Pemanfaatan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit Dan Azola Menjadi Kompos Pupuk Tablet

(1)

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG

KELAPA SAWIT DAN AZOLA MENJADI

KOMPOS PUPUK TABLET

TESIS

Oleh :

AHMAD DAHYAR

087006008 / KM

ILMU KIMIA

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG

KELAPA SAWIT DAN AZOLLA MENJADI

KOMPOS PUPUK TABLET

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Kimia Pada Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Oleh

AHMAD DAHYAR

087006008/KIM

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

Judul : PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN AZOLLA MENJADI KOMPOS PUPUK TABLET

Nama Mahasiswa : AHMAD DAHYAR

N I M : 087006008

Program Studi : Magister Ilmu Kimia

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Dr. Hamonangan Nainggolan, MSc) (Dra. Emma Zaidar, Msi)

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan FMIPA USU

(Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D) (Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc)


(4)

Telah diuji pada Tanggal 17 Mei 2010

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Dr. Hamonangan Nainggolan, M.Sc Anggota : 1. Dra. Emma Zaidar, M.Si

2. Prof. Basuki WIrjosentono, MS. Ph.D 3. Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc.M,Phil 4. Dr. Minto Supeno, MS


(5)

PERNYATAAN

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG

KELAPA SAWIT DAN AZOLLA MENJADI

KOMPOS PUPUK TABLET

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Mei 2010 Penulis


(6)

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN AZOLLA MENJADI KOMPOS PUPUK TABLET

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan azolla menjadi kompos pupuk tablet.Penelitian dilakukan dengan mengkomposkan masing-masing TKKS dan azolla, selama 30 hari dengan menggunakan activator EM4 ( effective microopganisms 4 ). Untuk mengetahui kadar unsur hara C, N, P dan K kompos dilakukan analisa selama berlangsungnya pengomposan dengan variasi waktu 0, 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 hari. Dari analisa tablet kompos C/N kompos azolla + kompos TKKS adalah 10,9888, Kadar C=33,2950%, Kandungan hara makro N=3,0299%, P=0,6304%, dan K=14,405% menunjukkan tablet kompos ini telah memenuhi Standar Nasional Indonesia SNI 19-7030-2004. Untuk analisa tablet kompos azolla + TKKS (1:1 ) C/N = 9,7655, kandungan unsure hara N=2,6853%, P=0,5942%, dan K=15,01%. Dari rasio C/N sedikit dibawah Standar Nasional Indonesia SNI 19-7030-2004.

Kata Kunci :Tandan Kosong Kelapa Sawit, Azolla, Kompos, Pupuk Tablet,

Effective Microorgansms, rasio C/N.


(7)

THE USES OF PALM OIL EMPTY BUNCHES

AND AZOLLA BECOME TABLET COMPOST

ABSTRACT

It has been conducted a research on the uses of palm-oil empty bunches (TKKS) and the azolla to become compost fertilizer on tablet. The research was done by composting each TKKS and azolla for 30 days there using EM4 (Effective micro-organism 4) activator. In order to measure the content of manure element C, N, P and K compost there were conducted an analysis during the compost taking place with the time variety of 0, 5, 10, 15, 20, 25, and 30 days. By the compost tablet analysis C/N compost azolla + TKKS compost noted 10.9888, its content C=33.2950%, the content of macro manure N=3.0299%, P=0.6304%, and K=14.405% showed this compost table has already fulfilled the Indonesian National Standard Rate SNI 19-7030-2004. For analysis of compost table azolla + TKKS (1:1) C/N = 9.7655, the content of manure element N=2.6853%, P=0.5942%, and K=15.01%. For the C/N ratio is noted lower under Indonesian National Standard rate SNI 19-7030-2004.

Keywords : Palm-oil empty bunches, Azolla, Compost, pellet fertilizer,


(8)

KATA PENGANTAR AR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat dan Karunia yang telah diberikannya kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat dan Karunia yang telah diberikannya kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Provinsi Sumatera utara c.q. BAPEDA Sumatera Utara, Pemerintah Kota medan dan Dinas Pendidikan Kota Medan yang telah memberikan bantuan finansial dan surat izin belajar bagi penulis selama mengikuti perkuliahan hingga menyelasaikan tesis ini.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Provinsi Sumatera utara c.q. BAPEDA Sumatera Utara, Pemerintah Kota medan dan Dinas Pendidikan Kota Medan yang telah memberikan bantuan finansial dan surat izin belajar bagi penulis selama mengikuti perkuliahan hingga menyelasaikan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof.Dr.dr. Syahril Pasaribu DTM & H. M.Sc (CTM), Sp.A(K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan Program magister. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dekan FMIPA USU Bapak Prof. DR.Eddy Marlianto, M.Sc, dan Direktur Sekolah Pascasarjana, Ibu Prof. Dr. Ir. T.Chairunnisa B, serta ketua program studi kimia, Bapak Prof. Basuki Wirjosentono,MS, PhD. Atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk menjadi Mahasiswa Program Magister pada sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof.Dr.dr. Syahril Pasaribu DTM & H. M.Sc (CTM), Sp.A(K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan Program magister. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dekan FMIPA USU Bapak Prof. DR.Eddy Marlianto, M.Sc, dan Direktur Sekolah Pascasarjana, Ibu Prof. Dr. Ir. T.Chairunnisa B, serta ketua program studi kimia, Bapak Prof. Basuki Wirjosentono,MS, PhD. Atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk menjadi Mahasiswa Program Magister pada sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih yang sebesar-besarnya dan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada :

Terimakasih yang sebesar-besarnya dan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Dr. Hamonangan Naingolan, MSc. Selaku dosen pembimbing Utama dan ibu Dra. Emma Zaidar, MSi. Selaku anggota pembimbing utama yang setiap saat dengan penuh perhatian dan selalu menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan,saran dan motivasi sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

1. Bapak Dr. Hamonangan Naingolan, MSc. Selaku dosen pembimbing Utama dan ibu Dra. Emma Zaidar, MSi. Selaku anggota pembimbing utama yang setiap saat dengan penuh perhatian dan selalu menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan,saran dan motivasi sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

2. Bapak Prof.Basuki Wirjosentono, MS. PhD, Bapak Prof.Dr.Harry Agusnar, Bapak Dr.Minto Supeno, MS Selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penulisan tesis ini

2. Bapak Prof.Basuki Wirjosentono, MS. PhD, Bapak Prof.Dr.Harry Agusnar, Bapak Dr.Minto Supeno, MS Selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penulisan tesis ini


(9)

3. Ibu dan mertua serta saudara-saudara penulis yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan pada program magister di Sekolah Pascasarjana USU.

4. Istri Saya Dra.Alfita Hanim Lubis, yang dengan penuh kesabaran memberi semangat ,dorongan dengan setia mendampingi penulis dan juga kedua buah hati penulis ananda tercinta Aisyah Putri Nabilah dan Muhammad Dzakwan Habibi yang merupakan semangat dan motivator bagi penulis selama mengikuti program Pascasarjana.

5. Bapak dan ibu dosen Program Pascasarjana, jurusan kimia yang telah banyak memberikan ilmu dan motivasi bagi penulis.

6. Bapak kepala sekolah SMA 3 negeri Medan, Drs. Sahlan Daulay.MPd, yang telah memberikan rekomendasi dan motvasi kepada penulis selama mengikuti program Pascasarjana di USU

7. Rekan-rekan guru SMAN 3 medan khususnya Bapak Drs.Simon Manurung, MSi dan teman-teman yang mengikuti program Pascasarjana di USU Medan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini. Akhirnya penulis berharap bahwa tesis ini dapat bermanfaat bagi penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan.Amin.

Hormat Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Tanggabosi, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal pada tanggal 2 Pebruari 1964, anak ke delapan dari 9 bersaudara pasangan dari Imam Mahiddin Nasution dan Hj.Satiah Batubara.Penulis mempunyai 2 anak sebagai buah hati yaitu Aisyah Putri Nabilah Nasution dan Muhammad Dzakwan Habibi Nasution hasil pernikahan dengan istri tercinta Dra. Alfita Hanim Lubis.

Penulis dilahirkan di Desa Tanggabosi, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal pada tanggal 2 Pebruari 1964, anak ke delapan dari 9 bersaudara pasangan dari Imam Mahiddin Nasution dan Hj.Satiah Batubara.Penulis mempunyai 2 anak sebagai buah hati yaitu Aisyah Putri Nabilah Nasution dan Muhammad Dzakwan Habibi Nasution hasil pernikahan dengan istri tercinta Dra. Alfita Hanim Lubis.

Penulis menjalani masa pendidikan di SD Negeri no 2 Tanggabosi tamat tahun 1976, SMP Negeri Huraba tamat tahun 1980, SMA Negeri Medan tamat tahun 1983.Kemudian melanjutkan pendidikan pada IKIP negeri medan jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA dan tamat tahun 1989.

Penulis menjalani masa pendidikan di SD Negeri no 2 Tanggabosi tamat tahun 1976, SMP Negeri Huraba tamat tahun 1980, SMA Negeri Medan tamat tahun 1983.Kemudian melanjutkan pendidikan pada IKIP negeri medan jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA dan tamat tahun 1989.

Setelah tamat dari IKIP , penulis mengajar di sekolah SMA swasta di Yayasan Perguruan Islam Sutan Oloan Medan dari tahun 1989 sampai tahun 1998.Penulis di angkat jadi guru Pegawai negeri Sipil golongan III / A di SMA negeri 1 Bohorok 1 desember 1995 sampai tahun 2007.

Setelah tamat dari IKIP , penulis mengajar di sekolah SMA swasta di Yayasan Perguruan Islam Sutan Oloan Medan dari tahun 1989 sampai tahun 1998.Penulis di angkat jadi guru Pegawai negeri Sipil golongan III / A di SMA negeri 1 Bohorok 1 desember 1995 sampai tahun 2007.

Pada April 2007 penulis mutasi tugas ke SMAN 3 medan sampai dengan sekarang. Pada bulan Juli tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan program magister di sekolah Pasca sarjana Universitas Sumatera Utara yang di biayai oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui BAPEDA Sumatera utara.

Pada April 2007 penulis mutasi tugas ke SMAN 3 medan sampai dengan sekarang. Pada bulan Juli tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan program magister di sekolah Pasca sarjana Universitas Sumatera Utara yang di biayai oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui BAPEDA Sumatera utara.


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK i

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

KATA PENGANTAR iii

RIWAYAT HIDUP vi

RIWAYAT HIDUP vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 4

1.2 Permasalahan 4

1.3 Pembatasan Masalah 4

1.3 Pembatasan Masalah 4

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 4

1.6 Metodologi Penelitian 4

1.6 Metodologi Penelitian 4

1.7 Lokasi Penelitian 5

1.7 Lokasi Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Azolla 6

2.1 Azolla 6

2.2 Kandungan Nutrisi Azolla 7

2.2 Kandungan Nutrisi Azolla 7

2.3 Pengganti Urea 7

2.3 Pengganti Urea 7

2.4 Untuk Media Tanam 8

2.4 Untuk Media Tanam 8

2.5 Tandan Kosong Kelapa Sawit 8

2.5 Tandan Kosong Kelapa Sawit 8

2.6 Karakteristik Limbah Pabrik 9

2.6 Karakteristik Limbah Pabrik 9

2.6.1.Limbah Padat 9

2.6.1.Limbah Padat 9

2.7 Kompos 11

2.7 Kompos 11

2.7.1. Syarat Pembuatan Kompos 12


(12)

2.7.2. Parameter yang Dapat Diamati Sebagai Petunjuk

Sempurnanya Proses Pengomposan Sebagai Berikut 12

2.7.3. Proses Pengomposan 13

2.7.4. Menentukan Kematangan Kompos 15

2.7.5. Meningkatkan Kesuburan Tanah 16

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Alat – alat yang Digunakan 19

3.2 Bahan – bahan yang Digunakan 19

3.3 Prosedur Penelitian 20

3.3.1. Penyediaan Sampel Azolla 20

3.3.2. Penyediaan Sampel Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) 20 3.3.3 Pembuatan Starter Effective Microorganism 4 (EM4) 21

3.3.4. Pembuatan Kompos 21

3.3.4.1 Kompos Azolla 21

3.3.4.2. Kompos TKKS 21

3.3.4.3. Kompos Azolla + TKKS (1:1) 22 3.3.4.4. Pembuatan Tabel Kompos 22 3.3.5 Pembuatan Pereaksi dan Larutan Standar 23

3.3.5.1.Pembuatan Pereaksi dan Larutan standar untuk penentuan Posfor sebagai P2O5 Metode

Spektrofotometri 23

3.3.5.2 Pembuatan Pereaksi untuk Penentuan C – Organik 24 3.3.5.3 Pembuatan Pereaksi untuk Penentuan Nitrogen

Metode Kjehldahl 25

3.3.5.4 Pembuatan Pereaksi Untuk Penentuan Kalium

sebagai K2O Dengan Metode 27

3.3.6. Penentuan P-Total Metode spektrofometri 27

3.3.6.1 Preparasi Sampel 27

3.3.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi 28 vii


(13)

3.3.6.3 Penentuan Kadar Posfor pada Sampel 28 3.3.7. Penentuan Kadar C -Organik dengan metode

Walkey Black 28

3.3.8 Pengukuran Nitrogen dengan Metode Kjehdahl 29 3.3.9 Penentuan Kalium sebagai K2O Dengan Metode

Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) 30

3.4 Bagan Penelitian 31

3.4.1 Pembuatan Kompos 31

3.4.1.1.Pembuatan Starter EM4 31

3.4.1.2 Pembuatan kompos Azolla 32

3.4.1.3 Pembuatan kompos TKKS 33

3.4.1.4 Pembuatan tablet kompos azolla dan kompos TKKS 34 3.4.1.5. Bagan Pembuatan Kompos Azolla + TKKS (1:1)

Serta Pembuatan Tablet 35

3.4.2 Penentuan C – Organik 36

3.4.3. Penentuan Posfor sebagai P2O5 Metode Spektrofotometri 37

3.4.3.1 Pengekstrakan Azolla 37

3.4.2.2.Pengukuran Absorbansi dari Larutan Standar P

untuk kurva Kalibrasi Untuk Larutan standar 2 ppm 38 3.4.2.3 Pengukuran Absorbansi untuk Ekstrak Azola 39 3.4.4 Penentuan Kadar Nitrogen Azolla 40 3.4.5 Penentuan Kalium sebagai K2O dengan Metode

Spektrofotometer Serapan Atom 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 42

4.1.1 Data Analisa Pengomposan Azolla 42 4.1.2 Data Analisa Pengomposan TKKS 44 4.1.3 Data Analisa Pengomposan Azolla dan TKKS (1:1) 46 4.1.4 Data Analisa Pengomposan Tablet Kompos 48


(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 49

5.2 Saran 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN


(15)

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Nomor Judul Halaman

Gambar 4.1. Kurva Perubahan Konsetrasi C, N, C/N. P dan K dari Azolla Gambar 4.1. Kurva Perubahan Konsetrasi C, N, C/N. P dan K dari Azolla

Selama Pengomposan 43

Selama Pengomposan 43

Gambar 4.2. Kurva Perubahan Konsetrasi C, N, C/N. P dan K dari TKKS Gambar 4.2. Kurva Perubahan Konsetrasi C, N, C/N. P dan K dari TKKS

Selama Pengomposan 45

Selama Pengomposan 45

Gambar 4.3. Kurva Perubahan Konsetrasi C, N, C/N. P dan K dari TKKS Dan Gambar 4.3. Kurva Perubahan Konsetrasi C, N, C/N. P dan K dari TKKS Dan

Azolla Dikomposkan bersama (1:1) Selama Pengomposan 47 Azolla Dikomposkan bersama (1:1) Selama Pengomposan 47


(16)

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Susunan Hara Azolla (%) Berdasarkan Berat Kering 7 Tabel 2.1. Susunan Hara Azolla (%) Berdasarkan Berat Kering 7

Tabel 2.2. Rendemen Limbah Padat 9

Tabel 2.2. Rendemen Limbah Padat 9

Tabel 2.3. Komposisi Bahan Organic pada Serat dan Tandan Kosong 10 Tabel 2.3. Komposisi Bahan Organic pada Serat dan Tandan Kosong 10

Tabel 2.4. Analisis Kimia Kompos 17

Tabel 2.4. Analisis Kimia Kompos 17

Tabel 4.1. Pengomposan Azolla 42

Tabel 4.1. Pengomposan Azolla 42

Tabel 4.2. Persentase Perubahan Konsentrasi C, N, C/N, P dan K dari Azolla Tabel 4.2. Persentase Perubahan Konsentrasi C, N, C/N, P dan K dari Azolla

Selama Pengomposan 43

Selama Pengomposan 43

Tabel 4.3. Pengomposan TKKS 44

Tabel 4.3. Pengomposan TKKS 44

Tabel 4.4. Persentase Perubahan Konsentrasi C, N, C/N, P dan K dari TKKS Tabel 4.4. Persentase Perubahan Konsentrasi C, N, C/N, P dan K dari TKKS

Selama Pengomposan 45

Selama Pengomposan 45

Tabel 4.5. Pengomposan Bersama Azolla dan TKKS (1:1) 46 Tabel 4.5. Pengomposan Bersama Azolla dan TKKS (1:1) 46 Tabel 4.6. Persentase Perubahan Konsentrasi C, N, C/N, P dan K dari TKKS Tabel 4.6. Persentase Perubahan Konsentrasi C, N, C/N, P dan K dari TKKS

Dan Azolla yang Dikomposkan Bersama Selama Pengomposan 47 Dan Azolla yang Dikomposkan Bersama Selama Pengomposan 47

Tabel 4.7. Analisa Tablet Kompos 48

Tabel 4.7. Analisa Tablet Kompos 48


(17)

17

DAFTAR LAMPIRAN

RAN

Nomor Judul Halaman

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1. Data Analisa Pengomposan Azolla, TKKS, Lampiran 1. Data Analisa Pengomposan Azolla, TKKS,

dan Azolla + TKKS (1:1) 52

dan Azolla + TKKS (1:1) 52

Lampiran 2. Data Perhitungan N-Total Pengomposan Azolla dan TKKS 54 Lampiran 2. Data Perhitungan N-Total Pengomposan Azolla dan TKKS 54 Lampiran 3. Data Perhitungan P Pengomposan Azolla dan TKKS 55 Lampiran 3. Data Perhitungan P Pengomposan Azolla dan TKKS 55 Lampiran 4. Data Perhitungan K Pada Pengomposan Azolla dan TKKS 56 Lampiran 4. Data Perhitungan K Pada Pengomposan Azolla dan TKKS 56 Lampiran 5. Hasil Pengomposan Azolla, TKKS, Azolla + TKKS (1:1) 57 Lampiran 5. Hasil Pengomposan Azolla, TKKS, Azolla + TKKS (1:1) 57 Lampiran 6. Standar Kualitas Kompos (SNI 19-7030-2004) 59 Lampiran 6. Standar Kualitas Kompos (SNI 19-7030-2004) 59

Lampiran 7. Gambar-Gambar Penelitian 58

Lampiran 7. Gambar-Gambar Penelitian 58


(18)

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN AZOLLA MENJADI KOMPOS PUPUK TABLET

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan azolla menjadi kompos pupuk tablet.Penelitian dilakukan dengan mengkomposkan masing-masing TKKS dan azolla, selama 30 hari dengan menggunakan activator EM4 ( effective microopganisms 4 ). Untuk mengetahui kadar unsur hara C, N, P dan K kompos dilakukan analisa selama berlangsungnya pengomposan dengan variasi waktu 0, 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 hari. Dari analisa tablet kompos C/N kompos azolla + kompos TKKS adalah 10,9888, Kadar C=33,2950%, Kandungan hara makro N=3,0299%, P=0,6304%, dan K=14,405% menunjukkan tablet kompos ini telah memenuhi Standar Nasional Indonesia SNI 19-7030-2004. Untuk analisa tablet kompos azolla + TKKS (1:1 ) C/N = 9,7655, kandungan unsure hara N=2,6853%, P=0,5942%, dan K=15,01%. Dari rasio C/N sedikit dibawah Standar Nasional Indonesia SNI 19-7030-2004.

Kata Kunci :Tandan Kosong Kelapa Sawit, Azolla, Kompos, Pupuk Tablet,

Effective Microorgansms, rasio C/N.


(19)

THE USES OF PALM OIL EMPTY BUNCHES

AND AZOLLA BECOME TABLET COMPOST

ABSTRACT

It has been conducted a research on the uses of palm-oil empty bunches (TKKS) and the azolla to become compost fertilizer on tablet. The research was done by composting each TKKS and azolla for 30 days there using EM4 (Effective micro-organism 4) activator. In order to measure the content of manure element C, N, P and K compost there were conducted an analysis during the compost taking place with the time variety of 0, 5, 10, 15, 20, 25, and 30 days. By the compost tablet analysis C/N compost azolla + TKKS compost noted 10.9888, its content C=33.2950%, the content of macro manure N=3.0299%, P=0.6304%, and K=14.405% showed this compost table has already fulfilled the Indonesian National Standard Rate SNI 19-7030-2004. For analysis of compost table azolla + TKKS (1:1) C/N = 9.7655, the content of manure element N=2.6853%, P=0.5942%, and K=15.01%. For the C/N ratio is noted lower under Indonesian National Standard rate SNI 19-7030-2004.

Keywords : Palm-oil empty bunches, Azolla, Compost, pellet fertilizer,


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah sebuah negara agraris yang selalu didengung-dengungkan. Hal ini tentu harus diikuti dengan produktifitas yang sesuai dengan yang diharapkan seperti swasembada pangan dan lain sebagainya.Berbagai kendala yang belum dapat diatasi secara berkesinambungan dalam berbagai langkah utuk menanggulangi ataupun mendapatkan sistem pertanian yang baik sehingga menghasilkan produk yang benar-benar menguntungkan dari segi hasil yang diperoleh. Pemerintah juga telah melakukan upaya-upaya mulai dari sistem mebuat benih yang baik, irigasi, penanggulangan hama, pendistribusian pupuk bersubsidi untuk mengatasi kelangkaaan ataupun mahalnya harga pupuk untuk petani.

Pupuk merupakan bahan tambahan yang diberikan pada tanaman yang berfungsi mengubahan keadaan fisik, komposisi kimia dan biologi tanah sesuai dengan kebutuhan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Sedangkan pemupukan dimaksudkan sebagai pemberian zat makan yang diperlukan untuk pertumbuhan serta meningkatkan hasil tanaman. Secara umum dapat dikatakan manfaat pupuk adalah untuk menyediakan unsur hara yang kurang atau tidak tersedia didalam tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

Pemakaian pupuk pabrik (bahan Anorganik) tidak dianjurkan diterapkan terus menerus tanpa digabung dengan bahan organik. Pemberian bahan anorganik dalam


(21)

jangka panjang pada tanah sawah menyebabkan keseimbangan hara disawah terganggu. Bahan anorganik dalam tanah bersifat meracuni bagi kehidupan mikroba tanah, mikroba yang peka akan mati sedangkan yang tahan akan berkurang kemampuannya untuk menguraikan bahan organik, dalam jangka panjang berakibat tanah kehilangan mikroba yang berguna dan akibatnya tanah sawah akan kurang subur sehingga mengeras dan pada musim kemarau akan retak-retak (Ikip, L.K. et. al. 2004).Untuk menjaga tingkat kesuburan tanah yang berkelanjutan dan memanfaatkan limbah industri serta menjaga kelestarian lingkungan sangat diperlukan teknologi yang mudah diterapkan dilapangan membuat pupuk organik yang sesuai dan praktis penggunaannya.

Azolla adalah tumbuhan paku air yang termasuk ordo Salviniales, famili Azollaceae. Sangat mudah berkembang terkadang dianggap petani sebagai gulma, di Indonesia ada yang menamakannya kiambang. Pemanfatan azolla sebagai pupuk pengganti urea telah banyak dilaporkan oleh karena dapat mengikat nitrogen yang cukup besar. Pabrik kelapa sawit banyak menghasilkan limbah padat terutama tandan kosong kelapa sawit, dimana setelah proses perebusan dan diikuti penebahan maka buah kelapa sawit akan terpisah dari tandannya dan selanjutnya buah akan diproses menjadi crude palm oil (CPO) sedangkan tandan kosongnya akan dikirim ke tungku pembakaran (insenerator). Sebahagian pabrik ada yang memanfaatkannya untuk diproses menjadi pupuk oleh karena jumlah tandan kosong ini cukup banyak yaitu sebanyak 20% dari jumlah tandan buah sawit yang di olah serta kandungan kalium yang cukup tinggi mencapai 40,1% (Naibaho,P.M. 1998)


(22)

Manfaat dari penggunaan pupuk terhadap sifat fisis tanah yaitu memperbaiki struktur tanah\dari padat menjadi gembur. Dengan pemberian pupuk pada tanah akan dapat memperbaiki struktur tanah dimana akan tersedia ruang-ruang pada tanah, dimana ruang yang akan terbentuk dapat digunakan bakteri aerob yang berada pada akar untuk mendukung pertumbuhan dan mengurangi erosi permukaan tanah. Penyediaan unsur-unsur yang diperlukan oleh tanaman dapat terpenuhi baik unsur hara makro (N, P, K) dan unsur mikro yang diperlukan. Dimana pemupukan dengan bahan organik unsur-unsur makro ini tidak mudah hilang atau menguap, sehingga tanaman dapat menyerap dalam jangka waktu lama. (Marsono, 2001). Pupuk organic merangsang mikroorganisme tanah yang diperlukan terutama untuk mengubah senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam pupuk seperti nitosomonas yang akan mengubah NO2 menjadi N2 sehingga mudah diserap oleh akar dan rhizobium, mikoriza adalah bakteri yang dapat menguraikan pospat atau kalium.

Menurut PT Cipta Visi Sinar Kencana (CVSK) Bandung sebagai produsen pupuk formula NPK tablet Gramafix ® Padi, pupuk organic bentuk tablet mempunyai banyak keuntungan antara lain, memperoleh bentuk yang padu, tidak mudah larut, dan tidak mudah hancur, serta tepat dosis.Pupuk organic dalam bentuk tablet juga mengatasi masalah pemborosan pupuk majemuk akibat mudah tercuci dan penguapan, serta mempermudah dan menghemat biaya distribusi pupuk. Disamping itu aplikasi pupuk bentuk tablet dapat mengurangi tumbuhnya gulma dan rumput penganggu karena pupuk tablet dibenamkan 5 cm – 10 cm. Dengan rendahnya pertumbuhan gulma, penyiangan tanaman padi cukup sekali dan berarti turunnya


(23)

biaya pemeliharaan tanaman padi. Untuk lahan basah pupuk tablet juga dapat memperbaiki struktur tanah dan menperlambat pelepasan hara.

1.2. Permasalahan

Apakah Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Azolla dapat dijadikan pupuk Kompos

1.3. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dititik beratkan pada pengomposan bahan-bahan limbah yang banyak mengandung unsur hara makro terutama azola dan tandan kosong kelapa sawit.

1.4. Tujuan Penelitian

Untuk pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Azolla sebagai kompos pupuk tablet.

1.5. Manfaat Penelitian

Untuk membantu petani mendapatkan pupuk yang murah, praktis dan sesuai kebutuhan tanaman sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).

1.6. Metodologi Penelitian


(24)

5

2. Sampel Azolla diambil dari Sei Tuan pantai Labu Deli Serdang dan sampel TKKS dari PKS di Turange, kec.Selapian, Langkat.

3. Pengomposan dilakukan dengan penambahan EM4 terhadap masing-masing Azolla dan TKKS, juga terhadap campuran Azolla + TKKS (1:1) dengan waktu pengomposan bervariasi yaitu 5 sampai 30 hari dengan interval pengomposan 5 hari.

4. Penentuan C - Organik dilakukan dengan metode walkey Black, 5. Penentuan Nitrogen dilakukan dengan metode Kjehldahl.

6. Penentuan Posfor (P) sebagai P2PO5 dengan spektrofotometri.

7. Penentuan Kalium (K) sebagai K2O yang larut dalam asam klorida 25%.

1.7. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian (PUSLIT) dan laboratorium Sentral Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Azolla

Azolla adalah asal kata dari bahasa latin yaitu azollaceae, yang merupakan tumbuhan paku air yang termasuk ordo Salviniales, famili Azollaceae. dan mempunyai enam spesies. Sangat mudah berkembang terkadang dianggap petani sebagai gulma atau limbah pertanian di daerah Sumatera umumnya disebut kiambang. Azolla pada daerah persawahan akan mengambang diatas permukaan air dan bila air surut akan menempel pada tanah yang lembab. Pemanfatan azolla sebagai pupuk pengganti urea telah banyak dilaporkan oleh karena dapat mengikat nitrogen yang cukup besar. Spesies yang banyak terdapat di Indonesia terutama di pulau Jawa adalah Azolla.pinnata, dan biasa tumbuh bersama-sama padi di sawah. (Lumpkin dan Plucknett. 1982).

Meski sudah diperkenalkan dan dipopulerkan sejak awal tahun 1990-an, ternyata belum banyak petani yang memanfaatkan tanaman azolla ( Azolla pinnata) untuk usaha taninya. Padahal manfaat tanaman air yang satu ini cukup banyak. Selain biasa untuk pupuk dan media tanaman biasa, azolla juga bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak dan ikan.

Di Bali, azolla biasa dan sering dijumpai terapung di perairan sawah dan kolam ikan, karena dianggap gulma, para petani lantas menyingkirkannya. Ditumpuk dan dibuang begitu saja. Padahal, bila dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman padi di sawah, azolla ini bisa menekan penggunaan pupuk urea sampai 65 Kg/ ha.


(26)

2.2. Kandungan Nutrisi Azolla.

Berikut susunan hara dan asam amino yang terkandung didalam azolla. Tabel 2.1. Susunan hara azolla (%) berdasarkan berat kering.

Unsur Kandungan Unsur Kandungan

Abu 10.50 Magnesium 0.5 – 0.6

Lemak Kasar 3.0 – 3.30 Mangan 0.11 – 0.16 Protein Kasar 24 – 30 Zat Besi 0.06 – 0.26

Nitrogen 4.5 Gula Terlarut 3.5

Fosfor 0.5 – 0.9 Kalsium 0.4 – 1.0

Kalium 2.0 – 4.5 Serat Kasar 9.1

Pati 6.54 Klorofil 0.34 – 0.55

Sumber : Maffuchah, 1998

2.3. Pengganti Urea

Pemanfaatan azolla sebagai pupuk ini memang memungkinkan.Bila dihitung dari berat keringnya dalam bentuk kompos (azolla kering) mengandung unsure Nitrogen (N) 3-5%, Phosphor (P) 0.5-0.9% dan Kalium (K) 2-4.5%. Sedangkan hara mikronya berupa Calsium (Ca) 0.4-1%, Magnesium (Mg) 0.5-0.6%, Ferum(Fe) 0.06-0.26% dan Mangaan(Mn) 0.11-0.16%.

Berdasarkan komposisi kimia tersebut, bila digunakan untuk pupuk mempertahankan kesuburan tanah, setiap hektar areal memerlukan azolla sejumlah 20 ton dalam keadaan kering. Bila azolla diberikan secara rutin setiap musim tanam, maka suatu saat tanah itu tidak memerlukan pupuk buatan lagi.

Hal itu dimungkinkan, karena pana penebaran pertama ¼ bagian unsure yang dikandung azolla langsung dimanfaatkan oleh tanah. Seperempat bagian ini, setara dengan 65 Kg pupuk Urea. Pada musim tanam ke-2 dan ke-3, azolla mensubsitusikan ¼ - 1/3 dosis pemupukan.


(27)

Dibanding pupuk buatan, azolla memang lebih ramah lingkungan. Cara kerjanya juga istimewa, karena azolla mampu mengikat Nitrogen langsung dari udara.

2.4. Untuk Media Tanam

Penggunaan sebagai pupuk, selain dalam bentuk segar, baik juga dalam bentuk kering dan kompos. Dalam bentuk kompos ini, azolla juga baik untuk media tanam aneka jenis tanaman hias mulai dari bonsai, suplir, kaktus sampai mawar. Untuk media tanaman hias, selain digunakan secara langsung. Kompos azolla ini juga dicampur dengan pasir dan tanah kebun dengan perbandingan 3 : 1 : 1. untuk membuat kompos azolla, caranya cukup mudah. Buat saja lubang ukuran (PxLxD) 3x2x2 meter. Kemudian azolla segar dimasukkan ke dalam lubang. Seminggu, azolla yang sudah terfermentasi tersebut lama dijemur. Setelah agak kering, baru dikemas dalam kantong plastik atau langsung digunakan sebagai media tanam.

2.5. Tandan Kosong Kelapa Sawit

Tandan buah sawit yang diolah dipabrik akan menghasilkan minyak sawit, inti sawit, cangkang, serat dan tandan kosong. Dalam proses pengolahan terdapat bahan yang tidak termanfaatkan seperti tandan kosong dan air buangan pabrik. Karena kapasitas pabrik yang cukup besar yaitu antara 10 s/d 60 ton TBS/jam maka bahan buangan tersebut dapat mempengaruhi lingkungan biotik dan abiotik.

Perkembangan areal perkebunan kelapa sawit yang diikuti dengan pembangunan pabrik yang cukup pesat akan mempengaruhi lingkungan sekitar terutama lingkungan badan penerima limbah. Untuk mengurangi dampak negative pabrik pengolah kelapa


(28)

sawit yang mengacu pada undang-undang no.4 tahun 1982 dan peraturan pemerintah, maka pengendalian limbah pabrik kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan, pengurangan volume limbah dan pengawasan mutu limbah.

Pembangunan instalasi pengendalian limbah dilakukan bersamaan dengan pembangunan pabrik kelapa sawit dengan sistem yang didasarkan kepasa kapasitas dan kualitas limbah yang diinginkan.

2.6. Karateristik Limbah Pabrik 2.6.1 Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik pengolah kelapa sawit ialah tandan kosong, serat dan tempurung.Lihat tabel 2.2

Tabel 2.2 Rendemen limbah padat.

Jenis Persentase terhadap TBS

Basah Kering Hasil prosses

Tandan Kosong 21 – 23 10 – 12 Bantingan

Serat 8 – 11 5 – 8 Screw press

Tempurung 5 4 Shell Separator

Sumber : Naibaho. P.S.1998

Limbah padat tandan kosong kadang-kadang mengandung buah tidak lepas dSi antara celah – celah ulir dibagian dalam. Kejadian ini timbul, bila perebusan dan bantingan yang tidak sempurna sehingga pelepasan buah sangat sulit. Hal ini sering terjadi di pabrik – pabrik yang tekanan kerja ketel rebusan di bawah 2,8 kg disertai produksi uap yang tidak mencukupi kebutuhan. Perebusan yang tidak sempurna menghasilkan tandan kosong yang masih mengandung buah hingga 9%.


(29)

Serat yang merupakan hasil pemisahan dari fibre cyclone mempunyai kandungan cangkang, minyak dan inti. Kandungan tersebut tergantung pada proses ekstraksi di screw press dan pemisahan pada fibrecyclone. Kualitas asap pembakaran pada dapur ketel uap dipengaruhi oleh komposisi serat tersebut. Ampas serat sekarang ini telah habis terpakai di pabrik sehingga dampak yang mungkin ditimbulkan pada lingkungan ialah polusi udara.Tempurung yang dihasilkan dari kernel plant yaitu shell separator masih mengandung biji bulat dan inti sawit. Bila bahan ini digunakan sebagai bahan bakar pada dapur ketel akan menghasilkan gas-gas yang tidak terbakar sempurna. Hal ini timbul karena udara yang display adalah untuk kebutuhan cangkang, sehingga timbul pembakaran yang tidak sempurna.

Tandan kosong dan serat merupakan bahan organic dengan komposisi sebagai berikut.

Tabel 2.3. Komposisi bahan organic pada serat dan tandan kosong Komposisi Serat(%) Tandan

Kosong(%) Komposisi Serat(%)

Tandan Kosong (%)

Karbohidrat 38.8 34.2 Al2O7 4.5 1.2

Glucan 21.9 21.3 Fe2O3 3.9 1.8

Xylan 15.3 11.7 CaO 7.2 3.3

Arabian 1.6 1.2 MgO 3.8 2.9

Galactan 0 0 Na2O 0.8 0.8

Mannan 0 0 K2O 9.0 40.1*

Rhamrian 0 0 TiO2 0.2 0.1

Nitrogen 0.61 0.66* P2O5 2.8 2.5*

Lignin 23.4 15.6 SO3 2.8 8.0

Ektraksi air panas 10.9 20.0 CO2 2.2 0.1

Kalorbakerkkal/kg (bebas air)

4586 4888 SiO2 63.2 34.7

Ektraksi benzene (Alkohol)

11.2 10.5 Abu(500ºC) 5.1 7.9

* unsur makro yang penting.


(30)

2.7. Kompos

Kompos merupakan hasil aksir suatu proses fermentasi tumpukan sampah, serasah tanaman ataupun bangkai binatang. Ciri – ciri kompos yang baik adalah berwarna coklat, berstruktur remah, berkonsistensi gembur dan berbau daun lapuk. Tumpukan bahan mentah ( serasah, sisa tanaman, sampah dapur dan lain sebagainya ) bisa menjadi kompos akibat proses pelapukan dan penguraian.dengan kata lain terjadi perubahan dari sifat fisik yang baru. Perubahan itu sebagian besar muncul oleh karena adanya kegiatan jasad renik sehubungan dengan kebutuhan hidup organisme itu. Apa yang diikat oleh jasad renik demi mencukupi kebutuhan hidupnya, kelak akan dikembalikan lagi apabila jasad renik itu mati. Terjadi proses penguraian, pengikatan dan pembebasan berbagai zat atau unsur hara selama berlangsungnya proses pembentukan kompos.

Penjelasan lengkap meengenai proses yang terjadi adalah sebagai berikut ;

a. Hidrat arang (selulosa, hemiselulosa, dan lain- lain ) diurai menjadi CO2 dan air atau Ch4 dan H2.

b. Zat putih telur diurai menjadi amida, asam amino, amoniak, CO2 air.

c. Berbagai jenis unsure hara, terutama N, di samping P,K dan yang lain sebagai hasil penguraian,akan terikat dalam tubuh jasad renik. Sebagain yang tidak terikat akan menjadi persediaan di dalam tanah. Yang terikat dalam tubuh jasad renik tersebut kelak akan dikembalikan dalam tanah setelah jasad renik itu mati.


(31)

d. Juga ada unsur hara dari senyawa organik yang akan terbebas menjadi senyawa an-organik sehingga menjadi persediaan di dalam tanah bagi keperluan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

e. Lemak dan lilin akan terurai menjadi CO2 dan air.

Selama berlangsungnya proses tersebut akan terjadi perubahan berat dan isi dari bahan-bahan pembuatanya. Terjadi penguranagan berat karena adanya penguapan dan pencucian. Sebagaian besar senyawa hidrat arang akan hilang ke udara selama penguapan.

2.7.1 Syarat Pembuatan Kompos

a. Campuran kompos harus homogen agar kadar N dan kecepatan fermentasi dapat merata dan tetap. Oleh karena itu bahan menttah perlu dipotong-potong hingga menjadi bagian-bagaian kecil.

b. Temperatur awal harus tiinggi untuk membunuh pathogen, biji rumput-rumputan, lalat dan telurnya, serta larva hama lain beserta penyakit (cendawan) yang terbawa ke dalam tumpukan. (Nurheti Yuliarti, 2009).

2.7.2 Parameter yang dapat diamati sebagai petunjuk sempurnanya proses pengomposan sebagai berikut:

1. Selama proses pengomposan, dari hari pertama temperatur akan meningkat secara bertahap. Proses pengomposan dianggap selesai apabila temperature kompos turun mendekati temperatur awal. Pengamatan ini dapat dilakukan setiap hari menggunakan termometer kaca.


(32)

2. Pengamatan terhadap penyusutan tumpukan kompos dilakukan pada akhir pengomposan (untuk bahan lunak) dan setiap minggu (untuk bahan keras).

2.7.3 Proses pengomposan

Campuran bahan yang sudah ditambah bioakttivator difermentasi dengan cara menutupnya menggunakan terval dan membiarkannya selama 5 – 7 hari. Pada hari kedua atau ketiga, temperatur bahan kompos akan meningkat menjadi 40 – 60o C. Jika temperatur meningkat, tumpukan bahan tersebut harus dibalik, kemudian ditutup lagi. Tiga hari kemudian temperatur akan turun kembali dan berangsur – angsur stabil. Jika temperatur sudah stabil, bahan tersebut sudah menjadi kompos dan siap dikemas atau digunakan. ( Sofian, 2006).

Sumber bahan organik tanah adalah jaringan tanaman baik yang berupa serasah atau sisa tanaman yang berrupa batang , akar daun yang kemudian dirombak oleh mikroorganisme tananh, atau sisa hewan yang berupa kotoran maupun bangkai hewan. Secara kimiawi bahan organic tanah tersususn atas karbohidrat, protein lignin dan sejumlah senyawa kecil seperti lemak, lilin dan sebagainya, salah satu hasil perombakan bahan organik adalah humus, yang mempunyai kapasitas pengikatan unsure hara dan air yang sangat tinggi, memiliki kekhususan koloidal dan mampu mengikat air 80-90% dari berat keringnya, bandingkan dengan tanah liat yang hanya mampu mengikat air 15-20% saja. Humus memberi warna tanah menjadi agak kehitaman dan sangat bermanfaat bagi pertanian karena mempengaruhi struktur tanah.


(33)

Bahan organik dalam tanah sangat berhubungan dengan kecepatan pelapukan tanah. Bahan organic yang mempunyai C/N rasio yang rendah akan lebih cepat melapuk disbanding bahan organik yang mempunyai C/N rasio yang tinggi. Untuk cepat lapuk maka perlu penambahan nitrogen tanah yaitu dengan menambahkan bahan organic yang cepat lapuk. Walaupun demikian peran oksigen yang terkandung dalam tanah sangat penting, karena berkurangnya kadar oksigen juga berpengaruh pada aktivitas mikroorganisme dalam penguraian. Ini berkaitan dengan ketersediaan unsure hara dari bahan organik yang bisa diserap tanaman. ( M, Isnaini, 2006 )

Reaksi - reaksi yang terjadi pada proses pengomposan yaitu : Reduksi sulfat :

CH3CHOHCOOH + SO42- 2CH3COOH + H2S + 2OH - 4H2 + SO42- 2H2O + H2S + 2OH- Reduksi karbon organik secara anaerobik :

CH3COOH CH4 + CO2

4CH3OH 3CH4 + CO2 + 2H2O C6H12O6 bakteri 3CH3COOH

C6H12O6 kapang 2CH3CH2OH + 2CO2 Reduksi karbon dioksida :

2CH3CH2OH + 2CO2 2CH3COOH + CH4 4H2 + CO2 CH4 + 2H2O


(34)

Reduksi oksidasi sempurna :

CH3COOH + 2O2 CO2 + 2H2O

2H2 + O2 2H2O

CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O ( M. Judoamidjojo, A.A. Darwis dan E.G. Said ).

Reaksi aminasi :

Protein proses enzimatik senyawa asam amino komplek + O2 + amina R NH2 + H2O hidrolisa enzim R OH + NH3 + energi

Reaksi amonifikasi :

2NH3 + H2CO3 (NH4)2CO3 2NH4+ + CO3 2-Reaksi nitrifikasi :

2NH4+ + 3O2 NO2- + 2H2O + 4H+ + Energi 2NO2- + O2 2NO3- + Energi

( Mul Yulyani Sutedjo, 2002 )

2.7.4. Menentukan Kematangan Kompos

Kompos dikatakan bagus dan Siap diaplikasikan jira tingkat kematangannya sempurna, dan bisa dilihat dari keadaan bentuk fisiknya, sebagai berikut :

1. Jika diraba, suhu tumpukan bahan yang dikomposkan sudah dingin, mendekati suhu ruang.

2. Tidak mengeluarkan bau busuk lagi.


(35)

4. Jika dilarutkan ke dalam air, kompos yang sudah matang tidak akan larut. 5. Strukturnya remah, tidak menggumpal.

( Simamora, Suhut dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos )

2.7.5 Meningkatkan Kesuburan Tanah

Produksi tanaman akan terhalang jika unsur hara yang terkandung di dalam tanah kurang atau tidak seimbang, terutama di daerah yang kadar unsur haranya buruk atau tanahnya terlalu asam atau basa. Meningkatkan jumlah produksi komoditas pertanian di Indonesia dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas tanah yang sudah mulai menurun kesuburannya.

Upaya yang dapat dilakukan untuk membatasi hilangnya unsur hara dan mengembalikan kesuburan tanah dilakukan dengan cara mendaur ulang limbah organik, seperti limbah dari kandang peternakan, kotoran manusia, sisa tanaman atau sisa pengolahan tanaman. Hasil daur ulang limbah organik tersebut dikembalikan ke lahan baik secara langsung ataupun setelah diolah menjadi kompos atau difermentasikan. Dengan memanfaatkan pupuk organik tersebut, unsur hara dalam tanah akan bisa diperbaiki. Sehingga kehilangan unsur hara akibat terbawa air hujan / leaching dapat diatasi.

Pemupukan menggunakan kompos mengakibatkan tanah yang strukturnya ringan (berpasir atau ringan) menjadi lebih baik, daya ikat air menjadi lebih tinggi. Sementara itu,tanah yang berat (tanah liat) menjadi lebih optimal dalam mengikat air. Kompos dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah dan dapat meningkatkan penyerapan unsur hara.


(36)

Unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia di dalam tanah dan pupuk, serta akan diserap dengan rambut akar dalam bentuk ion. Tanah yang memiliki kapasitas tukar kation (KTK) rendah hanya memiliki sedikit unsur hara di dalamnya yang dapat diserap tanaman.

Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dibagi menjadi dua yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro antara lain Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S). Sedangkan unsur hara mikro antara lain Zat besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), dan seng (Zn).

Komponen kompos yang semakin berpengaruh terhadap sifat kimia tanah adalah kandungan humusnya. Humus dalam kompos mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Humus yang menjadi asam humat dapat melarutkan zat besi dan aluminium sehingga fosfat yang terikat besi dan alminium akan lepas dan dapat diserap oleh tanaman. Selain itu humus merupakan penyangga kation yang dapat mempertahankan unsur hara sebagai bahan makanan untuk tanaman. Kandungan kimia kompos terlihat pada table di bawah ini :

Tabel 2.4. Analisis Kimia Kompos

Sumber : http : // www.kompos.go.id/htmt

Bahan (%) Kadar

Nitrogen 1,33

P2O5 0,83

K2O 0,36

Humus 53,70

Kalsium 5,61

Zat besi 2,1

Seng (ppm) 285

Timah (ppm) 575

Tembaga (ppm) 65

Kadmium (ppm) 5


(37)

18

Kompos juga berfungsi sebagai pemasok makanan bagi organisme di dalam tanah seperti kapang, bakteri, actinomycetes, dan protozoa sehingga dapat meningkatkan dan mempercepat proses dekomposisi bahan organik.( http:// www.kompos.go.id/


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat – alat yang digunakan

Alat – alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

• Buret Pyrex

Statif Klemp

• Alat destilasi Quickfit

• Labu Erlenmeyer Pyrex

• Gelas beaker 250 mL Pyrex

• Pipet volumentri 10 mL Pyrex

• Pipet volumentri 5 mL Pyrex

• Labu takar 100 mL Pyrex

• Pipet Skala 5 mL Pyrex

3.2 Bahan – bahan yang digunakan

Bahan – bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah ; • Tumbuhan Azolla

• Tandan Kosong Kelapa Sawit

• H2SO4(p) p.a E. Merck

• (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O p.a E. Merck

• K2Cr2O7 p.a E. Merck


(39)

• NaOH p.a E. Merck

• Fenolftalein p.a E. Merck

• Metil Merah p.a E. Merck

• Metal Biru p.a E. Merck

• H2C2O4.2H2O p.a E. Merck

• HCI p.a E. Merck

• H3BO3 p.a E. Merck

• H3PO4 p.a E. Merck

• Indikator difenilamin p.a E. Merck

• Selenium p.a E. Merck

• Akuades

• Bakteri EM4

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Penyediaan Sampel Azolla

Azolla yang diambil secara acak, dikeringkan dibawah sinar matahari selama 3 hari, selanjutnya dihaluskan jadi tepung.

3.3.2. Penyediaan Sampel Tandan Kosong Kelapa Sawit ( TKKS )

TKKS yang diambil secara acak dirajang menjadi potongan – potongan kecil sekitar 2 milimeter, kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari selama 3 hari, selanjutnya dihaluskan jadi tepung.


(40)

3.3.3. Pembuatan starter Effective Microoganism 4 (EM4)

Kedalam gelas beaker dimasukkan EM4 sebanyak 5 ml,kemudian ditambahkan aquades sebanyak 1 L, selanjutkan ditambahkan gula pasir sebanyak ½ sendok makan,diaduk sampai homogen dan dibiarkan selama 24 jam.

3.3.4 Pembuatan Kompos 3.3.4.1 Kompos Azolla

Ditimbang sebanyak 500 g sampel yang sudah dihaluskan dimasukkan ke dalam ember plastik, kemudian ditambahkan starter EM4 yang telah diencerkan sedikit demi sedikit hingga kandungan air 30 – 40%, kandungan air yang diinginkan, diuji dengan tidak menetesnya air bila bahan digenggam dan akan mekar jika genggaman bahan dilepas.Dihomogenkan, ditutup dan disimpan pada tempat yang telah disterilkan, dibiarkan sampai 30 hari, dilakukan pengadukan sekali dalam 48 jam untuk mengeluarkan gas gas yang terbentuk dan menjaga suhu adonan. Ditentukan kadar Kalium, Posfos, C-Organik dan Nitrogen untuk setiap variasi pengomposan 0-5-10-15-20-25 dan 30 hari.

3.3.4.2 Kompos TKKS

Ditimbang sebanyak 500 g sampel yang sudah dihaluskan dimasukkan kedalam ember plastik, kemudian ditambahkan starter EM4 yang telah diencerkan sedikit demi sedikit hingga kandungan air 30 – 40% kandungan air yang diinginkan ,diuji dengan tidak menetesnya air bila bahan digenggam dan tidak menetesnya air jika genggaman bahan dilepas.Dihomogenkan,ditutup dan disimpan pada tempat yang telah disterilkan, dibiarkan selama 30 hari, dilakukan pengadukan sekali dalam


(41)

48 jam untuk mengeluarkan gas gas yang terbentuk dan menjaga suhu adonan. Ditentukan kadar Kalium, Posfos, C-Organik dan Nitrogen untuk setiap variasi pengomposan 5-10-15-20-25 dan 30 hari.

3.3.4.3 Kompos Azolla +TKKS ( 1 : 1 )

Ditimbang sebanyak 500 g sampel azolla dan 500 g TKKS ( 1 : 1 ) yang sudah di haluskan, lalu dimasukkan ke dalam ember plastik dicampur sampai homogen,bahan diaduk terus sehingga campuran benar-benar merata, kemudian ditambahkan starter EM4 yang telah diencerkan sedikit demi sedikit hingga kandungan air 30 – 40 % yang ditandai dengan tidak menetesnya air jika bahan digenggam dan akan mekar jika genggaman bahan dilepas.Kemudian ditutup dan disimpan dibiarkan selama 30 hari, dilakukan pengadukan sekali dalam 48 jam untuk mengeluarkan gas gas yang terbentuk dan menjaga suhu adonan. Ditentukan kadar Kalium, Posfor, C-oraganik dan Nitrogen setiap variasi pengomposan 5,10,15,20,25 dan 30 hari.

3.3.4.4 . Pembuatan tablet kompos

Kompos yang sudah matang masing masing diayak untuk dibuat tablet kompos.

Tablet 1. Kompos azolla 50 g + kompos TKKS 50 g dicampur homogen lalu di tambah larutan kanji 2 gram / 50 ml sehingga berbentuk adonan yang liat, selanjutnya di cetak menjadi tablet kompos, dikeringanginkan lalu dianalisa kandungan hara makro C,N,P dan K.


(42)

Tablet 2. Kompos azolla + TKKS (1:1) 100 g di tambah larutan kanji 2 gram / 50 ml dibuat adonan yang liat selanjutnya dicetak menjadi tablet kompos, dikeringanginkan lalu dianalisa kandungan hara makro C,N,PdanK.

3.3.5 Pembuatan Pereaksi dan Larutan Standar

3.3.5.1 Pembuatan Pereaksi dan Larutan standar untuk penentuan Posfor sebagai P2O5 Metode Spektrofotometri

a. Larutan HCl 25%

Dipipet 173,6 ml HCl (p), dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.

b. Larutan Standar 100 P 100 ppm

Ditimbang 0,2195 g kristal KH2PO4 secara kuantitatif, dimasukkan ke dalam gelas piala 250 ml, dilarutkan dengan akuades secukupnya, dimasukkan kedalam labu takar 500 ml, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan. c. Larutan Amonium Molibdat 4%

Ditimbang 1,883 g kristal (NH4)6Mo7O24.4H2O, dimasukkan ke dalam gelas piala 50 ml, dilarutkan dengan akuades secukupnya, dimasukkan kedalam labu takar 50 ml, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dihomogenkan.

d. Larutan Asam Askorbat 0,1 M

Ditimbang 0,880 g kristal C6H8O6, dimasukkan ke dalam gelas piala 50 ml, dilarutkan dengan akuades secukupnya, dimasukkan kedalam labu takar 50 ml, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dihomogenkan.


(43)

e. Larutan Kalium antimonil Tartarat 1mg Sb/ml

Ditimbang 0,105 g kristal KSbOC4H4O6.1/2 H2O, dimasukkan ke dalam gelas piala 50 ml, dilarutkan dengan akuades secukupnya, dimasukkan kedalam labu takar 50 ml, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dihomogenkan.

f. Larutan Seri Standar P dalam ekstrak HCl 0,95 N

Dipipet masing – masing 20 ml akuades dan 11,7 ml HCl 25% ke dalam labu takar 100 ml, dipipet 2ml, 4ml, 6ml, 8ml,10 ml larutan standar 100 ppm secara kuantitatif, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda , dan dihomogenkan.

g. Larutan H2SO4 5 N

Dipipet 13,72 ml H2SO4 (p),dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml yang telah berisi 20 akuades, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, didinginkan dan dihomogenkan

h. Pembuatan Larutan Campuran Pengkompleks

Dipipet 25 ml H2SO4 5 N ke dalam labu takar 50 ml, ditambahkan 7,5 ml larutan (NH4)6Mo7O24. 4%, ditambahkan 15 ml larutan asam askorbat 0,1 M, ditambahkan 2,5 ml larutan KSbOC4H4O6 0,1 M, dan dihomogenkan.

3.3.5.2 Pembuatan Pereaksi untuk Penentuan C – Organik a. Larutan K2Cr2O7 1 N

Ditimbang secara kuantitatif kristal K2Cr2O7 sebanyak 12,257 g, dimasukkan ke dalam gelas piala 250 ml, dilarutkan dengan akuades secukupnya, dimasukkan kedalam labu takar 250 ml, diencerkan hingga garis tanda, dan dihomogenkan.


(44)

b.Larutan FeSO4 1 N

Ditimbang secara kuantitatif kristal FeSO47H2O sebanyak 69,505 g, dimasukkan ke dalam gelas piala 250 ml, dilarutkan dengan akuades secukupnya, ditambahkan 37,5 ml H2SO4 pekat secara perlahan – lahan , diaduk hingga larut, dimasukkan ked lam labu takar 250 ml, ditambahakan akuades hingga garis tanda, didinginkan dan dihomogenkan.

c. Larutan Difenilamin ( (C6H5)2NH4 )

Ditimbang 0,5 g kristal difenilamin, dilarutkan dengan 20 ml akuades dalam gelas piala 250 ml, ditambahkan dengan 100 ml H2SO4 pekat secara perlahan – lahan dengan merendam gelas beaker dalam air es, dan diaduk hingga larut seluruhnya.

3.3.5.3 Pembuatan Pereaksi untuk Penentuan Nitrogen Metode Kjehldahl a. Larutan NaOH 40%

Ditimbang sebanyak 40 g kristal NaOH, dimasukkan kedalam gelas piala 250 ml, kemudian dilarutkan dengan akuades, dimasukkan kedalam labu takar 100 ml, diencerkan hingga garis tanda dan dihomogenkan.

b. Larutan Indikator fenolftalein

Dimasukkan kedalam labu takar 100 ml, diencerkan hingga garis tanda, dan dihomogenkan.

c. Larutan H3BO3 3%

Ditimbang H3BO3 sebanyak 3 g, dimasukkan kedalam gelas piala 250 ml, dilarutkan dengan akuades, dimsukkan kedalam labu takar 100 ml,diencerkan hingga garis tanda dan dihomogenkan.


(45)

d. Larutan Indikator Campuran

Sebanyak 2 bagian indikator metil biru 0,1% (b/v) dan 1 bagian indikator metil merah 0,2% (b/v) dalam etanol.

e. Larutan H2C2O4 0,01 N

Ditimbang kristal H2C2O4.2H2O secara kuantitatif sebanyak 0,63 g, dimasukkan kedalam gelas piala 250 ml, dilarutkan dengan akuades, dimasukkan ke dalam labu takar 1000 ml, diencerkan hingga garis tanda, dan dihomogenkan.

f. Larutan NaOH 0,01 N

Ditimbang secara kuantitatif kristal NaOH sebanyak 0,4 g, dimasukkan ke dalam gelas piala 250 ml, dilarutkan dengan akuades, dimasukkan ke dalam labu takar 1000 ml, diencerkan hingga garis tanda, dan dihomogenkan.

g. Larutan HCl 0,01 N

Sebanyak 0,83 ml HCl 37% dipipet ke dalam labu takar 1000 ml, diencerkan hingga garis tanda dengan akuades, dan dihomogenkan.

h. Standarisasi Larutan NaOH 0,01 N

- Dipipet 10 ml larutan H2C2O4 0,01 N dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer - Ditambahkan 3 tetes indikator Fenolftalein

- Dititrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan warna menjadi merah lembayung

- Dilakukan hal yang sama sebanyak 3 kali. i. Standarisasi HCl 0,01 N

- Dipipet 10 ml larutan HCl 0,01 N dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer - Ditambahkan 3 tetes indikator bromtimol biru


(46)

- Dititrasi dengan NaOH yang telah distandarisasi hingga terjadi perubahan warna biru menjadi hijau kekuningan

- Dilakukan hal yang sama sebanyak 3 kali.

3.3.5.4 Pembuatan Pereaksi Untuk Penentuan Kalium sebagai K2O Dengan

Metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) a. Larutan HCl 25%

Dipipet 173,6 ml HCl (p), dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan

b. Larutan Kalium 100 ppm

Dilarutkan 1,907 g KCl p.a. dengan akuades dalam labu takar 1000 ml hingga garis tanda . Larutan ini mengandung 1 mg K/L.

c. Larutan Standar Kalium 100 ppm

Sebanyak 10 ml larutan standar kalium 1000 ppm diencerkan dengan akuades dalam labu takar 100 ml hingga garis tanda.

d. Larutan Seri Standard Kalium untuk kalibrasi (0,0 - 5 - 10 - 15 - 20 ppm) Dari larutan standar 100 ppm kalium masing – masing dipipet 0,0; 5; 10; 15; 20, ml, kemudian masing-masing diencerkan dengan akuades dalam labu takar 100 ml hingga garis tanda. Masing – masing larutan adalah 0,0; 5; 10; 15; 20 ppm kalium.

3.3.6. Penentuan P-Total Metode spektrofometri 3.3.6.1 Preparasi Sampel

Ditimbang 1 g sampel yang telah dikeringkan dibawah sinar matahari, dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer 250 ml, ditambahkan dengan 12,5 ml HCl


(47)

25%, dikocok dengan mesin pengocok selama 2 jam, disaring kertas saring no. 40, ditampung ekstrak sampel ke dalam labu takar 100 ml, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dihomogenkan.

3.3.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Dipipet 1 ml masing – masing larutan standar ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 5 ml akuades,ditambahkan 1 ml larutan campuran,didiamkan selama 15 menit, diukur absorbansinya dengan spektrofotometer, pada λ= 710 nm, dibuat kurva kalibrasi dengan memplotkan konsentrasi terhadap absorbansi.

3.3.6.3 Penentuan Kadar Posfor pada Sampel

Dipipet ekstrak sampel ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 5 ml akuades, ditambahkan 1 ml larutan campuran, didiamkan selama 15 menit , diukur absorbansinya dengan spektrofotometer, pada λ = 710 nm.

3.3.7. Penentuan Kadar C -Organik dengan metode Walkey Black

- Ditimbang secara kuantitatif sebanyak 0,1 g sampel yang telah dihaluskan dan kering udara dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml

- Ditambahkan 10 ml larutan K2Cr2O7 1 N - Ditambahkan 5 ml H2SO4 pekat secara perlahan - Diaduk selama 1 menit

- Dididamkan selama 30 menit - Ditambahkan 200 ml akuades


(48)

- Dititrasi dengan larutan FeSO4 hingga terjadi perubahan warna dari ungu menjadi hijau

- Catatan : terlebih dahulu dilakukan hal yang sama pada blanko untuk

standarisasi FeSO4

3.3.8 Pengukuran Nitrogen dengan Metode Kjehdahl

- Ditimbang secara kuantitatif sebanyak 0,1 g sampel dimasukkan kedalam labu Kjehldahl

- Ditambahkan 0,3 g selenium dan 25 ml H2SO4 pekat

- Didekstruksi sampel hingga sampel berubah menjadi larutan coklat kehitaman - Dipindahkan ke dalam labu destilasi dan ditambahkan 50 mll akuades

- Ditambahkan 3 tetes indikator Fenolftalein dan NaOH 40% sehingga berwarna merah lembayung

- Disediakan penampung untuk hasil destilat berupa labu Erlenmeyer yang berisi 50 ml H3BO3 3% dan 3 tetes indikator campuran

- Dipasang tabung destilasi pada alat destilasi, kemudian diletakkan paada tempatnya

- Dilakukan destilasi hingga diperoleh wwarna hijau muda

- Destilat kemudian dititrasi dengan HCl 0,01 N sampai terbentuk merah lembayung

- Dicatat volume titran ditentukan % N - Dilakukan hal yang sama sebanyak 3 kali.


(49)

3.3.9 Penentuan Kalium sebagai K2O Dengan Metode Spektrofotometer

Serapan Atom (SSA)

- Dipanaskan gelas timbangan ke dalam oven pada suhu 105 0C dipanaskan selama 15 menit lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit

- Ditimbang sebanyakl 5 g sampel kering lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml

- Ditambahkan 12,5 ml HCl 25% ke dalam erlenmeyer 100 ml yang berisi sampel

- Larutan dibiarkan selama 1 malam

- Kemudian dikocok dengan mesin pengocok bolak-balik selama 2 jam sampai terbentuk suspensi

- Larutan disaring ke dalam labu takar 100 ml dengan menggunakan kertas saring whatman No. 40, sambil dicuci sebanyak 3 kali dengan akuades

- Kemudian labu ukur dipenuhkan dengan akuades sampai garis tanda - Filtrat disimpan didalam botol plastik untuk penetapan kadar kalium

- Konsentrasi kalium di dalam larutan diukur dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 766,5 nm.


(50)

3.4 Bagan Penelitian 3.4.1 Pembuatan Kompos 3.4.1.1.Pembuatan Starter EM4

Dimasukkan kedalam gelas beaker 1 L Ditambahkan 1 L akuades

Ditambahkan ½ sendok makan gula pasir

Diaduk sampai homogen

Dibiarkan selama 24 jam 5 mL EM4


(51)

3.4.1.2.Pembuatan kompos azolla

Dirajang kecil-kecil sampai halus

Dikeringkan dibawah sinar matahari selama 3 hari Dibuat jadi tepung

Ditentukan kadar C,N,P dan K Ditimbang 500 gram

Dimasukkan ke dalam ember plastik

Ditambah starter EM4 sedikit demi sedikit hingga kandungan air 30 sampai 40 %

Ditutup rapat ember plastik yang telah dilobangi Disimpan pada tempat yang steril

Dilakukan pengadukan sekali 48 jam untuk mengeluarkan gas – gas yang terbentuk dan menjaga suhu adonan

Dibiarkan selama sampai 30 hari

Ditentukan kadar P sebagai P2O5, C – organic, Nitrogen dan kalium sebagai K2O masing-masing kompos dengan variasi waktu 5,10.15.20 ,25 dan 30 hari

500 g serbuk Azola

Kompos Azola Azola 6 kg


(52)

3.4.1.3. Pembuatan kompos TKKS

Dipotong kecil kecil 1 – 2 cm

Dikeringkan dibawah sinar matahari selama 3 hari Dihaluskan

Ditentukan kadar C,N,P dan K Ditimbang sebanyak 500 g

Dimasukkan ke dalam ember plastik

Ditambahkan starter EM4 sedikit demi sedikit hingga kandungan air 30 sampai 40 %

Ditutup rapat ember plastik yang dilobangi Disimpan pada tempat yang steril

Dilakukan pengadukan sekali 48 jam untuk mengeluarkan gas – gas yang terbentuk dan menjaga suhu adonan

Dibiarkan selama 0 sampai 30 hari

Ditentukan kadar P sebagai P2O5, C – organic, Nitrogen dan kalium sebagai K2O masing-masing kompos dengan variasi waktu

5,10,15,20,25 dan 30 hari Hasil

Kompos TKKS 500 g serbuk TKKS

TKKS 1000 g


(53)

3.4.1.4. Pembuatan tablet kompos azolla dan kompos TKKS

Kompos Azolla 50 g

Dihaluskan dan diayak

Kompos TKKS 50 g

Dihomogenkan dengan larutan kanji 2 gr/ 50 ml air menjadi

adonan yang liat Dicetak

Dikeringanginkan

Dianalisa kadar C,N,P dan K Hasil


(54)

3.4.1.5.Bagan Pembuatan Kompos Azolla + TKKS (1:1) Serta Pembuatan Tablet

Dimasukkan ke dalam ember plastik Ditambah starter EM4 sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga

kandungan air 30-40%

Ditutup rapat ember plastik yang dilobangi

Disimpan pada tempat yang steril Dilakukan pengadukan sekali 48 jam untuk mengeluarkan gas – gas yang terbentuk dan menjaga suhu adonan Disimpan dibiarkan selama 30 hari Dianalisa Kadar C,N,P,K setiap variasi hari pengomposan 5,10,20,25 dan 30 hari

Diayak

Ditimbang 100 g Dihomogenkan dengan larutan

kanji 2 gr/ 50 ml air menjadi adonan yang liat

Dicetak Sampel Kompos

Azolla 500 g

Dicampur sampai homogen

Kompos

Sampel TKKS 500 g

Tablet Kompos

Hasil


(55)

3.4.2 Penentuan C – Organik

Ditambahkan 10 ml K2Cr2O7 Ditambahkaan 20 ml H2SO4 pekat Diaduk selama 1 menit

Didiamkan selama 30 menit

Ditambahkan 100 ml akuades Ditambahkan 5 ml H3PO4 85 % Ditambahkan 1 ml larutan difenilamin

Dititrasi dengan FeSO4 0,8987 N hingga warna berubah menjadi hijau

Dicatat volume FeSO4 0,8987 N yang terpakai Hasil

Larutan ungu

Larutan hijau kekuningan 0,1 g Azolla

Catatan : Prosedur ini dilakukan dengan cara yang sama untuk TKKS Prosedur ini dilakukan untuk masing – masing kompos Azolla

dan TKKS sesudah pengomposan dengan variasi waktu 5,10,15,20,25 dan 30 hari

Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dan disajikan sebagai nilai rata – rata.


(56)

3.4.3. Penentuan Posfor sebagai P2O5 Metode Spektrofotometri

3.4.3.1 Pengekstrakan Azolla

Ditambahkan 12,5 ml HCl 25%

Dikocok selama 2 jam dengan mesin pengocok dengan kecepatan 20 rpm

Disaring dengan kertas saring whatman no.40

Dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml Diencerkan dengan akuades hingga garis tanda Dihomogenkan

Ekstrak azolla encer Ekstrak

Ekstrak Azolla Residu

1 g serbuk Azolla yang telah

dikeringkan dibawah sinar matahari

Catatan : Prosedur ini dilakukan untuk masing – masing kompos Azolla dan daun TKKS sesudah pengomposan dengan variasi waktu 5,10,15,20,25,dan 30 hari


(57)

3.4.2.2. Pengukuran Absorbansi dari Larutan Standar P untuk kurva Kalibrasi Untuk Larutan standar 2 ppm

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 5 ml akuades

Ditambahkan 1 ml larutan campuran pengkompleks Didiamkan 15 menit

Diukur absorbansinya dengan spektorfotometer pada λ= 710 nm Hasil

Larutan berwarna biru 1 ml larutan standar 2 ppm

Catatan : dilakukan hal yang sama untuk larutan standar 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm


(58)

3.4.2.3 Pengukuran Absorbansi untuk Ekstrak Azola

Dimasukkan ke dalam tabu ng reaksi Ditambahkan 5 ml akuades

Ditambahakan 1 ml larutan campuran pengkompleks Didiamkan 15 menit

1 ml ekstrak azolla

Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada λ= 710 nm

Larutan berwarna biru

Hasil

Catatan : Prosedur ini dilakukan untuk masing – masing kompos azolla dan TKKS sesudah pengomposan dengan variasi waktu 5,10,15,20.25 dan 30 hari


(59)

3.4.3 Penentuan Kadar Nitrogen Azolla

ditambahkan 0,3 gselenium dan H2SO4 pekat

didekstruksi hingga menjadi larutan coklat kehitaman

Dipindahkan ke dalam labu destilasi Ditambahkan 50 ml akuades

Ditambahakan 3 tetes indikator fenoltalein

Ditambahkan NaOH 40% sampai berwarna merah lembayung Didestilasi

Ditampung destilat ke dalam gelas erlenmeyer yang berisi 50 ml H3BO3 3% dan 3 tetes indikator campuran hingga berwarna hijau

Larutan coklat kehitaman 0,1 g serbuk Azolla yang telah

dikeringkan

Ditampung di dalam gelas erlenmeyer yang berisi 50 ml H3BO3 3% dan 3 tetes indikator campuran

Dititrasi dengan HCl 0,01 N

Ditentukan % N

Catatan : prosedur ini dilakukan untuk masing – masing kompos azolla dan TKKS sesudah pengomposan dengan variasi waktu 5,10,15,20,25 dan 30 hari Larutan merah muda

Hasil

Destilat berwarna hijau

Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dan disajikan sebagai nilai rata- rata


(60)

41

3.4.4 Penentuan Kalium sebagai K2O dengan Metode Spektrofotometer

Serapan Atom

Didinginkan dalam desikator selama 30 menit Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml Dilarutkan dengan 12,5 ml HCl 25% Didesktruksi selama 3 jam

didiamkan selama 1 malam

Didinginkan, lalu disaring pada labu takar 100 ml dengan kertas saring whatman no. 40

Diencerkan dengan akuades sampai garis Didinginkan pada suhu kamar

Didiamkan selama 12 jam

Disaring dengan kertas saring Whatman No. 42 Cawan dicuci tiga kali dengan akuades

Kertas saring dicuci akuades tiga kali dengan akuades

Dibuat pH ± 3 dengan penambahan NH4OH 20% tetes demi tetes

Diencerkan dengan akuades hingga garis tanda

Konsentrasi K diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom

Di dalam gelas timbangan

Larutan

Filtrat (dalam labu takar 100 ml)

Konsentrasi kalium

Endapan (dibuang) 5 g sampel kering


(61)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1 Data Analisa Pengomposan Azolla Tabel 4.1. Pengomposan Azolla

Parameter Jenis

Kompos Hari C (%) N (%) C/N P (%) K (%)

0 43, 46 3,54 12,27 0,79 2,24

5 35,55 3,93 9,04 0,87 2,49

10 26, 35 4,30 6,12 1,05 3,03

15 24,33 4,42 5,49 1,07 3,11

20 23, 68 4,61 5,12 1,12 3,25

25 23,15 4,75 4,86 1,15 3,34

Azolla

30 23,05 4,82 4,77 1,17 3,39

Dari data analisa Pengomposan Azolla seperti tabel 4.1 terlihat Perubahan Konsentrasi C, N, C/N, P, K sebagai berikut :

Pada pengomposan 10 hari penurunan konsentrasi karbon makin rendah dan stabil sampai hari ke 30. Sedangkan Konsentarsi N, P, dan K terjadi kenaikan tajam sampai dengan hari ke 10, setelah hari ke sepuluh perubahan konsentrasi N, P, dan K tetap menunjukkan kenaikan. Dengan demikian diperoleh data C/N sebanding dengan penurunan konsentarsi C, artinya pada hari ke 10 dapat dikatakan rasio yang paling baik untuk untuk pengomposan Azolla. Untuk melihat perubahan yang terjadi pengomposan terus diamati hingga hari ke 30. Perubahan konsentrasi ini dapat dilihat seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.1. Perubahan konsentrasi C, N, C/N, P dan K dari Azolla selama pengomposan.


(62)

Tabel 4.2. Persentase Perubahan Konsentrasi C, N, C/N, P dan K dari Azolla Selama Pengomposan

Hari C N C/N P K

0 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

5 81,80 111,11 73,62 110,87 111,11

10 60,64 121,62 49,86 132,86 135,14

15 55,97 125,00 44,78 135,66 138,89

20 54,49 130,44 41,77 141,77 144,93

25 53,27 134,33 39,66 145,98 149,26

30 53,05 136,36 38,90 147,75 151,52

Gambar 4.1 Kurva Perubahan Konsentrasi C, N, C/N, P dan K dari Azolla Selama Pengomposan


(63)

4.1.2 Data Analisa Pengomposan TKKS Tabel 4.3 Pengomposan TKKS

Parameter Jenis

Kompos

Hari

C (%) N (%) C/N P (%) K (%)

0 64,40 0,97 65,82 0,07 15,43

5 63,89 0,99 64,33 0,07 15,51

10 63,01 1,01 61,84 0,08 15,65

15 58,77 1,05 55,88 0,08 25,84

20 54,75 1,12 48,69 0,08 26,24

25 48,33 1,20 40,02 0,09 26,70

TKKS

30 42,61 1,27 33,54 0,10 27,05

Pada pengomposan TKKS sampai hari ke 10 terjadi pengurangan konsentrasi karbon yang lambat , namun setelah hari ke 10 perubahan konsentrasi makin cepat sampai hari ke 30. Untuk N dan P, mengalami perubahan laju konsentrasi yang relatif sama. Kenaikan laju konsentrasi N dan P lambat sampai hari ke 15 dan naik cepat mulai hari ke 15 sampai hari ke 30. Konsentrasi K mengalami perubahan konsentrasi yang cukup tinggi mulai hari ke 10 sampai dengan hari ke 15 dan terjadi penurunan konsentrasi K setelah hari ke 15, perubahan relatif stabil sampai hari ke 30. Rasio C/N terlihat mengikuti perubahan konsentarsi Karbon. Pada hari ke 10 rasio C/N adalah 61,84 dengan persentase perubahan 93,94 % dan pada hari ke 30 rasio C/N adalah 33,54 dengan persentase perubahan 50, 96 %. Dilihat dari rasio C/N pada hari ke 30 ini, pengomposan masih memungkinkan untuk untuk dilanjutkan.


(64)

Tabel 4.4. Persentase Perubahan Konsentrasi C, N, C/N, P dan K dari TKKS Selama Pengomposan

.

Hari C N C/N P K

0 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

5 99,23 101,52 97,74 101,28 100,53

10 97,86 104,17 93,94 103,95 101,46

15 91,28 107,52 84,89 107,27 167,44

20 85,03 114,95 73,97 114,67 170,06

25 75,07 123,46 60,80 123,09 173,05

30 66,18 129,87 50,96 129,59 178,50

Gambar 4.2 Kurva Perubahan Konsentrasi C, N, C/N, P dan K dari TKKS Selama Pengomposan


(65)

4.1.3 Data Analisa Pengomposan Azolla dan TKKS (1:1) Tabel 4.5. Pengomposan bersama Azolla dan TKKS (1:1)

Parameter Jeanis

Kompos Hari C (%) N (%) C/N P (%) K (%)

0 54,31 2,26 24,06 0,43 8,84

5 45,23 2,28 19,80 0,46 9,00

10 40,24 2,43 16,58 0,50 9,34

15 36,77 2,58 14,24 0,54 14,47

20 32,57 2,61 12,48 0,56 14,75

25 28,31 2,66 10,65 0,58 15,03

Azolla dan TKKS dikomposkan bersama (1:1)

30 25,91 2,72 9,51 0,60 15,22

Pada pengomposan Azolla dan TKKS (1: 1 ) terjadi penurunan konsentrasi Karbon hingga hari ke -30. Untuk N terjadi kenaikan konsentrasi hingga 120,61 % pada hari ke-30. Untuk P terjadi kenaikan konsentrasi hingga 138,88 %  pada hari ke-30. Konsentrasi K terlihat mengalami kenaikan konsentrasi yang lambat sampai hari ke -10, tetapi selanjutnya mengalami kenaikan yang signifikan hingga hari ke-20 dan selanjutnya mengalami kenaikan yang konstan hingga hari ke-30. Pada pengomposan ini terlihat mengikuti laju penurunan konsentrasi C dimana Rasio C/N mulai mengalami pengurangan laju konsentrasi yang melambat pada hari ke-25. Besarnya laju perubahan konsentrasi C, N, P dan K dapat ditunjukkan pada gambar kurva tabel 4.6 .


(66)

Tabel 4.6. Persentase Perubahan Konsentrasi C, N, C/N, P dan K dari TKKS dan Azolla Yang Dikomposkan Bersama Selama Pengomposan

Hari C N C/N P K

0 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

5 83,27 101,17 82,31 107,52 101,88

10 74,10 107,53 68,91 116,27 105,72

15 67,71 114,36 59,20 124,99 163,76

20 59,96 115,62 51,86 129,88 166,91

25 52,12 117,72 44,28 135,13 170,08

30 47,70 120,61 39,54 138,88 172,26

Gambar 4.3 Kurva Perubahan Konsentrasi C, N, C/N, P dan K dari TKKS dan Azolla dikomposkan bersama (1:1) Selama Pengomposan.


(67)

4.1.4 Data Analisa Pengomposan Tablet Kompos Tabel 4.7. Analisa Tablet Kompos

Parameter Jenis Kompos

C (%) N (%) C/N P (%) K (%)

Tablet I Kompos azolla+kompos TKKS

33,2950 3,0299 10,9888 0,6304 14,40

Tablet II Kompos azolla+TKKS

( 1 : 1 )

26,2234 2,6853 9,7655 0,5942 15.01

Dari tabel 4.7 analisa tablet kompos baik tablet kompos Azolla + kompos TKKS maupun tablet kompos Azolla + TKKS (1:1) terjadi kenaikan persentase karbon mengakibatkan rasio C/N kedua tablet pengomposan tersebut sedikit naik.


(68)

49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pengomposan Azola jauh lebih cepat ( 10 hari ) telah menunjukkan C/N rasio yang sesuai dengan standar SNI, sedangkan pengomposan TKKS sampai pada hari 30 baru menunjukkan C/N rasio yang mendekati Standar Nasional Indonesia (SNI), tetapi bilamana keduanya dicampur pada hari ke 15, telah menunjukkanh C/N rasio pengomposan.

Dari analisa tablet kompos, C/N kompos Azolla + kompos TKKS adalah = 10,9888, C=33,2950 %, kandungan hara makro N = 3,0299 %, P = 0,6304 %, dan K = 14,40 % menunjukkan bahwa tablet kompos ini telah memenuhi Standar Nasional Indonesia SNI 19 – 7030 – 2004

Untuk analisa tablet kompos Azolla + TKKS (1:1) C/N = 9,7655, C = 26,2234 %, kandungan hara Makro N = 2,6853 %, P = 0,5942 %, K = 15,01 %. Dari

kandungan Hara Makro telah memenuhi Standar Nasional Indonesia SNI 19 – 7030 – 2004.

5.2 Saran

Untuk penelitian selanjutnya, disarankan mencari alternatif tambahan selain daripada azola untuk menambah atau meningkatkan kandungan fosfor (P) dan

kalium (K).


(69)

DAFTAR PUSTAKA

AgroMedia, R., 2007. Cara Praktis Membuat Kompos. Jakarta : PT. Agro Media Pustaka.

Ashari, S. 1995. Hortikultural Aspek Budidaya. Jakarta : Universitas Indonesia. Djuarnani, N., Kristian, Setiawan, B.S.2005. Cara Cepat Membuat Kompos.PT.Agro Media Pustaka.

Djaja, W. 2008. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak & Sampah. Jakarta : PT. Agro Media Pustaka.

Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta : PT. Agro Media Pustaka.

Ikip, L.K., Syarif Husain, MP., Misbah Ruhiyati., 2004. Aplikasi Teknologi Pupuk Organik Azolla Pada Budidaya Pada Sawah di Desa Mandesan kec. Selopuro kab. Blitar LPPM. Univ. Muhammadiyah Malang.

Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik. Untuk Keuntungan Ekonomi dan Kelestarian Bumi.Yogyakarta : Kreasi Wacana.

Jones, U.S. 1985. Fertilizers and Soil Fertility. Virginia : Reston A Prentice- Hall Company.

Judoamidjojo, M. Darwis, A.A. Said, E. G. 1992. Teknologi Fermentasi. Jakarta : Penerbit Rajawali.

Lingga, P. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta : Penebar Swadaya.

Lumpkin, T.A. dan Pucknet, D.I. 1982. Azolla as green Manure : use and Management in Crop Production Westview. Press Inc. Colorado.

Marsono, P.S. 2001. Pupuk aker, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta

Musnamar, E.I. 2003. Pupuk Organik Padat Pembuatan dan Aplikasi. Jakarta : Penebar Swadaya.

Naibaho, P.M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Tangerang : PT. Agro Media Pustaka.


(70)

51

Rinsema, W.T. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta : Penerbit Bhratara. Shamsuddin, Z.H., Husni, A.M.H., A, A.R. 1994. Combined Use Of Chemical and Organic Fertilizers. Malasysia : Universitas Pertanian Malaysia.

Sigit, M.P. 2001. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Jakarta : Penebar Swadaya. Simamora, S., Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Jakarta : PT.Agro Media Pustaka.

Sofian. 2006. Sukses Membuat Kompos Dari Sampah. Jakarta : PT. Agro Media Pustaka.

Standar Nasional Indonesia. SNI 19 – 7030 – 2004.

Sutedjo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. Sutiyoso, Y. 2003. Meramu Pupuk Hidroponik Tanaman Sayuran, tanaman Buah,

Tanaman Buah. Jakarata : Penerbit swadaya. Van Steenis. 1988. Flora. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Yovita, H.I. 2006. Membuat Kompos Secara Kilat. Penerbit Swadaya. Jakarta

Yuliarti, N. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Yogyakarata : Penerbit ANDI.


(71)

Lampiran I

DATA ANALISA PENGOMPOSAN AZOLLA, TKKS, dan AZOLLA + TKKS (1:1)

Parameter Jenis

Kompos

Hari

C (%) N (%) C/N P (%) K (%)

0 43, 46 3,54 12,27 0,79 2,24

5 35,55 3,93 9,04 0,87 2,49

10 26, 35 4,30 6,12 1,05 3,03

15 24,33 4,42 5,49 1,07 3,11

20 23, 68 4,61 5,12 1,12 3,25

25 23,15 4,75 4,86 1,15 3,34

Azolla

30 23,05 4,82 4,77 1,17 3,39

Parameter Jenis

Kompos

Hari

C (%) N (%) C/N P (%) K (%)

0 64,40 0,97 65,82 0,07 15,43

5 63,89 0,99 64,33 0,07 15,51

10 63,01 1,01 61,84 0,08 15,65

15 58,77 1,05 55,88 0,08 25,84

20 54,75 1,12 48,69 0,08 26,24

25 48,33 1,20 40,02 0,09 26,70

TKKS


(72)

53

Parameter Jenis

Kompos

Hari

C (%) N (%) C/N P (%) K (%)

0 54,31 2,25 24,05 0,43 8,83

5 45,22 2,28 19,80 0,46 9,00

10 40,24 2,42 16,57 0,50 9,34

15 36,77 2,58 14,24 0,54 14,47

20 32,56 2,61 12,47 0,56 14,74

25 28,31 2,65 10,65 0,58 15,02

Azolla dan TKKS

Dikomposkan Bersama (1:1)

30 25,90 2,72 9,51 0,60 15,22

Parameter Jenis Kompos

C (%) N (%) C/N P (%) K (%)

Tablet I Kompos

azolla+kompos TKKS

33,2950 3,0299 10,9888 0,6304 14,40

Tablet II Kompos azolla+TKKS

( 1 : 1 )


(73)

Lampiran 2

Data Perhitungan N‐Total Pengomposan Azolla dan TKKS 

 

1. Perhitungan garis regresi dari larutan seri standar 

   

 

X  Y 

No 

Konsentrasi  Absorbansi 

1  0.1  0.210 

2  0.2  0.360 

3  0.3  0.482 

4  0.4  0.602 


(74)

Lampiran 3

Data Perhitungan P Pengomposan Azolla dan TKKS

1. Perhitungan  Garis regresi dan larutan seri standar 

 

No X

Konsentrasi

Y absorbansi

1 0.2 0.016

2 0.4 0.028

3 0.6 0.037

4 0.8 0.046

5 1 0.054


(75)

56

Lampiran 4

Data Perhitungan P Pengomposan Azolla dan TKKS 1 Perhitungan Garis regresi dan larutan seri standar

X  Y 

No 

Konsentrasi  Absorbansi 

1  0.5  0.0521 

2  1.0  0.0826 

3  1.5  0.1117 

4  2.0  0.1554 


(76)

Lampiran 5

Tabel 1. Hasil Pengomposan Azolla dengan EM 4

Hari Ke Kompos

Azolla 5 10 15 20 25 30

Standar

Warna Putih abu Coklat Kehita man Hitam Kecoklatan Hitam Kecoklatan Hitam Kecoklatan Hitam Kecoklatan Hitam Kecoklatan

Bau sampel masih tercium Seperti tanah Seperti tanah Seperti tanah Seperti tanah Seperti tanah Seperti tanah

Struktur Belum terurai sempur na

menggu mpal

Gembur Gembur Gembur Gembur Gembur

Tabel 2. Hasil Pengomposan TKKS dengan Em sebagai aktivator 4

Hari Ke Kompos

TKKS 5 10 15 20 25 30

Standar Warna Coklat

(warna sampel) Coklat agak kehitaman Coklat Kehitaman Coklat kehitaman Coklat hitam Hitam kecolatan Hitam Kecoklatan Bau Sampel Sampel

amonia Sampel Amonia Seperti tanah Seperti tanah Seperti tanah Seperti tanah Struktur Belum

terurai sempurna Menggum pal Menggumpa l Menggum pal Mengg umpal Gembur ada gumpalan kecil kecil Gembur


(77)

Tabel 3. Hasil Pengomposan Azolla + TKKS (1:1)

Hari Ke Kompos

Azolla + TKKS (1:1)

5 10 15 20 25 30

Standar

Warna Abu

Coklat

Kecoklatan Kecoklata n Coklat kehitaman Hitam kecolatan Hitam kecolata n Hitam Kecoklatan

Bau Seperti sampel Seperti sampel campur amonia Seperti sampel campur amonia Sedikit berbau tanah Sedikit Berbau tanah Berbau tanah Seperti tanah

Struktur Belum terurai sempur na Gumpalan kecil Gumpalan kecil masih banyak Gumpalan kecil masih banyak Gembur ada gumpalan kecil

Gembur Gembur

Tabel 4. Keadaan fisik hasil pembuatan tablet kompos

Larutan kanji yang ditambah Jenis tablet

1 gr/50 ml 2 gr/50 ml 5 gr/ 50 ml

Kompos Azolla + TKKS (100 gram) Hasil cetakan mudah hancur Mudah dicetak penampilan bagus

Mudah dicetak tapi hasil cetakan keras

Kompos Azolla + TKKS (1:1) (100 gram) Hasil cetakan mudah hancur Mudah dicetak penampilan bagus

Mudah dicetak tapi hasil cetakan keras


(78)

59

Lampiran 6

Tabel Lampiran. Standar Kualitas Kompos (SNI 19-7030-2004)

No Parameter Satuan Minimum Maksimum

1 Kadar air % - 50

2 Temperatur οC Suhu air tanah

3 Warna Kehitaman

4 Bau Berbau tanah

5 Ukuran Partikel Mm 0,55 25

6 Kemampuan ikat air % 58 -

7 pH 6,80 7,49

8 Bahan asing % 1,5

Unsur makro

9 Bahan organik % 27 58

10 Nitrogen % 0,40 -

11 Karbon % 9,80 32

12 Phosfor (P2O5) % 0,1 -

13 C/N-rasio 10 20

14 Kalium (K2O) % 0,20 *

Unsur Mikro

15 Arsen Mg/kg * 13

16 Kadmium (Cd) Mg/kg * 3

17 Kobal (Co) Mg/kg * 34

18 Kromium (Cr) Mg/kg * 210

19 Tembaga (Cu) Mg/kg * 100

20 Merkuri (Hg) Mg/kg * 0,8

21 Nikel (Ni) Mg/kg * 62

22 Timbal (Pb) Mg/kg * 150

23 Selenium (Se) Mg/kg * 2

24 Seng (Zn) Mg/kg * 500

Unsur lain

25 Kalsium % * 25,5

26 Magnesium (Mg) % * 0,6

27 Besi (Fe) % * 2

28 Aluminium (Al) % * 2,2

29 Mangan (Mn) % * 0,1

Bakteri

30 Fecal Coli MPN/gr 1000

31 Salmonella sp. MPN/4 gr 3


(79)

LAMPIRAN 7


(80)

Gambar 2. TKKS Segar


(81)

Gambar 4 TKKS yang dirajang dan kering


(82)

Gambar 6 Kompos Azolla tambah TKKS 5 hari

Gambar 7 Kompos TKKS 5 hari


(83)

Gambar 9 Pengomposan Azolla 15 hari


(84)

65

Gambar 11 Pengomposan TKKS 30 hari

Gambar 12 Azolla + TKKS 30 hari

Gambar 13 Kompos yang sudah matang akan dihaluskan untuk dibuat jadi tablet kompos


(1)

LAMPIRAN 7


(2)

Gambar 2. TKKS Segar


(3)

Gambar 4 TKKS yang dirajang dan kering


(4)

Gambar 6 Kompos Azolla tambah TKKS 5 hari


(5)

Gambar 9 Pengomposan Azolla 15 hari


(6)

65

Gambar 11 Pengomposan TKKS 30 hari

Gambar 12 Azolla + TKKS 30 hari

Gambar 13 Kompos yang sudah matang akan dihaluskan untuk dibuat jadi tablet kompos