Keadaan kesejahteraan transmigran dibidang sosial budaya dinyatakan sama baik bahkan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya untuk kehidupan beragama, menikmati suasana hari raya agama, dan komunikasi dengan penduduk lokal. Sementara itu transmigran mengeluh kesulitan mendapatkan bacaan dapat dilihat dari 30 orang 39,47 transmigran menyatakan untuk memperoleh bacaan jauh lebih jelek lihat Tabel 18. Tabel 18. Persentase Persepsi Kesejahteraan Transmigran bidang Sosial Budaya di UPT Propinsi Lampung Kesejahteraan dibidang Sosial Budaya Jauh Lebih Baik Lebih Baik Sama Baik Sama Jelek Lebih Jelek Jauh Lebih Jelek Kehidupan beragama 26,32 22,37 50 1,32 Menikmati suasana hari raya agama 17,11 31,58 42,11 3,95 5,26 Kemudahan mendapatkan bacaan 1,32 3,95 19,74 13,16 22,37 39,47 Komunikasi dengan penduduk lokal 10,53 14,47 55,26 15,79 1,32 2,63

6.2.2 Analisis Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan KEP. 06MEN1999

Tingkat kesejahteraan transmigran dapat dilihat berdasarkan perhitungan yang telah ditetapkan KEP. 06MEN1999, apabila sudah mencapai standar maka dapat dikatakan sejahtera. UPT tahun bina Propinsi Lampung dibagi menjadi dua yaitu tahap pengembangan T+4 dan tahap pemantapan T+3. Pada tahap pengembangan secara keseluruhan dari tiap UPT dengan indikator pendapatan KKtahun, tingkat pelayanan, angka partisipasi pendidikan, angka melek huruf, dan prevelansi penyakit memiliki nilai yang masih jauh dibawah standar. Maka dapat dikatakan pada UPT dalam tahap pengembangan memiliki tingkat kesejahteraan rendah. Perbandingan tingkat kesejahteraan UPT yang masih dalam tahun bina pemerintah dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Tingkat Kesejahteraan Transmigran di UPT Propinsi Lampung Berdasarkan KEP. 06MEN1999 Indikator Tahap Pengembangan T+4 Tahap Pemantapan T+3 Way Terusan SP.1 Way Terusan SP.2 Mesuji atas SP.13 Legundi Riil Standar Riil Standar Riil Standar Riil Standar Pendapatan KKtahun Kg setara beras 2844,98 3000 2775,30 3000 2035,48 3000 2621,09 2400 Tingkat pelayanan 65,36 80 100 80 9,96 80 - 50 Angka partisipasi pendidikan 152,05 80 97,92 80 54,77 80 158,46 50 Angka melek huruf 39,02 80 60,25 80 52,83 80 59,79 50 Prevalensi penyakit 000 114,82 100 943,39 100 22,73 100 34,36 150 Pendapatan rata-rata KKtahun transmigran pada tahap pengembangan untuk UPT Way Terusan SP.1, Way Terusan SP.2, dan Mesuji Atas SP.13 masih dibawah standar 3000 Kg setara beras. Tingkat pelayanan jika dilihat dari persentase anggota KUD yang terlayani, UPT dengan persentase dibawah standar yaitu Way Terusan SP.1 65,36 dan Mesuji Atas SP.13 9,96 . Mesuji Atas SP.13 memiliki persentase yang jauh dari standar yang telah ditetapkan hal ini disebabkan karena penduduk lebih memilih memasarkan sendiri hasil pertaniannya dari pada melalui KUD, sehingga KUD di Mesuji Atas SP.13 tidak terlalu berfungsi. Indikator tingkat pendidikan dari tabel diatas yang perlu diperhatikan adalah angka melek huruf. Dapat dilihat bahwa untuk persentase penduduk usia lebih dari 10 tahun yang mampu baca tulis memiliki nilai relatif rendah yaitu Way Terusan SP.1 39,02 , Way Terusan SP.2 60,25 , dan Mesuji Atas SP.13 52,83 . Penduduk di daerah transmigrasi sebagian besar memiliki pendidikan rendah dan ada yang tidak bersekolah, hal ini tidak hanya disebabkan oleh jumlah sekolah yang tidak mencukupi, namun ada beberapa transmigran yang di daerah asalnya tidak bersekolah karena keterbatasan biaya. Hingga saat ini belum ada upaya pemerintah dalam mengatasi transmigran yang buta huruf, ini terlihat dari belum terlaksananya program yang seharusnya diadakan seperti kejar paket A, paket B, dan paket C. Dibidang kesehatan jumlah transmigran yang sakit cukup tinggi jenis penyakit yang banyak diderita: malaria, infeksi saluran pernapasan atas, kulitgatal, disentri, diare, muntaber, demam berdarah, dan influenza. Ini disebabkan peralatan puskesmas yang masih terbatas, dan sulit memperoleh air bersih untuk memenuhi kebutuhan pokok transmigran. Khusus UPT Mesuji Atas SP.13 masih kekurangan tenaga kesehatan dan obat-obatan. Ketersediaan sarana dibidang kesehatan terasa sangat minim, apabila ada transmigran sakit keras dan sudah tidak dapat ditangani puskesmas setempat karena keterbatasan peralatan kedokteran, maka harus segera dirujuk kerumah sakit terdekat yang jaraknya cukup jauh dari lokasi UPT. Secara keseluruhan pada tahap pemantapan untuk UPT Legundi berdasarkan indikator pendapatan, pendidikan, dan kesehatan sudah di atas standar yang telah ditetapkan 2400 kg setara beras, maka transmigran di UPT Legundi pada tahap pemantapan sudah sejahtera dan UPT ini mulai memasuki tahap pengembangan. Hal ini ditunjang dari letak UPT Legundi yang lebih strategis dari UPT lain. Diharapkan pada tahap pengembangan persentase angka melek huruf meningkat dan prevalensi penyakit dapat berkurang. Program pembinaan pemerintah tadinya diharapkan dapat membantu transmigran agar dapat hidup mandiri di lokasi tempat tinggal yang baru, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup, namun tidak berjalan sebagaimana mestinya. Keterbatasan pembinaan UPT disebabkan tidak tersedia Ka. KUPT kantor kepala UPT, karena sejak otonomi daerah diberlakukan tahun 1999. Di setiap lokasi UPT kepala UPT dari dinas transmigrasi sudah tidak ada dan digantikan oleh Kepala Desa. Jadi Kepala Desa disini berperan sebagai kepala UPT yang bertindak mengamati kemajuan lokasi UPT, dan menentukan lokasi mana yang masih memerlukan binaan dan bantuan dari pemerintah, sehingga anggaran program pembinaan transmigrasi tercukupi. Dikarenakan kurangnya pengetahuan Kepala Desa mengenai tugas kepala UPT, maka pembinaan tidak terlaksana dengan baik. Berdasarkan analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan di UPT Way Terusan SP.1, Way Terusan SP.2, dan Mesuji Atas SP.13 program transmigrasi dapat dikatakan belum berhasil. Sedangkan UPT Legundi yang memiliki pendapatan dan tingkat kesejahteraan di atas standar dapat dikatakan telah berhasil.

6.2.3 Kemitraan Usaha di UPT Way Terusan SP.1 dan SP.2