Alasan historis Pengertian Karakter

ekonomi, kemasyarkatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang lebih baik, yaitu warganegara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupannya sebagai warga Negara. 3. Budaya: Sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyatakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa. 4. Tujuan pendidikan nasional: Sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiapwarga Negara Indonesia, dikembangkan oleh sebagai satuan pendidikan diberbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga Negara Indonesia . Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. E. Pendidikan Karakter Menurut al-Qur’an Pengertian pendidikan karakter tersebut apabila dihubungkan dengan al- Qur‟an dan as-Sunnah terlihat memiliki kesamaan. Di dalam al- Qur‟an karakter dalam arti sifat, tabi‟at dan sikap batin sebagaimana tersebut di atas sama dengan pengertian akhlak. Di dalam al- Qur‟an surat al-Qalam ayat 4 Allah berfirman:      “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” QS. Al- Qalam: 4. Quraish Shihab 2008: 187 menafsiri ayat di atas dengan menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki tabiat, potensi dan kecenderungan ganda, yakni positif ke arah baik atau negatif ke arah buruk. Jika ingin berbahagia, maka dia harus mengembangkan diri ke arah yang baik. Karena itu kedurhakaan terjadi akibat ulah manusia sendiri yang enggan menggunakan potensi positifnya. Dua sisi inilah yang disinggung dalam QS. Asy-Syams 91 ayat 8,     Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya . QS. Al-Syams91: 8. Masih menurut Quraish Shihab 2008: 189, dalam ayat tersebut disebutkan bahwa manusia memiliki potensi baik positif dan buruk negatif dalam dirinya. Sifat dasar inilah yang kemudian akan dapat berubah, baik bertambah dan berkembang atau bahkan hilang seiring pertumbuhan usianya. Perubahan tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai hal, baik internal maupun eksternal. Secara internal, potensi baik maupun buruk akan berubah jika dia mengalami pertimbangan batin atau kecenderungan melakukan sesuatu. Hal ini dialami jika kekuatan pikiran intelektual, jiwa spiritual dan rasa emosional yang dimilikinya telah seimbang atau memasuki usia dewasa. Adapun pengaruh eksternal yang dapat merubah karakter manusia diantaranya karena faktor lingkungan. Pembiasaan yang ditanamkan oleh lingkungan tempat dimana dia lahir dan berkembang sedikit banyak akan mempengaruhi pembentukan karakternya. Dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter di atas merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan yang berpedoman pada al- Qur‟an Mutiah, 2012: 12. Dalam perspektif Islam, kemampuan dasar sama dengan fitrah yang dalam pengertian etimologi mengandung mankna kejadian atau suci. Fitrah berarti menjadikan. Seperti dalam surat al-Rum ayat 30 disebutkan sebagai berikut:                           “Maka Hadapkanlah wajahmu denagn lurus kepada agama Islam sesuai Fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. QS. al-Rum30: 30. Menyikapi ayat di atas, Hamid dan Saebani 2013: 63 berpendapat bahwa pendidikan karakter juga mengacu pada perkataan Nabi Muhammad Saw bahwa anak yang baru dilahirkan dalam keadaan fitrah, suci tanpa dosa. Semua diberikan potensi dasar untuk dapat mengembangkan diri mereka. Kekuatan dari karakter yang stabil adalah dapat mengendalikan emosi, dapat mengaktualisasikan dirinya dikehidupan masyarakat, meraih mimpi dan cita-cita baik secara individu maupun sebagai makhluk sosial. Allah menganugerahkan komponen-komponen fitrah manuisia yang bersifat aktif, dinamis dan responsif terhadap pengaruh lingkungan. Menurut H.M Arifin dalam buku Pendidikan Karakter Perspektif Islam Hamid dan Saebani, 2013: 64 menyebutkan komponen-komponen tersebut, yaitu: 1. Bakat, yakni kemampuan pembawaan yang potensial mengacu pada kemampuan akademis, profesial dalam berbagai bidang kehidupan. Bakat ini berpangkal pada kemampuan kognisi, konasi, dan emosi. 2. Insting atau ghazirah, kemampuan berbuat atau beraktivitas tanpa melalui proses belajar, kemampuan insting ini merupakan pembawaan sejak lahir yang termasuk pada kapabilitas manusia.