Isoniazid langsung diserap dalam saluran cerna. Pemberian dosis oral sebesar 300 mg 5 mgkg untuk anak anak menghasilkan konsentrasi plasma
puncak 3 – 5 µgml dalam 1 – 2 jam Shargel, 1988.
2.3 Nikotinamid
Gambar 2. Rumus Bangun Nikotinamid Rumus molekul
: C
6
H
6
N
2
O Berat molekul
: 122.12 g mol
−1
Titik lebur : 128-131 C
2.4 Farmakokinetik
Farmakokinetik ialah aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam tubuh. Faktor faktor farmakokinetik berupa absorpsi, distribusi, ikatan protein dan
eliminasi menentukan kecepatan, jumlah dan lama kehadiran obat dalam jaringan, yang secara tidak langsung mencerminkan saat timbul, intensitas dan lama
nerlangsungnya respon. Proses farmakokinetik adalah proses yang dinamis karena dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu fisiologi, patologi, genetic, interaksi obat
sehingga dapat diramalkan bahwa proses ini tidak sama pada setiap orang. Akibatnya jumah obat yang sampai ke jaringan tidak sama dan dengan sendirinya
suatu obat yang diberi dalam dosis yang sama dapat menghasilkan respom yang berbeda pada sekelompok penderita Simamora, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Untuk itu faktor farmakokinetik perlu diketahui oleh seorang dokter untuk menetapkan dosis optimum bagi pasien pasien dengan berpedoman pada kadar
obat dalam plasma atau serum. Data farmakokinetik juga penting untuk obat yang memperlihatkan batas keamanan yang sempit, artinya efek toksis dapat terjadi
pada kadar yang sedikit lebih tinggi dari kadar terapinya Simamora, 1997.
2.5 Pemantauan obat terapetik
Dalam pemberian obat obat yang poten kepada penderita, sudah seharusnya mempertahankan kadar obat dalam plasma berada dalam batas yang
dekat dengan konsentrasi terapetik. Berbagai metode farmakokinetik dapat digunakan untuk menghitung dosis awal atau aturan dosis. Biasanya, aturan dosis
awal dihitung secara empirik atau diperkirakan setelah mempertimbangkan dengan hati hati farmakokinetika obat yang diketahui, kondisi patofisiologik
penderita dan riwayat penggunaan obat dari penderita Shargel, 1988. Karena perubahan antar penderita dalam hal absorpsi, distribusi dan
eliminasi obat maupun perubahan kondisi patofisologik penderita, maka dalam beberapa rumah sakit telah ditetapkan adanya pelayanan pemantauan terapetik
obat TDM untuk menilai respons penderita terhadap aturan dosis yang dianjurkan. Fungsi dari pelayanan TDM dicantumkan berikut ini.
Memilih obat.
Merancang aturan dosis.
Menilai respons penderita.
Menentukan perlunya pengukuran konsentrasi obat dalam serum.
Menetapkan kadar obat.
Universitas Sumatera Utara
Melakukan penilaian sacara farmakokinetik kadar obat.
Menyesuaikan kembali aturan dosis.
Memantau konsentrasi obat dalam serum.
Menganjurkan adanya persyaratan khusus.
Pengukuran Konsentrasi Obat dalam Serum Sebelum cuplikan darah diambil dari penderita, praktisi hendaknya
menetapkan apakah diperlukan pengukuran konsentrasi obat dalam serum. Dalam beberapa hal respons penderita tidak dapat dikaitkan dengan konsentrasi obat
dalam serum. Sebagai contoh, alergi dan rasa ringan tidak dapat dikaitkan dengan dosis Shargel, 1988.
Sebagian besar anggapan yang dibuat oleh praktisi menyatakan bahwa konsentrasi obat dalam serum berkaitkan dengan efek terapetik danatau efek
toksik obat. Untuk banyak obat, studi klinik telah menunjukan bahwa ada suatu rentang efektif terapetik dari konsentrasi obat dalam serum. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang konsentrasi obat dalam serum dapat menjelaskan mengapa seorang penderita tidak memberikan reaksi terhadap terapi obat, atau mengapa
penderita mengalami suatu efek yang tidak diinginkan. Sebagai tambahan, praktisi mungkin ingin menjelaskan ketelitian dari aturan dosis Shargel, 1988.
Pada pengukuran konsentrasi obat dalam serum, suatu konsentrasi tunggal dari obat dalam serum dapat tidak menghasilkan informasi yang berguna kecuali
kalau faktor-faktor lain dipertimbangkan. Sebagai dosis, rute pemberian obat, serta waktu pengambilan cuplikan puncak, palung atau keadaan tunak,
hendaknya diketahui Shargel, 1988.
Universitas Sumatera Utara
Dalam banyak hal cuplikan darah tunggal tidak mencukupi oleh karena itu beberapa cuplikan darah diperlukan untuk menjelaskan kecukupan aturan dosis.
Dalam praktek, konsentrasi palung serum lebih mudah diproleh daripada cuplikan puncak atau selama pemberian dosis ganda. Sebagai tambahan, mungkin ada
keterbatasan dalam hal jumlah cuplikan darah yang dapat diambil, keseluruhan volume darah yang diperlukan untuk penetapan kadar, dan waktu untuk
melakukan analisi obat. Praktisi yang melakukan pengukuran konsentrasi serum hendaknya juga mempertimbangkan biaya penetapan kadar, risiko, dan
ketidaksenangan penderita, dan kegunaan informasi yang diperoleh Shargel, 1988.
2.6 Plasma