12
2005: 221 mengatakan bahwa perbedaan dalam pemerosesan bahasa antara pria dan wanita dapat juga terjadi karena pengaruh budaya.
2.2.2 Psikolinguistik Behaviorisme
Seorang penganjur pandangan Behaviorisme dalam pemerolehan bahasa yang terkemuka adalah ahli psikologi B.F. Skinner 1957. Behaviorisme
menganggap bahwa pengetahuan linguistik hanya terdiri dari rantaian hubungan- hubungan dan hubungan ini dibentuk dengan cara-cara pembelajaran Stimulus-
Respon S-R dalam Simanjuntak, 2009: 112. Teori Behaviorisme melihat aspek perilaku kebahasaan yang dapat diamati
langsung dari hubungan antara rangsangan stimulus dan reaksi respon. Perilaku bahasa yang efektif adalah memuat reaksi yang tepat terhadap
rangsangan. Reaksi ini akan menjadi suatu kebiasaan jika reaksi tersebut dibenarkan Novelia, 2010: 5. Contohnya, seorang anak mengucapkan duduk
yang menyatakan sebuah kursi, maka orang dewasa yang mendengarnya akan mengajari anak tersebut mengucapkan kursi dengan benar.
2.2.3 Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan dipakai untuk padanan istilah Inggris acquisition, yakni, proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia
belajar bahasa ibunya native language dalam Dardjowidjojo, 2005: 225. Pemerolehan bahasa language acquisition adalah proses-proses yang berlaku di
pusat bahasa dalam otak seorang anak bayi pada waktu dia sedang memeroleh
Universitas Sumatera Utara
13
bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa terjadi secara alamiah tanpa disadari yang melibatkan bahasa pertama bahasa ibu dalam Simanjuntak, 2009: 104-105.
Pemerolehan bahasa biasanya dibagi menjadi empat bagian, yaitu bagian pemerolehan sintaksis, semantik, fonologi, dan pragmatik. Setiap bagian
pemerolehan ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena diperoleh secara bersamaan Dardjowidjojo, 2005: 244.
2.2.4 Pemerolehan Semantik
Pemerolehan semantik menegaskan bahwa arti dapat diterangkan berdasarkan pada fitur-fitur penanda-penanda semantik. Arti suatu kata
merupakan gabungan dari fitur-fitur semantik. Menurut Dardjowidjojo 2000: 262 mengatakan bahwa anak meguasai makna kata secara sembarangan.
Golinkoff dkk, 1994 dalam Dardjowidjojo, 2000: 247 mengatakan bahwa anak memiliki strategi referensi dengan menganggap bahwa kata pastilah
merujuk pada benda, perbuatan, proses, atau atribut. Dengan strategi ini, anak yang baru mendengar suatu kata baru akan menempelkan makna kata itu pada
salah satu dari referensi. Pemerolehan semantik memerlukan pemahaman yang sempurna mengenai
makna sebuah bahasa. Dalam hal menentukan suatu makna, anak mengutip prinsip-prinsip universal, salah satu diantaranya adalah yang dinamakan
overextension yang telah diterjemahkan sebagai penggelembungan makna dan underextension yang diterjemahkan sebagai penciutan makna Dardjowidjojo,
2003: 260.
Universitas Sumatera Utara
14
Penggelembungan makna terjadi saat anak diperkenalkan dengan suatu konsep baru dan anak cenderung mengambil salah satu fitur dari konsep tersebut
lalu menerapkannya pada konsep lain yang memiliki konsep tersebut. Contohnya adalah konsep bulan, pada waktu anak diperkenalkan pada kata bulan, dia
mengambil fitur bentuk fisiknya, yakni bulan itu bundar. Fitur itu kemudian diterapkan pada segala macam benda yang bundar. Disamping bentuk ukuran juga
bisa menjadi fitur yang diambil anak Dardjowidjojo, 2003: 262. Penciutan makna terjadi pada saat anak membatasi makna hanya pada
referen yang telah dirujuk sebelumnya. Contohnya adalah konsep bebek yang diperkenalkan pada waktu anak melihat bebek di kolam, maka gambar bebek yang
ada di buku beberapa hari kemudian bukanlah bebek. Bebek yang dipahami anak adalah bebek yang berada di kolam atau air, sedangkan yang berada di lokasi yang
berbeda seperti rumput bukanlah bebek tapi burung Dardjowidjojo, 2003: 263.
2.2.5 Komponen Makna