Keunggulan Kopi Arabika dari Kopi Robusta Landasan Teori

tanaman kopi juga sensitif terhadap curah hujan. Ada saat dimana tanaman kopi membutuhkan hujan yang cukup banyak yaitu pada saat perkembangan biji, dan ada pula saat dimana curah hujan tidak terlalu banyak dibutuhkan yaitu pada saat berbunga dan perkembangan buah, karena hujan yang deras akan menyebabkan bunga rontok dari tanaman AEKI, 2006. Beberapa sifat penting kopi Arabika: • Menghendaki daerah dengan ketinggian antara 700-1700 mdpl dengan suhu sekitar 16-20 derajat Celsius. • Menghendaki daerah beriklim kering atau bulan kering 3 bulantahun secara berturut-turut, tetapi sesekali mendapat hujan. • Terutama peka terhadap penyakit karat daun terutama bila ditanam di dataran rendah atau kurang dari 500 mdpl. • Rata-rata produksi sedang 4,5-5 kuintal kopi berashatahun tetapi mempunyai cita rasa, kualitas, dan harga relatif tinggi dibandingkan kopi Robusta.

2.2. Keunggulan Kopi Arabika dari Kopi Robusta

Dari segi produksi yang menonjol dalam kualitas dan kuantitas adalah jenis Arabika, andilnya dalam pasokan dunia tak kurang dari 70 persen. Jenis Robusta yang mutunya dibawah Arabika, mengambil bagian 24 persen produksi dunia, sedangkan Liberika dan Ekselsia masing-masing 3 persen. Arabika dianggap lebih baik daripada Robusta karena rasanya lebih enak dan jumlah kafeinnya lebih rendah, maka Arabika lebih mahal daripada Robusta AEKI, 2006 Universitas Sumatera Utara Kopi mempunyai rasa pahit-pahit sedap menyegarkan karena kandungan zat kafein, kurang lebih dengan komposisi sebagai berikut : kafein 1 persen sampai 2,5 persen, minyak atsiri 10 persen sampai 16 persen, asam chlorogen 6 persen sampai 10 persen, zat gula 4 persen sampai 12 persen dan selulosa 22 persen sampai 27 persen. Perbedaan antara kopi Arabika dengan Robusta yaitu kopi Robusta memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi dari Arabika, sedangkan kopi Arabika memiliki kandungan zat gula dan minyak atsiri yang lebih banyak dari Robusta Sunarni, 2002.

2.3. Landasan Teori

Produksi Secara umum, istilah “produksi” diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan sumberdaya yang mengubah suatu komoditas menjadi komoditas lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, di mana, atau kapan komoditas- komoditas itu dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen terhadap komoditas itu Miller dan Meiners, 1997. Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan input. Dengan demikian, kegiatan produksi tersebut adalah mengombinasikan berbagai masukan untuk menghasilkan keluaran Agung, dkk., 2008. Universitas Sumatera Utara Fungsi produksi adalah abstraksi yang menggambarkan suatu proses produksi. Fungsi produksi adalah sebuah deskripsi matematis atau kuantitatif dari berbagai macam kemungkinan-kemungkinan produksi teknis yang dihadapi oleh suatu perusahaan Beattie dan Taylor, 1996. Di dalam ilmu ekonomi dikenal dengan yang namanya fungsi produksi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik dengan faktor-faktor produksi. Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini ditulis sebagai berikut: Y = f X1,X2, X3,…., Xn Dimana : Y = hasil produksi fisik X1, …, Xn = faktor-faktor produksi Mubyarto, 1994. Faktor produksi dalam suatu usaha pertanian mencakup tanah, modal, dan tenaga kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya mustahil usahatani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah masih banyak lagi faktor yang harus diperhatikan, seperti luas lahan, topografi, kesuburan, keadaan fisik, lingkungan, lereng, dan lain sebagainya Daniel, 2002. Perkaitan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan disebut dengan fungsi produksi. Faktor-faktor produksi dapat dibedakan kepada empat golongan, yaitu tenaga kerja, modal, tanah, dan keahlian keusahawanan. Universitas Sumatera Utara Untuk faktor-faktor produksi usahatani meliputi bibitbenih, tenaga kerja, luas lahan, pupuk, pengendali hama penyakit dan gulma serta faktor lainnya. Sukirno, 1996. Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk. Produk produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi, antara lain disebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang dilaksanakan dengan baik dan begitu juga sebaliknya kualitas produksi menjadi kurang baik bila usahatani tersebut dikelola dengan kurang baik pula Soekartawi, 2002. Tingkat Efisiensi Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana petani mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya. Dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran yang melebihi masukan Soekartawi, 2005. Pengertian efisiensi sangat relatif, efisiensi diartikan sebagai penggunaan input sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginal NPMXi untuk suatu input sama dengan harga input atau dapat ditulis NPMXiPXi = 1 Universitas Sumatera Utara Dalam banyak kenyataan NPMXi tidak selalu sama dengan Pxi. Yang sering terjadi adalah sebagai berikut : a. NPMXiPXi 1 artinya penggunaan input X belum efisien, untuk mencapai efisien input X perlu ditambah. b. NPMXiPXi 1 artinya penggunaan input X tidak efisien, untuk mencapai efisien input X perlu dikurangi. Soekartawi, 2005. Soekartawi 2001, mengemukakan bahwa prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu ekonomi, maka pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu : 1 efisiensi teknis. 2 efisiensi alokatif efisiensi harga, 3 efisiensi ekonomi. Kondisi efisiensi harga yang sering dipakai sebagai patokan yaitu bagaimana mengatur penggunaan faktor produksi sedemikian rupa, sehingga nilai produk marginal suatu input sama dengan harga faktor produksi tersebut. Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis efisiensi teknis kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi maksimum. Dikatakan efisiensi ekonomi jika usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga. Analisis SWOT Dalam menetapkan strategi dan kebijakan pengembangan perkopian Indonesia ke depan digunakan analisis SWOT. Identifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi Universitas Sumatera Utara suatu industri serta analisis terhadap faktor-faktor kunci menjadi bahan acuan dalam menetapkan strategi dan kebijakan penanganan perkopian. Analisis SWOT adalah analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman Strength, Weakness, Opportunities dan Threats. Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis. Analisis ini digunakan untuk menemukan faktor intenal kekuatan dan kelemahan dan faktor eksternal peluang dan ancaman pada suatu organisasi. Dari hasil analisis akan ditemukan strategi yang menyajikan kombinasi terbaik diantara keempatnya. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, selanjutnya perusahaan tersebut dapat menentukan strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang ada. Selain itu, analisis ini juga dapat digunakan untuk memperkecil atau mengatasi kelemahan yang dimiliki untuk menghindari ancaman yang ada http.binaukm.com. Strategi adalah cara terbaik untuk mencapai beberapa sasaran dan rencana yang komprehensif. Strategi yang mengintegrasikan segala sumber daya dan kemampuan yang bertujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi. Jadi strategi adalah rencana yang mengandung cara komperhensif dan integratif yang dapat dijadikan pegangan untuk bekerja, berjuang dan berbuat untuk memenangkan kompetisi. Untuk menentukan mana yang terbaik tersebut akan tergantung pada kriteria yang digunakan. Universitas Sumatera Utara Proses penyusunan rencana strategis melalui tiga tahap yaitu: 1. Tahap pengumpulan data 2. Tahap analisis 3. Tahap pengambilan keputusan Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari dalam perusahaan, model yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu: − Matriks faktor strategi eksternal − Matriks faktor strategi internal Soepeno, 1994. Sebelum melakukan analisis, maka diperlukan tahap pengumpulan data yang terdiri atas tiga model yaitu:

a. Matrik Faktor Strategi Internal