S sewaktu: dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis P Pagi: dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, Pengetahuan

2.1.7. Diagnosis

1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda : 1. Tanda-tanda infiltrat redup, bronkial, ronki basah, dan lain-lain. 2. Tanda-tanda pennarikan paru, diafragma dan mediastinum. 3. Sekret di saluran nafas dan ronki. 4. Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan bronkus. 3. Laboratorium darah rutin LED normal atau meningkat, limfositosis 4. Pemeriksaan sputum BTA Diagnosis tuberkulosis paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman tuberkulosis . Semua suspek tuberkulosis diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi - sewaktu SPS.

a. S sewaktu: dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis

datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.

b. P Pagi: dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua,

segera setelah bangun tidur. Pot dahak dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di Fasyankes.

c. S sewaktu: dahak dikumpulkan di Fasyankes pada hari kedua,

saat menyerahkan dahak pagi Depkes RI, 2011. 5. Tes PAP Peroksidase Anti Peroksidase Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB. 6. Tes MantouxTuberkulin 7. Foto toraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis tuberkulosis, yaitu : Universitas Sumatera Utara 1 Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah. 2 Bayangan berawan patchy atau bercak nodular. 3 Adanya kavitas, tunggal atau ganda. 4 Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru. 5 Adanya kalsifikasi. 6 Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian. 7 Bayangan milier Mansjoer, Triyanti, Savitri, et al., 2000. Gambar 2.3. Gambaran Foto Rontgen Dada pada Pasien Tuberkulosis Sumber : Herchline,2013 Tidak dibenarkan mendiagnosis tuberkulosis hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit. Universitas Sumatera Utara Indikasi Pemeriksaan Foto Toraks Pada sebagian besar tuberkulosis paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut: A. Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis tuberkulosis paru BTA positif. B. Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT lihat bagan alur. C. Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan penanganan khusus seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi perikarditis atau efusi pleural dan pasien yang mengalami hemoptisis berat untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma Depkes RI, 2006. 8. Teknik Polymerase Chain Reaction Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam spesimen. Juga dapat mendeteksi adanya resistensi. 9. Becton Dickinson Diagnostic Instrument System BACTEC Deteksi growth index berdasarkan CO 2 yang dihasilkan dari metabolism asam lemak oleh M. tuberculosis. 10. Enzyme Linked Immunosorbent Assay Deteksi respons humoral, berupa proses antigen-antibodi yang terjadi. Pelaksanaannya rumit dan antibodi dapat menetap dalam waktu lama sehingga menimbulkan masalah. 11. MYCODOT Deteksi antibodi memakai antigen lipoarabinomannan yang direkatkan pada suatu alat berbentuk sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam serum pasien. Universitas Sumatera Utara Bila terdapat antibodi spesifik dalam jumlah memadai maka warna sisir akan berubah Mansjoer, Triyanti, Savitri, et al., 2000. Gambar 2.4. Skema Alur Diagnosis Tuberkulosis Paru pada Orang Dewasa Sumber : Persatuan Dokter Paru Indonesia, 2006 Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, keadaan ini terutama ditujukan pada tuberkulosis paru: 1 Tuberkulosis paru BTA positif. a Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. b 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis. c 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman tuberkulosis positif. Universitas Sumatera Utara d 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. 2 Tuberkulosis paru BTA negatif Kasus yang tidak memenuhi definisi pada tuberkulosis paru BTA positif. Kriteria diagnostik tuberkulosis paru BTA negatif harus meliputi: a Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif. b Foto toraks abnormal sesuai dengan gambaran tuberkulosis. c Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT, bagi pasien dengan HIV negatif. d Ditentukan dipertimbangkan oleh dokter untuk diberi pengobatan Depkes RI, 2011.

2.1.8. Pengobatan

Menurut PDPI 2006, pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif 2-3 bulan dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan. Jenis obat utama lini 1 yang digunakan adalah INH, rifampisin, pirazinamid, streptomisin dan etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan yang digunakan adalah kanamisin, amikasin dan kuinolon. Pada tahap intensif awal pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negatif konversi dalam 2 bulan. Kemudian pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. Menurut Amin dan Bahar 2009, WHO telah menetapkan regimen pengobatan standar yang membagi pasien menjadi empat kategori berbeda menurut definisi kasus tersebut. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1. Regimen Pengobatan Saat Ini Kategori Pasien TB Resimen Pengobatan Fase Awal Fase Lanjutan 1 TBP sputum BTA positif baru Bentuk TBP berat, TB ekstra-paru berat, TBP BTA-negatif 2 SHRZ EHRZ 2 SHRZ EHRZ 2 SHRZ EHRZ 6 HE 4 HR 4 H 3 R 3 2 Relaps Kegagalan pengobatan Kembali ke default 2 SHZE 1 HRZE 2 SHZE 1 HRZE 5 H 3 R 3 E 3 5 HRE 3 TBP sputum BTA-negatif TB ekstra-paru menengah berat 2 HRZ atau 2 H 3 R 3 Z 3 2 HRZ atau 2 H 3 R 3 Z 3 2 HRZ atau 2 H 3 R 3 Z 3 6 HE 2 HR4H 2 H 3 R 3 4H 4 Kasus kronis masih BTA- positif setelah pengobatan ulang yang disupervisi Tidak dapat diaplikasikan mempertimbangkan menggunakan obat-obatan barisan kedua Singkatan : TB = Tuberkulosis, TBP = Tuberkulosis Paru, S = Streptomisin, H = Isoniazid, R = Rifampisin, Z = Pirazinamide, E = Etambutol Sumber : Amin Bahar, 2009

2.1.9. Efek Samping OAT dan Penatalaksanaannya

Tabel berikut, menjelaskan efek samping ringan maupun berat dengan pendekatan gejala. Tabel 2.2. Efek Samping Ringan OAT Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan Tidak ada nafsu makan, mual, sakit perut Rifampisin Semua OAT diminum malam sebelum tidur Nyeri Sendi Pirasinamid Beri Aspirin Kesemutan sd rasa terbakar di kaki INH Beri vitamin B6 piridoxin 100mg per hari Warna kemerahan pada air seni urine Rifampisin Tidak perlu diberi apa-apa, tapi perlu penjelasan kepada pasien Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3. Efek samping berat OAT Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan Gatal dan kemerahan kulit Semua jenis OAT Ikuti petunjuk penatalaksanaan dibawah. Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan, ganti Etambutol. Gangguan keseimbangan Streptomisin Streptomisin dihentikan, ganti Etambutol. Ikterus tanpa penyebab lain Hampir semua OAT Hentikan semua OAT sampai ikterus menghilang. Bingung dan muntah- muntah permulaan ikterus karena obat Hampir semua OAT Hentikan semua OAT, segera lakukan tes fungsi hati. Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan Etambutol. Purpura dan renjatan syok Rifampisin Hentikan Rifampisin. Singkatan : INH = Isoniazid, OAT = Obat Anti Tuberkulosis Sumber : Depkes RI, 2011 Jika seorang pasien dalam pengobatan OAT mulai mengeluh gatal-gatal singkirkan dulu kemungkinan penyebab lain. Berikan dulu anti-histamin, sambil meneruskan OAT dengan pengawasan ketat. Gatal-gatal tersebut pada sebagian pasien hilang, namun pada sebagian pasien malahan terjadi suatu kemerahan kulit. Bila keadaan seperti ini, hentikan semua OAT. Tunggu sampai kemerahan kulit tersebut hilang. Jika gejala efek samping ini bertambah berat, pasien perlu dirujuk Depkes RI, 2011.

2.1.10. Komplikasi

Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum pengobatan dalam masa pengobatan ataupun setelah selesai pengobatan. Beberapa komplikasi dini yang mungkin timbul adalah batuk berdarah, pneumotoraks, luluh paru, gagal napas, gagal jantung dan efusi pleura PDPI, 2006. Ada pula komplikasi lanjut yang dapat timbul berupa obstruksi jalan napas yang dapat menyebabkan SOPT Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis, kerusakan parenkim berat yang dapat menyebabkan fibrosis paru, kor pulmonal, Universitas Sumatera Utara amiloidosis, karsinoma paru, sindroma gagal napas dewasa ARDS Amin Bahar, 2009.

2.1.11. Pencegahan

Penyakit tuberkulosis ini bisa dicegah. Seperti yang diketahui, mencegah lebih baik dari mengobati. Antara pencegahan penyakit tuberkulosis yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah ventilasi dan pencahayaan rumah yang baik serta menutup mulut saat batuk. Selain itu, masyarakat juga perlu menjaga kebersihan lingkungan termasuk alat makan dan tidak meludah di sembarang tempat Rahmawati VK, 2009 dalam Al-Amin, 2010. Selain pencegahan yang dinyatakan di atas, terdapat juga vaksinasi yang bisa mencegah terjadinya penyakit tuberkulosis ini yaitu vaksin BCG Squire B., 2009 dalam Al-Amin, 2010.

2.2. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dari proses penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam proses terbentuknya tindakan seseorang overt behavior. Telah terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan Notoatmodjo, 2007. Notoatmodjo mengungkapkan pendapat Rogers 1974 bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru berperilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: a. Awareness kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek, b. Interest, dimana orang mulai tertarik terhadap stimulus, Universitas Sumatera Utara c. Evaluation, dimana orang tersebut menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, dimana orang tersebut mulai mencoba perilaku baru, e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Akan tetapi pada penelitian selanjutnya, Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut di atas. Menurut Notoadmodjo 2007, pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu: 1. Tahu know Tahu boleh diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Hal yang termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali recall terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang itu tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya. 2. Memahami comprehension Memahami boleh diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan dan dapat menginterpretasikan secara benar tentang objekmateri yang diketahuinya. Orang yang telah paham tentang objekmateri harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya. 3. Aplikasi application Aplikasi boleh diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. 4. Analisis analysis Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi yang masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis synthesis Universitas Sumatera Utara Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang sedia ada. 6. Evaluasi evaluation Merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objekmateri. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau dengan menggunakan kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan teknik wawancara ataupun dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian ataupun responden Notoadmodjo, 2007. Menurut Pratomo 1990 dalam Akbar 2011, pengetahuan responden dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu : baik, sedang dan kurang dengan perincian nilai sebagai berikut : 1. Kategori baik apabila responden mempunyai skor 75 2. Kategori sedang apabila responden mempunyai skor 40-75 3. Kategori kurang apabila responden mempunyai skor 40 Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian “Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi SMA