Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang analisis perbandingan pendapatan petani kopi Ateng yang menjual dalam bentuk
gelondong merah cherry red dengan kopi biji di desa Bangun Das Mariah, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dan permasalahan yang ada diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan antara pendapatan usahatani kopi Ateng yang dijual
dalam bentuk gelondong merah cherry red dengan kopi biji? 2.
Apakah ada nilai tambah value added yang diperoleh petani yang menjual kopi Ateng dalam bentuk kopi biji?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang dipaparkan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis perbedaan antara pendapatan usahatani kopi Ateng yang
dijual dalam bentuk gelondong merah cherry red dengan kopi biji. 2.
Untuk menganalisis nilai tambah value added yang diperoleh petani yang menjual kopi Ateng dalam bentuk kopi biji.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka manfaat penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan bagi petani kopi di Provinsi Sumatera Utara dan
khususnya bagi petani kopi Ateng di Kabupaten Simalungun dalam rangka meningkatkan pendapatan petani.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan dan
penelitian-penelitian lain yang berhubungan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi
dunia mencapai 70 berasal dari spesies kopi arabika dan 26 berasal dari spesies kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di
Etiopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan
Arab, melalui para saudagar Arab Rahardjo, 2012. Menurut Suwarto dan Octavianty 2010, klasifikasi botanis kopi mempunyai
sistematika sebagai berikut: Kingdom
: Plantae Divisi
: Spermatophyta Subdivisi
: Angiospermae Kelas
: Dicotyledonae Ordo
: Rubiales Famili
: Rubiaceae Genus
: Coffea Spesies
: Coffea sp. Tanaman kopi merupakan tanaman perkebunan yang penting di Indonesia.
Sejarah perkopian di Indonesia mencatat bahwa pertama kali masuk ke Indonesia sekitar tahun 1699 yang merupakan jenis kopi Arabika Coffea arabica. Pada
Universitas Sumatera Utara
sejak abad ke-18 kopi Arabika menjadi andalan ekspor utama Indonesia. Jenis kopi Arabika tersebut menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia, dengan nama
sesuai dengan daerah pengembangannya selain yang dikenal sebagai Kopi Jawa diantaranya dikenal dengan nama Kopi Gayo, Kopi Sidikalang, dan Kopi Toraja
Syamsulbahri, 1996. Kopi adalah tanaman tropis, pada dasarnya ada sekitar 30 jenis spesies dari genus
ini dan sampai saat ini hanya tiga jenis kopi, yaitu Robusta, Arabika dan Liberika. Tanaman kopi bisa mencapai 4-6 meter pada usia yang matang. Pada awal masa
berbuah, bunga akan tumbuh sekitar 6-7 bulan yang kemudian menjadi buah kopi. Biji buah kopi hijau lama-kelamaan berubah menjadi merah dan siap untuk
dipetik. Kopi bisa tumbuh baik di beberapa belahan dunia di negara tropis seperti di Asia Selatan, Amerika Tengah dan Selatan, Afrika dan Indonesia. Di Indonesia,
tanaman kopi banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara sampai Papua Najiyati dan Danarti, 2004.
Kondisi tanah yang mencakup struktur, tekstur dan topografi tanah sangat
mempengaruhi kualitas pertumbuhan tanaman kopi. Tanaman kopi menurut persyaratan tanah yang disatu pihak cukup berpori sehingga memungkinkan air
mengalir ke dalam tanah secara bebas, tetapi dilain pihak harus dapat menahan cukup air. Tanaman kopi tidak cocok untuk ditanam di tanah liat yang terlalu lekat
karena menahan terlalu banyak air, sebaliknya tidak pula cocok untuk ditanam ditanah berpasir karena terlalu berpori. Tanaman kopi memerlukan distribusi
curah hujan yang tepat. Kopi memerlukan masa agak kering selama ± 3 bulan
Universitas Sumatera Utara
yakni pada masa pembentukan primordial bunga, pemekaran bunga dan penyerbukan Retnadari dan Tjokrowinoto, 1991.
Tanaman kopi yang sudah cukup dewasa dan dipelihara dengan baik dapat
menghasilkan ribuan bunga. Bunga tersusun dalam kelompok, masing-masing terdiri dari 4-6 kuntum bunga. Pada setiap ketiak daun dapat menghasilkan 2-3
kelompok bunga sehingga setiap ketiak daun dapat menghasilkan 8-18 kuntum bunga atau setiap buku menghasilkan 16-36 kuntum bunga. Bila bunga sudah
dewasa, kelopak dan mahkota akan membuka sehingga terjadi penyerbukan. Setelah itu bunga akan berkembang menjadi buah. Ciri-cirinya adalah mahkota
bunga tampak mengering dan berguguran. Kemudian kulit buah berwarna hijau semakin membesar. Bila sudah tua, kulitnya menguning, lalu menjadi merah tua.
Waktu yang diperlukan sejak terbentuknya bunga hingga buah menjadi matang sekitar 6-8 bulan untuk kopi Arabika Najiyati dan Danarti, 2004.
Buah kopi pada umumnya mengandung 2 butir biji, tetapi kadang-kadang
mengandung hanya sebutir saja. Pada kemungkinan yang pertama biji-bijinya mempunyai bidang datar perut biji dan bidang cembung punggung biji. Pada
kemungkinan yang kedua biji kopi berbentuk bulat panjang kopi jantan. Komposisi kimia biji kopi berbeda-beda, tergantung tipe kopi, tanah tempat
tumbuh dan pengolahan kopi Ridwansyah, 2003. Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik buah yang
telah masak. Ukuran kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika setengah
masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman
Universitas Sumatera Utara
setelah masak penuh terlampaui over ripe. Maka, sortasi pada buah kopi ini sangat penting, sebab perlakuan mulai dari penggilingan buah pulping,
fermentasi, penjemuran dan penyosohan biji buah merah, kuning hijau berbeda- beda. Apabila penggilingan kopi buah disatukan maka resikonya buah kopi hijau
hancur sampai ke biji-bijinya, kulit buah kuning masih tetap utuh sementara buah merah hanya hancur kulit buahnya Budiman, 2008.
Menurut Panggabean 2011 kualitas kopi yang baik hanya dapat diperoleh dari
buah yang telah masak dan melalui pengolahan yang tepat. Buah kopi yang baru dipanen harus segera diolah. Pasalnya, buah kopi mudah rusak dan menyebabkan
perubahan cita rasa pada seduhan kopi. Berikut ini langkah proses pengolahan kopi:
1. Pemetikan buah.
2. Penerimaan di pabrik atau gudang.
3. Sortasi buah.
4. Pengupasan kulit buah pulping.
5. Fermentasi.
6. Pencucian.
7. Pengeringan.
8. Pendinginan tempering.
9. Pengupasan kulit tanduk.
10. Sortasi grading.
11. Pengemasan.
12. Penyimpanan.
13. Pendistribusian atau pemasaran.
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan ekspor dunia dan Indonesia sedang mengalami penurunan, tetapi penurunan Indonesia lebih tinggi dibandingkan penurunan dunia. Pertumbuhan
negatif ekspor kopi Indonesia terjadi karena adanya kelemahan pada komposisi produk, distribusi pasar, dan daya saing. Indonesia belum memanfaatkan jenis
produk dan negara pengimpor yang sedang tumbuh permintaannya, yaitu kopi olahan. Dalam hal nilai tambah, industri kopi bubuk memberikan nilai tambah
tertinggi yang mencapai Rp. 318.9 miliar atau 43,5 dari total nilai tambah seluruh industri pengolahan kopi, kemudian diikuti oleh industri kopi Arabika
pada urutan kedua dan industri kopi Robusta pada urutan ketiga masing-masing dengan nilai tambah sebesar Rp. 226,7 miiliar dan Rp. 105 milliar
Anggraini, 2006. Dari hasil ekspor kopi, negara dapat memperoleh uang dalam jumlah besar,
sehingga dapat dipergunakan untuk membeli alat-alat dan bahan-bahan industri yang belum bisa dibuat. Disamping itu tanaman kopi juga mempunyai fungsi
sosial, sebab dengan adanya perkebunan kopi tersebut, berarti memberi kesempatan kerja bagi orang-orang yang terlibat didalamnya. Misalnya saja
terdapat perkebunan dengan luas 1000 ha. Kalau rata-rata tiap hektar diperlukan satu pekerja, dan tiap pekerja memiliki istri dengan 2 atau 3 anak, berarti tiap satu
hektar perkebunan tersebut dapat memberi penghidupan 3 atau 4 orang Aak, 2009.
Menurut Panggabean 2011 pada perkembangan bisnis kopi dalam negeri pada
tahun 1980-an hingga 1990-an, petani kopi dalam negeri sempat khawatir dengan harga kopi yang sangat rendah Rp. 1.000
– Rp. 2.500kg. Namun pada tahun
Universitas Sumatera Utara
1998 – 2008 harga kopi sudah lumayan stabil. Pada awal tahun 2010, harga kopi
Arabika grade 1 dipasaran lokal sebesar Rp. 34.000 hingga Rp. 45.000kg, sedangkan kopi Arabika dengan grade asalan atau cabutan Rp. 22.000
– Rp. 30.000kg.
Selain itu terdapat kecenderungan masyarakat mengkonsumsi kopi baik di
Indonesia maupun di luar Indonesia. Untuk di luar Indonesia terutama di benua Eropa dan Amerika masyarakat sangat menyukai cita rasa kopi Arabika. Rata-rata
peningkatan konsumsi kopi di Benua Asia sebesar 5-8 setiap tahun. Sementara itu, di Benua Eropa dan Amerika naik melebihi 8 pertahun. Didalam negeri
sendiri permintaan kopi mencapai 140.000 ton pada tahun 2003. Dalam lima tahun terakhir harga perdagangan kopi lokal di Indonesia rata-rata meningkat
15-30. Bahkan untuk jenis kopi Arabika, harga jualnya pada tahun 2006-2007 meningkat 60 Aak, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pendapatan