Asap Cair Sebagai Desinfektan

13 hasil fermentasi anaerobik, dan c produk yang disimpan dalam keadaan kering, akan tetap dalam kondisi kering karena tidak menyerap uap air dari atmosfer. Daya simpan biji dapat ditingkatkan dengan salah satu cara atau kombinasi dari: 1 kadar air rendah, 2 menggunakan kemasan, 3 biji bersih, bebas dari hama dan penyakit, 4 menurunkan kelembaban, 5 memberikan aerasi, dan 6 memberantas hama gudang secara periodik. Penanganan dan penyimpanan biji yang tepat sangat diperlukan karena mutu biji dapat berkurang dengan cepat Kartono, 2004. Penyimpanan biji jarak pagar dengan menggunakan kemasan karung ataupun plastik dapat menghambat kenaikan keasaman minyak jarak pagar daripada tanpa kemasan. Penggunaan jumlah lapisan kemasan dengan menggunakan karung maupun plastik akan mempunyai daya hambat yang lebih baik terhadap peningkatan keasaman minyak jarak pagar selama penyimpanan Sudradjat et al., 2007.

2.1 Asap Cair Sebagai Desinfektan

Asap cair merupakan hasil kondensasi asap pada proses pembakaran pirolisis dari kayu atau bahan-bahan yang banyak mengandung karbon serta senyawa-senyawa lain. Asap cair mengandung sejumlah besar senyawa seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin. Pirolisis merupakan proses dekomposisi bahan yang mengandung karbon, baik yang berasal dari tumbuhan, hewan maupun barang tambang yang menghasilkan arang karbon dan asap yang dapat dikondensasi menjadi destilat Paris et al., 2005. Asap cair dengan bahan baku tempurung kelapa diproduksi dengan cara tempurung kelapa dibakar dalam suatu wadah yang tahan terhadap tekanan. Media pendingin yang digunakan pada kondensor adalah air yang dialirkan melalui pipa inlet dan keluar dari pipa outlet secara berlawanan terhadap asap yang masuk, kemudian wadah bahan baku dipanaskan selama satu jam. Asap yang keluar dari hasil pembakaran tidak sempurna tersebut dialirkan ke kondensor dan dikondensasikan menjadi asap cair Hanendyo, 2005. Fungsi asap cair adalah sebagai bahan pengawet yang memiliki kandungan senyawa fenol dan asam yang berperan sebagai antibakteri dan antioksidan Darmadji, 2002. Zat-zat yang ada dalam asap cair berperan sebagai antimikrobial adalah senyawa fenol dan asam asetat, yang peranannya semakin meningkat bila kedua senyawa tersebut bersama-sama Darmadji, 1995. Menurut Maga 1988 komposisi asap cair terdiri dari air 11 - 92 , fenol 0,22 - 2,9 , asam 2,8 - 4,5 , karbonil 2,6 - 4,6 dan tar 1-17 . Perbedaan komposisi asap tergantung kepada jenis kayu yang dipakai dan kandungan air kayu asap Rusz and Miler, 1976 sedangkan menurut Peszczola 1995 perbedaan komposisi asap cair berdasarkan spesies dari tanaman, umur dan kondisi pertumbuhan tanaman. Asap cair dari tempurung kelapa mempunyai 7 macam komponen yang dominan yaitu fenol, 3-metil-l,2- siklopentadion, 2-metioksifenol, 2-metoksi-4-metilfenol, 4-etil-2-metoksifenol, 2,6-dimetoksifenol dan 2,5 - dimetoksi benzil alkohol, yang kesemuanya larut dalam eter. Gumanti 2006 mendapatkan data kandungan senyawa kimia dalam asap cair yaitu fenol sebesar 5,5, methyl alkoholnya sebesar 0,37 dan total asamnya sebesar 7,1. Sedangkan Zuraida 2007 mendapatkan data kandungan empat senyawa terbesar dalam asap cair adalah senyawa phenol, Pyrogallol 1,3-dimetil ether sebanyak 15,64, 2-Methoxy-p-cresol sebanyak 11,53, Pyrogallol trimethyl ether sebanyak 8,65, dan p-Ethylguaicol sebanyak 6,85. Komponen utama yang terdapat dalam tar adalah fenol dan turunannya seperti guaiacol; 4-propyl guaiacol; 2,6-xylenol; 3,5-xylenol; creosol; o-creosol; syringol; 4-etsrigol; 4-allylsyringol yang digunakan sebagai insektisida Yatagai, 1996. 14

2.10 Ektraksi Minyak Jarak Pagar Kasar