Gambar 2.1. Gambaran Mikroskopis M. tuberculosis
Sumber : Brodie, 2008
Menurut Djojodibroto 2009, basil mikobakterium mengandung banyak bahan yang bersifat antigenik yang sebagian besar antigen ini merupakan
golongan heat-shock protein. Antigen yang spesifik untuk spesies M. tuberculosis berasal dari golongan protein yang mempunyai berat molekul 35.000 dalton.
Limfosit T dan B akan merespon antigen yang spesifik ini. Mikobakterium kaya akan lipid, yang terdiri dari asam mikolat asam
lemak rantai panjang C78-C90, lilin, dan fosfat. Di dalam sel, lipid banyak terikat dengan protein dan polisakarida. Muramil dipeptida dari peptidoglikan yang
membuat kompleks dengan asam mikolat dapat menyebabkan pembentukan granuloma; fosfolipid penginduksi nekrosis kaseosa. Lipid pada beberapa hal
bertanggung jawab pada sifat tahan asamnya. Strain virulen basil tuberkel membentuk “serpentine cords”. Pada bentuk ini basil tahan asam tersusun dalam
untai paralel Jawetz, et al., 2007.
2.1.3. Penularan
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial
Universitas Sumatera Utara
ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan
adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemahmenurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang
peranan penting dalam terjadinya infeksi tuberkulosis paru Hasibuan, 2010. Menurut Lawrence, et al. 2002, infeksi M. tuberculosis dimulai ketika
droplet aerosol yang berisi organisme hidup terinhalasi oleh orang yang rentan terhadap penyakit. Bakteri tuberkulosis ini ada di udara ketika seseorang yang
terinfeksi tuberkulosis batuk, bersin, berbicara, ataupun bernyanyi CDC, 2012. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya
penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan
oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang
memungkinkan seseorang terpajan kuman tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut Depkes
RI, 2011. Penularan lebih mudah terjadi bila ada hubungan yang erat dan lama
dengan penderita tuberkulosis paru aktif, yaitu golongan penderita yang disebut sebagai open case Alsagaff dan Mukty, 2008.
2.1.4. Faktor Risiko
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien tuberkulosis
adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIVAIDS dan malnutrisi gizi buruk. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem
daya tahan tubuh seluler cellular immunity dan merupakan faktor risiko paling kuat bagi yang terinfeksi
tuberkulosis untuk menjadi sakit
tuberkulosis tuberkulosis
aktif. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien
tuberkulosis akan meningkat, dengan demikian penularan
tuberkulosis di
Universitas Sumatera Utara
masyarakat akan meningkat pula. Riwayat alamiah pasien
tuberkulosis yang tidak
diobati juga merupakan faktor risiko Depkes RI, 2011. Menurut Al-Amin 2010 di dalam penelitiannya, ada berbagai faktor
risiko yang bisa menyebabkan penularan penyakit tuberkulosis, yaitu : 1. Usia
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York pada panti penampungan orang-orang gelandangan menunjukkan bahwa
kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru
biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75 penderita tuberkulosis paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50
tahun .
2. Jenis kelamin Di benua Afrika pada tahun 1996 jumlah penderita tuberkulosis paru laki-
laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penderita tuberkulosis paru pada wanita, yaitu 42,34 pada laki-laki dan 28,9 pada wanita.
Tuberkulosis paru lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok
sehingga memudahkan terjangkitnya tuberkulosis paru. 3. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan
dan pengetahuan penyakit tuberkulosis paru, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai
perilaku hidup bersih dan sehat. 4. Kepadatan hunian kamar tidur
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab
disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada
anggota keluarga yang lain. Antara kelompok yang berisiko untuk
Universitas Sumatera Utara
menularkan penyakit tuberkulosis adalah pelajar-pelajar di asrama sekolah.
5. Kondisi rumah Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembangbiakan kuman.
Lantai dan dinding yang sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi
berkembangbiaknya kuman Mycrobacterium tuberculosis. 6. Keadaan sosial ekonomi
Penurunan pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi makanan sehingga akan berpengaruh
terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan terkena infeksi
tuberkulosis paru.
2.1.5. Patogenesis