BNPT dan Detasemen Khusus 88

3.4.3 BNPT dan Detasemen Khusus 88

Pasca terjadinya tragedy serangan WTC 911 respon pertama pemerintah Indonesia adalah membentuk sebuah kelembagaan penanggulangan terorisme melalui perintah Presiden Megawati kepada Menteri Koordinator Politik dan Keamanan. Setelah sepuluh hari Bom Bali I meledak pada tanggal 22 Oktober 2002 Indonesia telah mendirikan Desk Koordinasi Penanggulangan Terorisme di bawah Kementrian Koordinator Politik dan Keamanan. Desk ini memiliki spectrum tugas yang luas dan bersifat koordinatif terhadap lembaga-lembaga pemerintah dan badan keamanan yang telah ada sebelumnya, termasuk Kepolisian dan Militer. Adapun tiga peran utama yang dimiliki Desk ini yakni : 1. Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan pemyusunan dan kebijakan dan strategi pemerintah dalam menanggulangi terorisme, termasuk aktivita intelijen 2. Mengkoordinasikan aktivitas di bidang penyelidikan dan penuntutan dan langkah-langkah hukum lainnya 3. Mengkoordinasikan kerja sama internasional di bidang kelembagaan dan peningkatan kapasitas melalui kerjasama teknis, kepolisian dan kerja sama intelijen. 30 Adanya hambatan birokrasi, dan persaiangan antar lembaga pemerintah, serta staf yang dimiliki oleh desk ini tidak mencukupi, sehingga Desk tidak dapat bekerja sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan Kementrian Koordinator Politik dan Keamanan. Sehingga Desk yang telah dibentuk tersebut hanya 30 Anggalia Putri Permata Sari, Penerapan Strategi Penggentaran Dalam Upaya Penanggulangan Terorisme di Singapura, Malaysia, Filipina, dan Indonesia, Tesis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok, 2013, hal 183 80 Universitas Sumatera Utara menjalankan tugas untuk mengkoodinasikan beberapa aktivitas bantuan luar negeri, dan bukan tugas utamanya untuk mengkoordinasikan kebijakan, strategi, rencana, dan aktivitas penanggulangan terorisme di Indonesia. Pada tahun 2010 melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2010, maka Desk tersebut berkembang menjadi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme BNPT yang kepalanya dapat mengikuti rapat kabinet sehingga BNPT dapat disejajarkan dengan Kementerian. BNPT membawahi tiga Deputi. 31 Deputi pertama bertanggung jawab atas pencegahan, perlindungan, dan deradikalisasi. Deputi kedua bertanggung jawab atas operasi dan peningkatan kapabilitas, dan deputi ketiga bertanggung jawab atas kerjasama internasional. 32 Kemudian Detasemen Khusus Densus 88 merupakan Detasemen khusus dari Kepolisian Republik Indonesia untuk pemberantasan terorisme berada di bawah deputi operasi dan kapabilitas, namun tetap berada di bawah Komando Kapolri. Detasemen Khusus 88 merupakan Detasemen Khusus Polri yang dibentuk pasca terjadinya Bom Bali I, pada bulan April 2013, Kapolri mendirikan Direktorat atau Unit Anti Terorisme di bawah Markas Besar Polri. Direktorat Anti-Terorisme yang dibentuk ditugasi untuk mengembangkan starategi dan kebijakan serta mengontrol berbagai unit operasional di Indonesia. Unit Operasional yang dibentuk oleh Direktorat tersebutlah yang menjadi inti dari Detasemen 88. Densus 88 yang dibentuk oleh Polri dengan bantuan Amerika pada tahun 2003 dan secara formal didirikan pada tahun 2004. Densus 88 dijadikan sebagai mekanisme pemerintah untuk mengelola rencana dan kebijakan kontra 31 Perpres No. 46 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme 32 Perpres RI No. 46 Tahun 2010 81 Universitas Sumatera Utara terorisme, pelatihan dan juga dana bantuan. Lembaga ini juga mengirimkan berbagai unit taktis anti-teror ke seluruh penjuru Indonesia. Peran yang dimiliki oleh BNPT adalah dalam hal strategi dan kebijakan serta pengelolaan pelatihan dan bantuan, sedangkan unit Densus 88 menjadi unit yang bertugas untuk “catch” dan “capture” teroris dan juga sebagai ujung tombak disrupsi sel dan jaringan teroris di Indonesia. Kinerja Densus 88 dalam menangkap teroris dan membongkar jaringan teror di Indonesia dinilai sangat baik oleh berbagai pihak, termasuk pihak luar negeri. Hal lain yang juga banyak mendapat pujiannya adalah kemampuan Polri untuk menyelidiki kasus dan mengumpulkan bukti-bukti untuk mengadili tersangka teroris di pengadilan, keberhasilan Densus 88 kemungkinan besar disebabkan oleh besarnya sumber daya yang diterima dan sumber daya tersebut diperoleh dari AS.

3.4.4 Menjaga Keamanan Nasional dan Integritas Teritorial