4.4 Analisis Tingkat Efisiensi Saluran Irigasi
Tingkat efisiensi jaringan irigasi terutama pada jaringan irigasi sekunder diperoleh dengan cara menghitung kehilangan air yang terjadi pada saluran
sekunder. Dalam menghitung kehilangan air, yang pertama dilakukan adalah pengukuran debit saluran dilapangan, sehingga dapat diketahui jumlah air yang
masuk dan jumlah air yang keluar. Pengukuran yang dilakukan dilapangan adalah dimensi saluran irigasi
Tanjung Beringin yaitu, lebar saluran irigasi, tinggi saluran irigasi, dan tinggi permukaan air yang terdapat pada saluran irigasi Tanjung Beringin.
Dalam pengolahan data dilakukan dengan menggunakan persamaan manning untuk mengetahui kecepatan aliran yang terjadi, dan untuk mengukur
debit air digunakan persamaan 3-1. Untuk mengukur efisiensi pada jaringan irigasi sekunder digunakan
persamaan 2-33. Sehingga dapat diketahui besarnya kehilangan air yang terjadi. Besarnya efisiensi pada tingkat saluran. Standarisasi tingkat efisiensi pada
jaringan irigasi dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.12. Standarisasi Tingkat Efisiensi Pada Jaringan Irigasi Jaringan
Efisiensi
Saluran Primer 90
Saluran Sekunder 90
Saluran Tersier 80
Sumber : Standar Perencanaan Irigasi KP-01
Dari data pengukuran saluran irigasi sekunder di lapangan maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Saluran Primer a. Saluran Inflow Bendung
– BTB1
Gambar 4.2 adalah sketsa penampang pada saluran Inflow Bendung –
BTB1
Gambar 4.2. Saluran Inflow Bendung - BTB1
Lebar Saluran B = 3,20 m Tinggi Saluran H = 1,10 m
Tinggi Permukaan Air h = 0,82 m Kemiringan I = 0,00035
Panjang Saluran = 1000 m n = 0,025 Pasangan bata
a. Luas Tampang Basah A
A = B x h = 3,20 m x 0,82 m = 2,624 m
2
b. Keliling Basah P
P = B + 2 h = 3,20 + 2 x 0,82 = 4,84 m
H h
B
Universitas Sumatera Utara
c. Kecepatan Aliran V
R = =
= 0,542 m V =
x x
= x
x = 0,495 ms
Maka, Q = A x V
= 2,624 m
2
x 0,495 ms = 1.299 m
3
s
b. Saluran Outflow Bendung – BTB1