UPT Legundi dengan 19 responden memiliki tingkat pendapatan rendah 12 orang 63,16 dan pendapatan tinggi 7 orang 36,84 . UPT Legundi relatif
lebih baik dibandingkan dengan UPT lain karena letak lokasi lebih strategis, dekat dengan pelabuhan Bakauheni serta akses jalan ke pusat kota lebih baik.
6.2 Analisis Kesejahteraan Transmigran
6.2.1 Persepsi Transmigran Terhadap Tingkat Kesejahteraan
Rumahtangga Transmigran
Pencapaian kesejahteraan transmigran merupakan salah satu tujuan pembangunan transmigrasi. Secara keseluruhan persepsi dari 76 transmigran
mengenai berbagai aspek kehidupan yang menentukan tingkat kesejahteraan, berdasarkan empat indikator yaitu ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan sosial
budaya tidak jauh berbeda dengan keadaan tahun sebelumnya. Berdasarkan persepsi transmigran kesejahteran dibidang ekonomi relatif
sama baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya lihat Tabel 15.
Tabel 15. Persentase Persepsi Kesejahteraan Transmigran bidang Ekonomi di UPT Propinsi Lampung
Kesejahteraan dibidang Ekonomi
Jauh Lebih
Baik Lebih
Baik Sama
Baik Sama
Jelek Lebih
Jelek Jauh
Lebih Jelek
Pendapatan rumahtangga 13,16
7,89 31,58
44,74 1,32 1,32
Konsumsi rumahtangga 11,84
11,84 39,47
30,26 2,63 3,95
Kemudahan memperoleh kebutuhan rumahtangga
6,58 17,11
3,42 28,95
1,32 2,63
Keadaan tempat tinggal 10,53
9,21 47,37
22,37 9,21 1,32
Fasilitas tempat tinggal 6,58
10,53 47,37
18,42 15,79 1,32 Pakaian rumahtangga
6,56 21,05
50 14,47
3,95 3,95 Kemudahan mendapatkan
transportasi 3,95 26,32
36,84 26,32
6,57
Mayoritas kesejahteraan transmigran dibidang ekonomi dinyatakan sama baik, seperti keadaan dan fasilitas tempat tinggal sebanyak 36 orang 47,37
transmigran menyatakan sama baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
pakaian rumahtangga 38 orang 50 , konsumsi rumahtangga 30 orang 39,47 dan kemudahan mendapatkan transportasi 28 orang 36,84 . Namun,
berbeda halnya dengan kemudahan memperoleh bahan kebutuhan rumahtangga 22 orang 28,95 menyatakan masih sama jelek dengan tahun sebelumnya.
Karena, fasilitas transportasi yang masih sedikit dengan frekuensi kendaraan untuk beberapa lokasi seperti UPT Way Terusan SP.1 dan Way terusan SP.2
hanya dilalui kendaraan satu kali dalam sehari dan akses jalan masih jelek. Berdasarkan hasil wawancara dengan transmigran di UPT Way Terusan SP.1 dan
SP.2 terdapat pasar tradisional yang hanya ada setiap 1 minggu dua kali, sehingga transmigran sulit untuk memperoleh bahan kebutuhan rumahtangga. Oleh karena
itu, transmigran sekali-kali harus ke pasar besar yang terdekat dengan lokasi yaitu di Bandarjaya dengan mengeluarkan biaya transpor minimun 50.000 rupiah.
Sedangkan untuk UPT Mesuji Atas SP.13 belum tersedia pasar. Pendapatan yang diperoleh rumahtangga sama jelek dengan tahun
sebelumnya, dinyatakan oleh 34 orang 44,74 . Hal ini terkait sarana transportasi dan akses jalan yang kurang baik menyebabkan transmigran kesulitan
dalam memasarkan hasil produksi pertanian, dan sebagian besar transmigran memiliki pendidikan serta keahlian rendah, sehingga untuk memperoleh
pendapatan transmigran hanya mengandalkan dari bidang pertanian dengan lahan yang dimiliki relatif sempit. Dapat dilihat di UPT Way Terusan SP.1 dan SP.2
yang seharusnya tingkat pendapatannya lebih besar dari UPT lain, karena kemudahan dalam memperoleh pekerjaan dengan adanya kerjasama PT. GPA
Garuda Panca Arka, tidak demikian kenyataannya hal ini dikarenakan kurangnya sosialisai kepada petani mengenai isi perjajian kemitraan usaha yang
menyebabkan prosedur pelaksanaan kemitraan tidak berjalan dengan baik dan tidak adanya laporan kepada pemerintah sejauhmana perkembangan kemitraan
telah dilaksanakan. Sehingga tidak ada tindak lanjut dari pemerintah yang berperan sebagai fasilitator. Oleh karena itu, rata-rata pendapatan transmigran
relatif rendah. Namun, beberapa transmigran menyatakan pendapatan yang diperoleh sama baik bahkan lebih baik, dikarenakan transmigran tersebut
memiliki pendapatan tidak hanya dari usahatani, melainkan transmigran memiliki mata pencaharian tambahan seperti warung, tukang kayu, tukang batu, bengkel,
dan industri kecil rumahtangga berupa tahu dan tempe. Berdasarkan kesejahteraan dibidang kesehatan secara keseluruhan sama
baik bahkan lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu kesehatan rumahtangga 21 orang 27,63 menyatakan sama baik dan 23 orang 30,26
menyatakan lebih baik, dan untuk memperoleh pelayanan kesehatan sama baik 30 orang 39,47 dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Persentase Persepsi Kesejahteraan Transmigran bidang
Kesehatan di UPT Propinsi Lampung
Kesejahteraan dibidang Kesehatan
Jauh Lebih
Baik Lebih
Baik Sama
Baik Sama
Jelek Lebih
Jelek Jauh
Lebih Jelek
Kesehatan anggota rumahtangga 9,21
30,26 27,63
30,26 2,63
Kemudahan memperoleh air bersih
9,21 15,79
21,05 9,21
36,84 7,89
Kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan
11,84 15,79
39,47 15,79
15,79 1,32
Jumlah tenaga medis yang sudah cukup memadai dan bertempat tinggal di dalam UPT, menunjang transmigran untuk memperoleh kemudahan dalam
pelayanan kesehatan dan memperoleh obat-obatan. Sedangkan, kemudahan memperoleh air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari 28 orang 36,84
menyatakan lebih sulit dibandingkan dengan tahun sebelumnya. UPT Mesuji Atas SP.13 sulit memperoleh air bersih ketika musim hujan, karena kondisi lahan di
UPT merupakan lahan basah, saat hujan menyebabkan air dalam tanah menjadi keruh dan kotor. Berbeda dengan UPT Legundi jika musim kemarau akan
mengalami kekeringan dan sulit mencari air bersih. Berdasarkan kesejahteraan transmigran dibidang pendidikan, kemudahan
memasukkan anak ke SD 29 orang 38,16 menyatakan sama baik dan 18 orang 23,68 menyatakan lebih jelek dengan tahun sebelumnya. Bangunan SD yang
tersedia tidak dapat menampung semua siswa tingkat SD, karena kurangnya ruang kelas yang tersedia. Oleh karena itu, UPT setempat ada yang mengusahakan
bangunan yang tidak terpakai seperti gudang digunakan sebagai sarana kegiatan belajar-mengajar. Sedangkan, kemudahan memasukkan anak ke SLTP memiliki
nilai sebanding antara transmigran yang menyatakan sama baik 20 orang 26,31 dengan lebih jelek 21 orang 27,63 . Hal ini dikarenakan,
ketersediaan gedung sekolah yang kurang memadai khususnya tingkat SLTP. Dari empat UPT hanya UPT Way Terusan SP.2 saja yang tersedia gedung SLTP,
sedangkan UPT lain tidak memiliki gedung tingkat SLTP. Bangunan tingkat SLTA belum tersedia di keempat UPT maka sebagian besar transmigran
menyekolahkan anak mereka hanya sampai tingkat SLTP lihat Tabel 17.
Tabel 17. Persentase Persepsi Kesejahteraan Transmigran bidang
Pendidikan di UPT Propinsi Lampung
Kesejahteraan dibidang Pendidikan
Jauh Lebih
Baik Lebih
Baik Sama
Baik Sama
Jelek Lebih
Jelek Jauh
Lebih Jelek
Kemudahan memasukkan anak ke SD
9,21 17,11
38,16 9,21
23,68 1,32
Kemudahan memasukkan anak ke SLTP
6,58 11,84
26,31 13,16
27,63 14,47
Keadaan kesejahteraan transmigran dibidang sosial budaya dinyatakan sama baik bahkan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya untuk kehidupan
beragama, menikmati suasana hari raya agama, dan komunikasi dengan penduduk lokal. Sementara itu transmigran mengeluh kesulitan mendapatkan bacaan dapat
dilihat dari 30 orang 39,47 transmigran menyatakan untuk memperoleh bacaan jauh lebih jelek lihat Tabel 18.
Tabel 18. Persentase Persepsi Kesejahteraan Transmigran bidang Sosial Budaya di UPT Propinsi Lampung
Kesejahteraan dibidang Sosial Budaya
Jauh Lebih
Baik Lebih
Baik Sama
Baik Sama
Jelek Lebih
Jelek Jauh
Lebih Jelek
Kehidupan beragama 26,32
22,37 50
1,32 Menikmati suasana hari
raya agama 17,11
31,58 42,11
3,95 5,26
Kemudahan mendapatkan bacaan 1,32
3,95 19,74
13,16 22,37 39,47
Komunikasi dengan penduduk lokal
10,53 14,47
55,26 15,79
1,32 2,63
6.2.2 Analisis Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan KEP. 06MEN1999