Interaksi Sosial

4. Interaksi Sosial

Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya.

Dalam penelitian ini, interaksi sosial yang diteliti oleh penulis yaitu interaksi sosial antara siswa non-difabel dan siswa difabel serta interaksi antara guru dan siswa difabel di Yayasan Al Firdaus Kota Surakarta khususnya di Sekolah Dasar Al Firdaus Kota Surakarta. Sehingga tampak output atau hasil, yakni sumber daya manusia di Sekolah Dasar Al Firdaus khususnya siswa difabel yang berkualitas dan mampu untuk menghadapi kelanjutan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Serta interaksi sosial dalam masyarakatpun tidak mengalami tingkat kecenderungan diskriminasi yang tinggi lagi.

Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat di berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang pendidikan. Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi proses belajar mengajar, ketika ada kompetensi siswa difabel dan non-difabel, serta disaat menghabiskan waktu istirahat bersama teman-teman lainnya. Interaksi sosial Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat di berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang pendidikan. Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi proses belajar mengajar, ketika ada kompetensi siswa difabel dan non-difabel, serta disaat menghabiskan waktu istirahat bersama teman-teman lainnya. Interaksi sosial

1. Imitasi Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku

2. Sugesti Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.

3. Identifikasi Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini.

4. Proses simpati

Sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya.

(http://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/sosiologi- komunikasi-proses-sosial-dan-interaksi-sosial/)

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Dua syarat terjadinya interaksi sosial, yaitu :

1. Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk.Yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok, dan antarkelompok.. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung.

2. Adanya Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

(Waluya, 2007 : 48).

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Pertikaian mungkin akan mendapatkan suatu penyelesaian, namun penyelesaian tersebut hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu, yang dinamakan akomodasi.

Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti : menujuk pada suatu keadaan dan untuk menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.

Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. (Waluyo, 2007 : 47).

Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai suatu proses di mana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai suatu proses di mana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk

Tidak selamanya suatu akomodasi sebagai proses akan berhasil sepenuhnya. Di samping terciptanya stabilitas dalam beberapa bidang, mungkin sekali benih-benih pertentangan dalam bidang-bidang lainnya masih tertinggal, yang luput diperhitungkan oleh usaha-usaha akomodasi terdahulu. Benih-benih pertentangan yang bersifat laten tadi (seperti prasangka) sewaktu- waktu akan menimbulkan pertentangan baru. Dalam keadaan demikian, memperkuat cita-cita, sikap dan kebiasaan-kebiasaan masa-masa lalu yang telah terbukti mampu meredam bibit-bibit pertentangan merupakan hal penting dalam proses akomodasi, yang dapat melokalisasi sentimen-sentimen yang akan melahirkan pertentangan baru. Dengan demikian, akomodasi bagi pihak-pihak tertentu dirasakan menguntungkan, namun agak menekankan bagi pihak lain, karena adanya campur tangan kekuasaan-kekuasaan tertentu dalam masyarakat.

Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu :

1. Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham.

2. Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer.

3. Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya terpisah akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem berkasta.

4. Mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah. (Waluyo, 2007 : 47).

Bentuk-bentuk akomodasi menurut Gillin and Gillin, adalah sebagai berikut :

1. Koersi (coercion), yaitu bentuk akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain yang lebih lemah. Berarti terjadi penguasaan (dominasi) suatu kelompok atas kelompok yang lemah.

2. Kompromi (compromise), yaitu bentuk akomodasi ketika piha- pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan agar tercapai suatu penyelesaian. Sikap dasar untuk melakukan kompromi adalah semua pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya

3. Arbitrasi (arbitration), yaitu bentuk akomodasi apabila pihak- pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri sehingga dilakukan melalui pihak ketiga disini dapat ditunjuk dari kedua belah pihak atau oleh suatu badan yang berwenang.

4. Mediasi (mediation), yaitu suatu bentuk akomodasi yang hamper sama dengan arbitrasi. Namun pihak ketiga yang bertindak sebagai penengah bersikap netral dan tidak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan penyelesaian perselisihan antara kedua belah pihak.

5. Konsiliasi (conciliation), yaitu bentuk akomodasi untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang bertikai untuk tercapainya kesepakatan bersama. Konsiliasi bersifat lebih lunak dan membuka kesempatan kepada pihak-pihak yang bertikai untuk mengadakan asimilasi.

6. Toleransi (toleration), yaitu bentuk akomodasi yang terjadi tanpa persetujuan yang resmi. Kadang-kadang toleransi terjadi secara tidak sadar dan tanpa direncanakan karena adanya keinginan- keinginan untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari perselisihan yang saling merugikan kedua belah pihak.

7. Stalemate, yaitu bentuk akomodasi ketika kelompok yang bertikai mempunyai kekuatan yang seimbang, lalu keduanya sadar bahwa tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur sehingga pertentangan atau ketegangan antara keduanya akan berhenti dengan sendirinya.

8. Ajudikasi (ajudication), yaitu penyelesaian masalah atau sengketa melalui pengadilan atau jalur hukum

9. Displacement, yaitu bentuk akomodasi yang merupakan cara untuk mengakhiri suatu pertentangan dengan cara mengalihkan perhatian pada objek bersama.

10. Konversi (convertion), yaitu bentuk akomodasi dalam menyelesaikan konflik yang menjadikan salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.

(Waluya, 2007 : 48-49).

Kerja sama yang merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yaitu suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk Kerja sama yang merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yaitu suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk

Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya ). Kerja sama akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung anggota/ perorangan lainnya.

Fungsi Kerja sama digambarkan oleh Charles H.Cooley : ”Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka

mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna.” (http://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/sosiologi- komunikasi-proses-sosial-dan-interaksi-sosial/)

Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama yang biasa diberi nama kerja sama (cooperation). Kerja sama tersebut lebih lanjut dibedakan lagi dengan :

1. Kerja sama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang sertamerta.

2. Kerja sama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang merupakan hasil perintah atasan atau penguasa.

3. Kerja sama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar tertentu.

4. Kerja sama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial. ( http://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/sosiologi- komunikasi-proses-sosial-dan-interaksi-sosial/)

Adapun bentuk-bentuk kerja sama adalah sebagai berikut :