5
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penulis melakukan penelitian adalah : Untuk mengetahui apakah anggaran biaya produksi yang diterapkan oleh
perusahaan telah efektif sebagai alat pengawasan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Bagi Pihak Perusahaan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak manajemen perusahaan mengenai peranan anggaran sebagai alat
pengawasan. b. Bagi Penulis
Melalui penelitian ini penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai peranan anggaran sebagai alat pengawasan biaya produksi
dalam suatu perusahaan. c. Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan masukan bagi pihak lain dalam melakukan penelitian mengenai pengawasan biaya produksi.
Universitas Sumatera Utara
6
E. Kerangka Konseptual
PTPN III
BIAYA PRODUKSI
ANGGARAN REALISASI
PENYIMPANGAN
TINDAKAN PERBAIKAN
Universitas Sumatera Utara
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Anggaran Biaya Produksi 1. Pengertian Anggaran
Dalam pengelolaan perusahaan, manajemen menetapkan tujuan goals dan sasaran objectives dan kemudian membuat rencana kegiatan untuk mencapai
tujuan tersebut. Dampak keuangan yang diperkirakan akan terjadi sebagai akibat dari rencana kerja tersebut kemudian disusun dan dievaluasi melalui proses
penyusunan anggaran. Setelah anggaran disusun dan kemudian dilaksanakan, akuntansi biaya berfungsi untuk memberikan umpan balik kepada manajemen
mengenai konsumsi sumber daya dalam pelaksanaan rencana kegiatan. Perbandingan dan analisis biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan
memberikan informasi bagi manajemen untuk memungkinkan mereka mengidentifikasi penyimpangan yang terjadi dari rencana kegiatan, yang pada
gilirannya dapat digunakan oleh manajemen sebagai dasar untuk melakukan tindakan koreksi.
Bagi pimpinan perusahaan, anggaran merupakan sarana untuk keperluan rencana, koordinasi dan pengawasan. Untuk memahami pengertian anggaran
penulis akan mengemukakan beberapa pengertian anggaran sebagai berikut. Mulyadi 2001 : 488 menyatakan bahwa anggaran adalah “suatu rencana
kerja jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana kerja jangka panjang yang ditetapkan dalam proses penyusunan program”.
Universitas Sumatera Utara
8 Menurut Garrison and Noreen 2000 :402 “Anggaran adalah rencana rinci
tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan untuk suatu periode tertentu”.
M. Munandar 2001 : 1 mengemukakan bahwa “Business Budget atau Budget anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit kesatuan moneter dan berlaku untuk jangka waktu periode tertentu yang akan datang”.
Dari beberapa pendapat diatas, anggaran memiliki beberapa ciri pokok antara lain :
1. Rencana Anggaran merupakan suatu rencana, yang menggambarkan mengenai kegiatan
perusahaan dimasa yang akan datang. 2. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan
Anggaran akan dijadikan sebagai pedoman kerja dan juga sebagai alat pengkoordinasian kerja serta alat pengawasan, maka anggaran harus dapat
mencakup semua kegiatan yang akan dilaksanakan oleh semua bagian yang ada dalam perusahaan. Apabila ada sebagian dari kegiatan perusahaan yang
tidak tercakup dalam anggaran, berarti ada sebagian kegiatan yang tidak mempunyai pedoman atau arah.
3. Dinyatakan dalam satuan moneter Unit moneter ini sangat dibutuhkan, mengingat bahwa masing-masing yang
berbeda-beda misalnya bahan baku menggunakan satuan berat kg, satuan panjang m, satuan isi l, tenaga kerja menggunakan satuan jam kerja
misalnya harian. Dengan satuan moneter dapatlah diseragamkan semua
Universitas Sumatera Utara
9 satuan yang berbeda-beda tersebut, sehingga perbedaan yang direncanakan
dengan yang direalisasikan memungkinkan untuk dijumlahkan, diperbandingkan serta dianalisa lebih lanjut.
4. Jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang Anggaran harus menunjukkan secara jelas jangka waktu berlakunya angka-
angka tersebut, agar dapat mempermudah penilaian pencapaian apa yang telah dimungkinkan untuk dicapai, sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Anggaran diperlukan tentunya karena mempunyai tujuan dan manfaat. Berikut ini akan dijelaskan mengenai tujuan dan manfaat anggaran.
a. Tujuan Anggaran 1. Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan
investasi dana. 2. Memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari dan digunakan.
3. Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana, sehingga dapat mempermudah pengawasan.
4. Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal.
5. Menyempurnakan dana yang telah disusun, karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat.
6. Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan.
b. Manfaat dan Kelemahan Anggaran 1. Anggaran mempunyai banyak manfaat, antara lain :
Universitas Sumatera Utara
10 a. Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama.
b. Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai.
c. Dapat memotivasi pegawai. d. Menimbulkan rasa tanggung jawab pada pegawai.
e. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu. f. Sumber daya, seperti tenaga kerja, peralatan dan dana dapat
dimanfaatkan seefisien mungkin. g. Alat pendidikan bagi manajer.
2. Kelemahan anggaran adalah : a. Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan asumsi, sehingga
mengandung unsur ketidakpastian. b. Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang dan tenaga
yang tidak sedikit, sehingga tidak semua perusahaan mampu menyusun anggaran secara lengkap komprehensif dan akurat.
c. Pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat menggerutu dan menentang, sehingga pelaksanaan anggaran dapat
menjadi kurang efektif. Anggaran mempunyai kaitan yang sangat erat dengan manajemen,
khususnya yang berhubungan dengan perencanaan planning, pengkoordinasian coordinating dan pengawasan controlling. Untuk lebih memahami
perbandingan kegunaan anggaran dengan fungsi manajemen, penulis akan
Universitas Sumatera Utara
11 mengemukakan pendapat dari M. Munandar 2000 : 13 tentang fungsi
manajemen : 1. Menyusun rencana untuk dijadikan pedoman kerja planning.
2. Menyusun struktur organisasi kerja yang merupakan pembagian wewenang dan tanggung jawab kepada personil karyawan perusahaan
organizing. 3. Membimbing, memberi petunjuk dan mengarahkan para karyawan
directing. 4. Menciptakan koordinasi dan kerja sama yang serasi antara semua bagian-
bagian yang ada di perusahaan coordinating. 5. Mengadakan pengawasan kerja terhadap para karyawan di dalam
merealisasikan apa yang tertuang dalam neraca perusahaan yang telah ditetapkan controlling.
2. Fungsi dan Klasifikasi Anggaran
a. Fungsi Anggaran
Menurut Nafarin 2004 : 20 Anggaran Memiliki tiga fungsi, yaitu : 1. Fungsi Perencanaan
Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis yang menuntut pemikiran teliti, karena anggaran memberikan gambaran yang lebih nyatajelas dalam unit
dan uang. Misalnya laba tahun 2006 direncanakan setinggi-tingginya, rencananya dirumuskan dengan kata “setinggi-tingginya” tidak jelas maksudnya, karena laba
setinggi-tingginya yang satu tidak sama dengan perusahaan yang lain. Dalam anggaran, rencana laba setinggi-tingginya dirumuskan secara teliti dan nyata,
yaitu dinyatakan secara kuantitatif. 2. Fungsi Pelaksanaan
Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga pekerjaan dapat dikerjakan secara selaras dalam mencapai tujuan laba. Jadi
anggaran penting untuk menyelaraskan koordinasi setiap bagian kegiatan, seperti bagian pemasaran, bagian umum, bagian produksi dan bagian keuangan.
Contoh : Bagian pemasaran menargetkan penjualan tahun 2006 meningkat sebesar 15
dengan perincian dibawah ini : Bagian Produksi pada tahun 2006 harus memproduksi :
Tabel 2.1 Kecap sedang
12.000 botol Rp 550
Rp. 6.600.000 Kecap manis
24.000 botol Rp 650
Rp 15.600.000 Kecap asin
18.000 botol Rp 600
Rp 10.800.000 Jumlah 54.000
botol Rp 33.000.000
Sumber : Munandar, M, 2000, Budgeting, Perencanaan dan Pengawasan Kerja.
Universitas Sumatera Utara
12 Tabel 2.2
Target Penjualan Persediaan
Produksi tahun 2006 Kecap sedang
12.000 2.000
10.000 Kecap manis
24.000 4.000
20.000 Kecap asin
18.000 3.000
15.000
Total
54.000 botol 9.000 botol 45.000 botol
Sumber : Munandar, M, 2000, Budgeting, Perencanaan dan Pengawasan Kerja. Biaya produksi yang dianggarakan untuk tahun 2006 adalah :
Tabel 2.3 Kecap sedang
10.000 botol Rp 250
Rp 2.500.000 Kecap manis
24.000 botol Rp 450
Rp 10.800.000 Kecap asin
18.000 botol Rp 300
Rp 5.400.000 Total
Rp 18.700.000 Sumber : Munandar, M, 2000, Budgeting, Perencanaan dan Pengawasan Kerja.
Bagian umum dan pemasaran menganggarkan biaya-biaya untuk tahun 2006 adalah
Gaji Pegawai Administrasi = Rp 4.000.000
Biaya Pemasaran
= Rp
2.000.000 Biaya
Administrasi lain-lain
= Rp 1.000.000 Rp
7.000.000 Laba yang dianggarkan untuk tahun 2006 :
Penjualan Rp
33.000.000 Biaya Produksi
Rp 18.700.000 - Gross margin
Rp 14.300.000 Biaya Administrasi dan Pemasaran
Rp 7.000.000 - Laba
Rp 7.300.000
Sumber : Munandar, M, 2000, Budgeting, Perencanaan dan Pengawasan Kerja.
Apabila salah satu bagian departemen saja tidak dapat melaksanakan tugas sesuai dengan yang direncanakan, maka bagian lain juga tidak dapat
melaksanakan tugasnya secara selaras, terarah dan terorganisasi sesuai dengan yang direncanakan atau yang telah ditetapkan dalam anggaran.
3. Fungsi Pengawasan Anggaran
merupakan alat
pengendalianpengawasan controlling. Pengawasan berarti evaluasi menilai atas pelaksanaan pekerjaan, dengan cara :
1 Membandingkan realisasi dengan rencana anggaran. 2 Melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu jika ada
penyimpangan yang merugikan. Misalnya penjualan kecap manis telah dianggarkan tahun 2006 sebanyak
24.000 botol Rp 650 = Rp 15.600.000, namun dalam realisasinya hanya terjual 20.000 botol Rp 750 = Rp 15.000.000. Harga jual per botol lebih tinggi dari
Universitas Sumatera Utara
13 yang dianggarkan yaitu Rp 750, namun karena unit yang terjual kurang dari yang
dianggarkan yaitu hanya 20.000 botol sedangkan yang dianggarkan 24.000 botol, maka realisasi tahun 2006 hanya Rp 15.000.000. Setelah dianalisa dapat
didefenisikan komponen-komponen penyebab terjadinya varians tersebut baik yang controllable cost biaya terkendalikan dan uncontrollable cost biaya tidak
terkendalikan adalah sebagai berikut :
1. Controllable cost
Salah satu penyebab harga penjualan lebih tinggi dari yang dianggarkan adalah meningkatnya biaya produksi disebabkan meningkatnya produksi
reject.
2. Uncontrollable cost
Faktor penyebab lainnya yang menyebabkan harga penjualan dinaikkan ialah pemerintah daerah setempat mengenakan suatu jenis pajak baru pada
industri menengah kecil seperti Pabrik Kecap.
Kedua faktor tersebut memaksa perusahaan menaikkan harga jual pada konsumen yang secara otomatis menurunkan permintaan masyarakat akan kecap
hasil produksinya. Perusahaan dapat menindaklanjuti hasil dari analisa ini dengan berupaya menurunkan jumlah produk reject dengan memperbaiki proses produksi
atau pelatihan sumber daya manusianya. b. Klasifikasi Anggaran
Menurut Nafarin 2004 : 22 Anggaran dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut pandang sebagai berikut :
1. Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari : a. Anggaran variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval
kisar kapasitas aktivitas tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas kegiatan
yang berbeda. Misalnya anggaran penjualan disusun antara 500 unit sampai 1.000 unit Anggaran variabel disebut juga dengan anggaran
fleksibel.
b. Anggaran tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu. Misalnya penjualan direncanakan 1.000 unit, dengan
demikian anggaran lainnya dibuat berdasarkan anggaran penjualan 1.000 unit. Anggaran tetap disebut juga disebut dengan anggaran statis.
2. Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari : a. Anggaran periodik adalah anggaran yang disusun untuk satu periodik
tertentu, umumnya satu tahun, yang disusun setiap akhir periode anggaran. b. Anggaran kontinu adalah anggaran yang dibuat untuk memperbaiki
anggaran yang telah dibuat, misalnya setiap bulan diadakan perbaikan, sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan.
3. Menurut jangka waktu, anggaran terdiri dari : a. Anggaran jangka pendek anggaran taktis adalah anggaran yang dibuat
dalam jangka waktu paling lama sampai satu tahun. Anggaran untuk keperluan modal kerja merupakan anggaran jangka pendek.
Universitas Sumatera Utara
14 b. Anggaran jangka panjang anggaran strategis adalah anggaran yang
dibuat dalam jangka waktu yang lebih dari satu tahun. Anggaran untuk keperluan investasi barang modal merupakan anggaran jangka panjang
yang disebut anggaran modal Capital Budget. Anggaran jangka panjang tidak harus berupa anggaran modal. Anggaran jangka panjang diperlukan
sebagai dasar penyusunan anggaran jangka pendek.
4. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari anggaran operasional dan anggaran keuangan. Kedua anggaran ini bila dipadukan disebut anggaran induk Master
Budget. Anggaran induk merupakan konsolidasi rencana keseluruhan perusahaan untuk jangka pendek, biasanya disusun atas dasar tahunan.
Anggaran tahunan dipecah lagi menjadi anggaran triwulan. Anggaran triwulan dipecah lagi menjadi anggaran bulanan.
a. Anggaran operasional adalah anggaran yang bertujuan untuk menyusun
anggaran laporan laba rugi. Anggaran operasional antara lain terdiri dari : 1. Anggaran penjualan
2. Anggaran biaya pabrik yamg terdiri dari anggaran biaya bahan baku,
anggaran biaya tenaga kerja langsung dan anggaran biaya overhead pabrik.
3. Anggaran beban b. Anggaran keuangan adalah anggaran yang bertujuan untuk menyusun
anggaran neraca. Anggaran keuangan terdiri dari : 1. Anggaran kas
2. Anggaran piutang 3. Anggaran persediaan
4. Anggaran perlengkapan 5. Anggaran utang
5. Menurut kemampuan menyusun, anggaran terdiri dari : a. Anggaran komprehensif merupakan rangkaian dari berbagai macam
anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran komprehensif merupakan perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran keuangan
yang disusun secara lengkap.
b. Anggaran parsial adalah anggaran yang disusun tidak secara lengkap, anggaran yang menyusun bagian anggaran tertentu saja. Misalnya karena
keterbatasan kemampuan, maka yang dapat disusun hanya anggaran operasional.
6. Menurut fungsinya, anggaran terdiri dari : a. Anggaran apropriasi appropriation budget adalah anggaran yang
dibentuk bagi tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk tujuan lain. Misalnya hasil penjualan barang X sebesar Rp 10.000.000 dianggarkan
untuk melunasi utang usaha sebagai akibat pembelian barang Y secara kredit sebesar Rp 10.000.000. Dengan demikian hasil penjualan barang X
tidak boleh dianggarkan untuk membayar gaji atau keperluan lainnya, selain untuk melunasi utang usaha tersebut.
b. Anggaran kinerja performance budget adalah anggaran yang berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam organisasi perusahaan, misalnya
untuk menilai apakah biayabeban yang dikeluarkan oleh masing-masing
Universitas Sumatera Utara
15 aktivitas tidak melampaui batas. Contoh biaya bahan baku dianggarkan
bulan ini sebesar Rp 5.000.000. bila biaya bahan baku bulan ini melebihi Rp 5.000.000, padahal tingkat produksi tidak berubah, berarti biaya bahan
baku tersebut tidak efisien.
3. Pengertian Anggaran Biaya Produksi
Sebelum mengemukakan
pengertian biaya produksi, terlebih dahulu akan
dibahas pengertian biaya. Terdapat berbagai macam pengertian atau defenisi biaya yang berbeda-beda.
Menurut Carter dan Usry 2004 : 29: “biaya merupakan nilai tukar, pengeluaran, dan pengorbanan untuk memperoleh manfaat ekonomi. Dalam
akuntansi keuangan, biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan pada saat akuisisi diwakili oleh penyusutan saat ini atau dimasa yang akan datang dalam
bentuk kas atau aktiva lain”. Biaya dalam hubungannya dengan produksi disebut biaya produksi.
Menurut Hansen dan Mowen 2004 : 44: “biaya produk adalah pembebanan biaya yang memenuhi tujuan manajerial yang telah ditetapkan atau dengan kata
lain adalah biaya yang berhubungan dengan produksi barang atau penyedia jasa”. Biaya produksi selanjutnya dapat diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, dan overhead. Hanya ketiga elemen biaya ini yang dapat dibebankan pada produk untuk laporan keuangan eksternal.
a. Bahan baku langsung direct material cost adalah bahan baku yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang dihasilkan. Biaya dari bahan-bahan ini
dapat langsung dikenakan pada produk karena pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur jumlah yang dikonsumsi untuk tiap produk. Bahan
yang menjadi bagian dari produk berwujud atau yang dapat digunakan dalam
Universitas Sumatera Utara
16 menyediakan jasa biasanya diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung.
Misalnya, baja pada mobil, kayu pada perabotan, alkohol pada cologne, denim pada jin, kawat untuk mengkoreksi gigi, tirai pelindung operasi dan anestesi
untuk operasi, peti mati untuk jasa penguburan, dan makanan untuk pesawat terbang semuanya merupakan bahan baku langsung.
b. Tenaga kerja langsung direct labour cost adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau pelayanan yang dihasilkan. Seperti pada bahan
baku langsung, pengamatan fisik dapat digunakan untuk menghasilkan jasa atau pelayanan. Karyawan yang mengubah bahan mentah menjadi produk atau
yang menyediakan jasa pelayanan pada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung. Sebagai contoh pekerja pada lini perakitan pada
Chrysler, seorang juru masak pada rumah makan, perawat dokter bedah yang mengikuti operasi pembukaan hati, dan pilot untuk Delta Airlines.
c. Overhead pabrik factory overhead adalah semua biaya produksi selain dari bahan baku langsung atau tenaga kerja langsung dikumpulkan menjadi satu
ketegori disebut overhead. Pada perusahaan produksi, overhead juga dikenal sebagai beban pabrik atau overhead produksi. Kategori biaya overhead terdiri
dari aneka ragam artikel. Banyak masukan selain tenaga kerja langsung dan bahan baku langsung yang diperlukan untuk memproduksi produk. Contohnya
mencakup penyusutan bangunan dan peralatan, pemeliharaan, pasokan, pengawasan, penanganan bahan baku , listrik, pajak properti, pertamanan
halaman pabrik, dan keamanan pabrik. Perlengkapan biasanya adalah bahan baku yag diperlukan untuk produksi tetapi tidak menjadi bagian dari produk
Universitas Sumatera Utara
17 jadi atau tidak digunakan dalam menyediakan jasa. Deterjen mesin cuci pada
rumah makan cepat saji dan oli pada peralatan produksi adalah contoh dari perlengkapan.
Dengan memahami ketiga unsur biaya produksi tersebut, maka akan lebih mudah untuk memahami pengertian anggaran biaya produksi. Hal ini disebabkan
karena unsur biaya produksi sejalan dengan unsur anggaran biaya produksi. Jika ditinjau dari segi bidang yang tercakup dalam anggaran, maka anggaran dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : a. Anggaran biaya bahan baku
Setelah menentukan jumlah unit dari setiap produk yang direncanakan akan diproduksi, maka dihitung kebutuhan bahan dalam setiap operasi. Kemudian
menggabungkan kebutuhan pembelian bahan baku dalam anggaran pembelian bahan langsung.
b. Anggaran biaya tenaga kerja langsung Anggaran tenaga kerja langsung mencerminkan jumlah unit yang akan
diproduksi menurut anggaran produksi. Umumnya, anggaran ini hanya memasukkan tenaga kerja langsung karena tenaga kerja tidak langsung
merupakan bagian dari anggaran overhead pabrik. c. Anggaran biaya overhead pabrik
Meskipun kita dapat mengelompokkan beban overhead pabrik dalam beberapa cara, seperti berdasarkan fungsi, perilaku biaya, atau departemen, tetapi
biasanya kita menggunakan klasifikasi beban alami. Namun klasifikasi beban alami, yang mencakup kategori seperti prasarana, tenaga kerja tidak langsung,
Universitas Sumatera Utara
18 dan bahan tidak langsung mempunyai keterbatasan penggunaan untuk tujuan
anggaran. Sebaiknya kita harus menyusun anggaran overhead pabrik untuk setiap pusat biaya sehingga penyelia pusat biaya memiliki tanggung jawab dan
wewenang atas biaya yang dikeluarkan. Maka anggaran harus membedakan antara biaya yang dapat dikontrol dengan biaya yang tidak dapat di kontrol.
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa anggaran biaya produksi adalah anggaran atas biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi dan menciptakan dan
menambah kegunaan suatu barang atau jasa.
B. Penyusunan Anggaran Biaya Produksi
1. Proses Penyusunan Anggaran
Proses penyusunan anggaran biasanya meliputi pembentukan komite anggaran, menentukan periode anggaran, spesifikasi pedoman anggaran,
penyusunan usulan anggaran awaldasar initial budget, negosiasi anggaran, review, persetujuan, dan revisi anggaran.
a. Komite anggaran Sebahagian besar organisasi mempunyai komite anggaran yang
mengawasi anggaran secara keseluruhan. Komite tersebut terdiri dari anggota manajemen senior. Komite anggaran biasanya meliputi “Chief Executive Officer”
atau satu atau lebih wakil presiden manajemen puncak, kepala unit bisnis stratejik, dan “Chief Financial Officer” kepala bagian keuangan. Dalam
beberapa organisasi CEO membuat semua keputusan jika dalam organisasi itu tidak ada komite anggaran.
Universitas Sumatera Utara
19 Tugas komite anggaran
1 Menetapkan keputusan tentang kebijaksanaan umum yang akan ditempuh dimasa yang akan datang.
2 Komite anggaran bertugas menyusun dan menyempurnakan semua prosedur yang berkaitan dengan masalah anggaran yang menjadi pedoman
bagi divisi-divisi lain. 3 Komite anggaran bertugas menyelesaikan anggaran tahunan.
4 Memintamenerima me-review anggaran masing-masing departemen. 5 Melakukan saran atau perbaikan anggaran departemen.
6 Menyetujui atau mensahkan anggaran atau revisi anggaran. 7 Untuk pelaksanaan anggaran maka Komite ini juga bertugas mengikuti
dan melihat penerapan anggaran, dan hal lain yang menyangkut rencana pelaksanaan anggaran dan untuk membicarakan beberapa hal yang
menyangkut penyimpangan dari anggaran. 8 Pada akhir tahun, tim ini bertugas juga menyelesaikan revisi dan
penyesuaian anggaran dan mempersiapkan rekomendasi dalam penyusunan anggaran tahun berikutnya.
9 Komite ini pada akhir tahun anggaran akan membahas beberapa hal tentang anggaran yang belum selesai pada tahun lalu dan menyelesaikan
anggaran yang lalu dan bila mungkin mengangkatnya kembali pada anggaran tahun berikutnya.
10 Menerima analisis dan laporan tentang pelaksanaan anggaran.
Universitas Sumatera Utara
20 11 Komite ini bertugas untuk melakukan perbaikan secara terus menerus
konsep anggaran komprehensif ini. b. Periode anggaran
Anggaran biasanya disusun untuk periode satu tahun. Banyak juga perusahaan yang menyusun untuk periode kuartalan atau bulanan. Ada juga yang
menggunakan anggaran kontinu continous budget. Anggaran kontinu merupakan sistem penganggaran yang menghasilkan anggaran yang berupa anggaran
kuartalan, bulanan, atau tahunan. Jadi, begitu satu bulan atau kuartal berakhir, anggaran asli langsung di perbaharui berdasarkan informasi yang baru tersedia
dan diperolehkan anggaran untuk bulan atau kuartal yang baru. 3. Pedoman anggaran
Salah satu tanggung jawab komite anggaran adalah memberikan pedoman “initial budget” anggaran awalanggaran dasar yang menentukan arah anggaran
dan menentukan penyusunan anggaran. 4. Usulan “initial budget”
Sejumlah faktor internal yang dipertimbangkan unit anggaran dalam penyusunan usulan “initial budget”:
Perubahan peralatan atau fasilitas yang tersedia. Pengenalan produk baru.
Perubahan harapan atau proses operasi unit anggaran dimana unit anggaran mengendalikan input bahan atau faktor operasi lainnya.
Faktor-faktor eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan usulan “initial budget” meliputi:
Universitas Sumatera Utara
21 Perubahan pasar tenaga kerja
Pandangan industri dalam waktu dekat Tindakan pesaing.
5. Negosiasi anggaran Atasan dari unit anggaran memeriksa usulan “initial budget” untuk melihat
apakah usulan tersebut sesuai dengan pedoman anggaran, apakah tujuan anggaran dapat tercapai dan searah dengan tujuan unit anggaran pada level berikutnya.
Setiap unit anggaran melakukan negosiasi dengan atasan tentang setiap perubahan usulan anggaran. Negosiasi terjadi pada semua level organisasi. Negosiasi tersebut
mungkin saja merupakan inti dari proses penganggaran dan menyita sebahagian besar dari waktu penyusunan anggaran.
6. Review persetujuan Unit anggaran menyetujui anggaran mereka, anggaran disebarkan dalam
organisasi sampai anggaran tersebut mencapai level final, yaitu ketika gabungan anggaran dari berbagai unit anggaran menjadi anggaran organisasi. Komite
anggaran memeriksa anggaran tersebut berkaitan dengan konsistensinya dengan pedoman anggaran dan pencapaian tujuan perusahaan. CEO chief executive
officer kemudian memberikan persetujuan anggaran secara keseluruhan dan mengajukan anggaran tersebut kepada dewan direksi.
7. Revisi Prosedur untuk merevisi anggaran bervariasi dari satu organisasi yang satu
dengan organisasi yang lainnya. Di beberapa organisasi, persetujuan untuk melakukan modifikasi terhadap anggaran bisa saja sulit untuk dicapai karena
Universitas Sumatera Utara
22 perubahan hanya dapat dilakukan dalam keadaan khusus. Perusahaan lainnya,
misalnya perusahaan menggunakan anggaran yang diperbaharui secara terus menerus kontinu menggunakan sistem anggaran yang boleh revisi yang
dilakukan secara kuartalan atau bulanan.
Cara Pembuatan Anggaran
1. Ditinjau dari siapa yang membuatnya maka penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan cara :
a. Otoriter atau top down b.
Demokrasi atau bottom up c. Campuran atau top down dan bottom up
Dalam metode
otoriter atau
top down, anggaran disusun dan ditetapkan oleh pimpinan dan anggaran inilah yang harus dilaksanakan bawahan tanpa
keterlibatan bawahan dalam penyusunannya. Bawahan tidak diminta keikutsertaannya dalam menyusun anggaran. Metode ini ada baiknya jika
karyawan tidak mampu menyusun anggaran atau dianggap akan terlalu lama dan tidak tepat jika diserahkan kepada bawahan. Hal ini bisa terjadi pada perusahaan
yang karyawannya tidak memiliki keahlian yang cukup untuk menyusun suatu anggaran. Atasan bisa saja menggunakan konsultan atau tim khusus untuk
menyusunnya. Dalam metode kedua demokrasi atau bottom up, anggaran disusun
berdasarkan hasil keputusan karyawan. Anggaran disusun mulai dari bawahan sampai pada atasan. Bawahan diserahkan sepenuhnya menyusun anggaran yang
akan dicapainya pada masa yang akan datang. Metode ini tepat digunakan jika
Universitas Sumatera Utara
23 karyawan sudah memiliki kemampuan dalam menyusun anggaran dan tidak
dikhawatirkan akan menimbulkan proses yang lama dan berlarut. Metode ketiga adalah campuran dari kedua metode diatas. Di sini
perusahaan menyusun anggaran dengan memulainya dari atas dan selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh karyawan bawahan. Jadi ada pedoman dari atasan
atau pimpinan dan dijabarkan oleh bawahan sesuai dengan pengarahan atasan. 2. Dari segi mana kita mulai menyusun anggaran, ada beberapa cara menyusun
anggaran yang lazim khususnya anggaran kuantitatif. a.
A Priori Dalam metode ini penyusunan anggaran dimulai dari penetapan angka laba
yang diinginkan oleh perusahaan atau pemilik. Setelah laba ditetapkan maka semua pos yang berkaitan dengan upaya mencapai laba ini baru
dihitung dan direncanakan kemudian. b.
A Posteriori Dalam metode ini laba merupakan hasil akhir dari penetapan rencana
kegiatan seperti produksi atau penjualan. Dalam hal ini misalnya didahului dengan menetapkan angka penjualan, pembelian, biaya dan lain
sebagainya. Dari masing-masing bagian diberi kesempatan untuk menyampaikan anggaran dan laba yang diharapkan dan setelah semua
diperhitungkan maka akan dapat diketahui angka laba. c. Pragmatis
Dalam metode ini anggaran ditetapkan berdasarkan pengalaman masa lalu. Penetapan anggaran dilakukan secara ilmiah berdasarkan standar yang di
Universitas Sumatera Utara
24 hitung secara ilmiah pula atau berdasarkan pengalaman tahun-tahun
sebelumnya. Penjelasan tentang prosedur yang diikuti dalam penyusunan anggaran ini
perlu untuk menyeragamkan langkah setiap pejabat terkait dalam menyusun anggaran. Keseragaman langkah ini perlu karena dalam prinsip penyusunan
anggaran komprehensif diketahui bahwa para pelaksana harus mengikuti disiplin waktu dan disiplin tata cara. Jika hal ini tidak ditaati maka dapat menimbulkan
gagalnya konsep anggaran komprehensif dalam membantu pimpinan melaksanakan tugasnya.
2. Penyusunan Anggaran Biaya Produksi
Anggaran komprehensif secara umum terdiri dari anggaran operasional dan anggaran keuangan. Anggaran operasional terdiri dari anggaran penjualan,
anggaran produksi, anggaran biaya produksi dan anggaran perhitungan laba rugi. Sedangkan anggaran keuangan terdiri dari anggaran kas, anggaran neraca dan
anggaran modal. Dalam hal ini penulis akan membahas anggaran biaya produksi saja.
Penyusunan anggaran biaya produksi biasanya dimulai dengan anggaran penjualan. Hal ini menjadi dasar penyusunan berkala bagi perusahaan, karena
praktis semua perencanaan lainnya disusun berdasarkan anggaran ini. Kemudian penyusunan anggaran selanjutnya adalah anggaran produksi, karena rencana
penjualan yang telah disusun harus direalisasikan dengan memproduksi barang yang telah dianggarkan. Untuk perusahaan jasa dan perusahaan dagang, urutan
penyusunan anggaran ini sedikit berbeda karena hasil penjualan dari perusahaan
Universitas Sumatera Utara
25 bukan merupakan hasil produksi perusahaan tersebut. Setelah penyusunan
anggaran produksi, langkah selanjutnya adalah penyusunan anggaran biaya produksi yang bertitik tolak dari anggaran penjualan dan produksi.
Dalam bukunya Welsch 2000 : 180 menggambarkan hubungan anggaran penjualan, anggaran produksi dan anggaran biaya produksi sebagai berikut:
Gambar 1 Perencanaan Operasi Manufaktur
Sumber : Welsch, 2000. Anggaran, Perencanaan dan Pengendalian Laba. Anggaran Produksi
Anggaran produksi adalah rencana terperinci yang menunjukkan jumlah unit yang harus diproduksi selama satu periode dengan memperhatikan besarnya
penjualan dan keperluan persediaan barang jadi. Anggaran produksi dinyatakan dalam satuan fisik produk yang akan dihasilkan pada periode anggaran yaitu
sebesar kuantitas penjualan yang dianggarkan sesuai dengan perubahan kuantitas persediaan awal dan akhir periode yang dianggarkan. Koordinasi antara produksi
Rencana Penjualan
Perubahan Persediaan Produk jadi
Rencana Produksi
Anggaran Tenaga Kerja Langsung
Anggaran Biaya Overhead
Anggaran Bahan Langsung
Universitas Sumatera Utara
26 dengan anggaran penjualan amatlah penting untuk menghindari produksi yang
berlebihan. Jumlah unit yang diproduksi dalam satu periode anggaran dihitung dengan
cara: Penjualan menurut anggaran
xxx + Persediaan akhir
xxx Jumlah
xxx - Persedian Awal
xxx Unit yang di produksi
xxx Adapun tujuan penyusunan anggaran produksi adalah :
a. Menunjang kegiatan agar produk dapat disediakan sesuai dengan yang direncanakan.
b. Menjaga tingkat persediaan yang memadai. c. Sebagai informasi untuk menyusun anggaran lainnya.
d. Mengatur jadwal produksi. e. Menetapkan jumlah satuan fisik yang akan di produksi dalam waktu atau
periode tertentu. f. Menentukan waktu berproduksi
g. Menentukan penggunaan fasilitas lainnya. h. Menentukan penggunaan bahan baku, tenaga kerja, service dan peralatan.
Universitas Sumatera Utara
27 Berikut ini akan disajikan contoh anggaran Produksi :
TABEL 2.1 PT. DEVANATA
Anggaran Produksi
PRODUK A B
Unit Penjualan Persediaan akhir
Total yang diperlukan Persediaan awal
Produksi yang direncanakan 9000 Unit
1.000 Unit 10.000 Unit
1.000 Unit 10.000 Unit
500 Unit 11.000 Unit
500 Unit 9.500 Unit
10.500 Unit
Sumber : Welsch, 2000. Anggaran, Perencanaan dan Pengendalian Laba
Anggaran Biaya Produksi
Langkah-langkah penyusunan biaya produksi: Tahap
I : Penetapan target
Dalam tahap ini manajemen puncak menetapkan jumlah yang ingin diproduksi sesuai dengan target
penjualan dan kapasitas yang dimiliki. Tahap II
: Perkiraan
Dalam tahap ini tiap lini produksi menaksir total biaya baik bahan baku, tenaga kerja, dan overhead
yang dibutuhkan untuk memproduksi target yang telah ditetapkan.
Tahap III :
Penyesuaian Pada tahap ini manajemen mempelajari,
mendiskusikan, mengadakan penyesuaian bila perlu
Universitas Sumatera Utara
28 dan menyetujui anggaran biaya produksi yang
dihasilkan. Anggaran biaya produksi terdiri dari :
a. Anggaran biaya bahan baku. b. Anggaran biaya tenaga kerja langsung
c. Anggaran biaya overhead pabrik
Ad.a. Anggaran biaya bahan baku
Anggaran biaya bahan baku merupakan rencana tentang biaya bahan baku langsung yang diperlukan untuk menghasilkan barang jadi sesuai dengan
anggaran produksi. Adapun tujuan penyusunan biaya bahan baku adalah:
Menaksir jumlah bahan baku yang diperlukan Menaksir kuantitas pemakaian bahan baku dalam proses produksi
Menaksir besarnya dana yang diperlukan untuk melaksanakan pembelian bahan baku.
Sebagai pedoman untuk menghitung biaya per unit atau harga pokok produksi barang yang akan diproduksi.
Dasar pengawasan bahan baku Untuk menyusun anggaran biaya bahan baku dibutuhkan beberapa sub
anggaran yaitu : 1. Anggaran kebutuhan bahan baku
2. Anggaran pembelian bahan baku 3. Anggaran biaya bahan baku yang digunakan dalam produksi
Universitas Sumatera Utara
29 Ad. 1. Anggaran kebutuhan bahan baku
Anggaran disusun sebagai sebagai perencanaan kuantitas bahan baku yang dibutuhkan untuk keperluan produksi pada periode mendatang. Dalam anggaran
ini dicantumkan: Jenis barang jadi yang dihasilkan
Jenis bahan baku yang digunakan Bagian-bagian yang dilalui dalam proses produksi
Waktu pemakaian bahan Berikut akan disajikan contoh kebutuhan anggaran bahan baku:
Tabel 2.2
PT. DEVANATA Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
BAHAN X Y Z
Produk A Unit yang diproduksi
Standar bahan untuk 1 unit produksi
Unit bahan yang dibutuhkan Produk B
Unit yang diproduksi Standar bahan untuk 1 unit
produksi Unit bahan yang dibutuhkan
Total unit bahan yang dibutuhkan produk A dan B
9.500 Unit 10 Kg
95.000 Kg 9.500 Unit
5 Kg 47.500 Kg
9.500 Unit 3 Kg
28.500 Kg 10.500 Unit
9 Kg 94.500 Kg
189.000 Kg 10.500 Unit
3 Kg 31.500 Kg
79.000 Kg 10.500 Unit
1 Kg 10.500 Kg
39.000 Kg
Sumber : Welsch, 2000. Anggaran, Perencanaan dan Pengendalian Laba Ad. 2. Anggaran pembelian bahan baku
Anggaran disusun sebagai perencanaan kuantitas bahan baku yang harus dibeli pada periode mendatang. Bahan baku yang dibeli harus diperhitungkan
Universitas Sumatera Utara
30 dengan mempertimbangkan faktor persediaan dan kebutuhan bahan baku. Dalam
anggaran ini dicantumkan: 1. mutu dan jenis bahan baku yang digunakan dalam proses produksi
2. jumlah unit bahan baku yang akan dibeli 3. harga bahan baku yang dibeli
4. waktu pembelian bahan baku Berikut akan disajikan contoh anggaran pembelian bahan baku
TABEL 2.3 PT. DEVANATA
Anggaran Pembelian Bahan Baku
BAHAN X Y Z
Unit yang dibutuhkan untuk produksi
Persediaan akhir yang diinginkan
Persediaan Awal Harga per unit
Total Pembelian 189.500 Unit
40.000 Unit 79.000 Unit
10.000 Unit 39.000 Unit
1.000 Unit
229.500 Unit 30.000 Unit
89.000 Unit 10.500 Unit
40.000 Unit 500 Unit
199.500 Unit Rp 5
78.500 Unit Rp 10
39.500 Unit Rp 10
Rp. 997.500 Rp 785.000 Rp 395.000
Sumber : Anggaran, Perencanaan dan Pengendalian Laba, 2000. Ad. 3. Anggaran biaya bahan baku yang digunakan dalam produksi
Anggaran ini merupakan suatu perencanaan yang lebih terperinci tentang biaya bahan baku produksi selama periode yang akan datang, yang didalamnya
terdapat rencana tentang jenis bahan baku yang diolah, harga bahan baku yang diolah dan waktu bahan baku diolah dalam proses produksi yang masing-masing
dikaitkan dengan jenis barang jadi yang dihasilkan.
Universitas Sumatera Utara
31 Berikut ini akan disajikan contoh anggaran tersebut.
TABEL 2.4 PT DEVANATA
Anggaran Biaya Bahan Baku
BAHAN X Y Z
PRODUK A Unit yang diproduksi
Biaya per unit Jumlah biaya bahan baku
Produk A Produk B
Unit yang diproduksi Biaya per unit
Total biaya bahan baku produk B
Total biaya bahan baku produk A B
95.000 Unit Rp 5
47.500 Unit Rp 10
28.500 Unit Rp 10
Rp 475.000
94.500 Unit Rp 5
Rp 475.000
31.500 Unit Rp 10
Rp 285.000
10.500 Unit Rp 10
Rp 472.500 Rp 947.500
Rp 315.000 Rp 790.000
Rp 105.000 Rp 390.000
Sumber : Anggaran, Perencanaan dan Pengendalian Laba, 2000. Ad.b. Anggaran tenaga kerja langsung
Anggaran ini disusun untuk merencanakan berapa biaya yang akan dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja langsung sehubungan dengan
memproduksi bahan baku menjadi barang jadi sesuai dengan anggaran produksi. Hal-hal ini yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran biaya
upah langsung adalah: 1. Jumlah unit yang akan diproduksi
2. Periode akuntansi 3. Jam kerja untuk memproduksi satu unit produk
Universitas Sumatera Utara
32 4. Upah jam kerja langsung
5. Jenis tenaga kerja untuk setiap jenis barang 6. Jam kerja untuk setiap jenis barang
7. Tingkatan proses produksi Berikut ini akan disajikan contoh anggaran biaya upah langsung:
TABEL 2.5 PT. DEVANATA
Anggaran Tenaga kerja Langsung
BAGIAN Pemotongan Perakitan Perampungan
PRODUK Jumlah jam kerja per unit
Unit yangt harus diproduksi Jam kerja produk A
PRODUK B Jumlah jam kerja per unit
Unit yang harus diproduksi Jam kerja produk B
Jumlah jam kerja lembur
15dari total jam kerja normal
Jumlah jam kerja Tingkat upah per jam
Jumlah Upah Bonus Premi
10 dari total upah
Total biaya tenaga kerja langsung
4 Jam 9.500 Unit
2 Jam 9.500 Unit
2 Jam 9.500 Unit
38.000 Jam 2 Jam
10.500 Unit 21.000 Jam
8.850 Jam 19.000 Jam
2 Jam 10.500 Unit
21.000 Jam 6.000 Jam
19.000 Jam 2 Jam
10.500 Unit 10.500 Jam
4.425 Jam
67.850 Jam Rp 5
46.000 Jam Rp 4
33.925 Jam Rp 5
Rp 339.250 Rp 33.925
Rp 184.000 Rp 18.400
Rp 169.625 Rp 16.963
Rp.373.175 Rp 202.400
Rp 186.588
Sumber : Anggaran, Perencanaan dan Pengendalian Laba, 2000. Ad. c. Anggaran biaya overhead pabrik
Anggaran biaya overhead pabrik merupakan anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang biaya pabrik tidak langsung selama periode yang
akan datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang biaya pabrik tidak
Universitas Sumatera Utara
33 langsung, jumlah biaya pabrik tidak langsung dan waktu biaya pabrik tidak
langsung tersebut dibebankan, yang masing-masing dikaitkan dengan departemen atau tempat dimana biaya pabrik tidak langsung itu terjadi.
Dalam menentukan dana yang harus dianggarkan untuk anggaran biaya pabrikasi tidak langsung ini terdapat dua masalah pokok, yaitu:
a. Masalah penanggung jawab dalam perencanaan biaya Dalam hal ini perlu diterapkan prinsip akuntansi pertanggungjawaban
atau sering disebut dengan prinsip biaya departemen langsung. Atas dasar prinsip ini dikenal dengan adanya pembagian manajemen menjadi
departemen produksi dan departemen jasa untuk kegiatan yang dilakukan dipabrik.
b. Masalah menentukan jumlah biaya atau anggaran Berdasarkan sifatnya, biaya dibagi atas biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya selalu sama dari waktu ke waktu, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya setiap periode
tergantung pada tingkat produksi. Berikut ini akan disajikan contoh dari anggaran tersebut: PT DEVANATA
menggunakan dasar pembebanan tarif atas dasar jam kerja langsung dengan kapasitas normal 10.000 jam.
Universitas Sumatera Utara
34 TABEL 2.7
PT. DEVANATA Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Elemen Biaya Biaya
Variabel Biaya Tetap
Tarif Variabel
Tarif Tetap
Tarif Total
Bahan Penolong Tenaga Kerja
Tidak Langsung Penyusutan
Aktiva tetap Reparasi dan
Pemeliharaan Bahan Bakar
dan Listrik Asuransi
Lain-lain Rp 90.000
80.000
-
35.000
30.000 -
15.000 -
40.000
60.000
20.000
15.000 15.000
- Rp 9,00
8,00
-
3,50
3,00 -
1,5 -
4,00
6,00
2,00
1,5 1,5
- Rp 9
12
6
5,5
4,5 1,5
1,5 Jumlah
Rp 250.000 Rp 150.000
Rp 25 per JKL
Rp 15 per JKL
Rp 40 per JKL
Sumber : Anggaran, Perencanaan dan Pengendalian Laba, 2000. C. Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan
Anggaran adalah salah satu alat yang sering digunakan sebagai alat pengawasan, karena jika anggaran disusun dengan baik, maka akan memudahkan
penilaian tingkat efisiensi setiap pekerjaan. Yang termaksud dalam anggaran biaya produksi adalah:
a. Anggaran biaya bahan baku b. Anggaran tenaga kerja langsung
c. Anggaran biaya overhead pabrik Pengawasan berdasarkan anggaran dilakukan dengan memperbandingkan
anggaran dengan realisasinya, dari perbandingan tersebut dapat diketahui sebab-
Universitas Sumatera Utara
35 sebab penyimpangan antara anggaran dengan realisasi. Dari hasil analisis tersebut
maka akan tampak kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan dan menjadi masukan bagi pihak manajemen untuk mengambil tindakan selanjutnya
yang sekaligus menjadi bahan masukan untuk menyusun anggaran periode berikutnya.
Dengan terlaksananya pengawasan biaya produksi, maka kegiatan- kegiatan produksi akan terkoordinasi dengan baik dari kuantitas maupun kualitas
produk serta waktu pengerjaannya yang ditetapkan untuk dicapai. Pengawasan biaya produksi secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Pengawasan biaya bahan baku 2. Pengawasan upah langsung
3. Pengawasan biaya tidak langsung Ad. 1. Pengawasan biaya bahan baku
Pengawasan biaya bahan baku mencakup penyediaan bahan baku dengan kuantitas dan kualitas yang diperlukan pada waktu dan tempat yang diperlukan
dalam proses produksi. Ini berarti bahwa bahan baku yang diperoleh tidak boleh berlebihan jumlahnya dan dipertanggungjawabkan secara penuh serta digunakan
sesuai dengan anggaran. Pengawasan biaya bahan baku bertujuan untuk: a. Menghindari pemborosan bahan baku.
Dengan adanya anggaran biaya produksi maka dapat diperoleh suatu standar yang kemudian digunakan sebagai suatu acuan dalam penggunaan
bahan baku dalam proses produksi.
Universitas Sumatera Utara
36 b. Mengurangi atau mencegah penundaan produksi karena kekurangan
bahan. Anggaran biaya produksi menjadi proteksi penggunaan bahan baku dalam
suatu periode, sehingga perusahaan dapat memprediksi kebutuhan bahan baku dimasa yang akan datang.
c. Mengurangi resiko kerugian atau kecurangan. Anggaran biaya produksi sebagai alat pengawasan berperan sebagai acuan
benchmark yang dapat mengidentifikasi adanya ketidakberesan yang mungkin disebabkan oleh kecurangan sehingga dapat meminimalisasi
resiko kerugian yang mungkin timbul. Ad. 2. Pengawasan tenaga kerja langsung
Pengawasan terhadap tenaga kerja langsung memerlukan suatu standar atau kriteria untuk menilai suatu prestasi dan untuk mengukur kemampuan hasil
pekerjaan yang telah dilaksanakan dengan melihat perbedaan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang dicapai. Umumnya standar atau kriteria yang
digunakan adalah output per jam kerja buruh yang ditetapkan telebih dahulu. Pengawasan tenaga kerja langsung bertujuan untuk menetapkan secara tepat upah
yang dibayarkan kepada karyawan. Ad. 3. Pengawasan biaya overhead pabrik
Biaya overhead mencakup berbagai jenis biaya, seperti biaya bahan penolong, biaya upah tidak langsung, biaya penyusutan, biaya reparasi dan
sebagainya. Biasanya pengawasan biaya overhead pabrik dilakukan dengan cara:
Universitas Sumatera Utara
37 a. Menetapkan unsur-unsur biaya pabrikasi tidak langsung.
b. Menetapkan besarnya biaya pabrikasi tidak langsung untuk setiap unit produk atau seluruh produk.
Biaya overhead pabrik mencakup berbagai jenis biaya yang tidak terkait dengan volume produksi, sehingga sedikit menyulitkan pengawasannya.
Meskipun demikian pendekatan dasar bagi pengawasan biaya overhead pabrik sama seperti yang diterapkan terhadap biaya langsung yaitu penetapan standar dan
tindakan perbaikan-perbaikan. Sebagaimana yang telah uraikan sebelumnya bahwa kegunaan anggaran
adalah sebagai pedoman kerja, perencanaan, dan pengawasan. Dari kegunaan anggaran tersebut dapat dilihat kaitan-kaitan antara perencanaan dan pengawasan.
Rencana dalam hal ini adalah anggaran yang telah disetujui, hal ini berarti bahwa perusahaan akan berusaha mencapai apa yang telah ditetapkan dalam anggaran
tersebut dan sekaligus mengawasi jalannya kegiatan dalam mencapai apa yang telah ditetapkan tersebut.
Pengawasan harus dilakukan secara terus-menerus, bukan hanya penilaian terhadap hasil kerja, tetapi juga harus dilakukan terhadap kegiatan yang sedang
berjalan. Ada tiga fase yang perlu diperhatikan dalam melakukan fungsi pengawasan suatu anggaran yaitu:
1. Standar Merupakan hal yang diingini, yang menjadi dasar perhitungan-
perhitungan. 2. Membandingkan hasil yang dicapai dengan standar.
Universitas Sumatera Utara
38 Hasil dari perbandingan ini dinilai dilaporkan pada orang yang
bertanggung jawab memberikan penilaian atas hasil yang dicapai. 3. Pelaporan
Perencanaan tanpa pengawasan akan menjadi sia-sia, sebaliknya suatu pengawasan tidak akan dapat terlaksana tanpa adanya perencanaan.
Perencanaan dan pengawasan merupakan sebahagian dari fungsi-fungsi manajemen serta berperan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sebelum pembahasan mencapai pada hal-hal yang mendalam, Penulis terlebih dahulu akan membahas tentang hubungan antara anggaran
perusahaan dengan biaya standar. Biaya Standar
Dalam akuntansi biaya, selain konsep biaya historis yang lebih dominan dipergunakan dalam akuntansi keuangan, terhadap konsep lain yang disebut
dengan konsep biaya standar. Biaya standar adalah biaya yang ditetapkan terlebih dahulu sehingga dapat diukur sampai seberapa jauh hasil pelaksanaan operasi
yang seharusnya. Biaya yang diperlukan untuk suatu satuan produk tertentu ditetapkan terlebih dahulu, kemudian menyesuaikan terhadap satuan produk yang
sebenarnya dicapai pada suatu periode. Dengan biaya standar, suatu patokan ukuran mengenai bahan baku, tenaga
kerja langsung dan biaya tidak langsung, biaya umum dan biaya penjualan tercipta, yang akan berguna sebagai suatu alat pengawasan biaya-biaya tersebut.
Biaya standar juga merupakan biaya yang telah ditentukan lebih dahulu untuk masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
39 Standar tersebut merupakan biaya target yaitu biaya yang harus dicapai.
Biaya standar membantu untuk menyusun anggaran, menilai prestasi kerja, menghitung harga pokok produksi dan menghemat biaya pembukuan. Demikian
juga dapat dikemukakan bahwa, biaya standar merupakan alat yang diciptakan manajemen untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan kerja. Biaya standar dapat juga
dipergunakan untuk keperluan perusahaan yang menggunakan sistem biaya produksi berdasarkan pesanan maupun berdasarkan proses.
Biaya standar merupakan biaya yang direncanakan untuk suatu produk tertentu. Biaya standar harus mempunyai dua komponen yaitu standar fisik
misalnya standar kuantitas input untuk setiap unit output dan standar harga misalnya biaya standar tingkat harga per unit.
Agar biaya standar dapat dipakai dengan baik, maka penyusunannya harus diserahkan kepada sejumlah karyawan atau sekelompok karyawan yang diberi
wewenang dan tanggung jawab atas penentuan standar tersebut, untuk lebih efektifnya standar, maka wewenang dari badan yang menentukan standar tersebut
hendaknya sederajat dengan pihak-pihak yang harus bertanggung jawab atas selisih biaya yang timbul.
Badan yang diberi wewenang menetapkan standar dapat membentuk komite anggaran, dalam komite memerlukan kerjasama dan koordinasi antara
bagian produksi khususnya desain produk dan teknik produksi, bagian pembelian, bagian akuntansi, bagian personalia dan bagian lain.
Kalkulasi biaya standar berdasarkan standar fisik mempunyai dua tipe yaitu standar dasar basic standard dan standar yang berlaku saat ini current
Universitas Sumatera Utara
40 standard. Standar dasar merupakan tolak ukur yang dipergunakan untuk
memperbandingkan baik yang diharapkan maupun yang sesungguhnya terjadi. Standar yang berlaku current standard terdiri dari tiga jenis, yaitu:
a. Standar aktual yang diharapkan Standar ini didasarkan atas suatu tingkat pelaksanaan dan efisiensi yang
diharapkan. Estimasi standar ini cukup wajar untuk hasil aktual karena memperhitungkan penyimpangan yang tidak dapat dihindari.
b. Standar normal. Penetapan standar didasarkan pada keadaan ekonomi, tingkat pelaksanaan dan
efisiensi yang normal. Standar ini merupakan suatu tantangan yang bisa dicapai.
c. Standar teoritis. Disini standar ditetapkan untuk suatu tingkat pelaksanaan dan efisiensi yang
ideal dan maksimum. Standar ini lebih merupakan sasaran dan bukan sebagai prestasi kerja yang harus dicapai.
Penetapan biaya standar membutuhkan data biaya historis yang umumnya bersifat teknis maupun ekonomis. Data tersebut hendaknya merupakan data
mutakhir yang mendekati masa penetapan suatu standar. Dengan mengkombinasikan data histories tersebut ramalan keadaan yang akan datang,
akan terciptalah suatu standar. Cara penetapan standar bisa dengan mengambil data periode sebelumnya
atau ditentukan bagian perekayasaan industri secara cermat. Penetapan teori ini di
Universitas Sumatera Utara
41 lapangan masih membutuhkan penjabaran yang lebih spesifik lagi. Langkah-
langkah yang harus ditempuh dalam menetapkan suatu biaya standar adalah: a. Menginventarisasi pengalaman-pengalaman masa lalu.
Langkah ini berarti meneliti data biaya yang telah lalu, yang mana data tersebut seyogianya dapat diperbandingkan. Catatan-catatan mengenai biaya pada
periode sebelumnya akan menjadi sumber utama dari data tersebut. Sebagai suatu dasar yang digunakan pada langkah peramalan perubahan-perubahan biaya, data
komparatif ini akan sangat bermanfaat untuk mengikuti perkembangan biaya selanjutnya.
b. Menanyakan menyusun rencana pimpinan pada masa yang akan datang. Langkah ini merupakan pengidentifikasian setiap rencana termasuk
kebijakan pimpinan pada masa yang akan datang. Bagaimanapun perubahan rencana maupun kebijaksanaan pimpinan secara otomatis akan mempengaruhi
penetapan biaya standar, misalnya perubahan biaya produksi akan mempengaruhi jumlah bahan yang akan diperlukan, jam kerja buruh dan lain-lain.
c. Meramalkan perubahan yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang. Langkah ini merupakan langkah yang lebih sulit dalam menetapkan biaya
standar, sebab disamping mempertimbangkan faktor-faktor intern, perusahaan juga harus mempertimbangkan faktor-faktor ekstern yang merupakan faktor-
faktor otoritas manajemen perusahaan. Namun langkah ini penting artinya demi kerealitaan suatu standar. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain
faktor kebijaksanaan pemerintah dan keadaan perekonomian. Salah satu faktor
Universitas Sumatera Utara
42 yang menentukan keberhasilan sistem biaya standar ialah tingkat realibilitas,
akurasi dan keakseptabilan dari biaya standar yang ditetapkan. Jika dilihat dari hubungannya dengan anggaran, maka biaya standar
memiliki hubungan yang erat dengan anggaran. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa anggaran adalah merupakan biaya taksiran untuk menghasilkan sejumlah
produksi, Sedangkan biaya standar merupakan taksiran biaya untuk menghasilkan satu unit produksi. Dengan demikian dalam penyusunan anggaran terlebih dahulu
harus dihitung biaya standar, dan lebih jelasnya bahwa biaya standar merupakan dasar untuk menentukan anggaran.
Penyusunan anggaran tanpa biaya standar tidak akan memungkinkan untuk mencapai sistem pengawasan yang memadai. Standar berfungsi sebagai alat
pengukur hasil yang dicapai dari semua kegiatan atau fungsi tetapi penulis menekankan standar pada biaya produksi yaitu standar untuk bahan baku, upah
langsung dan biaya tidak langsung.
Universitas Sumatera Utara
43
BAB III METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan penulis untuk penelitian ini bersifat eksploratif yang bertujuan untuk merinci suatu objek tertentu dalam perusahaan
dengan mengumpulkan data dari perusahaan dan literatur-literatur lainnya, selama kurun waktu tertentu dengan pendekatan spesifik terhadap fakta-fakta yang
menjelaskan hubungan sebab-akibat untuk menerangkan sebab terjadinya masalah dan bagaimana penyelesaiannya.
2. Jenis Data
Data yang dikumpulkan penulis merupakan data sekunder, yang merupakan data yang telah terdokumentasi yang diperoleh dari perusahaan seperti
sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, rencana kerja dan anggaran perusahaan RKAP, laporan manajemen, ataupun informasi lainnya diluar
perusahaan.
3. Teknik Pengumpulan data
Di dalam penelitian ini penulis memperoleh data dengan cara :
a. Teknik Wawancara
Penulis melakukan tanya jawab atau interview secara langsung dengan pihak yang berkompeten dalam perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
44
b. Teknik Dokumentasi
Penulis mengumpulkan data-data dan informasi yang bersumber dari dokumen-dokumen yang terkait dengan anggaran dan laporan biaya
produksi perusahaan. 4. Metode Analisis Data
Di dalam penelitian ini Penulis menggunakan metode Deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan data, menyusun, mengikhtisarkan, menganalisis, dan
menginterpretasikan data yang diperoleh sehingga diperoleh gambaran data yang lengkap dan sebenarnya tentang peranan anggaran sebagai alat pengawasan biaya
produksi pada objek yang diteliti.
5. Responden
Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pihak manajemen perusahaan antara lain bagian Administrasi, Bagian Keuangan dan bagian
Pengolahan.
6. Jadwal dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2007, yang dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara III Persero Jalan Sei Batanghari No. 2 Medan, Propinsi
Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
45
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum PTPN III Persero Medan
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Pembentukan PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan mempunyai lintas sejarah yang diawali dengan proses pengambilalihan perusahaan-perusahaan
Perkebunan Belanda pada tahun 1958 oleh Pemerintah RI yang dikenal sebagai proses “Nasionalisasi” perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan
Perkebunan Negara PPN. Embrio yang turut membentuk Perseroan berasal dari NV Rubber Cultuur Maatschappij Amsterdam RCMA dan NV Cultuur Mij’de
Oeskust CMO yang merupakan perusahaan perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia sejak Zaman kolonial pada masa pemerintahan Hindia
Belanda. Langkah awal perseroan dimulai pada tahun 1958 dengan nama
Perusahaan Perkebunan Negara Baru cabang Sumatera Utara PPN Baru. Setelah mengalami beberapa kali perubahan bentukstatus badan hukum sejalan dengan
Undang-Undang UU dan Peraturan Pemerintah PP yang ada. Pada tahun 1968 PPN tersebut direorganisasi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara
Perkebunan PNP yang selanjutnya pada tahun 1974 bentuk hukumnya dialihkan menjadi PT. Perkebunan Persero.
Pemerintah telah mencanangkan program restrukturisasi BUMN sub sektor perkebunan melalui penggabungan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi
dan perampingan struktur organisasi. Dari program restrukturisasi tersebut telah
Universitas Sumatera Utara
46 dilakukan penggabungan 27 BUMN Perkebunan yaitu PT. Perkebunan I sampai
dengan PT. Perkebunan XXXII dan satu BUMN Peternakan yaitu PT. Bina Mulya Ternak menjadi 14 BUMN Perkebunan baru yakni PT. Perkebunan Nusantara I
sampai dengan PT. Perkebunan Nusantara XIV. Pada tahun 1994 diadakan penggabungan manajemen PT. Perkebunan III,
IV, dan V Persero yang dikelola oleh Direksi PT. Perkebunan III. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1996 tanggal 14
Februari diadakan peleburan Perusahaan Perseroan Persero PT. Perkebunan III, PT. Perkebunan IV, dan PT. Perkebunan V menjadi :
Nama :
Perusahaan Perseroan Persero PT.
Perkebunan Nusantara
III disingkat
dengan PT. Perkebunan Nusantara III Persero
Alamat :
Jalan Sei Batanghari No. 2 Medan 20122 Propinsi
Sumatera Utara,
Indonesia E-mail
: kandirptpn3.co.id, kandirmedan.ptpn3.org,
Website : www.ptpn3.co.id, www.ptpn3.com
2. Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara III Persero
Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III Persero dapat dilihat pada diagram yang terdapat pada lampiran.
Adapun pembagian tugas pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero diuraikan berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
47 1. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS
Rapat Umum Pemegang Saham RUPS adalah pimpinan tertinggi yang membawahi Dewan Komisaris, Direktur serta setingkat lebih bawah.
Tugas dan wewenang Rapat Umum Pemegang saham adalah : a. Mengangkat dan memberhentikan Dewan Komisaris
b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan penggunaan modal atau aset perusahaan dalam mencapai tujuan
c. Mengawasi Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas yang telah dibebankan kepadanya oleh pemegang saham
2. Dewan Komisaris Dewan Komisaris terdiri dari 1 satu komisaris dan 3 tiga komisaris
anggota yang bertugas untuk mengawasi pekerjaan Direktur Utama. Tugas dan Wewenang Dewan Komisaris adalah :
a. Memberikan nasehat kepada pimpinan b. Membantu pemimpin dalam menginvestasikan dana perusahaan
c. Mengawasi jalannya perusahaan 3. Direktur Utama
Mengarahkan dan memberdayakan sumber daya perusahaan secara optimal serta mewujudkan visi dan misi perusahaan.
4. Kepala Bagian Sekretaris Korporat Melaksanakan fungsi manajemen dengan memberdayakan sumber daya
yang berhubungan dengan aspek legal dan kebutuhan, aspek manajemen
Universitas Sumatera Utara
48 hubungan dengan industri sehingga terwujudnya korporat image yang positif dari
stakeholder. 5. Kepala Bagian Satuan Pengawasan Intern SPI
Melaksanakan pemberdayaan sumber daya dalam melaksanakan pengawasan, analisa dan evaluasi untuk mencapai kinerja yang optimal sehingga
terwujudnya Good Corporate Governance. 6. Kepala Bagian Informasi Teknologi IT
Melaksanakan rancangan, pemeliharaan, pemantauan, analisa dan evaluasi serta pengembangan dengan memberdayakan sumber daya informasi untuk
menghasilkan kinerja informasi secara lengkap Full Performance Information. 7. Direktur Produksi
Mengelola dan memberdayakan sumber daya produksi, sarana dan prasaran sehingga tercapainya kinerja bidang produksi secara optimal.
a. Kepala Bagian Tanaman Melaksanakan pemantauan, analisa, dan evaluasi dalam sumber daya untuk
meningkatkan kinerja bidang tanaman. b. Kepala Bagian Teknik
Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam pemberdayaan sumber daya teknik sehingga terwujudnya Best Practice di bidang teknik.
c. Kepala Bagian Teknologi Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dengan memberdayakan sumber daya
teknologi dan mengefektifkan sistem untuk mengoptimalkan kinerja bidang teknologi, sistem manajemen dan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
49 8. Direktur Keuangan
Mengelola dan memberdayakan sumber daya keuangan secara tepat guna sehingga tercapainya cash flow, dan biaya operasional perusahaan yang efektif
dan efisien. a. Kepala Bagian Pembiayaan
Melaksanakan pemantauan, analisa, dan evaluasi dalam pemberdayaan sumber daya keuangan dan akuntansi secara optimal untuk mewujudkan kondisi
keuangan yang sehat. b. Kepala Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan
Melaksanakan pemantauan, analisa, evaluasi, dan pemanfaatan sumber daya sehingga terwujud kemitraan dengan masyarakat di lingkungan perusahaan.
9. Direktur SDMUmum Mengelola dan memberdayakan Sumber Daya Manusia SDM dan sarana
pendukung lainnya sehingga tercapai kinerja di bidang SDMUmum secara optimal.
a. Kepala Bagian Umum Melaksanakan pemantauan, analisa, dan evaluasi dalam memberdayakan
sumber daya manusia perusahaan secara optimal sehingga terwujud zero accident, zero conflict, dan zero risk management.
b. Kepala Bagian SDM Melaksanakan pemantauan, analisa, dan evaluasi dalam memberdayakan
sumber daya manusia perusahaan secara optimal sehingga terwujudnya karyawan yang berilmu pengetahuan knowledgable.
Universitas Sumatera Utara
50 10. Direktur Pemasaran
Mengelola dan memberdayakan sumber daya pemasaran dan pengadaan secara optimal, sehingga tercapainya kepuasan pelanggan dan pemasok.
a. Kepala Bagian Pemasaran Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen pemasaran dengan menggunakan
sumber daya pemasaran secara maksimum sehingga tercapai kepuasan pelanggan, peningkatan arus kas masuk, pengoptimalan harga, peminimuman
stok, dan penagihan pembayaran efektif. b. Kepala Bagian Pengadaan
Melaksanakan pengadaan barang, pemantauan, analisa dan evaluasi serta memberdayakan sumber daya secara optimal.
11. District Manager DM dan General Manager GM District Manager DM melaksanakan, analisa, evaluasi, memberi
keputusan, dan terobosan-terobosan serta memberdayakan sumber daya perusahaan yang ada di distriknya untuk mencapai kinerja yang optimal.
12. Manajer Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk memberdayakan seluruh
unit kerja secara optimal untuk mewujudkan Operational Excellence.
3. Kegiatan Operasi Perusahaan dan Wilayah Kerja
PT. Perkebunan Nusantara III Persero yang berkantor pusat di Medan, mempunyai wilayah kerja di 6 enam daerah Tingkat II di Propinsi Sumatera
Utara, yakni :
Universitas Sumatera Utara
51 1. Kabupaten Deli Serdang
2. Kotamadya Tebing Tinggi 3. Kabupaten Asahan
4. Kabupaten Simalungun 5. Kabupaten Labuhan Batu
6. Kabupaten Tapanuli Selatan Kebun-kebun yang dikelola PT. Perkebunan Nusantara III Persero
Medan berjumlah 33 kebun, terdiri dari 30 kebun sendiri dan 3 Kebun Plasma yang dikelompokkan ke dalam 3 Wilayah Kerja dengan luas areal seluruhnya
adalah 186.910,92 Ha terdiri dari 166.606,94 Ha luas kebun Sendiri dan 20.303,78 Ha luas Kebun Plasma.
4. Anak Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan
Bisnis utama PT Perkebunan Nusantara III Persero Medan selain didukung dari kebun dan unit, perusahaan ini juga memiliki 5 lima anak
perusahaan yang dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut :
Tabel 4.1 Anak Perusahaan
PT Perkebunan Nusantara III Persero Medan
No Anak Perusahaan Bidang ProdukJasa
1 PT. Sarana Agro Nusantara Jasa
Tangki Timbun
2 PT. Mitra Organ di Sumatera Selatan
Kebun Kelapa Sawit 3
Indoham GMBH di Jerman Jasa Pemasaran
4 PT. Agro Industri Nusantara
Industri Hilir CPO 5
PT. Wana Tani Lestari Hutan Industri
Sumber : PT Perkebunan Nusantara III Persero Medan, 2007
Universitas Sumatera Utara
52 Produk dan jasa yang dihasilkan anak perusahaan mendukung bisnis
perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan untuk dapat bersaing dan menjadi unggul diantara perusahaan competitor lainnya.
5. Penyusunan Anggaran Biaya Produksi
Anggaran Biaya Produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero dituangkan dalam bentuk RKAP Rencana Kerja Anggaran Perusahaan Finansil.
RKAP tersebut merupakan dokumen yang memuat sasaran, kegiatan mewujudkan sasaran dan biaya yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran suatu unit usaha.
Sumber utama penyusunan RKAP adalah RJP Rencana Jangka Panjang perusahaan, Pedoman Penyusunan RKAP dan kondisi lapangan Unit. RJP dan
Pedoman Penyusunan RKAP ini disusun oleh Kantor Pusat dan dikirim ke Grup untuk disosialisasikan. Setelah sosialisasi di Grup, Unit-unit menyusun RKAP
Unit dengan menyesuaikan situasi lapangan Unit. Draft RKAP Unit-unit kemudian dibahas dengan Grup untuk menyusun RKAP Grup. RKAP Grup ini
berisikan RKAP Unit-unit dan RKAP Grup. a. Mekanisme penyusunan RKAP perusahaan
1 Pada pertengahan tahun berjalan, bagian akuntansi Kantor Pusat menyusun Pedoman Penyusunan RKAP yang disahkan disetujui oleh Direksi.
Pedoman ini dan RJP perusahaan menjadi acuan dalam penyusunan RKAP Unit.
2 Manajer Grup mengadakan sosialisasi Pedoman Penyusunan RKAP kepada para Manajer Unit untuk kemudian menugaskan Manajer Unit
menyusun RKAP Unit masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
53 3 Pada bulan September, RKAP Unit dibahas di Grup dan selanjutnya
Manajer Grup menyusun RKAP Grup. 4 Pada bulan Oktober, draft RKAP Grup dibahas di Kantor Pusat oleh
Manajer Grup dengan tim yang terdiri dari Bagian Teknis dan menjadi bahan penyusunan RKAP tingkat perusahaan.
5 Bila RKAP perusahaan telah disetujui oleh RUPS, maka RKAP tersebut diurai ke RKAP Grup dan selanjutnya diurai lagi ke RKAP Unit-unit.
b. Langkah-langkah penyusunan RKAP 1 Penyusunan standar fisik dan tarif-tarif biaya oleh bagian terkait.
2 Penyerahan standar fisik dan biaya oleh bagian terkait kepada bagian keuangan untuk dihimpun dalam bentuk Surat Edaran.
3 Pengiriman standar fisik dan tarif-tarif biaya oleh Bagian Keuangan ke Kebun dalam bentuk Surat Edaran.
4 Pengiriman daftar harga barangbahan dari Bagian Pengadaan kepada Kebun dengan tembusan ke Kantor Pusat.
5 Bagian Grup Unit Usaha GUU Kantor Pusat menyusunmengajukan RKAP bagiannya masing-masing dan mengirimkannya ke Bagian
Sekretariat untuk dikompilasi menjadi biaya administrasi. 6 Rapat Direksi dengan KabagKabiro mengenai penyamaan persepsi
penyusunan RKAP. 7 Kebun atau Unit menyusun Konsep Anggaran Fisik dan Finansial.
8 Pengiriman Konsep Anggaran Fisik dan Finansial lengkap dengan uraian pemakaian bahan-bahan ke Bagian Keuangan.
Universitas Sumatera Utara
54 9 Pembahasan RKAP KebunUnit dengan tim Kantor Pusat.
10 Pengiriman Form RABRABK KebunUnit. 11 Penyampaian Form RABRABK KebunUnit ke Bagian Keuangan.
12 Kompilasi RABRABK KebunUnit oleh Bagian Keuangan. 13 Pengiriman RKAP ke Kantor Pusat.
6. Pengawasan Melalui Anggaran Biaya Produksi
Perencanaan tanpa pengawasan merupakan pekerjaan yang sia-sia. Bagaimanapun baiknya suatu perencanaan, tidak akan mencapai tujuan tanpa
adanya pengawasan. Pengawasan melalui anggaran dapat dilihat dengan membandingkan anggaran dan realisasinya yang disajikan dalam Laporan
Manajemen LM secara bulanan, sehingga akan diperoleh varians baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Varians tersebut akan dianalisa untuk
merumuskan tindakan korektif untuk masa yang akan datang. Agar pengawasan dapat dilakukan secara efektif, setiap tingkatan
manajemen harus menerima laporan tepat pada waktunya agar mereka dapat mengantisipasi hal-hal yang terjadi.
Sebagaimana halnya dengan perencanaan, pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PTPN III meliputi:
1. pengawasan biaya tanaman, 2. pengawasan biaya pembelian,
3. pengawasan biaya pengolahan umum, 4. pengawasan biaya produksi termasuk penyusutan.
Universitas Sumatera Utara
55
Ad. 1. Pengawasan biaya tanaman
Laporan biaya tanaman disusun untuk mengetahui jumlahrealisasi biaya yang telah dikeluarkan untuk mengelola tanaman pada perusahaan. Pengawasan
biaya tanaman dapat dilaksanakan dengan membandingkan realisasi dengan anggaran biaya tanaman tersebut. Pimpinan dapat menilai perbandingan dan
menilai tingkat efisiensi dalam mengelola tanaman. Besarnya realisasi biaya tanaman pada tahun 2005 sebesar Rp 496,284.00, dan pada tahun 2006 sebesar
Rp 613,385.00
.
Ad. 2. Pengawasan biaya pembelian
Pengawasan biaya pembelian meliputi pengawasan terhadap berapa banyak TBS yang akan dibeli. Pada perusahaan ini terdapat dua jenis pembelian
TBS yaitu pembelian dari kebun plasma dan pembelian dari kebun Inti Rakyat PIR. Pengawasan biaya pembelian dapat dilaksanakan dengan membandingkan
realisasi dengan anggaran biaya pembelian tersebut. Pimpinan dapat menilai perbandingan dan menilai tingkat pembelian yang dilakukan oleh perusahaan.
Besarnya realisasi biaya pembelian pada tahun 2005 pembelian kelapa sawit dari kebun plasma sebesar Rp 48,045.00 dan pembelian kelapa sawit dari kebun rakyat
sebesar Rp 311,939.00 dan pada tahun 2006 pembelian dari kebun plasma sebesar Rp
77.069,00 dan pembelian kelapa sawit dari kebun rakyat sebesar Rp 409.431,00.
Ad. 3. Pengawasan biaya pengolahan umum
Pengawasan terhadap biaya olah meliputi pengawasan terhadap seluruh kegiatan produksi pada perusahaan. Pengawasan ini meliputi pengawasan
Universitas Sumatera Utara
56 terhadap kebutuhan tenaga kerja, bahan-bahan kimiawi, perawatan dan
pemeliharaan alat-alat, serta faktor-faktor lain yang berhubungan dengan pengolahan. Berdasarkan perbandingan antara realisasi biaya olah dengan
anggaran biaya olah, maka pimpinan dapat merumuskan kebijakan yang diperlukan sehubungan dengan pengawasan biaya olah untuk periode berikutnya.
Pada tahun 2005 besarnya realisasi biaya pengolahan produksi kelapa sawit sebesar Rp 127,602.00 dan pada tahun 2006 besarnya realisasi biaya pengolahan
produksi kelapa sawit sebesar Rp 134,218.00.
Ad. 4. Pengawasan biaya produksi termasuk penyusutan
Pengawasan biaya umum ini meliputi pengawasan biaya produksi setelah penyusutan yang ada di kebun. Adapun realisasi biaya produksi setelah
penyusutan pada tahun 2005 realisasi biaya produksi sebesar Rp 670.400,00 dan realisasi biaya produksi pada tahun 2006 adalah sebesar Rp 807.233,00.
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis
Penyimpangan
Tindak lanjut dari proses pengawasan adalah dengan melakukan suatu analisis terhadap penyimpangan atau perbedaan biaya yang terjadi. Tujuan
dilakukan analisis penyimpangan adalah untuk mengetahui apa penyebab terjadinya penyimpangan tersebut.
Laporan manajemen sebagai alat pengawasan berperan besar bagi proses analisis penyimpangan yang terjadi pada PT Perkebunan Nusantara III Persero
Medan. Laporan manajemen ini disajikan setiap bulan, yang berisikan ikhtisar
Universitas Sumatera Utara
57 hasil produksi dan kegiatan operasional setiap bulannya dan untuk sepanjang
tahun berjalan. Pada laporan manajemen disajikan pula perbandingan biaya efektif dengan RKAP dan perbandingan biaya efektif dengan RKO Rencana Kerja
Operasi untuk setiap jenis biaya yakni biaya tanaman, biaya olah, biaya umum biaya tidak langsung dan biaya pembelian. Laporan manajemen juga menyajikan
laporan laba-rugi perusahaan untuk periode atau tahun berjalan. Setiap tiga bulan diadakan rapat koordinasi pada PT Perkebunan
Nusantara III Persero Medan untuk mengevaluasi kinerja operasional tiga bulanan dan juga RKO dan kemudian menyusun RKO untuk periode tiga bulan
berikutnya. Ketika diminta oleh manajemen pusat maka tiap bagian akan menyusun
suatu bentuk pertanggungjawaban guna menjelaskan penyimpangan dan sebab- sebab terjadinya serta langkah-langkah apa yang diambil untuk
menindaklanjutinya. Berikut ini disajikan anggaran dan realisasi biaya produksi.
Universitas Sumatera Utara
58
B. Tabel Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Tabel 4.1