Peraturan Pemerintah juga mengatur izin lingkungan dengan perlakuan khusus untuk jenis usaha danatau kegiatan yang bersifat khusus, yang pengaturannya
akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
F. Tata Cara Pengawasan dan Sanksi Administratif
Penegakan hukum administratif mempunyai peranan penting dan strategis dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, karena ciri utama dari sanksi
administratif adalah bersifat pencegahan dan sekaligus bersifat pemulihan. Cara untuk meningkatkan penegakan hukum di bidang lingkungan hidup yaitu dengan
membuat peraturan yang dapat memberikan kejelasan dan ketegasan dalam pengawasan dan pengenaan sanksi administratif di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Dalam Pasal 75 dan Pasal 83 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ditegaskan perlunya dibentuk Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Pengawasan dan Sanksi Administratif di
Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Prinsip-prinsip pokok yang dianut dalam Peraturan Pemerintah tentang tata
cara pengawasan dan sanksi administratif ini adalah prinsip kemudahan, profesionalitas, ketanggapan segera responsiveness, partisipasi, proporsionalitas,
persamaan, konsistensi, kecermatan, larangan penyalahgunaan wewenang dan larangan sewenang-wenang dan prinsip perlindungan hukum.
Sifat pengawasan adalah preventif dan represif dalam penerapan persyaratan izin dan peraturan perundang-undangan di bidang hukum lingkungan
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Pengawasan adalah antara lain untuk memastikan tingkat penaatan dari penanggung jawab usaha danatau kegiatan dalam bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Sedangkan tujuan Sanksi administratif dalam Peraturan Pemerintah ini adalah
anatra lain untuk membuat jera bagi perbuatan yang melanggar peraturan ini sehingga penegakan hukum dalam bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
dapat terselenggara sesuai dengan tujuannya. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2001 mengatur mengenai pejabat
pengawas lingkungan hidup PPLH dan pejabat pengawas lingkungan hidup daerah PPLHD dengan kewenangannya. Pejabat pengawas tersebut melakukan
pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha danatau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. MenteriGubernurBupatiWalikota selaku pejabat pengawas PPLHPPLHD
dapat mendelegasikan kewenangan pengawasan kepada pejabatinstansi teknis yang bertanggung jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Agar pengawasan benar-benar dapat didayagunakan untuk mencegah dan sekaligus memulihkan lingkungan hidup, maka perlu mengangkat pegawai negeri
sipil untuk menjadi PPLHPPLHD secara terpilih dengan syarat, standar dan ukuran tertentu. Oleh karena itu bagi PPLHPPLHD diberikan jabatan fungsional yang dalam
pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian danatau keterampilan serta sikap atau perilaku tertentu yang dapat bersifat mandiri.
Universitas Sumatera Utara
Dalam melaksanakan tugasnya, PPLHPPLHD dapat melakukan koordinasi dengan pejabat penyidik pegawai negeri sipil. Hal ini dimaksudkan agar dapat
dipastikan apakah tindakan atau perbuatan penanggung jawab usaha danatau kegiatan dapat dikenakan sanksi administratif saja atau sekaligus pula dapat
dikenakan sanksi pidana. Oleh karena itu koordinasi antara PPLHPPLHD dengan PPNS harus benar-benar terjalin komunikasi yang baik dan efektif.
Pemerintah juga mengatur tentang tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan mutasi tata cara pengawasan. Hal ini dimaksudkan agar pengangkatan maupun
pemberhentian serta pelaksanaan pengawasan dapat benar-benar teratur, terstruktur dan terukur.
Jenis sanksi administratif yang meliputi: teguran tertulis, paksaan pemerintahan, pembekuan izin, pembatalan atau pencabutan izin.
Pejabat yang berwenang mengenakan sanksi dapat mendelegasikan kewenangan pengenaan sanksi administratif kepada pejabat atau instansi teknis yang
tugas dan tanggung jawabnya di bidang pengawasan danatau penegakan hukum administratif. Sifat sanksi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini adalah
pengenaan sanksi administratif yang tidak membebaskan penanggung jawab usaha danatau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan pidana.
Tata cara pengenaan sanksi ditentukan berdasarkan kriteria tertentu dan akibat dikenakannya sanksi administratif mencakup terhentinya pelanggaran, terpulihkannya
fungsi lingkungan terbebaninya penangung jawab usaha danatau kegiatan dengan kewajiban hukum.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI PEJABAT PENGAWAS
LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DALAM PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI SUMATERA UTARA
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Utara menemukan kendala-kendala. Kendala-
kendala dimaksud diklasifikasikan menjadi dua faktor. Kedua faktor tersebut adalah: C.
Faktor Internal
1. Keterbatasan SDM Secara ekologis, wilayah Provinsi Sumatera Utara secara garis besar dibedakan
menjadi 6 enam wilayah yaitu
29
: − Dataran sepanjang pantai timur;
− Darah berombak hingga bergelombang Rantauprapat, Pemantang Siantar dan Pancur Batu;
− Bukit Barisan Jalur Timur; − Tanah tinggi Tarutung - Sidikalang – Karo depres tengah;
− Bukit Barisan jalur barat; − Dataran pantai barat.
Dengan ekosistem spesifik yaitu:
29
Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, Permasalahan Lingkungan Hidup di Sumatera Utara,
Bahan Ekspose, Aula Bina Graha Provinsi Sumatera Utara, 15 Januari 2010
Universitas Sumatera Utara
− Ekosistem Danau Toba; − Ekosisten Taman Nasional Gunung Leuser TNGL;
− Ekosistem pesisir Pantai Timur dan Nias Dari berbagai kondisi geografis dan ekologis ini, Provinsi Sumatera Utara
memiliki luas wilayah 71.680 km2 yang jika dibanding dengan luas wilyah Indonesia keseluruhan ± 3,7
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Sektor Industri
Dengan kondisi wilayah yang cukup luas dengan investasi kegiatan usaha menengah ke atas yang terdata sebanyak ± 1.412 perusahaan, sangat rentan untuk
terjadinya pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan usaha tersebut. Untuk itulah diperlukannya suatu pengawasan pengelolaan lingkungan hidup yang
baik. Namun pada kenyataannya, seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya
bahwa dari 33 KabupatenKota yang ada di Sumatera Utara, hanya terdapat 42 orang Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah. Dan untuk instansi pengelola
lingkugan hidup BLH Provinsi Sumatera Utara sendiri hanya memiliki 13 orang Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah. Dan dari 13 orang Pejabat
Pengawas Lingkungan Hidup Daerah ini belum dilakukan pelantikan secara resmi oleh Gubernur yang dalam hal ini Kepala instansi teknis pengelola lingkungan
hidup setelah mereka mengikuti pelatihan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
Universitas Sumatera Utara
Daerah PPLHD. Sebagai perbandingan jumlah Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah PPLHD di Sumatera Utara dengan jumlah industri yang terdata
dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 8: Perbandingan Jumlah PPLHD dengan Jumlah Industri
yang Terdata di Provinsi Sumatera Utara
No. Provinsi dan
Kab.Kota Jumlah
PPLHD Jumlah
Industri Persentase
Ket.
1. Provinsi
13 1.412
0,9 Belum
dilantik 2.
Kab.Kota 29
1.412 2,053824
Belum dilantik
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, 2010
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi maupun KabupatenKota tidak sebanding dengan jumlah kegiatan
industri yang ada.
2. Kelembagaan Memperhatikan semakin beratnya tantangan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, sangat diperlukan komitmen yang tinggi pelaku pembangunan untuk kembali mengingat bahwa sumber daya alam adalah titipan dari generasi
yang lalu yang harus dikembalikan dalam jumlah dan keadaan yang cukup bagi generasi yang akan datang untuk meningkatkan kesejahteraannya di kemudian
hari.
Universitas Sumatera Utara
Program pembangunan yang sasarannya adalah untuk pelestarian fungsi lingkungan dilaksanakan secara terpadu dan bersinergi sehingga hasil dan
manfaatnya benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Untuk menunjang pelaksanaan program-program tersebut sangat diperlukan adanya lembaga pengelola lingkungan hidup yang kuat didukung oleh peraturan
perundang-undangan dan sistem kerja yang jelas dan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mempunyai komitmen tinggi untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup. Status kelembagaan lingkungan hidup di Sumatera Utara ada pada beberapa
isntitusi yang berbeda, sehingga adanya indikasi pemahaman dan penafsiran terhadap arti dan makna lingkungan hidup serta peraturan perundang-undangan
yang berbeda. Tabel 9: Status Kelembagaan Pengelola Lingkungan Hidup Kab.Kota
di Provinsi Sumatera Utara
No. Status Kelembagaan Pengelola Lingkungan
Hidup Jumlah
KabupatenKota
1. BadanKantor Khusus Pengelola Lingkungan
Hidup 23 Kab.Kota
2. DinasKantorBadan Campuran
10 Kab.Kota
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, 2010
Universitas Sumatera Utara
Bentuk lembaga yang paling sesuai adalah Badan yang bertugas dalam membina, mengkoordinir, mengendalikan dan mengawasi pemanfaatan sumberdaya alam
dan pengendalian dampak lingkungan hidup di daerah. Beragammnya jenis kelembagaan yang dijelaskan pada tabel diatas membawa
konsekuensi terhadap beragamnya pola dan tata kerja pengawasan terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di masing-masing daerah. Karena
pada prinsipnya, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam hal ini pengawasan tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan tanpa adanya koordinasi
dari setiap lembaga dan instansi yang ada. 3. Sistem birokrasi
Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian pasal
1 ayat 2 menyebutkan bahwa Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan
Pegawai Negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal tidak disebutkan secara eksplisit tentang masa jabatan perpindahan Pegawai
Negeri tersebut. Oleh karena itu Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara belum memberi kepastian masa jabatan bagi seorang Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup Daerah PPLHD menjalankan tugasnya sebagai Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah, sehingga sering terjadi perpindahan tempat
tugas pegawai yang berstatus sebagai Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah PPLHD ke instansi lain di luar instansi pengelolaan lingkungan hidup
Universitas Sumatera Utara
tanpa pertimbangan masa jabatan seorang PPLHD tersebut, sehingga menggugurkan statusnya sebagai Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
PPLHD. 4. Pendanaan
Pembangunan bidang lingkungan hidup Provinsi dan KabupatenKota di Sumatera Utara khususnya dan Indonesia pada umumnya didanai oleh Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah APBD. Alokasi dana lingkungan hidup pada APBD Provinsi Sumatera Utara dari tahun ke
tahun anggaran masih sangat minm jika dibandingkan dengan anggaran Provinsi Sumatera Utara secara keseluruhan dan dibandingkan dengan luasan wilayah kerja
Provinsi Sumatera Utara yang meliputi 33 KabupatenKota dengan karakter geografis pegunungan, daratan dan kepulauan.
Alokasi dana lingkungan hidup Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 10: Alokasi Dana Lingkungan Hidup pada APBD Provinsi Sumatera Utara T.A 2008, 2009, 2010
Tahun No.
Uraian Belanja 2008
2009 2010
1. Belanja Aparatur
4.248.815.366 2.540.817.659 2.851.702.800
2. Belanja Kegiatan
8.020.719.223 5.374.404.111 6.207.293.970
Jumlah 12.269.534.589 7.915.221.770 9.058.996.770
Persentase terhadap APBD Provinsi Sumatera Utara
0,65 0,28
0,29
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
5. Peralatan Pengawasan penaatan hukum yang dilakukan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Sumatera Utara membutuhkan pengalokasian dana. Pengalokasian dana juga berkaitan dengan fasilitas sarana dan prasarana guna
mendukung kinerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah. Sebagai contoh diperlukan sebuah alat teknologi untuk menghitung secara cepat
dan akurat terhadap batas-batas daya dukung, daya tenggang, daya toleransi atau kemampuan lingkungan yang disebut dengan Nilai Ambang Batas, disingkat
dengan NAB. Nilai Ambang Batas NAB ialah batas tertinggi maksimum dan terendah minimum dari kandungan zat-zat, makhluk hidup atau komponen-
komponen lain yang diperbolehkan dalam setiap interaksi yang berkenaan dengan lingkungan, khususnya yang berpotensi mempengaruhi mutu tata lingkungan
hidup atau ekologi.
30
Untuk limbah-limbah industri effluent, dapat dengan mudah diketahui kadar pencemarannya melalui sistem-sistem peralatan yang bisa menghitung jumlah dan
kadar pencemaran limbah pabrik. Dengan demikian, sebuah pabrik telah dapat dinyatakan mencemarkan lingkungan jika ternyata kadar limbah pabrik tersebut
sudah menyimpang dari ambang batas yang diperkenankan, meskipun pada saat itu atau beberapa lama setelahnya belum tentu mengakibatkan pencemaran,
kerusakan atau penurunan mutu lingkungan sekitarnya. Sudah tentu untuk
30
Muhammad Erwin, Hukum Lingkungan Dakam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup
, Refika Aditama, Bandung, 2008, hal.61
Universitas Sumatera Utara
mengetahui jumlah dan kadar limbah ini, perusahaan-perusahaan industri belum memiliki teknologi ini.
Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara belum memiliki peralatan ini dikarenakan harganya yang cukup tinggi. Sistem yang diterapkan selama ini masih
bersifat konvensional dengan sistem pengambilan sample secara manual dan dianalisa di Laboratorium Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara sehingga
butuh waktu yang relatif cukup lama Disamping peralatan yang disebutkan diatas, peralatan mobilitas pendukung juga
belum memadai. Kendaraan dinas yang tersedia di Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara masih terbatas mengingat luasnya wilayah kerja Provinsi
Sumatera Utara. Kendaraan dinas dimaksud dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 11: Inventaris Kendaraan Bermotor
di Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010
No Jenis
Kendaraan Bermotor
Type No. Sertifikat,
Pabrik, Chasis, Mesin
Tahun Pembelian
Keterangan
1. Kenderaan
Dinas Roda 4 Kijang
M. Bus MHF 11 KF
700014312 7- K016A 440
1997 APBD
2. Kenderaan
Dinas Roda 4 Kijang
M. Bus MHF 11 KF
700014312 7- K016A 440
1997 APBD
3. Kenderaan
Dinas Roda 4 Kijang
M. Bus MHF 11 KF
101843 7-K 0348248
2000 APBD
Universitas Sumatera Utara
4. Kenderaan
Dinas Roda 4 L300
MHML 300DBR 22569509
405601545 2000
APBD
5. Kenderaan
Dinas Roda 4 Delvan
M. Bus MHCNK 660Y
XCO 0042W000042
2000 APBD
6. Kenderaan
Dinas Roda 4 Delvan
M. Bus MHCNHR SSEX
C000661N99061 2000
APBD 7.
Kenderaan Dinas Roda 4
Delvan M. Bus
000603M 990 607 2000
APBD 8.
Kenderaan Dinas Roda 4
L300 IRZ-7094034
2004 APBD
9. Kenderaan
Dinas Roda 4 Jeep
Mercy -
2001 Bantuan
Austria 10. Perahu Karet
Yamaha Bombard
TROPIC 380 2001
APBD 11.
Perahu Karet dengan Mesin
Tempel Navy
Yamaha 2006
APBD
Sumber: LAKIP Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, 2010
D. Faktor Eksternal