Definisi dan Batasan Operasional

F-hit F-tabel.................................................................H ditolak H 1 diterima Untuk mengetahui secara parsial dapat diuji melalui uji t yakni : 1 1 Sb b hitung t = − 1 2 123 2 − − − = ∑ k n y y y S 2 2 1 1234 2 2 1 r x y S S bi − = ∑ Sudjana,2002 Keterangan: b = Parameter i = 1,2,3,4 n-k-1 = derajat bebas S 2 bi = Standart error parameter b S 2 y 1234 = Standart error estimates x i = Variabel bebas i = 1,2,3,4 Kriteria uji: t-hit ≤ t-tabel..................................................................H diterima H 1 ditolak t-hit t-tabel..................................................................H ditolak H 1 diterima

3.1 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut: Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008

3.5.1 Definisi

1. Penangkapan adalah kegiatan penangkapan atau mengumpulkan ikan binatang air lainnya tanaman air yang hidup di laut perairan umum secara bebas dan bukan milik perseorangan. 2. Perahukapal penangkap adalah yang langsung dipergunakan dalam operasi penangkapan ikanbinatang air lainnyatanaman air. 3. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikanbinatang air lainnyatanaman air baik nelayan toke maupun nelayan buruh. 4. Unit penangkapan adalah kesatuan teknis dalam suatu operasi dalam penangkapan yang biasanya terdiri dari perahukapal penangkapan dan alat penangkap yang dipergunakan. 9. Perikanan yaitu segala usaha penangkapan budidaya ikan serta pengolahan sampai pemasaran hasilnya. 10. Penerimaan adalah perkalian antara hasil tangkapan yang diperoleh dengan harga jual 11. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. 12. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. 13. Sistem bagi hasil yaitu wahana untuk membagi risiko antara pemilik kapal kapital atau juragan darat dengan nelayan buruh. 14. Biaya tetap yaitu biaya yang relatif jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 15. Biaya variabel yaitu biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.

3.5.2 Batasan Operasional 1. Tempat penelitian adalah Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk

Nibung Kota Tanjung Balai Propinsi Sumatera Utara. 2. Waktu penelitian adalah tahun 2007. 3. Populasi adalah nelayan toke dan nelayan buruh perahu bermotor yang terdapat di Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung. 4. Sampel adalah nelayan toke dan nelayan buruh di Kecamatan Datuk Bandar serta nelayan toke dan nelayan buruh di Kecamatan Teluk Nibung. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Deskripsi Kecamatan Datuk Bandar 1. Letak Topografi Dan Iklim Kecamatan Datuk Bandar adalah salah satu diantara 5 wilayah kecamatan di Kota Tanjung Balai yang dulunya termasuk Kabupaten Asahan. Kecamatan Datuk Bandar mempunyai topografi pantai, dengan ketinggian 3 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah 22.49 Km 2. Terletak antara 02 58 menit lintang utara dan 99 48 menit bujur timur. Batas-batas wilayah kecamatan Datuk Bandar adalah sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sei Tualang Raso 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan 3. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat 4. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Balai Utara, Kecamatan Tanjung Balai Selatan dan Kecamatan Datuk Bandara Timur. Jarak antara Kantor Camat ke Kantor Walikota adalah 4 Km.

2. Luas Wilayah Menurut Kelurahan Tahun 2006

Tabel 3 Luas Wilayah Menurut Kelurahan di Kecamatan Datuk Bandar Tahun 2006 No Kelurahan Luas Km 2 Persentase 1 Sijambi 10.02 44.55 2 Pahang 7.30 32.46 3 Gading 3.06 13.61 4 Sirantau 2.121 9.38 Jumlah 22.49 100.00 Sumber : Data statistik Kecamatan Datuk Bandar 2007 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa wilayah yang paling luas yaitu Kelurahan Sijambi sebesar 10.02 Km 2 atau sekitar 44.55 dari luas wilayah Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 kecamatan Datuk Bandar dan wilayah yang paling kecil yaitu Kelurahan Sirantau sebesar 2.11 Km 2 atau sekitar 9.38 dari luas wilayah Kecamatan Datuk Bandar.

3. Luas wilayah dan Penggunaan Tanah

Kecamatan Datuk Bandar mempunyai beberapa penggunaan tanah dari keseluruhan luas wilayah. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4 Luas Wilayah Ha Dan Penggunaan Tanah Tiap Kelurahan di Kecamatan Datuk Bandar No Kelurahan Tanah sawah Tanah Kering Bangunan pekarangan Lainnya Jumlah 1 Sijambi 620 164.0 210.5 7.5 1,002 2 Pahang 45 296.0 373.5 15.5 730 3 Gading 72.5 229.5 4.0 306 4 Sirantau 15 46.0 141.0 9.0 211 Jumlah 680 578.5 954.5 36.0 2,249 Sumber : Data statistik Kecamatan Datuk Bandar 2007 Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah Kecamatan Datuk Bandar yaitu 954.5 Ha dari kecamatan Datuk Bandar dipergunakan untuk bangunanpekarangan dan sebagian kecil digunakan untuk kegiatan lainnya seperti pekuburan dan lain-lain.

4. Keadaan Penduduk Kecamatan Datuk Bandar

Penduduk Kecamatan Datuk Bandar berdasarkan jenis kelaminnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Tabel 5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Tiap Kelurahan di Kecamatan Datuk Bandar Tahun 2006 No Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Sijambi 4,027 3,908 7,935 2 Pahang 4,195 4,249 8,444 3 Gading 3,085 2,992 6,077 4 Sirantau 4,671 4,404 9,075 Jumlah 15,978 15,553 31,531 Sumber : Data statistik Kecamatan Datuk Bandar 2007 Jumlah penduduk di Kecamatan Datuk Bandar sebesar 31,531 jiwa. Jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih besar dari jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan yaitu 15,978 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan yaitu 15,553 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kelurahan Sirantau yaitu 9,075 jiwa dan jumlah penduduk terendah terdapat di kelurahan Gading yaitu 6,077 jiwa. Keadaan penduduk menurut umur yang terdapat di Kecamatan Datuk Bandar dapat dilihat pada tabel berikut: Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Tabel 6 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Datuk Bandar Tahun 2006 No Kelompok umur Laki-laki Perempuan Jumlah 1 00-04 1,554 1,513 3,067 2 05-09 1,916 1,865 3,781 3 10-14 1,810 1,762 3,572 4 15-19 1,789 1,741 3,530 5 20-24 1,671 1,627 3,298 6 25-29 1,443 1,405 2,848 7 30-34 1,300 1,265 2,565 8 35-39 1,094 1,065 2,159 9 40-44 942 917 1,859 10 45-49 732 712 1,444 11 50-54 567 552 1,119 12 55-59 360 351 711 13 60-64 301 292 593 14 65 + 499 486 985 Jumlah 15,978 15,553 31,531 Sumber : Data statistik Kecamatan Datuk Bandar 2007 Berdasarkan tabel 6 di atas diketahui bahwa jumlah penduduk yang terbesar adalah pada kelompok umur 05-09 tahun berjumlah 3,781 jiwa dari jumlah keseluruhan penduduk Kecamatan Datuk Bandar sedangkan jumlah penduduk paling sedikit adalah pada kelompok umur 60-64 tahun yaitu sebesar 593 dari jumlah keseluruhan penduduk Kecamatan Datuk Bandar. Keadaan penduduk Kecamatan Datuk Bandar menurut banyaknya murid SD, SLTP, dan SLTA menurut Kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Tabel 7 Jumlah murid SD,. SLTP, SLTA menurut Kelurahan di Kecamatan Datuk Bandar Tahun 2006 No Kelurahan SD SLTP SLTA 1 Sijambi 1,336 46 - 2 Pahang 906 652 1,216 3 Gading 120 208 647 4 Sirantau 206 - - Jumlah 2,568 906 1,863 Sumber : Data statistik Kecamatan Datuk Bandar 2007 Berdasarkan tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang masih SD yaitu sebesar 2,568, penduduk yang SLTP yaitu sebesar 906 jiwa dan yang SLTA yaitu sebesar 1,863. Dari tabel ini diketahui bahwa jumlah penduduk yang masih SD jumlahnya paling banyak dan penduduk yang SLTP jumlahnya paling sedikit. Di Kelurahan Sijambi, penduduk yang masih SD berjumlah 1,336 jiwa, yang SLTP 46 jiwa dan SLTA tidak ada. Di Kelurahan Pahang penduduk yang SD berjumlah 906 jiwa, SLTP berjumlah 652 dan SLTA 1,216 jiwa. Di Kelurahan Gading penduduk SD berjumlah 120 jiwa, SLTP berjumlah 208 dan SLTA berjumlah 674 jiwa. Di Kelurahan Sirantau penduduk yang masih SD berjumlah 206 jiwa, SLTP dan SLTA tidak ada. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Distribusi penduduk berdasarkan lapangan pekerjaannya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8 Distribusi Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006 No Lapangan Usaha Jumlah Jiwa Persentase 1 Pertanian 3,361 23.17 2 Industri 439 3.03 3 Perdagangan 2.966 20.45 4 Jasa 4,848 33.42 5 Angkutan 1,432 9.87 6 Lainnya 1,460 10.06 Jumlah 14,460 100.00 Sumber : Data statistik Kecamatan Datuk Bandar 2007 Berdasarkan tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Datuk Bandar bekerja pada lapangan usaha jasa yaitu sebesar 4,848 atau sebesar 33.42 dari keseluruhan penduduk di Kecamatan Datuk Bandar, sedangkan yang paling sedikit bekerja pada bidang industri sebesar 439 atau sebesar 3.03. Penduduk yang bekerja pada bidang pertanian termasuk urutan kedua terbesar yaitu sebesar 3,361 jiwa atau 23.17. Karakteristik Nelayan Responden Kecamatan Datuk Bandar yang menjadi salah satu objek penelitian memiliki luas areal 2,249 Ha dengan topografi pantai. Bentang wilayah pantai yang cukup luas dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber mata pencaharian. Nelayan di Kecamatan Datuk Bandar pada umunya menggunakan perahu bermotor. Nelayan sampel n diambil sebanyak 28 orang yang berasal dari 2 jenis kapal yakni ukuran 5 GT dan 5-9 GT. Dari kapal 5 GT diambil nelayan sampel berjumlah 16 orang yang terdiri atas 8 orang nelayan toke n1dan 8 orang Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 nelayan buruh n2 dari satu kapal yang sama. Dari kapal 5-9 GT diambil 12 nelayan sampel yang terdiri dari 6 orang nelayan toke n3 dan 6 orang nelayan buruh n4 dari satu kapal yang sama. Karakteristik nelayan responden dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 9 Jumlah Nelayan Responden Menurut Umur di Kecamatan Datuk Bandar Tahun 2006 Kategori Umurtahun n1 n2 n3 n4 Jumlah Persentase 30 - 1 - 1 2 7.14 30-40 - 1 3 4 8 28.57 41-50 2 4 3 1 10 35.74 50 6 2 - - 8 28.57 Total 8 8 6 6 28 100.00 Sumber : Data statistik Kecamatan Datuk Bandar 2007 Keterangan: n1 = Nelayan toke kapal 5 GT 8 orang n2 = Nelayan buruh kapal 5 GT 8orang n3 = Nelayan toke kapal 5-9 GT 6 orang n4 = Nelayan buruh kapal 5-9 GT 6orang Berdasarkan tabel 9 diatas dapat diketahui bahwa 28 orang nelayan responden di Kecamatan Datuk Bandar pada umunya pada usia 41-50 tahun yakini sebanyak10 jiwa atau 35.74 yang terdiri atas 2orang nelayan toke dan 4orang nelayan buruh kapal 5 GT, 3orang nelayan toke dan 1orang nelayan buruh kapal 5-9 GT. Jumlah nelayan terkecil berada pada kelompok umur 30 tahun, kelompok ini berjumlah 2 jiwa yaitu 1 orang nelayan buruh kapal 5 GT dan nelayan buruh 5-9 GT. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Tabel 10 Jumlah Nelayan Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Datuk Bandar Tahun 2006. Kategori NelayanJiwa Tingkat Pendidikan n1 n2 n3 n4 Jumlah Persentase Tamat SD 1 4 3 1 9 32.14 Tamat SLTP 4 3 3 2 12 42.85 Tamat SLTA 3 1 - 3 7 25 Total 8 8 6 6 28 100.00 Sumber : Data statistik Kecamatan Datuk Bandar 2007 Keterangan: n1 = Nelayan toke kapal 5 GT 8 orang n2 = Nelayan buruh kapal 5 GT 8orang n3 = Nelayan toke kapal 5-9 GT 6 orang n4 = Nelayan buruh kapal 5-9 GT 6orang Berdasarkan tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan 28 orang nelayan responden di Kecamatan Datuk Bandar umumnya dominan adalah tamat SLTP yakni sebanyak 12 orang atau 42.85 yang terdiri atas 3 orang nelayan buruh dan 4orang nelayan toke kapal 5 GT, 3 orang nelayan toke dan 2 orang nelayan buruh kapal 5-9 GT. Jumlah nelayan terkecil berada pada kelompok tingkat pendidikan tamat SLTA, kelompok ini berjumlah 7 orang atau 25 yang terdiri atas 3 orang nelayan toke dan 1 orang nelayan buruh kapal 5 GT, 3 orang nelayan buruh kapal 5-9 GT kapal sedangkan sisanya 32.14 adalah kelompok nelayan yang tingkat pendidikannya adalah tamat SD. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Tabel 11 Jumlah Nelayan Responden Menurut Pengalaman Nelayan di Kecamatan Datuk Bandar Tahun 2006 Kategori NelayanJiwa Pengalaman Nelayantahun n1 n2 n3 n4 Jumlah Persentase 15 1 2 2 4 9 32.14 15-30 4 4 4 2 14 50 31-45 3 2 - - 5 17.86 Total 8 8 6 6 28 100.00 Sumber : Data statistik Kecamatan Datuk Bandar 2007 Keterangan: n1 = Nelayan toke kapal 5 GT 8 orang n2 = Nelayan buruh kapal 5 GT 8 orang n3 = Nelayan toke kapal 5-9 GT 6 orang n4 = Nelayan buruh kapal 5-9 GT 6 orang Berdasarkan tabel 11 di atas dapat diketahui bahwa 28 orang nelayan responden di Kecamatan Datuk Bandar pada umunya pengalaman nelayan dominan selama 15-30 tahun yakni berjumlah 14 jiwa atau 50 yang terdiri dari 4 orang nelayan toke dan 4 orang nelayan buruh kapal 5 GT, 4 orang nelayan toke dan 2 orang nelayan buruh kapal 5-9 GT. Pengalaman nelayan terendah berada pada kelompok pengalaman 31-45 tahun berjumlah 5 orang atau 17.86 terdiri dari 3 orang nelayan toke dan 2 orang nelayan buruh kapal 5 GT. Kelompok nelayan yang berpengalaman 15 tahun sebanyak 9 orang atau 32.14 yang terdiri dari 1 orang nelayan toke dan 2 orang nelayan buruh kapal 5 GT, 2 orang nelayan toke dan 4 orang nelayan buruh kapal 5-9 GT. Hal ini menunjukkan bahwa nelayan responden yang berada di daerah penelitian telah mempunyai pengalaman yang cukup lama sebagai nelayan. Deskripsi Kecamatan Teluk Nibung 1. Letak Topografi Kecamatan Teluk Nibung adalah salah satu diantara 5 wilayah kecamatan yang ada di Kota Tanjung Balai yang dulunya merupakan Desa Teluk Nibung Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 yang masuk wilayah Kabupaten Asahan. Kecamatan Teluk Nibung mempunyai topografi pantai, dengan ketinggian 1 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah12.55 Km 2 . Batas-batas wilayah kecamatan Teluk Nibung adalah sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Tualang Raso 3. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan 4. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sei Kepayang Kabupaten Asahan. Jarak antara Kantor Camat ke Kantor Walikota adalah 7 Km.

3. Luas Wilayah Menurut Kelurahan di Tahun 2006

Tabel 12 Luas Wilayah Menurut Kelurahan di Kecamatan Teluk Nibung Tahun 2006 No Kelurahan Luas Km 2 Persentase 1 Beting Kuala Kapias 2.60 20.72 2 Kapias Pulau Buaya 3.11 24.78 3 Sei Merbau 1.36 10.84 4 Pematang Pasir 4.20 33.46 5 Perjuangan 1.28 10.20 Jumlah 12.55 100.00 Sumber : Data Statistik Kecamatan Teluk Nibung 2007 Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa wilayah yang paling luas yaitu Kelurahan Pematang Pasir sebesar 4.20 Km 2 atau sekitar 33.46 dari luas wilayah kecamatan Teluk Nibung dan wilayah yang paling kecil yaitu Kelurahan Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Perjuangan sebesar 1.28 Km 2 atau sekitar 10.20 dari luas wilayah Kecamatan Teluk Nibung.

5. Luas wilayah dan Penggunaan Tanah

Kecamatan Teluk Nibung mempunyai beberapa penggunaan tanah dari keseluruhan luas wilayah. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 13 Luas Wilayah Ha Dan Penggunaan Tanah Tiap Kelurahan di Kecamatan Teluk Nibung No Kelurahan Tanah sawah Tanah Kering Bangunan pekarangan Lainnya Jumlah 1 Beting Kuala Kapias - 38.65 217.75 3.60 260.00 2 Kapias Pulau Buaya 17.00 44.60 245.00 4.40 311.00 3 Sei Merbau - 6.00 126.00 4.00 136.00 4 Pematang Pasir 8.00 91.90 315.10 5.00 420.00 5 Perjuangan - 6.40 117.60 4.00 128.00 Jumlah 25.00 187.55 1,021.45 21.00 1,255.00 Sumber : Data Statistik Kecamatan Teluk Nibung 2007 Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah Kecamatan Teluk Nibung yaitu 1,021.45 Ha dari kecamatan Teluk Nibung dipergunakan untuk bangunanpekarangan dan sebagian kecil digunakan untuk kegiatan lainnya sebesar 21 Ha seperti pekuburan dan lain-lain.

6. Keadaan Penduduk Kecamatan Teluk Nibung

Penduduk Kecamatan Teluk Nibung berdasarkan jenis kelaminnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Tabel 14 jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Tiap Kelurahan di Kecamatan Teluk Nibung Tahun 2006 No Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Beting Kuala Kapias 4,921 4,812 9,733 2 Kapias Pulau Buaya 3,345 3,163 6,508 3 Sei Merbau 2,926 2,919 5,845 4 Pematang Pasir 3,776 3,680 7,456 5 Perjuangan 3,281 3,115 6,396 Jumlah 18,249 17,689 35,938 Sumber : Data Statistik Kecamatan Teluk Nibung 2007 Jumlah penduduk di Kecamatan Teluk Nibung sebesar 35,938 jiwa. Jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih besar dari jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan yaitu 18,249 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan yaitu 17,689 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kelurahan Beting Kuala Kapias yaitu berjumlah 9,733 jiwa dan jumlah penduduk terendah terdapat di Kelurahan Sei Merbau yaitu 5,845 jiwa. Keadaan penduduk menurut umur yang terdapat di Kecamatan Datuk Bandar dapat dilihat pada tabel berikut: Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Tabel 15 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Datuk Bandar Tahun 2006 No Kelompok umur Laki-laki Perempuan Jumlah 1 00-04 1,775 1,721 3,496 2 05-09 2,189 2,121 4,310 3 10-14 2,067 1,004 4,071 4 15-19 2,043 1,980 4,023 5 20-24 1,908 1,850 3,758 6 25-29 1,649 1,598 3,247 7 30-34 1,485 1,439 2,924 8 35-39 1,250 1,211 12,461 9 40-44 1,076 1,043 2,119 10 45-49 836 810 1,646 11 50-54 647 627 1,274 12 55-59 411 399 810 13 60-64 343 333 676 14 65 + 570 553 1.123 Jumlah 18,249 17,689 35,938 Sumber : Data Statistik Kecamatan Teluk Nibung 2007 Berdasarkan tabel 15 di atas diketahui bahwa jumlah penduduk yang terbesar adalah pada kelompok umur 35-39 tahun berjumlah 12,461 jiwa dan dari jumlah keseluruhan penduduk Kecamatan Teluk Nibung sedangkan jumlah penduduk paling sedikit adalah pada kelompok umur 60-64 tahun yaitu sebesar 676 dari jumlah keseluruhan penduduk Kecamatan Teluk Nibung. Keadaan penduduk Kecamatan Teluk Nibung menurut banyaknya murid SD, SLTP, dan SLTA menurut Kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Tabel 16 Jumlah murid SD, SLTP, SLTA menurut Kelurahan di Kecamatan Teluk Nibung Tahun 2006 No Kelurahan SD SLTP SLTA 1 Beting Kuala Kapias 649 - - 2 Kapias Pulau Buaya 978 416 - 3 Sei Merbau 739 - - 4 Pematang Pasir 834 545 424 5 Perjuangan 863 - - Jumlah 4,125 961 424 Sumber : Data Statistik Kecamatan Teluk Nibung 2007 Berdasarkan tabel 16 di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang masih SD yaitu sebesar 4.125, penduduk yang SLTP yaitu sebesar 961 jiwa dan yang SLTA yaitu sebesar 424. Dari tabel ini diketahui bahwa jumlah penduduk yang masih SD jumlahnya paling banyak dan penduduk yang SLTA jumlahnya paling sedikit. Di Kelurahan Beting Kuala Kapias, penduduk yang masih SD berjumlah 649 jiwa, yang SLTP dan SLTA tidak ada. Di Kelurahan Kapias Pulau Buaya penduduk yang SD berjumlah 978 jiwa, SLTP berjumlah 416 dan SLTA tidak ada. Di Kelurahan Sei Merbau penduduk SD berjumlah 739 jiwa, SLTP tidak ada dan SLTA tidak ada. Di Kelurahan Pematang Pasir penduduk yang masih SD berjumlah 834 jiwa, SLTP 545 dan SLTA 424. Di Kelurahan Perjuangan penduduk SD berjumlah 863 jiwa, SLTP dan SLTA tidak ada. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Distribusi penduduk berdasarkan lapangan pekerjaannya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 17 Distribusi Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006 No Lapangan Usaha Jumlah Jiwa Persentase 1 Pertanian 3,723 41.39 2 Industri 809 8.99 3 Perdagangan 1,715 19.07 4 Jasa 1,63 15.15 5 Angkutan 787 8.75 6 Lainnya 598 6.65 Jumlah 8,995 100.00 Sumber : Data Statistik Kecamatan Teluk Nibung 2007 Berdasarkan tabel 17 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Teluk Nibung bekerja pada lapangan usaha Pertanian yaitu sebesar 3,723 atau sebesar 41.39 dari keseluruhan penduduk di Kecamatan Teluk Nibung, sedangkan yang paling sedikit bekerja pada bidang lainnya selain yang disebutkan di atas sebesar 598 atau sebesar 6.65. Penduduk yang bekerja pada bidang perdagangan termasuk urutan kedua terbesar yaitu sebesar 1,715 jiwa atau 19.07. Karakteristik Nelayan Responden Kecamatan Teluk Nibung yang menjadi salah satu objek penelitian memiliki luas areal 1,255 Ha dengan topografi pantai. Bentang wilayah pantai yang cukup luas dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber mata pencaharian. Nelayan di Kecamatan Datuk Bandar pada umumnya menggunakan perahu bermotor. Nelayan sampel n diambil sebanyak 32 orang yang berasal dari 2 jenis kapal yakni ukuran 5 GT dan 5-9 GT. Dari kapal 5 GT diambil nelayan Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 sampel berjumlah 22 orang yang terdiri atas 11 orang nelayan toke n1dan 11 orang nelayan buruh n2 dari satu kapal yang sama. Dari kapal 5-9 GT diambil 10 nelayan sampel yang terdiri dari 5 orang nelayan toke n3 dan 5 orang nelayan buruh n4 dari satu kapal yang sama. Karakteristik nelayan responden dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 18 Jumlah Nelayan Responden Menurut Umur di Kecamatan Teluk Nibung Tahun 2006 Kategori Umurtahun n1 n2 n3 n4 Jumlah Persentase 30 - 1 - 2 3 9.37 30-40 2 7 - 2 11 34.37 41-50 5 2 3 1 11 34.37 50 4 1 2 - 7 21.87 Total 11 11 5 5 32 100.00 Sumber : Data Statistik Kecamatan Teluk Nibung 2007 Keterangan: n1 = Nelayan toke kapal 5 GT 11 orang n2 = Nelayan buruh kapal 5 GT 11orang n3 = Nelayan toke kapal 5-9 GT 5 orang n4 = Nelayan buruh kapal 5-9 GT 5orang Berdasarkan tabel 18 diatas dapat diketahui bahwa 32 orang nelayan responden di Kecamatan Teluk Nibung pada umunya pada usia 30-40 tahun yakni sebanyak 11 jiwa atau 34.37 yang terdiri atas 2 orang nelayan toke dan 7 orang nelayan buruh kapal 5 GT, dan 2 orang nelayan buruh kapal 5-9 GT serta pada usia 41- 50 tahun sebanyak 11 jiwa atau 34.37 yang terdiri dari 5 orang nelayan toke dan 2 orang nelayan buruh kapal 5 GT, 3 orang nelayan toke dan 1 orang nelayan buruh kapal 5-9 GT. Jumlah nelayan terkecil berada pada kelompok umur tahun, kelompok ini berjumlah 30 tahun yaitu sebesar 3 jiwa atau 9.3 Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Tabel 19 Jumlah Nelayan Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Datuk Bandar Tahun 2006 . Kategori NelayanJiwa Tingkat Pendidikan n1 n2 n3 n4 Jumlah Persentase Tamat SD - 3 2 2 7 21.87 Tamat SLTP 7 4 2 1 14 43.75 Tamat SLTA 4 4 1 2 11 34.37 Total 8 8 6 6 28 100.00 Sumber : Data Statistik Kecamatan Teluk Nibung 2007 Keterangan: n1 = Nelayan toke kapal 5 GT 11 orang n2 = Nelayan buruh kapal 5 GT 11orang n3 = Nelayan toke kapal 5-9 GT 5 orang n4 = Nelayan buruh kapal 5-9 GT 5orang Berdasarkan tabel 19 di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan 32 orang nelayan responden di Kecamatan Teluk Nibung umunya dominan adalah tamat SLTP yakni sebanyak 14 orang atau 43.75 yang terdiri atas 4orang nelayan buruh dan 7orang nelayan toke kapal 5 GT, 2 orang nelayan toke dan 1 orang nelayan buruh kapal 5-9 GT. Jumlah nelayan terkecil berada pada kelompok tingkat pendidikan tamat SD, kelompok ini berjumlah 7 orang atau 21.87 yang terdiri atas 3orang nelayan buruh kapal 5 GT, 2 orang nelayan toke dan 2 orang nelayan buruh kapal 5-9 GT sedangkan sisanya 34.37 adalah kelompok nelayan yang tingkat pendidikannya adalah tamat SLTA. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Tabel 20 Jumlah Nelayan Responden Menurut Pengalaman Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung Tahun 2006 Kategori NelayanJiwa Pengalaman Nelayantahun n1 n2 n3 n4 Jumlah Persentase 15 1 2 - 2 5 15.62 15-30 10 8 4 3 25 78.13 31-45 - 1 1 - 2 6.25 Total 8 8 6 6 28 100.00 Sumber : Data Statistik Kecamatan Teluk Nibung 2007 Keterangan: n1 = Nelayan toke kapal 5 GT 11 orang n2 = Nelayan buruh kapal 5 GT 11 orang n3 = Nelayan toke kapal 5-9 GT 5 orang n4 = Nelayan buruh kapal 5-9 GT 5 orang Berdasarkan tabel 20 di atas dapat diketahui bahwa 32 orang nelayan responden di Kecamatan Teluk Nibung pada umunya pengalaman nelayan dominan selama 15-30 tahun yakni berjumlah 25 jiwa atau 78.13 yang terdiri dari 10 orang nelayan toke dan 8 orang nelayan buruh kapal 5 GT, 4 orang nelayan toke dan 3 orang nelayan buruh kapal 5-9 GT. Pengalaman nelayan terendah berada pada kelompok pengalaman 31-45 tahun berjumlah 2 jiwa atau 6.25 yang terdiri dari 1 orang nelayan buruh kapal 5 GT dan 1 orang nelayan toke kapal 5-9 GT. Hal ini menunjukkan bahwa nelayan responden yang berada di daerah penelitian telah mempunyai pengalaman yang cukup lama sebagai nelayan. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 HASIL DAN PEMBAHASAN Pendapatan Nelayan Toke dan Nelayan Buruh Perahu Bermotor 5 GT Di Kecamatan Datuk Bandar Pendapatan nelayan adalah pendapatan bersih yang diperoleh nelayan dari hasil kegiatan menangkap ikan di laut. Dalam hal ini pendapatan nelayan di nyatakan dalam satu tahun. Nelayan toke adalah nelayan pemilik kapal dalam hal ini adalah kapal 5 GT, sedangkan nelayan buruh adalah orang yang bekerja pada kapal milik nelayan toke 5 GT. Pendapatan nelayan toke dan nelayan buruh orang tahun untuk ukuran kapal 5 GT dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 21 Pendapatan Nelayan Toke dan Nelayan Buruh orang Tahun Ukuran Perahu 5 GT Kecamatan Datuk Bandar No Sampel Jumlah sampel orang Rata-rata Pendapatan Rp Range Pendapatan Nelayan Rp 1 n1 8 84,331,432.00 58,884,920.40 – 133,169,999.80 2 n2 8 11,567,078.97 8,412,131.40 – 16,646,249.52 Over-All 16 95,898,510.97 Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 20 Keterangan : n1 = Nelayan toke kapal 5 GT 8 orang n4 = Nelayan buruh kapal 5 GT 8orang Berdasarkan tabel 21 dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan nelayan toke kapal 5 GT sebesar Rp. 84,331,432.00 per tahun dan rata-rata pendapatan nelayan buruh kapal 5 GT sebesar Rp. 11,567,078.97 per tahun. Pendapatan nelayan toke lebih besar dari pada pendapatan nelayan buruh, dengan demikian hipotesis yang menyatakan pendapatan nelayan toke Di Kecamatan Datuk Bandar lebih besar daripada pendapatan nelayan buruh dapat diterima. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Pendapatan Nelayan Toke dan Nelayan Buruh Perahu Bermotor 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar Pendapatan nelayan adalah pendapatan bersih yang diperoleh nelayan dari hasil kegiatan menangkap ikan di laut. Nelayan toke adalah nelayan pemilik kapal dalam hal ini kapal 5-9 GT, sedangkan nelayan buruh adalah oranng yang bekerja pada kapal milik nelayan toke 5-9 GT. Pendapatan nelayan toke dan nelayan buruhorangtahun untuk kapal 5-9 GT dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 22 Pendapatan Nelayan Toke dan Nelayan Buruh orang Tahun Ukuran Kapal 5-9 GT Kecamatan Datuk Bandar No Sampel Jumlah sampel orang Rata-rata Pendapatan Rp Range Pendapatan Nelayan Rp 1 n1 6 135,846,712.92 96,641,785.92 – 167,417,857.20 2 n2 6 14,561,660.49 10,737,975.84 – 16,395,833.40 Over-All 12 150,408,373.41 Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 20 Keterangan : n1 = Nelayan toke kapal 5-9 GT 6 orang n2 = Nelayan buruh kapal 5-9 GT 6 orang Berdasarkan tabel 22 dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan nelayan toke kapal 5-9 GT sebesar Rp. 135,846,712.92 per tahun dan rata-rata pendapatan nelayan buruh kapal 5-9 GT sebesar Rp. 14,561,660.49 per tahun. Pendapatan Nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar lebih besar daripada pendapatan nelayan buruh, dengan demikian hipotesis yang menyatakan pendapatan nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar lebih besar daripada nelayan buruh dapat diterima. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Pendapatan Nelayan Toke dan Nelayan Buruh Perahu Bermotor 5 GT Di Kecamatan Teluk Nibung Tabel 23 Pendapatan Nelayan Toke dan Nelayan Buruh orang Tahun Ukuran Perahu 5 GT Kecamatan Teluk Nibung No Sampel Jumlah sampel orang Rata-rata Pendapatan Rp Range Pendapatan Nelayan Rp 1 n1 11 72,188,096.84 46,470,909.12 – 90,348,214.20 2 n2 11 9,335,947.72 6,418,610.80 – 12,760,317.00 Over-All 22 81,524,044.56 Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 20 Keterangan : n1 = Nelayan toke kapal 5 GT 11 orang n4 = Nelayan buruh kapal 5 GT 11 orang Berdasarkan tabel 23 dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan nelayan toke kapal 5 GT sebesar Rp. 72,188,096.84 per tahun dan rata-rata pendapatan nelayan buruh kapal 5 GT sebesar Rp. 9,335,947.72 per tahun. Pendapatan nelayan toke lebih besar daripada pendapatan nelayan buruh, dengan demikian hipotesis yang menyatakan pendapatan nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung lebih besar daripada nelayan buruh dapat diterima. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sistem pengupahan yang diterima oleh nelayan toke didasarkan pada sistem bagi hasil. Bagi hasil pendapatan berupa upah untuk nelayan buruh, berdasarkan hasil bersih yakni hasil penjualan tangkapan kapal dikurangi dengan biaya operasi penangkapan ikan. Nelayan toke dan nelayan buruh kapal 5 GT memperoleh pendapatan bersih berdasarkan sistem bagi hasil yang telah ditetapkan oleh nelayan toke. Secara umum sistem bagi hasil yang dilaksanakan pada kegiatan penangkapan ikan di daerah penelitian adalah 50 : 50 artinya 50 dari hasil bersih adalah untuk nelayan toke pemilik kapal dan 50 lagi dari hasil bersih adalah untuk Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 nelayan buruh dan nelayan juragan. Untuk lebih jelasnya sistem pembagian hasil yang berlaku di daerah penelitian adalah sebagai berikut: Dari hasil penjualan ikan hasil tangkapan kapal diperolehlah penerimaan per kapal. Di samping itu, nelayan toke juga mengambil komisi sebesar Rp.2000kg ikan yang diperoleh dari hasil tangkapan kapal. Dari total penerimaan per kapal ini di keluarkan niaya melaut yang telah didahului oleh nelayan toke, sehingga diperoleh pendapatan per kapal. Pendapatan per kapal ini kemudian dibagi berdasarkan sistem bagi hasil yakni 50 dari hasil pendapatan per kapal adalah menjadi milik nelayan toke dan 50 nya lagi menjadi milik nelayan buruh dan nelayan juragan. Pendapatan untuk nelayan buruh dan nelayan juragan dibagi berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terdapat di dalam satu kapal. Untuk kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar umumnya rata-rata jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam satu kapal adalah 7 orang, yang terdiri atas 6 orang nelayan buruh dan 1 orang nelayan juragan. Untuk kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung umunya rata-rata jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam satu kapal adalah 8 orang, yang terdiri atas 7 orang nelayan buruh dan 1 orang nelayan juragan. Jika jumlah tenaga kerja dalam satu kapal 7 orang, maka pembagian pendapatan nelayan juragan dan nelayan buruh dibagi untuk 7 orang. Jika jumlah tenaga kerja dalam satu kapal 8 orang, maka pembagian pendapatan nelayan juragan dan nelayan buruh di bagi untuk 7 orang. Nelayan juragan adalah nelayan yang membawa kapal milik nelayan toke. Nelayan juragan di daerah penelitian disebut tekong. Tekong juga memperoleh komisi tambahan dari nelayan dari nelayan toke sebesar Rp.300kg dari hasil tangkapan yang diperoleh. Di samping itu nelayan toke biasanya juga Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 memberikan ikan untuk konsumsi keluarga kepada tiap-tiap nelayan buruh lebih kurang 3-5 kg satu kali trip melaut. Pendapatan Nelayan Toke dan Nelayan Buruh Perahu Bermotor 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung Tabel 24 Pendapatan Nelayan Toke dan Nelayan Buruh orang Tahun Ukuran Kapal 5-9 GT Kecamatan Teluk Nibung No Sampel Jumlah sampel orang Rata-rata Pendapatan Rp Range Pendapatan Nelayan Rp 1 n1 5 114,736,698.52 83,737,500.00 – 135,199,206.60 2 n2 5 12,729,916.27 11,242,332.96 – 14,032,500.00 Over-All 10 127,466,614.79 Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 20 Keterangan : n1 = Nelayan toke kapal 5-9 GT 5 orang n2 = Nelayan buruh kapal 5-9 GT 5orang Berdasarkan tabel 24 dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan nelayan toke kapal 5-9 GT sebesar Rp. 114,736,698.52 per tahun dan rata-rata pendapatan nelayan buruh kapal 5-9 GT sebesar Rp.12,729,916.27 per tahun. Pendapatan nelayan toke lebih besar daripada pendapatan nelayan buruh, dengan demikian hipotesis yang menyatakan pendapatan nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar lebih besar daripada nelayan buruh dapat diterima. Nelayan toke dan nelayan buruh kapal 5-9 GT memperoleh pendapatan bersih berdasarkan sistem bagi hasil yang telah ditetapkan oleh nelayan toke. Secara umum sistem bagi hasil yang dilaksanakan pada kegiatan penangkapan ikan di daerah penelitian adalah 50 : 50 artinya 50 dari hasil bersih adalah untuk nelayan toke pemilik kapal dan 50 lagi dari hasil bersih adalah untuk nelayan buruh dan nelayan juragan. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Dari hipotesis 1,2,3 dan 4 diperoleh hasil bahwa pendapatan nelayan toke lebih besar dari nelayan buruh. Menurut Mulyadi bahwa distribusi pendapatan dari pola bagi hasil tangkapan sangatlah timpang diterima antara pemilik dan awak kapal. Secara umum hasil bagi bersih yang diterima awak kapal dan pemilikadalah separo-separo. Akan tetapi, bagian yang diterima awak kapal harus dibagi lagi dengan sejumlah awak yang terlibat dalam aktivitas kegiatan di kapal. Semakin banyak jumlah awak kapal, semakin kecil bagian yang diperoleh setiap awaknya Mulyadi,2005. nelayan toke juga mengambil komisi sebesar Rp.2500kg ikan yang diperoleh dari hasil tangkapan kapal. Dari total penerimaan per kapal ini di keluarkan niaya melaut yang telah didahului oleh nelayan toke, sehingga diperoleh pendapatan per kapal. Untuk kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar umumnya rata-rata jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam satu kapal adalah 9 orang, yang terdiri atas 8 orang nelayan buruh dan 1 orang nelayan juragan. Untuk kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung umunya rata-rata jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam satu kapal adalah 9 orang, yang terdiri atas 8 orang nelayan buruh dan 1 orang nelayan juragan. Jika jumlah tenaga kerja dalam satu kapal 9 orang, maka pembagian pendapatan nelayan juragan dan nelayan buruh dibagi untuk 9 orang. Nelayan juragan di daerah penelitian disebut tekong. Tekong juga memperoleh komisi tambahan dari nelayan dari nelayan toke sebesar Rp.300kg dari hasil tangkapan yang diperoleh. Di samping itu nelayan toke biasanya juga memberikan ikan untuk konsumsi keluarga kepada tiap-tiap nelayan buruh lebih kurang 3-5 kg satu kali trip melaut. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Produksi merupakan jumlah hasil tangkapan kapal yang diperoleh dari hasil melaut dalam ton pertahun. Kegiatan penangkapan dilakukan oleh nelayan buruh setelah berada di daerah penangkapan. Nelayan buruh setelah berada di daerah penangkapan segera menebarkan alat tangkapnya. Menebarkan jaring ke laut kemudian setelah beberapa jam kenudian ditarik kembali. Rata-rata hasil tangkapan pertahun dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 25 Rata-Rata Hasil Tangkapan Kapal Nelayan Pertahun di Kecamatan Datuk Bandar No Ukuran Kapal Hasil Tangkapan ton Frekuensi Melaut triptahun Lama Melaut trip hari Jumlah Hari Kerja tahun Hari 1 5 GT 36.60 63 4.37 274.5 2 5-9 GT 45.50 58 4.33 250 Over All 82.1 121 8.7 524.5 Sumber : Data Primer dari lampiran 6 Berdasarkan tabel 25 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah hasil tangkapan kapal ukuran 5 GT sebesar 36.60 tontahun, sedangkan rata-rata jumlah hasil tangkapan kapal 5-9 GT sebesar 45.50 tontahun. Perbedaan jumlah hasil tangkapan kapal yang diperoleh nelayan antara lain disebabkan karena perbedaan ukuran kapal, jumlah frekuensi melaut, lama melaut pertrip dan jumlah hari kerja. Kapal ukuran 5 GT frekuensi melautnya lebih besar yakni rata-rata 63 triptahun, sedangkan kapal 5-9 GT frekuensi melautnya lebih kecil yakni rata-rata 58 triptahun. Lama melaut pertrip kedua jenis kapal ini juga berbeda. Kapal 5 GT rata-rata lama melaut pertripnya selama 4.37 hari, sedangkan kapal ukuran 5-9 GT rata-rata melaut pertripnya adalah 4.33 hari. Jumlah hari kerja kapal ukuran 5 GT lebih besar dari jumlah hari kerja kapal ukuran 5-9 GT yakni selama 274,5 hari sedangkan kapal 5-9 GT jumlah hari kerjanya 250 hari. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Tabel 26 Rata-Rata Hasil Tangkapan Kapal Nelayan Pertahun di Kecamatan Teluk Nibung No Ukuran Kapal Hasil Tangkapan ton Frekuensi Melaut triptahun Lama Melaut trip hari Jumlah Hari Kerja tahun Hari 1 5 GT 30.96 54.54 4.54 204 2 5-9 GT 39.90 55.20 4.40 244 Over All 70.86 109.74 8.94 448 Sumber : Data Primer dari lampiran 6 Berdasarkan tabel 26 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah hasil tangkapan kapal ukuran 5 GT sebesar 30.96 tontahun, sedangkan rata-rata jumlah hasil tangkapan kapal 5-9 GT sebesar 39.90 tontahun. Perbedaan jumlah hasil tangkapan kapal yang diperoleh nelayan antara lain disebabkan karena perbedaan ukuran kapal, jumlah frekuensi melaut, lama melaut pertrip dan jumlah hari kerja. Kapal ukuran 5 GT frekuensi melautnya lebih kecil yakni rata-rata 54.54 triptahun, sedangkan kapal 5-9 GT frekuensi melautnya lebih besar yakni rata- rata 55.20 triptahun. Lama melaut pertrip kedua jenis kapal ini juga berbeda. Kapal 5 GT rata-rata lama melaut pertripnya selama 4.54 hari, sedangkan kapal ukuran 5-9 GT rata-rata melaut pertripnya adalah 4.40 hari. Jumlah hari kerja kapal ukuran 5 GT lebih kecil dari jumlah hari kerja kapal ukuran 5-9 GT yakni selama 204 hari sedangkan kapal 5-9 GT jumlah hari kerjanya 244 hari. Ikan hasil tangkapan dari melaut ditempatkan di dalam fiber atau peti ikan yang telah disediakan oleh nelayan. Fiber atau peti tersebut telah diisi dengan es balok. Ikan disusun berlapis dengan menempatkan butiran es secukupnya diantara lapisan. Biasanya es yang habis terpakai sekali trip melaut sekitar 10-20 batang, tergantung jumlah hasil tangkapan. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Hasil tangkapan yang diperoleh dari melaut ditimbang terlebih dahulu di gudang ikan. Penimbangan ini biasanya di lakukan langsung oleh nelayan toke, terkadang ada juga yang diserahkan kepada krani timbang di gudang dan langsung disaksikan oleh nelayan toke. Setelah ditimbang, hasil tangkapan kemudian di kelompokkan berdasarkan jenisnya. Ini dilakukan oleh nelayan buruh atau anak buah kapal, biasanya menghabiskan 2-3 jam kemudian diserahkan lagi ke nelayan toke. Nelayan toke di daerah penelitian biasanya menjual hasil tangkapan melaut pada pemborong-pemborong ikan agen di gudang ikan. Harga jual ditetapkan biasanya sesuai harga pasaran. Ini berdasarkan kesepakatan antara nelayan toke dan pemborong agen. Pemborong-pemborong ikan agen ini selanjutnya akan memasarkan ikan kembali kepada pedagang-pedagang ikan yang lain maupun ke konsumen dengan harga yang lebih tinggi. Biaya produksi adalah jumlah pengeluaran yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan, dihitung dalam rupiah per tahun. Biaya produksi dalam hal ini ditujukan pada seluruh biaya yang dikeluarkan nelayan toke kapal 5 GT dan 5-9 GT baik di Kecamatan Datuk Bandar maupun Kecamatan Teluk Nibung, sedangkan nelayan buruh anak buah kapal tidak mengeluarkan biaya apa-apa untuk melaut karena semuanya ditanggung oleh nelayan toke. Mereka hanya berperan sebagai tenaga kerja saja. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap meliputi biaya penyusutan dan pemeliharaan perahu, mesin, dan alat tangkap, biaya variabel meliputi bahan bakar, oli, es, dan konsumsi selama melaut yang disebut juga dengan biaya melaut. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Biaya produksi yang dikeluarkan oleh nelayan toke kapal 5 GT dan nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 27 Biaya produksi Per Tahun Nelayan Toke di Kecamatan Datuk Bandar Jumlah biaya Produksi Nelayan Toke Rp No Jenis Biaya Jumlah sampel n1 Rata-Rata Jumlah sampel n3 Rata-Rata 1 Biaya Tetap 145,119,074.04 18,139,884.26 18.68 108,249,442.56 18,041,573.76 16.11 2 Biaya Melaut 631,740,000 78,967,500 81.32 563,640,000 93,940,000 83.89 Total 776,859,074.04 97,107,384.26 100 671,889,442.56 111,981,573.76 100 Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 16 Keterangan : n1 = Nelayan toke kapal 5 GT 8 orang n3 = Nelayan toke kapal 5-9 GT 6 orang Berdasarkan tabel 27 di atas dapat diketahui bahwa total biaya produksi terbesar di keluarkan oleh nelayan toke kapal 5 GT yakni Rp. 776,859,074 dengan rata-rata Rp.97,107,384.26 per tahun yang terdiri dari biaya tetap Rp.145,119,074.04 dengan rata-rata Rp.18.139.884,26 pertahun atau 18.68 dan biaya melaut Rp.631,740,000 dengan rata-rata Rp.78,967,500 atau 81.32 . Nelayan toke kapal 5- 9 GT mengeluarkan total biaya produksi lebih kecil yaitu Rp.671,889,442.56 dengan rata-rata sebesar Rp. 111,981,573.76 per tahun yang terdiri dari biaya tetap Rp. 108,249,442.56 dengan rata-rata Rp. 18,041,573.76 atau 16.11 dan biaya melaut Rp. 563,640,000 dengan rata-rata Rp. 93,940,000 atau 83.89 . Jika di lihat dari total biaya produksi, kapal 5 GT mengeluarkan biaya yang lebih besar dari kapal 5-9 GT, namun sebenarnya jika Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 dilihat dari rata-ratanya maka kapal 5-9 GT mengeluarkan biaya produksi yang lebih besar dari kapal 5 GT. Nelayan toke kapal 5-9 GT mengeluarkan biaya produksi lebih besar disebabkan oleh besarnya biaya melaut yang harus di keluarkan setiap satu kali trip melaut. Selain itu, biaya pemeliharaan perahu dan alat tangkap juga cukup besar sehingga ini mempengaruhi besarnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh nelayan toke. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh nelayan toke kapal 5 GT dan nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 28 Biaya produksi Per Tahun Nelayan Toke di Kecamatan Teluk NIbung Jumlah biaya Produksi Nelayan Toke Rp No Jenis Biaya Jumlah sampel n1 Rata-Rata Jumlah sampel n3 Rata-Rata 1 Biaya Tetap 179,371,866.42 16,306,533.31 18.44 87,313,014.72 17,462,602.94 16.94 2 Biaya Melaut 793,500,000 72,136,363.64 81.56 428,220,000.00 85,644,000.00 83.06 Total 972,871,866.42 88,442,896.95 100 515,533,014.72 103,106,602.94 100 Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 16 Keterangan : n1 = Nelayan toke kapal 5 GT 11 orang n3 = Nelayan toke kapal 5-9 GT 5 orang Berdasarkan tabel 28 di atas dapat diketahui bahwa total biaya produksi terbesar di keluarkan oleh nelayan toke kapal 5 GT yakni Rp. 972,871,866.42 dengan rata-rata Rp. 88,442,896.95 per tahun yang terdiri dari biaya tetap Rp. 179,371,866.42 dengan rata-rata Rp. 16,306,533.31 pertahun atau 18.44 dan biaya melaut Rp. 793,500,000 dengan rata-rata Rp.72,136,363.64 atau 81.56 . Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Nelayan toke kapal 5-9 GT mengeluarkan total biaya produksi lebih kecil yaitu Rp.515,533,014.72 dengan rata-rata sebesar Rp. 103,106,602.94 per tahun yang terdiri dari biaya tetap Rp.87,313,014.72 dengan rata-rata Rp.17,462,602.94 atau 16.94 dan biaya melaut Rp. 428,220,000 dengan rata- rata Rp. 85,644,000 atau 83.06. Jika di lihat dari total biaya produksi, kapal 5 GT mengeluarkan biaya yang lebih besar dari kapal 5-9 GT, namun sebenarnya jika dilihat dari rata-ratanya maka kapal 5-9 GT mengeluarkan biaya produksi yang lebih besar dari kapal 5 GT. Nelayan toke kapal 5-9 GT mengeluarkan biaya produksi lebih besar disebabkan oleh besarnya biaya melaut yang harus di keluarkan setiap satu kali trip melaut. Selain itu , biaya pemeliharaan perahu dan alat tangkap juga cukup besar sehingga ini mempengaruhi besarnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh nelayan toke. Penerimaan per unit kapal dalam hal ini dimaksudkan adalah besarnya nilai penjualan produksi yang diperoleh dari kegiatan penangkapan ikan dikalikan dengan harga yang berlaku. Penerimaan nelayan pertahun dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 29 Rata-Rata Penerimaan Per Unit Kapal Per Tahun Di Kecamatan Datuk Bandar No Ukuran Kapal Rata-Rata Penerimaan Rp Range Penerimaan Rp 1 5 GT 187,555,000 142,800,000 – 226,580,000 2 5-9 GT 247,540,000 204,240,000 – 325,500,000 Total 435,095,000 Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 9 Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Tabel 30 Rata-Rata Penerimaan Per Unit Kapal Per Tahun Di Kecamatan Teluk Nibung Tahun 2006. No Ukuran Kapal Rata-Rata Penerimaan Rp Range Penerimaan Rp 1 5 GT 170,899,091 125,040,000 – 210,150,000 2 5-9 GT 240,750,000 199,500,000 – 269,250,000 Total 411,649,091 Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 9 Berdasarkan tabel 29 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar lebih kecil daripada rata-rata penerimaan kapal 5- 9 GT yakini sebesar Rp.187,555,000 per tahun dengan range penerimaan per kapal Rp. 142,800,000 sampai dengan Rp.226,580,000, sedangkan kapal 5-9 GT rata-rata penerimaannya per tahun sebesar Rp.247,540,000 dengan range penerimaan per unit kapal sebesar Rp.204,240,000 sampai dengan Rp.325,500,000. Berdasarkan tabel 30 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung lebih kecil daripada rata-rata penerimaan kapal 5-9 GT yakni sebesar Rp.170,899,091 per tahun dengan range penerimaan per kapal Rp.125.040.000 sampai dengan Rp.210,150,000, sedangkan kapal 5-9 GT rata-rata penerimaannya per tahun sebesar Rp.240,750,000 dengan range penerimaan per unit kapal sebesar Rp.199,500,000 sampai dengan Rp. 269,250,000. Adanya perbedaan penerimaan ini disebabkan antara lain karena adanya perbedaan jumlah hasil tangkapan kapal yang diterima dan jenis ikan yang diperoleh. Nelayan yang menggunakan kapal 5-9 GT rata-rata hasil tangkapan kapalnya lebih besar dibandingkan dengan nelayan yang menggunakan kapal 5 GT. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Jenis ikan turut menentukan harga. Bisa saja dengan volume hasil tangkapan kapal yang sama nelayan memperoleh penerimaan yang berbeda. Ikan kembung misalnya harganya Rp.6000Kg sedangkan ikan cincaru harganya 4000kg maka nelayan yang mendapatkan ikan kembung dengan nelayan yang mendapatkan ikan cincaru dalam jumlah yang sama akan mendapatkan penerimaan yang berbeda karena perbedaan jenis ikan yang turut menentukan harga jual. Menurut Mulyadi, pola bagi hasil juga akan dapat mengurangi risikobagi pemilik kapal serta menjaminnya tidak memberi upah yang tidak sepadan bilamana hasil tangkapannya sedang buruk. Hal ini terjadi karena penghasilan nelayan yang tidak dapat ditentukan kepastiannya, tergantung dari jumlah ikan yang ditangkap dan hasil penjualan yang dilakukanMulyadi,2005. TPI tempat pelelangan ikan di daerah penelitian belum ada. Umumnya nelayan toke di daerah penelitian menjual hasil tangkapan kapal ke gudang ikan. Di gudang ikan, telah menanti pemborong-pemborong ikan agen. Harga jual tentunya sesuai harga pasaran dan juga kesepakatan nelayan toke dan pemborong ikanagen. Pemborong-pemborong ikan agen ini nantinya akan menjual kembali ikan yang telah dibelinya dari nelayan toke pada pedagang ikan yang lain maupun pada konsumen dengan harga jual yang lebih tinggi. Lain halnya dengan nelayan buruh anak buah kapal, mereka harus menyerahkan hasil tangkapan mereka selama melaut kepada toke mereka masing- masing kemudian toke merekalah yang menjual hasil melaut ke gudang ikan. Semakin besar jumlah hasil tangkapan yang didapat, maka tentunya penerimaan mereka juga akan semakin besar. Nelayan toke biasanya juga memberikan ikan Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 untuk konsumsi keluarga kepada tiap-tiap nelayan buruh anak buah kapal lebih kurang 3-5 kg setiap satu kali trip. Perbedaan Pendapatan Nelayan Toke Perahu Bermotor 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan Nelayan Toke Perahu Bermotor 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung Berdasarkan hasil penelitian dapat di ketahui bahwa pendapatan nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar lebih besar daripada pendapatan nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung. Pendapatan nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan pendapatan nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 31 Pendapatan Nelayan TokeorangTahun Ukuran Perahu 5 GTdi Kecamatan Dtuk Bandar dan 5 GT Kecamatan Teluk Nibung. No Sampel Jumlah sampel orang Rata-rata Pendapatan Rp Range Pendapatan Nelayan Rp 1 n1 8 84,331,432.00 58,884,920.40 – 133,169,999.80 2 n3 11 72,188,096.84 46,470,909.12 – 90,348,214.20 Over-All 14 156,519,528.80 Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 20 Keterangan : n1 = Nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar 8 orang n3 = Nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung 11 orang Adanya perbedaan pendapatan antara nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung di sebabkan oleh karena adanya perbedaan hasil tangkapan kapal, ukuran kapal, jarak tangkapan, frekuensi melaut, dan lama melaut. Rata-rata jumlah hasil tangkapan kapal untuk ukuran kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar sebesar 36.60 tontahun, rata-rata Kapal ukuran 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar frekuensi melautnya rata-rata yaitu 63 triptahun, sedangkan kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung frekuensi melautnya yakni Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 sebesar 54.54 triptahun , jumlah hasil tangkapan kapal ukuran 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung sebesar 30.96 tontahun. Kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar rata-rata lama melaut pertahun selama 274,5 hari, sedangkan kapal ukuran 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung rata-rata lama melaut pertahunnya adalah 204 hari. Hasil analisis uji beda rata-rata pendapatan nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 32 Analisis Perbedaan Pendapatan Nelayan Toke 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan nelayan toke 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung Sampel Pendapatan Rp t- hitung t-tabel g= 0,05 Keterangan n1 84,331,432.00 n2 72,188,096.84 1.607 1.42 t-hitung t-tabel = 0.05 maka H1 diterima Sumber : Data Primer diolah 20 Keterangan : n1 = nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar 8 orang n3 = nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung 11 orang Berdasarkan tabel 32 di atas dapat dilihat bahwa bila dibandingkan pendapatan nelayan toke 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung dan nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar menurut uji t-test, nilai t-hitung = 1.60 t-tabel = 0.05 yakni 1.42 maka hipotesis H di tolak pada tingkat kepercayaan 95 . Ini berarti bahwa ada perbedaan pendapatan nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung. Rata- rata pendapatan nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung sebesar Rp. 72,188,096.84 per tahun lebih kecil daripada rata-rata pendapatan nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar yakni Rp. 84,331,432.00. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Perbedaan Pendapatan Nelayan Buruh Perahu Bermotor 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan Nelayan Buruh Perahu Bermotor 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pendapatan nelayan buruh kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar lebih besar daripada pendapatan nelayan buruh kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung. Pendapatan nelayan buruh kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan pendapatan nelayan buruh kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 33 Pendapatan Nelayan BuruhorangTahun Ukuran Perahu 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan 5 GT Kecamatan Teluk Nibung No Sampel Jumlah sampel orang Rata-rata Pendapatan Rp Range Pendapatan Nelayan Rp 1 n2 8 11,567,078.97 8,412,131.40 – 16,646,249.52 2 n4 11 9,335,947.72 6,418,610.80 – 12,760,317.00 Over-All 19 20,903,026.69 Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 20 Keterangan : n2= Nelayan buruh kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar 8 orang n4 = Nelayan buruh kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung 11 orang Adanya perbedaan pendapatan antara nelayan buruh kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan nelayan buruh kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung di sebabkan oleh karena adanya perbedaan hasil tangkapan kapal, ukuran kapal, jarak tangkapan, frekuensi melaut, lama melaut dan jumlah tenaga kerja yang terdapat di dalam satu kapal. Rata-rata jumlah hasil tangkapan kapal untuk ukuran kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar sebesar 36.60 tontahun, sedangkan rata-rata jumlah hasil tangkapan kapal ukuran 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung sebesar 30.96 tontahun. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Kapal ukuran 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar frekuensi melautnya rata-rata yaitu 63 triptahun, sedangkan kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung frekuensi melautnya yakni sebesar 60 triptahun. Kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar rata-rata lama melaut pertahun selama 274,5 hari, sedangkan kapal ukuran 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung rata-rata lama melaut pertahunnya adalah 204 hari. Jumlah tenaga kerja yang terdapat di dalam kapal ukuran 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar lebih kecil daripada jumlah tenaga kerja yang terdapat pada kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang terdapat pada kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar adalah 7 orang, sedangkan rata-rata jumlah tenaga kerja yang terdapat di dalam kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung adalah 8 orang. Hasil analisis uji beda rata-rata pendapatan nelayan buruh kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan nelayan buruh kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 34 Analisis Perbedaan Pendapatan Nelayan Buruh kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan nelayan buruh kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung Sampel Pendapatan Rp t- hitung t-tabel g= 0.05 Keterangan n1 11,567,078.97 n2 9,335,947.72 1.79 1.42 t-hitung t-tabel = 0.05 maka H1 diterima Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 20 Keterangan : n1 = nelayan buruh kapal 5 GT 8 orang n2 = nelayan buruh kapal 5-9 GT 6 orang Berdasarkan tabel 34 di atas dapat dilihat bahwa bila dibandingkan pendapatan nelayan buruh kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan nelayan buruh kapal Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung menurut uji t-test, nilai t-hitung = 1,79 t- tabel = 1.42 maka hipotesis H di tolak pada tingkat kepercayaan 95 . Ini berarti bahwa ada perbedaan pendapatan nelayan buruh kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan nelayan buruh kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung. Rata- rata pendapatan nelayan buruh 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung sebesar Rp.9,335,947.72 lebih kecil daripada rata-rata pendapatan nelayan buruh kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar yakni sebesar Rp. 11,567,078.97. Perbedaan Pendapatan Nelayan Toke Perahu 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan Nelayan Toke Perahu 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung Tabel 35 Pendapatan Nelayan TokeorangTahun Ukuran Perahu 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan 5-9 GT Kecamatan Teluk Nibung No Sampel Jumlah sampel orang Rata-rata Pendapatan Rp Range Pendapatan Nelayan Rp 1 n1 6 135,846,712.92 96,641,785.00-167,417,857.20 2 n3 5 114,736,698.52 83,737,500 – 135,199,206.60 Over-All 11 250,583,411.44 Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 20 Keterangan : n1 = Nelayan toke kapal 5-9 GT GT di Kecamatan Datuk Bandar 6 orang n3 = Nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung 5 orang Adanya perbedaan pendapatan antara nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung di sebabkan oleh karena adanya perbedaan hasil tangkapan kapal, ukuran kapal, jarak tangkapan, frekuensi melaut, dan lama melaut. Rata-rata jumlah hasil tangkapan kapal untuk ukuran kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar sebesar 45.5 tontahun, sedangkan rata-rata jumlah hasil Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 tangkapan kapal ukuran 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung sebesar 39.90 tontahun. Kapal ukuran 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar frekuensi melautnya rata-rata yaitu 58 triptahun, sedangkan kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung frekuensi melautnya yakni sebesar 55 triptahun. Kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar rata-rata lama melaut pertahun selama 250 hari, sedangkan kapal ukuran 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung rata-rata lama melaut pertahunnya adalah 244 hari. Hasil analisis uji beda rata-rata pendapatan nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 36 Analisis Perbedaan Pendapatan Nelayan Toke di Kecamatan Teluk Nibung Sampel Pendapatan Rp t- hitung t-tabel g= 0.05 Keterangan n1 135,846,712.92 n2 114,736,698.52 1.517 1.50 t-hitung t-tabel = 0.05 maka H1 diterima Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 20 Keterangan : n1 = nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar 6 orang n2 = nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung 5 orang Berdasarkan tabel 33 di atas dapat dilihat bahwa bila dibandingkan pendapatan nelayan toke 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung menurut uji t-test, nilai t-hitung = 1.517 t-tabel = 0.05 yakni 1.50 maka hipotesis H di tolak pada tingkat kepercayaan 95 . Ini berarti bahwa ada perbedaan pendapatan nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan nelayan toke kapal 5-9 GT di Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Kecamatan Teluk Nibung. Rata-rata pendapatan nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar sebesar Rp. 135,846,712.92 per tahun lebih besar daripada rata-rata pendapatan nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung yakni Rp.114.736.698,52. Perbedaan Pendapatan Nelayan Buruh Perahu Bermotor 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan Nelayan Buruh Perahu Bermotor 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung Tabel 37 Pendapatan Nelayan BuruhorangTahun Perahu 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan 5-9 GT Kecamatan Teluk Nibung No Sampel Jumlah sampel orang Rata-rata Pendapatan Rp Range Pendapatan Nelayan Rp 1 n2 6 14,561,660.49 10,737,975.84-16,395,833.40 2 n4 5 12,729,916.27 11,242,332.96 – 14,032,500.00 Over-All 11 27,291576.76 Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 20 Keterangan : n2= Nelayan buruh kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar 6 orang n4 = Nelayan buruh kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung 5 orang Adanya perbedaan pendapatan antara nelayan buruh kapal 5 GT dan nelayan buruh kapal 5-9 GT di sebabkan oleh karena adanya perbedaan hasil tangkapan kapal, ukuran kapal, jarak tangkapan, frekuensi melaut, lama melaut dan jumlah tenaga kerja yang terdapat di dalam satu kapal. Rata-rata jumlah hasil tangkapan kapal untuk ukuran kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar sebesar 45.50 tontahun, sedangkan rata-rata jumlah hasil tangkapan kapal ukuran 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung sebesar 39.90 tontahun. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Kapal ukuran 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar frekuensi melautnya rata-rata yaitu 58 triptahun, sedangkan kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung frekuensi melautnya yakni sebesar 55 triptahun. Kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar rata-rata lama melaut pertahun selama 250 hari, sedangkan kapal ukuran 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung rata-rata lama melaut pertahunnya adalah 252 hari. Jumlah tenaga kerja yang terdapat di dalam kapal ukuran 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar lebih besar daripada jumlah tenaga kerja yang terdapat pada kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang terdapat pada kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar adalah 9.3 orang, sedangkan rata-rata jumlah tenaga kerja yang terdapat di dalam kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung adalah 9 orang. Hasil analisis uji beda rata-rata pendapatan nelayan buruh kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan nelayan buruh kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 38 Analisis Perbedaan Pendapatan Nelayan Buruh di Kecamatan Teluk Nibung tahun 2006 Sampel Pendapatan Rp t- hitung t-tabel g= 0.05 Keterangan n1 14,561,660.49 n2 12,729,916.27 1.97 1.50 t-hitung t-tabel = 0.05 maka H1 diterima Sumber : Data Primer diolah 20 Keterangan : n1 = nelayan buruh kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar 6 orang n2 = nelayan buruh kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung 5 orang Berdasarkan tabel 38 di atas dapat dilihat bahwa bila dibandingkan pendapatan nelayan buruh kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan nelayan Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 buruh kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung menurut uji t-test, nilai t-hitung = 1.97 t-tabel = 1.50 maka hipotesis H di tolak pada tingkat kepercayaan 95 . Ini berarti bahwa ada perbedaan pendapatan nelayan buruh kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan nelayan buruh kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung. Rata-rata pendapatan nelayan buruh 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar sebesar Rp. 14,561,660.49 lebih besar daripada rata-rata pendapatan nelayan buruh kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung yakni sebesar Rp. 12,729,916.27 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Toke Apabila dilihat dari sisi penerimaan, penggunaan jenis alat tangkap dan daerah operasi penangkapan ikan turut mempengaruhi pendapatan nelayan toke. Penggunaan jenis alat tangkap mempengaruhi jenis dan jumlah ikan yang diperoleh. Jenis ikan berpengaruh terhadap harga jual. Bisa saja dengan jumlah hasil tangkapan kapal yang sama, nelayan toke memperoleh penerimaan yang berbeda. Semakin tinggi harga jual ikan maka penerimaan nelayan toke akan semakin meningkat. Apabila dilihat dari segi biaya, biaya modal dan biaya produksi yang dikeluarkan oleh nelayan toke juga berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh. Modal yang dikeluarkan nelayan toke antara lain adalah untuk pembelian kapal dan jenis alat tangkap. Ketersediaan kapal penangkap ikan dan jenis alat tangkap yang baik turut mendukung kegiatan penangkapan ikan di laut karena hal ini akan berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan yangn diperoleh. Semakin besar jumlah hasil tangkapan , maka pendapatan nelayan toke akan semakin meningkat. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Biaya produksi yang dikeluarkan oleh nelayan untuk operasi penangkapan ikan juga berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima nelayantoke, karena ini berpengaruh terhadap kelangsungan kegiatan operasi penangkapan ikan. Apabila kapal dan mesin rusak maka nelayan buruh tidak bisa menangkap ikan, dengan demikian nelayan toke tidak akan memperoleh hasil apa-apa. Biaya produksi ini meliputi biaya pemeliharaan kapal, mesin, dan alat tangkap. Pemeliharaan kapal dan mesin ini dilakukan oleh nelayan toke dengan cara memberi upah tersendiri untuk nelayan yang memperbaikai kerusakan mesin setiap trip melautnya. Dengan demikian kondisi kapal dan mesin akan tetap selalu terjaga dengan baik. Pemeliharaan alat tangkap juga dilakukan setelah nelayan pulang dari melaut. Kegiatan ini meliputi perbaikan jaring yang rusak. Kegiatan ini dilakukan oleh nelayan buruh sebelum berangkat lagi ke laut. Pemeliharaan jenis alat tangkap ini dilakukan agar jumlah hasil tangkapan yang diperoleh semakin meningkat sehingga pendapatan yang diterima nelayan toke semakin besar. Biaya melaut yang dikeluarkan oleh nelayan toke juga mendukung kegiatan operasi penangkapan ikan. Biaya melaut ini melipiuti pembelian es, bahan bakar, oli, perlengkapan melaut, dan konsumsi selama melaut. Nelayan buruh dalam hal ini tidak mengeluarkan biaya apa-apa karena semua biaya melaut ditanggung oleh nelayan toke. Pengalaman nelayan, dan lama melaut, ukuran kapal, dan frekuensi melaut berpengaruh terhadap pendapatan nelayan toke kapal 5 GT dan nelayan 5-9 GT dinyatakan dalam hipotesis penelitian. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari semua faktor tersebut terhadap pendapatan nelayan toke Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 maka diuji dengan menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda. Hasil analisis diperlihatkan pada tabel sebagai berikut: Tabel 39 Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Toke Variabel Koef. Regresi t- hitung t-tabel Signifikan Konstanta -63,904,753.64 -1.967 X 1 204,651.2 0.494 1.70 Tidak nyata X 2 -78,588.8 -0.710 1.70 Tidak nyata X 3 14,733,936.60 7.78 1.70 Nyata X 4 1,731,381 2.49 1.70 Nyata R square 0.740 Regresi 4.00 Residual 25.00 F- hitung 17.75 F- tabel = 0,05 2.76 Sumber : data primer diolah dari lampiran 18 Dari tabel 39 diperoleh persamaan: Y = -63,904,753.64 + 204,651.2 X 1 – 78,588.8 X 2 + 14,733,936.60 X 3 + 1,731,381 X 4 Keterangan: Y = Pendapatan nelayan toke per tahun Rp X 1 = Pengalaman nelayan toke Tahun X 2 = Lama melaut Haritahun X 3 = Ukuran kapal GT X 4 = Frekuensi Melaut Triptahun Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Pengalaman toke 1 tahun dapat menambah pendapatan nelayan toke sebesar Rp.204,651.2,apabila lama melaut ditambah 1 hari maka akan mengurangi pendapatan sebesar Rp.78,588.8, bila ukuran kapal bertambah 1 GT maka akan menambah pendapatan sebesar Rp.14,733,936.60 sedangkan frekuensi melaut pertrip dapat menambah pendapatan sebesar Rp.1,731,381. Berdasarkan Analisis Regresi Linear Berganda diperoleh F-hitung sebesar 17.75 lebih besar dari F-tabel = 0.05 yakni 2.76 pada tingkat kepercayaan 95. Ini berarti bahwa secara serempak pengalaman nelayan toke X 1 , lama melaut X 2 , ukuran kapal X 3 dan frekuensi melaut X 4 , berpengaruh nyata terhadap nelayan toke Y. Hal ini menunjukkan saling keterkaitan yang cukup erat antara variabel satu dengan variabel yang lain. Dengan demikian hipotesis H 1 diterima. Nilai koefisien determinasi R square yang diperoleh dari persamaan Regresi Linear Berganda adalah sebesar 0.740. Hal ini berarti bahwa 74.0 dari perubahan pendapatan nelayan toke Y mampu dijelaskan oleh pengalaman nelayan toke X 1 , lama melaut X 2 , ukuran kapal X 3 dan frekuensi melaut X 4 , sedangkan 26 lainya dipengaruhi oleh variabel di luar variabel tersebut seperti penggunaan jenis alat tangkap, jarak tangkapan dan musim. Secara parsial variabel pengalaman nelayan X 1 berpengaruh tidak nyata terhadap total pendapatan nelayan toke bila diukur pada tingkat kepercayaan 95 yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung X 1 sebesar 0.494 lebih kecil dari nilai t- tabel = 0.05 yakni sebesar 1.70. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman nelayan toke tidak berpengaruh nyata terhadap total pendapatan nelayan toke. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Variabel lama melaut X 2 berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan nelayan toke bila diukur pada tingkat kepercayaan 95 . Hal ini ditunjukkan oleh nilai t-hitung X 2 sebesar -0.710 lebih kecil daripada nilai t-tabel = 0.05 yakni sebesar 1.70. Variabel ukuran kapal X 3 berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan toke bila diukur pada tingkat kepercayaan 95 . Hal ini ditunjukkan oleh nilai t-hitung X 3 sebesar 7.78 lebih besar dari nilai t-tabel = 0.05 yakni sebesar 1.70. Hal ini disebabkan oleh karena semakin besar ukuran kekuatan mesin kapal milik nelayan toke maka jumlah hasil tangkapan kapal yang diperoleh juga lebih besar karena kapal dapat beroperasi lebih jauh dari pantai dan hal ini akan mempengaruhi penerimaan nelayan toke yang selanjutnya akan berpengaruh pada pendapatan nelayan toke. Variabel frekuensi melaut X 4 , berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan toke bila diukur pada tingkat kepercayaan 95 . Hal ini ditunjukkan oleh nilai t-hitung X 4 sebesar 2.49 lebih besar dari nilai t-tabel = 0.05 yakni sebesar 1.70. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar jumlah trip melaut kapal milik nelayan toke maka jumlah hasil tangkapan kapal yang diperoleh juga lebih besar dan hal ini akan mempengaruhi penerimaan nelayan toke yang selanjutnya akan berpengaruh pada pendapatan nelayan toke. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Buruh Hasil tangkapan kapal, frekuensi melaut, lama melaut, dan jumlah tenaga kerja yang terdapat di dalam satu kapal berpengaruh terhadap pendapatan nelayan buruh. Ini dinyatakan di dalam hipotesis penelitian. Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari semua faktor tersebut terhadap pendapatan Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 nelayan buruh maka diuji dengan menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda. Hasil analisis diperlihatkan pada tabel sebagai berikut: Tabel 40 Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Buruh Variabel Koef. Regresi t- hitung t-tabel Signifikan Konstanta 8,875,692.65 1.50 X 1 387.01 3.76 1.70 Nyata X 2 -78,624.41 -0.78 1.70 Tidak nyata X 3 713.97 0.06 1.70 Tidak nyata X 4 -894,247 -1.59 1.70 Tidak nyata R square 0.57 Regresi 4.00 Residual 25.00 F- hitung 8.419 F- tabel = 0.05 2.76 Sumber : data primer diolah dari lampiran 19 Dari tabel 40 di atas diperoleh persamaan Y = 8,875,692.65 + 387.01 X 1 -78,624.41 X 2 + 713.97 X 3 – 849,247 X 4 Keterangan: Y = Pendapatan nelayan buruh per tahun Rp X1 = Jumlah hasil tangkapan kapal per tahun Kg X2 = Frekuensi Melaut Triptahun X3 = Lama melaut per tahun Hari X4 = Jumlah tenaga kerja per kapal Orang Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Jumlah hasil tangkapan 1 kg dapat menambah pendapatan nelayan buruh sebesar Rp.387.01,frekuensi melaut pertrip dapat mengurangi pendapatan nelayan buruh sebesar Rp.78,624.41, lama melauat dalam 1 hari dapat menambah pendapatan sebesar Rp.713.97 dan 1 tenaga kerja perkapal dapat mengurangi pendapatan sebesar Rp.849,247. Berdasarkan Analisis Regresi Linear Berganda diperoleh F-hitung sebesar 8.41 lebih besar dari F-tabel = 0.05 yakni 2.76 pada tingkat kepercayaan 95. Ini berarti bahwa secara serempak jumlah hasil tangkapan X 1 ,frekuensi melaut X 2 , lama melaut X 3 dan jumlah tenaga kerja per kapal X 4 , berpengaruh nyata terhadap nelayan toke Y. Hal ini menunjukkan saling keterkaitan yang cukup erat antara variabel satu dengan variabel yang lain. Dengan demikian hipotesis H 1 diterima. Nilai koefisien determinasi R square yang diperoleh dari persamaan Regresi Linear Berganda adalah sebesar 0.57. Hal ini berarti bahwa 57 dari perubahan pendapatan nelayan toke Y mampu dijelaskan oleh variabel jumlah hasil tangkapan kapal X 1 , frekuensi melaut X 2 , lama melaut X 3 dan jumlah tenaga kerja per kapal X 4 , sedangkan 43 lainya dipengaruhi oleh variabel di luar variabel tersebut seperti penggunaan jenis alat tangkap, jarak tangkapan dan musim. Secara parsial variabel jumlah hasil tangkapan X 1 berpengaruh nyata terhadap total pendapatan nelayan toke bila diukur pada tingkat kepercayaan 95 yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung X 1 sebesar 3.76 lebih besar dari nilai t-tabel = 0.05 yakni sebesar 1.70. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar jumlah Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 hasil tangkapan kapal maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh nelayan buruh. Variabel frekuensi melaut X 2 berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan nelayan toke bila diukur pada tingkat kepercayaan 95 . Hal ini ditunjukkan oleh nilai t-hitung X 2 sebesar -0.78 lebih kecil daripada nilai t-tabel = 0.05 yakni sebesar 1.70. Variabel lama melaut X 3 berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan nelayan toke bila diukur pada tingkat kepercayaan 95 . Hal ini ditunjukkan oleh nilai t-hitung X 3 sebesar 0.06 lebih kecil dari nilai t-tabel = 0.05 yakni sebesar 1.70. Variabel frekuensi melaut X 4 , berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan nelayan toke bila diukur pada tingkat kepercayaan 95 . Hal ini ditunjukkan oleh nilai t-hitung X 4 sebesar -1.59 lebih kecil dari nilai t-tabel = 0.05 yakni sebesar 1.70. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Rata-rata pendapatan nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar adalah sebesar Rp.84,331,432, sedangkan pendapatan nelayan buruh kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar adalah sebesar Rp. 11,567,078.97 2. Rata-rata pendapatan nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar adalah sebesar Rp.135,846,712.92, sedangkan pendapatan nelayan buruh kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar adalah sebesar Rp.14,561,660.49. 3. Rata-rata pendapatan nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung adalah sebesar Rp.72,188,096.84, sedangkan pendapatan nelayan buruh kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung adalah sebesar Rp. 9,335,947.72. 4. Rata-rata pendapatan nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung adalah sebesar Rp.114,736,698.52, sedangkan pendapatan nelayan buruh kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung adalah sebesar Rp. 12,729,916.27. 5. Pendapatan nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar lebih besar daripada pendapatan nelayan toke kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung. 6. Pendapatan nelayan buruh kapal 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar lebih besar daripada pendapatan nelayan buruh kapal 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 7. Pendapatan nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar lebih besar daripada pendapatan nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung. 8. Pendapatan nelayan buruh kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar lebih besar daripada pendapatan nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung. 9. Secara serempak pengalaman nelayan toke, lama melaut, ukuran kapal, frekuensi melaut berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan buruh. 10. Secara serempak jumlah hasil tangkapan, frekuensi melaut, lama melaut dan jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam satu kapal berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan buruh. Saran 1. Kepada Pemerintah a. Pemerintah hendaknya menentukan standarisasi harga ikan. b. Pemerintah diharapkan memberi kredit usaha kecil untuk nelayan. c. Pemerintah diharapkan membangun TPI Tempat Pelelangan Ikan dan dibuat sistem pelelangan ikan dengan harga yang tertinggi sehingga hal ini akan membantu pendapatan nelayan. d. Pemerintah diharapkan dapat menetapkan sistem pembagian hasil yang tepat antara nelayan toke dan nelayan buruh.

2. Kepada Nelayan Toke

a. Harga yang ditinjau perlu dinaikkan untuk meningkatkan pendapatan nelayan buruh. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 b. Bonus yang diberikan tidak hanya untuk nelayan juragan tekong saja tetapi juga untuk nelayan buruh anak buah kapal

3. Kepada Nelayan Buruh

Sesama nelayan buruh diharapkan dapat bekerjasama membentuk koperasi nelayan buruh.

4. Kepada Mahasiswa

Kepada mahasiswa diharapkan meneliti pendapatan nelayan toke dan nelayan buruh untuk ukuran kapal 10 GT. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 1991. Prosiding Temu Karya Ilmiah Perikanan Rakyat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta. Anonimous, 1997. Prosiding Agribisnis Dinamika Sumber Daya dan Pengembangan Sistem Usaha Pertanian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Jakarta. BPS, 2005. Statistik Perikanan Tangkap 2004. Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sumatera Utara, Medan Brotowidjoyo,M.D.,Tribawono,D., dan Mulbyantoro,E., 1999. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Liberty, Yogyakarta. Daniel,M., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. Evy,R.,Mujiutami,E., dan Sujono,K., 2001. Usaha Perikanan Di Indonesia. Mutiara Sumber Widya, Jakarta. Hanafiah,A,M dan Saefuddin, 1986. Tataniaga Hasil Perikanan. UI Press, Jakarta. Hardjamulia,A.,Naamin,N., dan Poernomo,A., 2001. Analisis Kebijaksanaan Pembangunan Perikanan. Pusat Riset Perikanan Budidaya, Jakarta. Kusnadi,M,A., 2004. Polemik Kemiskinan Nelayan. Pondok Edukasi dan Pokja Pembaruan, Bantul. Mubyarto, Loekman,S., Michael,D., 1984. Nelayan dan Kemiskinan. Rajawali, Jakarta. Mubyarto, 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta. Mulyadi,S., 2005. Ekonomi Kelautan. Rajagrafindo Persada, Jakarta. Nasution, M,A., Badaruddin, dan Subhilhar, 2005. Isu-isu Kelautan Dari Kemiskinan Hingga Bajak Laut. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Salim, Emil., 1984. Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan. Inti Dayu,Jakarta. Sari,Y., 2005. Analisis Pendapatan Nelayan Toke dan Nelayan Buruh Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi di Kota Tanjung Balai. USU, Medan. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Siagian, H., 1982. PembangunanEkonomi Dalam Cita-cita dan Realita. Alumni, Bandung Soekartawi, 1994. Pembangunan Pertanian. Rajagrafindo Persada, Jakarta. Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. UI Press, Jakarta. Sudjana, 2002. Metoda Statistik. Tarsito, Bandung. Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Lampiran 1. Karakteristik Nelayan Responden di Kecamatan Datuk Bandar No Nelayan Responden Umur Tahun Tingkat Pendidikan tahun Jumlah tanggungan Orang Pengalaman Nelayan Tahun 1 55 9 6 35 2 45 12 4 10 3 Nelayan Toke kapal 47 9 4 20 4 5 GT Datuk Bandar 53 12 6 25 5 51 12 5 29 6 52 9 4 27 7 54 9 3 33 8 56 6 3 35 Total 413 78 35 214 Rata-Rata 51.625 9.75 4.375 26.75 1 45 9 4 35 2 59 6 5 20 3 Nelayan Buruh Kapal 30 9 3 5 4 5 GT Datuk Bandar 54 9 13 32 5 42 6 5 20 6 50 12 6 15 7 25 6 2 10 8 48 6 6 15 Total 353 63 44 152 Rata-Rata 44.125 7.875 5.5 19 9 40 6 4 20 10 Nelatan Toke kapal 45 6 3 22 11 5-9 GT Datuk Bandar 35 9 2 15 12 40 6 4 14 13 42 9 4 10 14 45 9 5 19 Total 247 45 22 100 Rata-Rata 41.17 7.5 3.67 16.67 9 35 9 3 10 10 Nelayan Buruh kapal 30 12 2 5 11 5-9 GT Datuk Bandar 40 12 3 15 12 25 12 1 4 13 33 9 3 12 14 42 6 4 15 Total 205 60 16 61 Rata-rata 34.17 10 2.67 10.17 Deasy Yunawati : Analisis Pendapatan Dan Sistem Pembagian Hasil Nelayan Bermotor 5 GT dan 5-9 GT Studi Kasus : Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai, Propinsi Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008 Lampiran 2. Karakteristik Nelayan Responden di Kecamatan Teluk Nibung N0 Nelayan Responden Umur Tahun Tingkat Pendidikan Tahun Jumlah Tanggungan Orang Pengalaman nelayan tahun 15 45