Landasan Teori Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor <5 GT dan 5-9 GT (Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara)

2.2 Landasan Teori

Kesenjangan antara nelayan pemilik dan non pemilik sangat tampak dari pendapatan dan pengeluarannya, dimana hampir sebagian besar pemilik yang dikategorikan dalam kelompok nelayan kaya berpenghasilan diatas Rp.1000.000, sedangkan kelompok nelayan sedang yang terdiri daripara juru mudi tekong berpenghasilan antara Rp.500.000 - Rp.1000.000 dan para anak buah kapal yang bukan pemilik alat produksi termasuk dalam golongan berpenghasilan rendah yang rata-rata perbulannya Rp.500.000 Nasution,dkk.,2005. Pendapatan nelayan toke dipengaruhi oleh pengalaman nelayan toke,lama melaut, ukuran kapal dan frekuensi melaut. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama pengalaman nelayan toke semakin besar pula pendapatan yang diterima. Dengan pengalaman yang dimiliki mereka paham dengan usaha yang dijalankan. Mereka tahu menentukan di daerah mana operasi penangkapan ikan yang tepat sehingga produksi lebih tinggi, kapan saat melaut yang tepat, bagaimana penggunaan alat tangkap yang tepat, kondisi musim, semua ini tentu berpengaruh terhadap pendapatan yang mereka terima. Semakin lama melaut maka jumlah hasil tangkapan melaut yang diperoleh juga lebih besar dan hal ini akan mempengaruhi penerimaan nelayan toke yang selanjutnyaakan berpengaruh pada pendapatan nelayan toke. Semakin besar ukuran kapal maka jumlah hasil tangkapan yang diperoleh juga lebih besar karena kapal dapat beroperasi lebih jauh dari pantai dan hal ini akan mempengaruhi pendapatan nelayan toke. Semakin banyak frekuensi melaut maka jumlah hasil tangkapan kapal yang diperoleh juga lebih besar dan hal ini akan berpengaruh pada pendapatan nelayan toke Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Pendapatan nelayan buruh dipengaruhi oleh hasil tangkapan, frekuensi melaut,lama melaut dan jumlah tenaga kerja perperahu. Semakin besar jumlah hasil tangkapan kapal maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh nelayan buruh. Semakin banyak frekuensi melaut yang dilakukan oleh nelayan buruh maka jumlah hasil tangkapan kapal yang diperoleh juga lebih besar dan hal ini akan mempengaruhi penerimaan perkapal yang selanjutnya akan berpengaruh pada pendapatan nelayan buruh. Semakin lama melaut maka jumlah hasil tangkapan melaut yang diperoleh juga lebih besar sehingga akan berpengaruh pada pendapatan nelayan buruh. Semakin besar jumlah tenaga kerja yang terdapat di dalam satu kapal maka jumlah hasil tangkapan yang diperoleh juga lebih besar, sehingga akan mempengaruhi pendapatan nelayan buruh Sari, 2005. Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut: TR = Y.Py Dimana: TR = Total Penerimaan Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Y Soekartawi,1995. Biaya Usahatani Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tertap fixed cost dan biaya tidak tetap variabel cost. Biaya tetap ini umumnya Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi produksi yang diperoleh. Total biaya adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya tidak tetap Soekartawi, 1995. Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani adalah selisih penerimaan dan semua biaya. Jadi: Pd = TR – TC Dimana: Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan TC = Total biaya Soekartawi, 1995. Upaya peningkatan pendapatan nelayan tidak terlepas dari pola penguasaan unit penangkapan pola bagi hasil dalam kegiatan usaha penangkapan ikan. Status penguasaan alat seperti perahu biasanya menentyukan besarnya bagi hasil yang diterima baik nelayan maupun oleh pemilik perahu dan alat tangkap Anonimous,1997. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Bagi Hasil Sistem bagi hasil adalah wahana untuk membagi risiko antara pemilik kapal kapital atau juragan darat dengan nelayan buruh. Sistem bagi hasil dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya atau berbeda antara satu jenis alat tangkap dengan jenis alat tangkap lainnya Anonimous,1997. Bagi hasil merupakan salah satu cara pengupahan yang dibayarkan secara natura atau uang dan ditentukan atas dasar kesepakatan bersama antara anak buah perahu dengan pemilik perahu dan jumlahnya berdasarkan jumlah hasil tangkapan Anonimous, 1991. Dalam sistem bagi hasil, bagian yang dibagi ialah pendapatan setelah dikurangi ongkos-ongkos eksploitasi yang dikeluarkan pada waktu beroperasi ditambah dengan ongkos penjualan hasil. Jadi disini termasuk ongkos bahan bakar, oli, es, dan garam, biaya makanan paraawak dan pembayaran retribusi. Biaya lain yang masih termasuk ongkos eksploitasi seperti biaya reparasi dengan demikian adalah seluruhnya tanggungan dari pemilik alat dan boat. Dalam hal bagi hasil yang dibagi adalah hasil penjualan ikan hasil tangkapan. Caranya ialah ikan hasil tangkapan satu unit dijual oleh pemilik kemudian barulah dilakukan perhitungan bagi hasil. Secara umum hasil bagi bersih yang diterima awak kapal dan pemilik kapal harus dibagi lagi dengan sejumlah awak yang terlibat dalam aktifitas kegiatan di kapal. Pd Total = TR – TC Pd nelayan tokepemilik kapal = 50 x Pd Total Pd nelayan buruhawak kapal = 50 x Pd totaln Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Dimana: Pd total = Pendapatan total TR = Total Penerimaan TC = Total biaya n = Jumlah awak kapal Hubungan antara pemilik modal dan nelayan yang berlangsung selama ini, bergerak dalam bentuk saling bergantungan antara kedua belah pihak, meskipun dalam kenyataannya di berbagai komunitas nelayan memperlihatkan bahwa pihak anak buah kapal ABK berada pada posisi yang kurang menguntungkan. Hal ini terjadi karena pendapatan dari para ABK sangat kecil Mulyadi,2005. 2.3 Kerangka Pemikiran Nelayan bermotor adalah nelayan yang menggunakan mesin bermotor dalam usaha perikanan laut. Objek dalam penelitian adalah nelayan toke dan nelayan buruh perahu bermotor 5GT serta nelayan toke dan nelayan buruh perahu bermotor 5-9 GT baik di Kecamatan Datuk Bandar maupun Kecamatan Teluk Nibung. Kegiatan menangkap ikan di laut didukung oleh ketersediaan perahu motor, alat tangkap dan konsumsi selama melaut. Nelayan toke mengeluarkan biaya dalam usaha penangkapan ikan di laut yang disebut dengan biaya produksi. Biaya produksi ini meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan dan pemeliharaan perahu, mesin, dan alat tangkap yang dikeluarkan oleh nelayan toke sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan nelayan toke untuk kegiatan menangkap ikan di laut disebut juga Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 biaya melaut. Biaya melaut ini meliputi biaya solarbensin, oli, es, dan konsumsi selama melaut. Besarnya hasil tangkapan melaut apabila dikalikan dengan harga jual akan menghasilkan penerimaan nelayan perkapal. Penerimaan nelayan antara lain dipengaruhi oleh jumlah produksi dan jenis ikan yang diperoleh karena jenis ikan ini selanjtnya berpengaruh terhadap harga jual. Besar penerimaan nelayan perkapal setelah dikurangi dengan biaya produksi akan menghasilkan pendapatan perkapal. Pendapatan perkapal ini kemudian akan dibagi kepada nelayan buruh berdasarkan sistem bagi hasil yang telah ditetapkan oleh nelayan toke. Faktor- faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan toke antara lain adalah pengalaman nelayan toke, lama melaut, ukuran kapal, dan frekuensi melaut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan buruh antara lain adalah hasil tangkapan kapal, frekuensi melaut, lama melaut, dan jumlah tenaga kerja dalam satu kapal. Hasil penerimaan dalam satu kapal yang diperoleh dari penjualan hasil tangkapan setelah dikurangi dengan ongkos-ongkos kemudian dibagi antara pemilik kapal dengan anak buah kapal. Sistem bagi hasil inilah yang merupakan pendapatan dari pemilik kapal dan anak buah kapal. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008

2.4 Hipotesis Penelitian