Analisis Pendapatan Transmigran ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN

BAB VI ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN

TRANSMIGRAN

6.1 Analisis Pendapatan Transmigran

Program transmigrasi yang dilaksanakan pemerintah diupayakan agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan penyediaan lapangan kerja di daerah transmigrasi dan penyebaran tenaga kerja ke daerah yang membutuhkan tenaga kerja banyak, namun masih sedikit sumberdaya manusia yang tersedia. Diharapkan dengan adanya program transmigrasi, masyarakat yang ikut serta dalam program ini memiliki kehidupan yang lebih baik dari tempat daerah asal transmigran. Salah satu cara melihat keberhasilan dari program transmigrasi ini adalah dengan menganalisis tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat semakin meningkat maka diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pokok hidupnya, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Analisis pendapatan dilakukan untuk mengidentifikasi apakah pendapatan transmigran sudah memenuhi standar pendapatan yang telah ditetapkan dalam KEP. 06MEN1999. Berdasarkan data tahun 2004, tingkat pendapatan rata-rata transmigran di Propinsi Lampung pada tahap pengembangan T+4 masih dibawah standar 3000 kg setara beras. Hal ini disebabkan masih kurang tersedianya sarana transportasi, akses jalan rusak, jarak UPT relatif jauh dengan pusat-pusat Ibukota Kecamatan, Kabupaten, dan Propinsi serta KUD yang berperan sebagai tempat penampungan sementara hasil produksi pertanian sebelum dipasarkan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sehingga petani banyak memasarkan hasil produksi kepada tengkulak dengan harga jual yang sangat rendah hal ini akan merugikan petani. Sedangkan UPT Legundi yang masih dalam tahap pemantapan T+3 sudah diatas standar 2400 kg setara beras sebagaimana disajikan dalam Tabel 14. Tabel 14. Pengeluaran Rumahtangga Transmigran Rptahun dan Pendapatan Rata-rata kg setara beras di UPT Propinsi Lampung Nama UPT Tahun Bina Keb. Dasar Keb. Sekunder Tab Investasi Harga Beras Pendapatan KKtahun Pendapatan Rata-rata KKtahun Way Terusan SP.1 T+8 80.957 29.237 3.460 45.665 2.800 56.900 2844,98 Way Terusan SP.2 T+8 44.018 21.224 0 45.770 2.000 55.506 2775,30 Mesuji Atas SP.13 T+6 48.428 10.630 0 27.450 2.500 34.603 2035,48 Legundi T+3 73.063 12.870 3.600 29.989 2.400 49.801 2621,09 Pendapatan rata-rata transmigran di UPT Way Terusan SP.1 dari 20 responden masih dibawah standar yaitu sebesar 2844,98 kg setara beras; UPT Way Terusan SP.2 dari 20 responden memiliki tingkat pendapatan di bawah standar rata-rata sebesar 2775,30 kg setara beras; UPT Mesuji Atas SP.13 dari 17 responden memiliki tingkat pendapatan di bawah standar rata-rata sebesar 2035,48 kg setara beras; dan UPT Legundi dengan 19 responden memiliki tingkat pendapatan di atas standar rata-rata sebesar 2621,09 kg setara beras. Dapat dilihat juga bahwa pengeluaran yang besar untuk kebutuhan pokok rumah tangga dan pembelian barang tahan lama tidak diimbangi dengan tabungan saving transmigran, maka disini dapat terlihat belum ada kesadaran dari transmigran akan pentingnya menabung. Transmigran yang memiliki tabungan hanya pada UPT Way Terusan SP.1 dan Legundi. Sedangkan transmigran Way Terusan SP.2 dan Mesuji Atas SP.13 tidak memiliki tabungan. Hal ini disebabkan karena tidak tersedia sarana tempat menyimpan uang atau bank, kalaupun ada memiliki jarak yang relatif jauh sehingga akan menghabiskan banyak biaya. Berdasarkan tabel di atas pada tahap pengembangan, UPT Mesuji Atas SP.13 memiliki rata-rata pendapatan KK per tahun lebih rendah dibandingkan UPT Way Terusan SP.1 dan Way Terusan SP.2 bahkan masih lebih rendah dengan pendapatan rata-rata yang dimiliki UPT Legundi. Selain karena sarana transportasi yang minim, akses jalan rusak, disebabkan pula oleh harga-harga komoditi pertanian di daerah ini relatif rendah. Ketika musim hujan jalan ke UPT Mesuji Atas SP.13 tidak dapat dilalui kendaraan, hasil produksi yang seharusnya dipasarkan hari itu juga tertunda menyebabkan produk pertanian menjadi busuk dan merugikan petani. Dari empat UPT tersebut dapat terlihat responden mana yang memiliki pendapatan kurang atau lebih dari standar, ditunjukkan pada gambar di bawah ini. 35 65 3000 3000 Gambar 6. Tingkat Pendapatan Transmigran di UPT Way Terusan SP.1 Tahun 2004 35 65 3000 3000 Gambar 7. Tingkat Pendapatan Transmigran di UPT Way Terusan SP.2 Tahun 2004 5,90 94,10 3000 3000 Gambar 8. Tingkat Pendapatan Transmigran di UPT Mesuji Atas SP.13 Tahun 2004 36,84 63,16 2400 2400 Gambar 9. Tingkat Pendapatan Transmigran di UPT Legundi Tahun 2004 Berdasarkan gambar di atas bahwa sebagian besar transmigran memiliki pendapatan kurang dari standar. UPT Way Terusan SP.1 dan Way Terusan SP.2 masing-masing memiliki 20 responden, jumlah transmigran yang berpendapatan rendah sebanyak 13 orang 65 dan 7 orang 35 berpendapatan tinggi. Sedangkan, UPT Mesuji Atas SP.13 dengan 17 responden, tingkat pendapatan rendah 16 orang 94,10 dan pendapatan tinggi 1 orang 5,90 . Hal ini disebabkan karena masih kurangnya sarana transportasi yang dapat menunjang pemasaran dari hasil produk pertanian transmigran dan juga akses jalan menuju UPT Way Terusan SP.1 dan SP.2 yang relatif rusak, keadaan ini akan semakin sulit apabila musim hujan karena jalan akan semakin sulit untuk dilalui. UPT Legundi dengan 19 responden memiliki tingkat pendapatan rendah 12 orang 63,16 dan pendapatan tinggi 7 orang 36,84 . UPT Legundi relatif lebih baik dibandingkan dengan UPT lain karena letak lokasi lebih strategis, dekat dengan pelabuhan Bakauheni serta akses jalan ke pusat kota lebih baik.

6.2 Analisis Kesejahteraan Transmigran