IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Desa Contoh
Desa Burat termasuk salah satu dari dari 21 Desa di Wilayah Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo, memiliki luas 997,209 ha yang terdiri dari 7 dusun
yaitu Dusun Burat, Geger Jeruk, Kalibarong, Kalinongko, Kaliwang dan Krajan. Berdasarkan data kependudukan, Desa Burat memiliki jumlah penduduk sebanyak
2511 jiwa yang terdiri dari 1289 pria dan 1222 orang wanita meliputi 618 kepala keluarga. Mata pencaharian masyarakat Desa Burat umumnya sebagai petani.
Batas administrasi Desa Burat sebelah utara berbatasan dengan Desa Tege Swetan dan Desa Bener, sebelah timur berbatasan dengan Desa Ngalaris, sebelah
selatan berbatasan dengan Desa Kemiri dan Desa Kalitengkek sedangkan untuk sebelah barat berbatasan dengan Desa Gading Sukuh. Desa Burat dapat ditempuh
dalam jarak 8 kilometer dari pusat Kecamatan Kepil dan 25 kilometer dari pusat Kabupaten Wonosobo.
Topografi Desa Burat sebagian berbukit dengan kelerengan antara 25-40 dan terletak pada ketinggian 500
– 600 meter dpl. Dari luas Desa Burat 997,209 ha penggunaan lahannya diperuntukkan untuk sawah 3,01, pekarangan
14,74, tegalan 44,07, hutan negara 37,10 dan peruntukkan lainnya 1,08 lihat Tabel 2.
Tabel 2. Tata guna lahan Desa Burat
Jenis Penggunaan Lahan Luas ha
Persen
Sawah tadah hujan 30
3.01 Pekarangan
147.005 14.74
Tegalan 439.426
44.07 Makam. Sungai, Jalan, dll
10.778 1.08
Hutan Negara PERHUTANI 370
37.1 Jumlah
997.209 100
Sumber : Monografi Desa Burat 2009
4.2 Kondisi Hutan Rakyat di Wilayah Penelitian
Hutan rakyat di Desa Burat memiliki sebaran umur yang beragam antara 1 hingga 15 tahun. Secara umum jenis tanaman kehutanan yang ditanam adalah
sengon Paraserianthes falcataria L Nielsen dan jenis tanaman kehutanan lainnya dalam jumlah terbatas mahoni Swietenia Mahagony dan jati Tectona
Grandis. Pola agroforestri yang diterapkan pada hutan rakyat ditunjukkan dengan adanya bentuk ekosistem yang penutupan vegetasinya terdiri dari tanaman
pertanian jenis palawija, tanaman buah-buahan seperti rambutan, durian, langsat, salak, melinjo, kemukus, kopi dan kelapa.
Kegiatan pengelolaan yang diterapkan pada pengelolaan hutan rakyat di Desa Burat mencakup pembibitan, penanaman, pemeliharaan. Petani melakukan
pembibitan dilakukan dengan cara pembibitan langsung di lahan, trubusan atau membeli di Kelompok Wanita Tani Rahayu KWT Rahayu. Pembibitan dengan
cara trubusan lebih diminati, karena bagi petani keuntungannya tanaman sengon lebih cepat tumbuh dan tahan hama penyakit selain itu dirasakan bagi mereka
lebih ekonomis. Trubusan dilakukan dengan memelihara pohon bekas tebangan sehingga muncul tunas baru yang dapat dimanfaatkan sebagai bibit.
Kegiatan penanaman sengon dilakukan dengan jarak tanam antara 1 x 1 m hingga 3 x 4 m tergantung kondisi lapangan.
Pemeliharaan yang dilakukan berupa pendangiran pembersihan lahan dari rumput yang menganggu pertumbuhan tanaman. Pemupukan dan pengawasan
serangan hama penyakit yang dilakukan secara teratur. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk UREA, pupuk NPK dan pupuk kandang, dengan
periode pemupukan disesuaikan dengan umur tanaman Pengawasan terhadap serangan hama penyakit dilakukan pada saat pendangiran dimana obat dapat
diperoleh dari Koperasi Unit Desa KUD. Hutan rakyat di Desa Burat yang luasnya 449,426 ha 49,62 dari total
luas Desa 997,209 ha, tersebar di 7 dusun sesuai Tabel 3. Tabel 3. Luas Hutan Rakyat di Desa Burat Berdasarkan Penyebaran di 7 Dusun
No Nama Dusun
Luas Hutan Rakyat ha
1 Dusun Burat
54 2
Dusun Geger Jeruk 94
3 Dusun Kalibarong
4 Dusun Kalinongko
48 5
Dusun Kaliwang 88
6 Dusun Krajan
84 7
Dusun Krungsung 81.426
Jumlah 449.426
Sumber: Data Monografi Desa Burat 2009
Kayu sengon bagi masyarakat di Desa Burat dimanfaatkan untuk bahan baku kayu bangunan, mebel, pulp dan kayu bakar. Jaringan pemasarannya sampai
saat ini meliputi 3 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Purworejo dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sejarah kegiatan pengelolaan hutan rakyat di Desa Burat diawali tahun 1970 dimana sebelumnya masyarakat petani menitikberatkan pada hasil dari
tanaman pertanian, sedangkan pohon jenis sengon tumbuh dengan sendirinya dan tidak jarang saat itu pohon jenis ini dianggap sebagai hama. Dalam
perkembangannya waktu masyarakat di Desa Burat mulai mencoba menanam tanaman kehutanan jenis sengon di atas lahannya, terutama pada saat Kepala Desa
Burat telah membuktikan bahwa hasil dari menanam pohon jenis sengon jauh lebih menguntungkan apabila dibandingkan dengan hanya menanam tanaman
pertanian. Kemudian setelah itu tidak sedikit masyarakat yang meniru menerapkan dan mencoba menanam sengon.
Sejak itu mulai tahun 2005 kegiatan hutan rakyat berkembang pesat seiring dengan dibentuknya KWT Rahayu yang mempunyai misi untuk
memfasilitasi kegiatan yang menyangkut hutan rakyat. Kegiatan tersebut antara lain sosialisasi kegiatan pengelolaan hutan rakyat, pelatihan pembibitan atau
penanaman, pelatihan pembuatan kerajinan tangan dan makanan ringan. Keberadaan KWT Rahayu sangat membantu dalam kegiatan pengelolaan hutan
rakyat di Desa Burat secara keseluruhan, mengingat kurangnya informasi yang didapat para petani.
Kondisi penyuluh kehutanan yang ada dapat dikatakan kurang memadai karena untuk Kecamatan Kepil, hanya memiliki 2 orang penyuluh kehutanan.
Penyuluh kehutanan tersebut adalah penyuluh yang dimiliki oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Wonosobo dimana dalam wilayah tersebut mencakup15
Kecamatan. Berdasarkan laporan Dinas Kehutanan Republik Indonesia pada tahun
2009, Kabupaten Wonosobo termasuk daerah kabupaten dengan peringkat kedua Se-Jawa Bali dalam hal produksi kayu jenis sengon. Walaupun sistem pengelolaan
hutan rakyat tersebut masih banyak kendala dalam peningkatan produksinya, hal ini lebih diakibatkan karena belum seragamnya sistem pengelolaan yang ada.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa Burat