Teknik Pengumpulan Data

4. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini, bentuk semua teknik pengumpulan data dan kualitas pelaksanaannya, serta hasilnya sangat tergantung pada penelitiannya sebagai alat pengumpul data utamanya. Oleh karena itu sikap kritis dan terbuka sangat penting, dan teknik pengumpulan data yang digunakan selalu yang bersifat terbuka dengan kelenturan yang luas, seperti teknik wawancara mendalam, (in-depth interviewing ), observasi berperan (participant observation ), dan bila diperlukan data awal yang bersifat umum, dapat juga menggunakan kuesioner terbuka (open-ended questionaire), analisis dokumen atau arsip (content analysis), serta diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion ). Posisi peneliti sebagai alat utama pengumpulan data ini menuntut kualitas peneliti yang benar-benar memahami metodologi penelitiannya, didukung dengan pengalaman yang cukup dalam melakukan penelitian, agar mampu menghasilkan penelitian yang bermutu.

Dalam penelitian ”Proses dan Pola Interaksi Sosial Siswa Difabel dan Non-Difabel di Sekolah Inklusif di Kota Surakarta” ini sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara Mendalam (In Depth Interview)

Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah berupa manusia yang dalam posisinya sebagai narasumber atau informan. Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini diperlukan teknik wawancara mendalam (in-depth interviewing). Tujuan penulis menggunakan teknik ini dalam penelitiannya adalah karena peneliti mampu untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai para pribadi, peristiwa, aktivitas, organisai, perasaan, motivasi,

tanggapan, atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan, dan lain sebagainya, untuk merekonstruksi beragam hal merupakan bagian dari pengalaman masa lampau, dan memproyeksikan hal-hal tersebut dikaitkan dengan harapan yang bisa terjadi di masa yang akan datang.

Wawancara dalam penelitian kualitatif dilakukan secara bebas dan dengan pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended), dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara tidak formal terstruktur, kepada informan yang dipilih berdasarkan keterlibatan dan pengetahuannya dengan peristiwa atau hal-hal yang berkaitan dengan data yang diperlukan, guna menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang bermanfaat yang menjadi dasar bagi penggalian informasinya lebih jauh, lengkap, dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan guru pengajar dan pendamping, staf dan karyawan sekolah, siswa difabel dan non difabel.

2. Observasi Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pada observasi langsung dapat dilakukan oleh pengumpul data dengan mengambil peran atau tidak berperan.

Menurut Kartono, pengertian observasi diberi batasan sebagai berikut: “studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan observasi dan pencatatan”. Selanjutnya dikemukakan tujuan observasi adalah : “mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikansi dari inter relasinya elemen-elemen tingkah laku manusia pada fenomena sosial serba kompleks dalam pola-pola kultural tertentu”. Observasi dapat menjadi teknik pengumpulan data secara ilmiah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1) Diabdikan pada pola dan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan.

2) Direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis, dan tidak secara kebetulan (accidental) saja.

3) Dicatat secara sistematis dan dikaitkan dengan proposisi- proposisi yang lebih umum, dan tidak karena didorong oleh impuls dan rasa ingin tahu belaka.

4) Validitas, reliabilitas dan ketelitiannya dicek dan dikontrol seperti pada data ilmiah lainnya. (Kartono 1980: 142).

Untuk menguji kebenaran suatu observasi, peneliti dapat mengulang observasinya kemudian membandingkan dengan hasil observasi pertama. Walaupun hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena ada peristiwa yang hanya sekali terjadi, sehingga tidak dapat diamati lagi. Untuk membandingkan hasil observasi dari seorang peneliti dengan peneliti lain adalah sangat sulit karena belum tentu mendapatkan peneliti dalam masalah yang sama dengan subjek yang sama. Oleh karena itu peneliti wajib membandingkan wajib Untuk menguji kebenaran suatu observasi, peneliti dapat mengulang observasinya kemudian membandingkan dengan hasil observasi pertama. Walaupun hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena ada peristiwa yang hanya sekali terjadi, sehingga tidak dapat diamati lagi. Untuk membandingkan hasil observasi dari seorang peneliti dengan peneliti lain adalah sangat sulit karena belum tentu mendapatkan peneliti dalam masalah yang sama dengan subjek yang sama. Oleh karena itu peneliti wajib membandingkan wajib

Penelitian pada “Proses dan Pola Interaksi Sosial Siswa Difabel dan Non-Difabel di Sekolah Inklusif di Kota Surakarta” ini menggunakan metode observasi berperan pasif, karena peneliti bukan merupakan salah satu siswa maupun staff atau karyawan di Sekolah Inklusif tersebut. Peneliti hanya ingin mengetahui bagaimana Proses dan Pola interaksi sosial siswa difabel dan non-difabel di sekolah inklusif di Kota Surakarta.