Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Usahatani Kopi Arabika

nomor 1 yaitu “hasil produksi produktivitas kopi Arabika di daerah penelitian lebih rendah bila dibandingkan daerah lain” diterima.

5.2. Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Usahatani Kopi Arabika

Fungsi Produksi Cobb-Douglass Efisiensi faktor-faktor produksi diperlukan untuk mengetahui penggunaan input produksi tergolong efisien, tidak efisien, atau belum efisien. Tingkat efisiensi dapat dilihat dari nilai produk marjinal faktor-faktor produksi yang digunakan. Nilai produksi marjinal dapat ditentukan dengan menghitung nilai elastisitas dari masing-masing faktor produksi. Nilai elastisitas tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi dari faktor-faktor produksi yang ditentukan melalui analisis regresi dengan menggunakan SPSS. Nilai koefisien masing-masing faktor produksi dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.3. Koefisien Regresi Fungsi Cobb-Douglass pada Usahatani Kopi Arabika No Variabel Koefisien Sig. F R 2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Konstanta Luas lahan Tenaga Kerja Bibit Kompos Urea NPK Herbisida 851,553 1222,098 -3,670 0,428 -0,086 1,883 -1,477 60,294 0,000 0,928 Sumber: Data diolah dari lampiran 8 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa secara serempak R 2 faktor-faktor produksi 92,8 berpengaruh secara nyata dengan signifikansi 0,000, sisanya 7,2 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Menurut hasil uji asumsi klasik terhadap hasil regresi yang dilakukan didapatkan Universitas Sumatera Utara kesimpulan bahwa terjadi multikolinier dan heteroskedastisitas. Hal ini bisa dilihat dilampiran. Berdasarkan koefisien regresi dari tabel diatas maka fungsi produksi Cobb- Douglassnya adalah: Y = 851,553 X1 1222,098 X2 -3,670 X3 0,428 X4 -0,086 X5 1,883 X6 -1,477 X7 60,294 Dimana: Y = Produksi Kopi Arabika kg X1 = Luas Lahan ha X2 = Tenaga Kerja HKO X4 = Kompos kg X5 = Urea kg X6 = NPK kg X7 = Herbisida liter Menurut Soekartawi 2005, efisiensi diartikan sebagai penggunaan input sekecil- kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginal NPM untuk suatu input sama dengan harga input atau dapat ditulis NPMXiPXi = 1 Hasil perhitungan efisiensi penggunaan faktor produksi dapat dilihat pada tabel berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 5.4. Analisis Efisiensi Usahatani Kopi Arabika No. Variabel NPMXi Harga Px Rp Efisiensi Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Luas lahan Tenaga kerja Bibit Kompos Urea NPK Herbisida 15.902.190.124 -174.386.381 3.288,61 -184,99 103.597,7 -159.547 385.205.071 125.000.000 45.166,67 2.000,00 746,67 2.800,00 3.000,00 50.000,00 127,21 -3.860,95 1,64 -0,24 37 -20 7.704 Belum efisien Tidak efisien Belum efisien Tidak efisien Belum efisien Tidak efisien Belum efisien Produksi 7.600 Sumber: Data diolah dari lampiran 3 dan 8 Tabel di atas menunjukkan bahwa faktor produksi tenaga kerja, pupuk kompos, dan NPK memiliki nilai efisiensi 1. Hal ini berarti faktor-faktor produksi tersebut tidak efisien. Untuk menghasilkan produksi yang optimal, faktor produksi tenaga kerja, pupuk kompos dan NPK harus dikurangi penggunaannya. Tidak efisiennya faktor tenaga kerja pada hasil perhitungan efisiensi karena satuan yang digunakan adalah hari kerja per orang HKO bukan hari kerja per jam HKP. Petani di daerah penelitian menghitung upah untuk tenaga kerja yang digunakannya per hari. Pemakaian pupuk kompos juga harus dikurangi karena pemakaiannya berlebihan. Pada dasarnya tanaman kopi Arabika membutuhkan banyak pupuk anorganik seperti urea, NPK, KCL, dan SP-36. Namun, di daerah penelitian petani banyak menggunakan pupuk kompos sebagai pupuk utama karena harganya yang lebih murah dari pupuk yang lain seperti urea dan NPK. Universitas Sumatera Utara Pemakaian pupuk NPK juga perlu dikurangi. Tidak efisiennya penggunaan faktor produksi NPK disebabkan petani ingin mempercepat pertumbuhan tanamannya sehingga menggunakan pupuk NPK lebih banyak. Selain itu pupuk ini lebih praktis, hemat biaya, dan dosisnya terukur. Tabel di atas menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan, bibit, urea, dan herbisida belum efisien. Hal ini dapat dilihat dari nilai efisien 1. untuk menghasilkan produksi yang optimal maka faktor-faktor produksi tersebut harus ditambah. Memaksimalkan lahan yang ada adalah cara yang paling mudah untuk meningkatkan produksi. Mengatur jarak tanam menjadi salah satu pilihan yang dapat diambil. Sistem penanaman kopi banyak dilakukan dengan cara tumpang sari dengan tanaman hortikultura seperti cabai, kol, sawi, dan tembakau. Tidak hanya itu, banyak juga yang membagi tanaman kopi Arabika dengan kopi Robusta. Faktor produksi bibit juga digolongkan belum efisien. Hal ini disebabkan sebagian besar petani menanam kopi dengan jarak tanam yang cukup lebar yaitu 2x3 m dan 3x4 m. Solusi yang dapat diambil untuk meningkatkan produksi adalah dengan mempersempit jarak tanam misalnya menjadi 2,5x2,5m atau 1,5 x 2 m. Universitas Sumatera Utara Herbisida merupakan faktor produksi yang juga tergolong belum efisien. Petani setempat jarang menggunakan obat-obatan karena harganya yang mahal. Mereka hanya menggunakan herbisida sekedar untuk menghilangkan rumput. Namun, hal ini jarang dilakukan karena petani harus membeli lagi alat penyemprotnya yang harganya relatif mahal.

5.3. Analisis Faktor Internal Kekuatan dan Kelemahan dan Faktor