Komponen- Metode Penemuan ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI

96 dengan tabah apa yang telah terjadi karena setiap orang memiliki masalah masing-masing.  Nilai-Nilai Pengharapan : memiliki harapan untuk hidup lebih lama lagi sehingga membuatnya lebih semangat dalam menjalani hidupnya.

3. Komponen-

Komponen Yang Menetukan Keberhasilan Dalam Pencarian Makna Hidup  Pemahaman diri  Makna hidup  Pengubahan sikap  Komitmen diri  Kegiatan terarah  Dukungan sosial  Pemahaman diri: menyadari kondisi yang di hadapinya saat itu adalah kondisi yang buruk yang merupakan masalah besar dalam hidupnya, namun tetap meyadari bahwa setiap manusia memiliki masalah.  Pertobatan: Saat menyadari kesalahan yang dilakukannya selama ini, dan berjanji untuk tidak menyianyiakan kesempatan yang Tuhan berikan untuk berubah dari kesalahannya dan kembali untuk mengasihi keluarganya.  Makna hidup: agar cepat sembuh untuk dapat menyatukan dan membahagiakan keluarganya.  Pengubahan sikap: Mengalami pertobatan  Komitmen diri: berkomitmen untuk memenuhi makna hidupnya dengan cara mengikuti saran dokter.  Kegiatan terarah: melakukan kegiatan seperti berladang jambu, menemani cucunya dan menghibur, dan menasehati Universitas Sumatera Utara 97 keluarga.  Dukungan sosial : mendapatkan dukungan emosional emotional support berupa penguatan dan penghiburan dari orang-orang terdekatnya, dan bantuan berupa tenaga dan dana untuk biaya pengobatan instrumental support saat stroke.

4. Metode Penemuan

Makna Hidup  Metode Pemahaman Diri  Metode Bertindak Positif  Metode Pengakraban Hubungan  Pendalaman Catur Nilai  Metode Ibadah  Metode pemahaman diri: menyadari kesalahan yang telah dilakukannya dan menyadari bahwa penderita belum membahagiakan keluarganya.  Pendalaman Catur Nilai: Menghayati nilai-nilai kreatif, nilai-nilai bersikap, nilai-nilai pengharapan,  Metode Pengakraban Hubungan: dengan cara menyanyi sambil main gitar, saling menghibur, dan terkadang bercanda dengan teman dan cucu-cucunya.  Metode Ibadah : dengan cara berdoa, memohon ampun pada Tuhan semakin berserah kepada Tuhan Universitas Sumatera Utara 98 Tabel 5 Gambaran Penghayatan Hidup pada Partisipan I Penghayatan hidup Kesimpulan  Bermakna Meaningful  Tidak Bermakna Meaningless  Bermakna: semakin semangat, hidupnya lebih terarah dan merasa lebih bahagia, menghayati bahwa hidupnya telah berarti dan berguna. Universitas Sumatera Utara 99 Bagan 2 Pencarian Makna Hidup pada Partisipan I Bakti Temuan: komponen lain yang mempengaruhi kondisi yang tidak bermakna menjadi kondisi yang bermakna adalah pertobatan Universitas Sumatera Utara 100 IV.B. Analisa Partisipan II IV.B.1. Analisa Data IV.B.1.a. Identitas Diri Partisipan II Eren Tabel 6 Gambaran Umum Partisipan II Keterangan Partisipan II Nama samaraninisial Eren Jenis Kelamin Wanita Usia 66 tahun Agama Kristen Protestan Status Menikah Pendidikan Terakhir SMA Pekerjaan Wiraswasta Jumlah anak 8 orang Jumlah tanggungan 2 orang Suku Bangsa Batak Toba Tahun mengalami stroke Stroke I: tahun 2005 Lama kelumpuhan 3 tahun IV.B.1.b. Deskripsi Data Partisipan II Partisipan II dalam penelitian ini adalah Eren, seorang wanita yang berusia 66 tahun yang bersuku Batak Toba. Eren mengalami kelumpuhan pascastroke sejak tiga tahun lalu, yaitu semenjak tahun 2005 hingga saat ini tahun 2008. Awal tahun 2005 merupakan awal mula stroke pertama yang dialami oleh Eren. Peneliti mengenal partisipan sudah sangat lama yaitu semenjak peneliti kecil sampai saat ini, karena Eren adalah tetangga dekat di kampung halaman peneliti. Universitas Sumatera Utara 101 Partisipan lahir pada tahun 1942 dan merupakan anak ke 2 dari 2 orang bersaudara, dan hanya memiliki satu saudara perempuan. Sejak kecil Eren tinggal di Ambarita sampai akhirnya dia menikah. Partisipan menikah pada tahun 1966 dengan seorang pria yang sangat dicintainya. Eren mengenal suaminya sejak kecil, karena suaminya merupakan sahabat Eren sejak kecil, dan setelah cukup dewasa maka suami Eren pun meminangnya untuk menjadi pendamping hidupnya. Eren memiliki delapan orang anak dimana diataranya ada lima orang laki-laki dan tiga orang orang perempuan. Anak ketiga dari Eren telah meninggal dunia pada tahun 2004 akhir, hal itu terjadi karena anak ketiganya menderita sakit lambung yang tidak bisa diobati lagi. Eren memiliki kulit kuning langsat dan berambut lurus yang sebahagian rambutnya telah memutih, memiliki berat badan 60 kg dan tinggi 154 cm, dan partisipan selalu membawa tongkatnya kemanapun dia pergi, karena tongkatnya digunakan sebagai alat bantu saat berdiri maupun membantu saat berjalan. Untuk dapat mengetahui identitas Partisipan 2 dapat dilihat dari tabel 1 di atas. Eren bekerja di restoran di Tuktuk yang dibukanya sendiri, di sana Eren mengatur dana dan kebutuhan di restoran miliknya tersebut. Namun saat ini, restoran tersebut di kelola oleh anak bungsu Eren yang tinggal tidak jauh dari rumahnya. Hal ini disebabkan karena kondisi Eren yang tidak memungkinnya untuk kembali bekerja. Sementara suami Eren adalah pensiunan tentara yang sudah lama pensiun. Saat ini Eren tinggal bersama suami dan kedua cucunya, tinggal di sebuah rumah yang mereka diami selama 42 tahun. Kedua cucu yang tinggal bersamanya Universitas Sumatera Utara 102 adalah cucu dari anaknya yang ketiga yang telah meninggal. Cucunya yang pertama tersebut telah duduk di kelas 3 SMU dan sedangkan cucu yang keduanya telah duduk di kelas 1 SLTP. Eren memiliki tempat tidur khusus yang terletak di ruang tengah, tempat tidur tersebut berada di tempat yang agak rendah, hal itu penting supaya memudahkan Eren untuk mengambil sesuatu yang diinginkannya. Di ruang tengah tersebut terdapat TV, radio dan sebuah meja kecil di samping tempat tidur Eren. Setiap pagi biasanya cucunya memapah Eren berjalan-jalan di depan rumahnya. Setelah itu Eren biasanya berjemur di bawah matahari pagi. Biasanya cucunya menyiapkan serapan pagi untuknya. Dalam kesehariannya, Eren sering kali duduk di sofa di teras rumahnya, kadang-kadang duduk di ruang tamu bersama orang- orang yang datang mengunjunginya, dan terkadang Eren berbaring di ruangan tengah sambil menonton TV. IV.B.2. Observasi Umum Partisipan II Tabel 7 Waktu Wawancara Partisipan II No Partisipan HariTanggal Wawancara Waktu Wawancara Tempat Wawancara 1 Eren Sabtu, 16 Februari 2008 14.30-16.50 WIB Di teras rumah Partisipan 2 Eren Rabu, 5 Maret 2008 15.00-17.10 WIB Di ruang tengah rumah partisipan 3 Eren Sabtu, 29 Maret 2008 15.30-17.10 WIB Di ruang tamu rumah partisipan Universitas Sumatera Utara 103 Peneliti mengenal Eren sudah sangat lama, yaitu semenjak peneliti kecil, karena antara peneliti dengan Eren merupakan tetangga dekat di kampung halaman peneliti. Pada pertemuan pertama sebagaimana telah dijanjikan oleh peneliti sebelumnya, Eren bersedia untuk terlibat sebagai partisipan dalam penelitian ini. Pertemuan ini adalah upaya peneliti untuk membangun rapport dan juga menjelaskan dari kedatangan peneliti. Peneliti juga ingin memastikan apakah Eren sesuai dengan karakteristik subjek penelitian yang telah ditetapkan peneliti sebelumnya dan setelah peneliti memperhatikan bahwa Eren sesuai dengan karakteristik sampel tersebut, maka peneliti meminta kesediaan Eren untuk menandatangani surat pernyataan kesediaan menjadi partisipan penelitian dan Eren pun bersedia untuk terlibat dalam penelitian ini untuk menjadi salah seorang partisipan penelitian. Pertemuan pertama ini hanya bertujuan untuk meminta kesediaan Eren menjadi partisipan penelitian. Setelah peneliti menjelaskan tentang penelitian ini, apa tujuannya dan bagaimana Eren akan terlibat dalam penelitian ini, dan Eren bersedia untuk diwawancarai. Setelah itu, peneliti dan partisipan menentukan jadwal pertemuan untuk mengadakan wawancara pertama. Tidak ada gangguan pada saat wawancara awal dilakukan dan mengingat ini adalah wawancara awal, maka peneliti tidak menggunakan tape recorder untuk merekam hasil wawancaranya. Pertemuan ini diadakan pada tanggal 14 Maret 2008, pada pukul 16.00 WIB, dan saat itu Eren menggunakan baju hangat dengan menggunakan sarung, dan sedang duduk di teras depan rumahnya. Universitas Sumatera Utara 104 Pada pertemuan kedua yang merupakan wawancara pertama, peneliti datang berkunjung ke rumah Eren. Pada saat awal wawancara, Eren bercerita sambil mengambil kotak tempat penyimpanan sirih lalu mulai meraciknya. Saat menceritakan tentang pekerjaan sebelum terserang stroke, Eren bercerita sambil mengunyah sirih. Terkadang Eren menggerakkan tangan kanannya saat menceritakan sesuatu seperti menghitung dengan menggerakkan jari-jari tangan kanannya. Eren tetap memelihara kontak mata dengan peneliti saat bercerita, walaupun sesekali dia terlihat seperti menerawang saat menceritakan perasaannya saat kehilangan putranya yang ketiga dan partisipan tertunduk saat menceritakan sikapnya yang dulu pernah ingin mengakhiri hidupnya. Eren tidak menyilangkan tangannya dan pada saat bercerita, namun tangan kanannya digunakan untuk membantu Eren untuk menceritakan sesuatu agar peneliti lebih mengerti dan tangan kirinya digoyangkan untuk menunjukkan kepada peneliti bahwa tangan kirinya terasa kaku. Wawancara kedua dilakukan dua minggu kemudian setelah wawancara pertama selesai dilakukan, dan waktu untuk wawancara kedua ini adalah waktu yang telah disepakati bersama oleh peneliti dan partisipan. Pertemuan ini berlangsung pada tanggal 18 Maret 2008 pukul 15.00-17.10 WIB yang dilakukan di ruang tengah rumah Eren. Waktu peneliti datang, Eren sedang menonton TV di ruang tengah sambil tiduran bersama cucunya yang paling besar. Ruang tengah tersebut berukuran 4 x 5 m ² , dan terdapat kasur sebagai tempat Eren berbaring. Di depan kasur tersebut terdapat karpet hijau sebagi tempat dimana peneliti dan cucunya tersebut duduk. Pada Universitas Sumatera Utara 105 saat itu Eren menggunakan baju kemeja putih dan menggunakan rok panjang berwarna hijau dan dengan menggunakan selimut tipis di atasnya. Pada saat Eren bercerita pada wawancara kedua, Eren menaikkan bantalnya sehingga mengambil posisi untuk duduk saat bercerita. Eren juga mengerutkan keningnya saat mendengar kata makna hidup, dan mengangguk setelah mengetahui maksud dari makna hidup tersebut. Eren menerawang melihat ke atas saat menceritakan tentang kebaikan Tuhan dalam kehidupannya dan anak-anaknya. Saat pertengahan wawancara kedua ini, partisipan meminta waktu untuk pergi ke belakang dan wawancara sempat terhenti, karena cucunya harus memapahnya ke belakang. Setelah itu wawancara kembali dilanjutkan, dan saat itu juga partisipan kembali memakan sirih kesukaannya. Pada pertemuan keempat yang merupakan wawancara ketiga, yang diadakan pada tanggal 29 Maret 2008 yaitu pada pukul 15.30-17.10 WIB. Wawancara ketiga dilakukan di rumah partisipan, tepatnya di ruang tamu yang terdapat lima sofa berwarna coklat dan satu meja tamu yang kecil. Tempat wawancara saat itu cukup kondusif dan nyaman bagi peneliti dan partisipan untuk melakukan wawancara. Saat wawancara kedua ini, Eren mengenakan baju piyama terusan berwarna merah dengan menggunakan sarung coklat. Pada saat wawancara kedua ini, Eren ditemani oleh cucunya yang kedua, cucunya tersebut sedang mengerjakan tugas dari sekolahnya. Pada wawancara ketiga, Eren tetap memelihara kontak mata dengan peneliti saat bercerita. Eren juga kembali mengambil sirih dan memakannya. Terkadang Eren Universitas Sumatera Utara 106 tersenyum saat menceritakan rasa syukurnya. Saat wawancara ketiga ini berlangsung, terjadi gangguan yaitu ketika tetangganya meminjam gunting pada Eren sehingga wawancara terhenti sebentar, namun setelah cucu Eren memberikan gunting tersebut, tetangganya pun pergi, dan wawancara dapat kembali dilanjutkan. IV.B.3. Data Wawancara Partisipan II IV.B.3.a. Gambaran Penyebab Stroke yang Diderita Eren mengalami stroke pertama yaitu pada tahun 2005, yaitu pada saat penderita kelumpuhan pascastroke berumur 66 tahun. Stroke pertama yang dialami oleh Eren disebabkan kerena Eren merasa sangat kehilangan putranya yang ketiga, putranya meninggal dunia karena penyakit lambung yang dideritanya. Hal tersebut mengakibatkan Eren merasa hidup ini tidak adil, karena usia putranya tersebut masih muda, dan memiliki tanggungan lima orang anak. Peristiwa tersebut menyisakan kesedihan yang mendalam bagi Eren, sehingga tiga bulan setelah peristiwa tersebut, Eren mengalami stroke yang parah. “Kayak nggak adil saja hidup ini, masa anakku lebih dulu mati... eee padahal usianya masi muda, lebih baik ibu saja yang mati... ibu sudah tua.. kasian ibu nengok anaknya ada 5 orang masih kecil-kecil” R2.W1b.182-188hal 55 “Iya... tak kuasa lagi sakitnya... yang ku rasakan. Kayak gelap lah dunia ini... nggak tau lagi ibu mau bilang apa-apa waktu itu...” R2.W1b.174-178hal 54-55 Selain karena kesedihan yang mendalamyang dialami Eren, penyebab stroke yang dialaminya disebabkan karena penyakit kencing manis yang di deritanya. Dokter yang menangani Eren menyatakan bahwa stroke yang di alami oleh Eren Universitas Sumatera Utara 107 disebabkan oleh beban pikiran yang berlarut-larut dan didukung karena penyakit kencing manis yang dideritanya. “Ka.. ka...ta dokter karna beban pikiran yang banyak dan rasa sedihku yang berlarut-larut dan penyakit kencing manis yang ku derita...” R2.W1b.255-259hal 57 IV.B.3.b. Gambaran Gejala Fisik dan Psikologis pada Partisipan II Penyakit stroke yang dialami oleh Eren, menyebabkan dirinya mengalami kelumpuhan pascastroke. Gejala fisik yang di alaminya saat awal pertama kali mengalami stroke adalah tidak sadarkan diri selama dua hari, sehingga Eren membutuhkan perawatan intensif dari Rumah sakit. Pada masa itu, Eren tidak bisa menggerakkan badannya bahkan sulit untuk dimiringkan dan Eren merasakan badannya terasa ngilu. “Ada memang saat ibu akan di bawa ke rumah sakit itu, ternyata ibu nggak sadarkan diri lagi dan kira-kira dua hari nggak tahu ibu apa yang terjadi, kata orang ini, baru ibu sadar waktu itu... tapi badanku nggak bisa bergerak... ngilu.. kadang mau berbaring ke sebelah kiri atau ke kanan, ternyata nggak bisa lagi... sedikit pun ngak bisa lagi dimiringkan...” R2.W1b.304-316hal 58 Gejala fisik yang di rasakan Eren saat ini, seperti kaki dan tangan yang sulit digerakkan, tidak bisa berjalan sendiri namun harus dipapah oleh orang lain sehingga untuk mengambil makanan sendiripun Eren tidak bisa melakukannya. Untuk kembali melakukan aktivitasnya, Eren masih bergantung kepada keluarganya. Jangankan untuk berjalan, Eren pun masih kesulitan saat mencoba untuk berdiri, karena kurangnya keseimbangan pada tubuhnya. Eren masih kesulitan untuk menelan Universitas Sumatera Utara 108 makanan keras, sehingga sampai sahat ini makanan Eren adalah bubur ataupun makanan yang berkuah karena akan memudahkannya untuk menelannya. “Saat ini, ibu masih merasakan kalau kaki dan tangan ibu masih sangat susah untuk di gerakkan, liatlah kaki dan tanganku ini, sangat sulit ku gerakkan, ibu harus dipapah, di tuntun agar bisa berjalan, makan pun masih susah, tapi kalau ada sayur barulah bisa makan, terkadang masih harus dibubur nasinya.. tapi untunglah ibu bisa lancar berbicara walaupun tubuh ibu sudah seperti mati rasa...” R2.W1b.320-333hal 58-59 “Kayaknya sebahagian tubuhku ini, bukan tubuhku lagi... berat gitu rasanya nggangkat tubuh ku....hmmm” R2.W1b.298-301hal 58 “Nggak seimbang lagi, eeeee.....karna untuk berdiripun, ibu nggak bisa.. apalagi berjalan nggak bisa lagi.. makanya kalau mau makan siang atau mau minum kalau nggak ada orang di rumah yah.. ibu jadi nggak makan... untunglah cucuku sama suamiku biasanya ganti-gantian menjaga ibu..” R2.W1b.338-348hal 59 Saat pertama kali mengalami stroke, Eren merasa terkejut dengan apa yang terjadi pada dirinya sehingga membuatnya bingung melakukan kegiatan apa. Hal ini membuat Eren terus bertanya-tanya dalam hatinya dan bertanya-tanya kepada Tuhan mengapa hal itu bisa terjadi. Eren sering menangis dan air matanya menetes karena merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapi semua kenyataan hidupnya. “Perasaan ibu nggak nyangka saja.. kok bisa tiba-tiba.. ibu terkejut, dalam hati ibu itu bilang... oh Tuhan kok bisa begini...? cobaan apalagi yang harus ibu tanggung ini Tuhan?.. ibu terkejut dan bingung harus bagaimana...” R2.W1b.366-373hal 60 “Ibu langsung nangis, air mata ibu jatuh.. dalam hati ibu seolah berteriak. Aduh Tuhan ibu nggak sanggup” R2.W1b.377-380hal 60 Universitas Sumatera Utara 109 IV.B.3.c. Gambaran Proses Pencarian Makna Hidup Partisipan II Pikiran yang sering timbul dalam pikiran Eren saat mengalami stroke adalah lebih baik jika dia meninggal dunia saja. Hal ini terjadi karena Eren merasa hidupnya tidak ada gunanya dan tidak berarti lagi. Eren merasa seperti mayat hidup karena merasa tidak mampu melakukan apa-apa lagi, rasa sakit yang dialaminya dan biaya yang besar untuk pengobatan penyakit stroke mengakibatkan Eren berpikir bahwa hidupnya tidak ada gunanya. “Ibu berpikir lebih baik ibu mati saja, hmmm... nggak ada gunanya ibu hidup, banyak biaya yang diperlukan untuk berobat, ibu nggak bisa apa-apa lagi.. dan ibu merasa sakit. Kayak mayat hidup nggak ada gunanya lagi ibu hidup... itulah yang sering muncul dalam pikiran ibu” R2.W1b.385-394hal 60. Pada saat itu, saat Eren mengalami kesedihan karena mengalami kelumpuhan pascastroke. Suami Eren selalu mendampingi, membantu dan menghiburnya sehingga Eren mampu untuk bertahan, selain itu anak-anaknya juga datang untuk menguatkan hati Eren agar bisa bertahan dan menjaga kesehatannya sampai semuanya bertemu. “Akhirnya kekuatan itu muncul karna suamiku yang slalu mendampingi, membantu, menghiburku untuk bertahan.. anak-anakku ku juga minta... agar sempat kami ketemu.” R2.W1b.409-416hal 61. Walaupun Eren mengalami penderitaan, namun penderita pascastroke sudah menyadari bahwa hidup yang Tuhan berikan padanya tidak boleh disia-siakan. Penderita kelumpuhan pascastroke mendapatkan dukungan yang besar dari keluarganya, sehingga Eren menyadari bahwa keluarganya masih memerlukannya. Pada masa itu, Eren mendapat dukungan dari anak-anaknya yang menyatakan bahwa Universitas Sumatera Utara 110 anak-anaknya masih memerlukannya. Eren tetap berdoa dan melakukan ibadah, sehingga hal tersebut semakin menguatkan Eren. “Skarang nggak lagi.. karna ibu skarang sudah menyadari bahwa hidup yang Tuhan yang berikan pada kita nggak boleh kita sia-siakan” R2.W1b.400-405hal 60-65. “Berdoa dukungan dari anak saya... hingga saya sadar oh.. ternyata mereka masih perlu saya...” R2.W1b.234-237hal 56. “..Emmm... melihat kondisi saat itu yaaa..berdoa sama ibadah yang makin menguatkanku.”. R2.W1b.557-559hal 64. Selain suami, anak-anak Eren juga memberikan dukungan seperti memberikan informasi tentang obat, memberikan dana untuk biaya berobat dan anak dan cucu- cucunya juga memohon agar Eren tetap menjaga kesehatannya. “...anak-anakku juga menelepon ku memberi tahu obat... biar cepat sembuh juga karna cucuku ada juga ada dokter... uang untuk berobatpun di kasi sama anak-anakku... dan mereka memohon ibu biar jaga kesehatan...” R2.W1b.417-420hal 61. Kondisi fisik Eren tidak jauh berbeda dengan saat ini, namun hal itu tidak membuat Eren untuk tidak bersyukur. Eren meyakini bahwa bahwa Tuhan yang memberikan kekuatan, kesembuhan, dan semuanya yang dirasakannya adalah yang terbaik karena kasih Tuhan. Kondisi kelumpuhan yang dialami Eren membuatnya tidak dapat lakukan apa-apa lagi, tetapi hal itu tidak menjadi halangan bagi Eren untuk tetap bersyukur, karena hal tersebut diyakini Eren sebagai bagian dari rencana Tuhan. Universitas Sumatera Utara 111 “…Walau aku belum bisa melakukan apa-apa tapi itu tidak menghalangiku untuk bersyukur pada Tuhan... karna apa yang ku alami kini adalah karna rencana Tuhan yang mau dinyatakanNya..” R2.W1b.546-552hal 64. “Tuhan juga yang beri kesembuhan, Dia yang memberikan segalanya yang terbaik.. dan inipun adalah yang terbaik.. ya aku bahagia karna kasih Tuhan pasti” R2.W1b.436-441hal 61-62. “Karna tetap saja aku belum bisa melakukan apa-apa tapi itu tidak menghalangiku untuk bersyukur pada Tuhan... karna apa yang ku alami kini adalah karna rencana Tuhan yang mau dinyatakanNya” R2.W1b.545-552hal 64 Eren juga berdoa jikalau merasakan kesedihan, karena Eren yakin bahwa Tuhan yang memberikan kekuatan, kesembuhan, dan semua yang terbaik dalam kehidupannya. Eren mengatakan bahwa kondisi kelumpuhan yang dirasakannya saat ini adalah tetap yang terbaik. Eren tetap merasa bahagia karena keyakinannya bahwa Eren memiliki Tuhan yang penuh kasih. “Selain itu ya karna berdoa ya...kalau saya sedih Tuhan yang memberikan kekuatan, Tuhan juga yang beri kesembuhan, Dia yang memberikan segalanya yang terbaik.. dan inipun adalah yang terbaik.. ya aku bahagia karna kasih Tuhan pasti” R2.W1b.433-441hal 61-62 Sikap Eren terhadap stroke yang dideritanya adalah tidak menjadikan stroke yang dideritanya sebagai beban pikiran, karena dapat mengakibatkan stroke yang dideritanya semakin parah. Eren tetap berusaha untuk membahagiakan hidupnya dan keluarganya di sisa-sisa kehidupannya. “Tapi masalahnya kalaupun ini nggak bisa sembuh, ya... kita jangan jadikan beban pikiran karna nanti akan semakin parah... lebih baik kita membahagiakan hidup ini dan keluarga kita di sisa-sisa hidup ini...” R2.W2b.267-275hal 75 Universitas Sumatera Utara 112 Partisipan tidak lagi menganggap stroke yang di alaminya sebagai beban, karena Eren menganggap bahwa setiap orang juga punya penyakit dan masalahnya masing-masing, jadi hal ini mengakibatkan Eren untuk tetap menerima apa yang dialaminya. Eren menyerahkan semua kepada Tuhan dan berusaha untuk tetap bersyukur. “Ibu sih nggak ambil pusing lagi... udah kita serahkan sama Tuhan.. toh semua orang punya penyakit masing-masing punya duka masing-masing jadi terima saja... apa yang terjadi... kalau bisa tetep bersyukur...” R2.W3b.148-155hal 82-83 Arti penderitaan bagi penderita pascastroke adalah segala sesuatu yang mengakibatkan individu merasa sakit dan merasa tidak sejahtera. Menurut Eren bahwa saat mengalami stroke, dia merasakan penderitaan. Pelajaran berharga yang diperoleh oleh penderita setelah mengalami stroke adalah bahwa ternyata menjaga kesehatan itu adalah hal penting. “...Penderitaan itu lah semuanya yang membuat kita itu sakit, dan tidak sejahtera..” R2.W2b.52-54hal 69. “Ya.. Semakin sadar bahwa menjaga kesehatan itu penting.. saat stroke itu kan merasa sakit ya... “ R2.W2b.67-70hal 70. Dalam kehidupan Eren, yang paling berharga dalam hidupnya adalah kesehatan dan anak-anaknya. Makna hidup Eren saat ini adalah ingin menjaga kesehatan agar bisa melihat anak-anaknya berkumpul semua untuk terakhir kalinya. Namun jikalaupun hal tersebut tidak terpenuhi, Eren sudah merasa bangga dan bahagia. Universitas Sumatera Utara 113 “Eeemm.. mungkin saat ini tinggal satu lagi yang ingin ku lakukan yaitu menjaga kesehatan agar dapat melihat anak-anakku semuanya dan ibu akan menasehati mereka mungkin untuk terakhir gitunya..tapi kalaupun itu tidak terpenuhi ya nggak apa lah..toh ibu sudah merasa bangga dan bahagia lah.” R2.W2b.138-148hal 72. Pada saat itu, Eren tetap melakukan ibadah karena dengan demikian Eren mendapatkan mendapatkan kekuatan dan penghiburan sehingga membuatnya semakin kuat. “Ada damai di hati... ada penghiburan dan kekuatan yang akhirnya membuatku kuat hingga pada saat ini..” R2.W1b.712-715hal 66. Saat awal mengalami stroke, Eren merasa rendah diri, hal ini disebabkan karena Eren melihat teman-temannya bisa pergi kemana saja yang mereka mau, sementara Eren tidak bisa melakukan kegiatan-kegiatan seperti yang dilakukan oleh teman-temannya. Namun saat ini, Eren sudah mampu menerima kondisinya yang lumpuh. Penyebab penderita pascastroke mampu menerima kondisi yang di alaminya adalah karena rasa syukur penderita atas kondisinya melihat pasien-pasien stroke yang kondisinya lebih buruk darinya. Banyak pasien stroke yang tidak bisa lagi berbicara, padahal Eren masih bisa bicara dengan lancar, dan terlebih lagi ketika Eren mengetahui bahwa banyak pasien stroke yang meninggal, kejadian itu membuat Eren semakin bersyukur atas kondisinya, dan merasa bahwa tidak ada yang perlu disesali. Waktu yang diperlukan Eren agar mampu menerima kondisi yang menimpa dirinya adalah dua tahun mengalami stroke. “Hmmm..awalnya merasa rendah diri kalau melihat teman-temanku sepertiku bisa kemana-mana dan melakukan apapun yang mereka suka... namun saat ini Universitas Sumatera Utara 114 ibu sudah bisa menerima kondisi ku saat ini, bahwa ibu lumpuh, jadi tidak ada yang perlu di sesali.” R2.W2b.279-287hal 75. “Pernah ibu sama suamiku berobat ke rumah sakit... lalu kami lihatlah yang stroke itu banyak gitu yang parah, dan nggak bisa ngomong sedikit pun, padahal Tuhan masi ngasi ibu mulut yang masih bisa bicara, dan bisa ngomong lancar.. jadi ku dengar juga banyak yang meninggal karena stroke. Jadi setelah ku renungkan seharusnya ibu bisa bersyukur atas kondisi ku saat ini.” R2.W2b.294-307hal 75-76. “Setelah dua tahun, lama waktu itu ibu akhirnya bisa bersyukur dengan kondisi saat ni...” R2.W2b.312-315hal 76. Eren tetap berkomitmen untuk tetap memenuhi makna hidupnya hingga pada saat ini, dan yang paling berharga dalam hidupnya sampai saat ini adalah anak- anaknya. Setelah menemukan makna hidup, Eren terkadang tidak semangat karena penyakit yang menggorogoti badannya, namun itu hanya sementara, dan tidak sampai membuat Eren berputus asa. “Tetap anak-anak saja hingga saat ini” R2.W3b.18-19hal 78. “Paling saat penyakit ini yang kayak menggerogoti badanku... kadang mau nggak semangat” R2.W3b.34-37hal 79. Saat ini Eren berusaha untuk menjaga kesehatannya dengan berjemur di pagi hari, latihan berjalan didepan rumahnya walaupun harus dipapah dan menggunakan tongkat. Eren juga tidak memakan daging dan makanan yang berlemak sesuai dengan anjuran dokter. Hal tersebut dilakukan Eren untuk dapat memenuhi makna hidupnya. Eren ingin menemui seluruh anak-anaknya, dan saat ini untuk memenuhi makna Universitas Sumatera Utara 115 hidupnya yaitu bertemu anak-anaknya bulan Desember 2008, Eren tetap menjaga kesehatan dan menghubungi anak-anaknya agar bisa pulang bulan Desember 2008. “Saat ini ibu..berusaha menjaga kesehatan... berjemur di matahari pagi, kadang-kadang ibu di papah jalan pake tongkat untuk jalan depan rumah saja... lalu makan daging itu ibu nggak mau lagi, yang berlemak juga nggak mau karna di larang dokter” R2.W3b.45-53hal 79. “Ibu mau nelpon mereka, tanya kabar mereka... dan menyuruh agar mereka ngambil cuti bulan desember nanti...” R2.W3b.57-60hal 80. Dukungan sosial yang didapatkan oleh penderita kelumpuhan sangat membantu Eren dalam menghadapi hari-harinya, seperti suaminya yang membantunya untuk melakukan berbagai aktivitasnya, cucunya yang memandikan, membersikan baju dan memasakkan makanan buatnya, selain itu anak-anak Eren yang di perantauan juga mengirimkan dana untuk biaya berobat dan biaya kebutuhan sehari-hari. ‘....Suami yang dari pagi sampe siang selalu datang memberi semangat... kadang ngambi makanan, masak, ngasi minum sampe membawa ke belakang, mandi, karna cucuku masih sekolah.. nanti waktu cucku sudah pulang dari sekolah.. maka mereka gantian.. si Teres yang cuci baju, mandikan, dan semuanyalah.. kalau anak-anakku yang jauh mereka mengirim uang untuk berobat.. lumyanlah kiriman mereka tiap bulan.. kadang mereka gantian..” R2.W3b.79-95hal 80-81. Setelah penderita menemukan makna hidup, penderita menjadi lebih semangat untuk tetap sehat dan punya harapan untuk tetap hidup. Saat ini, penderita pascastroke merasa bahagia, puas dan bersyukur atas kondisi anak-anaknya dan kondisi keluarga. Sehingga bagi Eren, mengeluh tidak ada gunanya namun seharusnya harus tetap bersyukur dalam setiap keadaan. Universitas Sumatera Utara 116 “Ya dalam sisa-sisa hidupku ini, ibu jadinya semangat untuk tetap sehat.. biar sempat ketemu anakku, ya.. jadi punya harapan untuk tetap hidup...” R2.W2b.112-117hal 81. “Ibu bahagia dan puas... itu namanya ibu bersyukur... buat anak-anakku yang Tuhan berkati dan kondisi keluarga... nggak alasan untuk mengeluh... tapi bersyukur dalam setiap keadaan...” R2.W2b.121-127hal 82 IV.B.1.b. Interpretasi Data Partisipan II Stroke dapat terjadi pada individu disebabkan karena faktor resiko yang tidak dapat di kontrol dan yang dikontrol. Faktor yang tidak dapat dikontrol berupa umur, suku bangsa, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan faktor resiko yang dapat dikontrol berupa hipertensi, kencing manis, alkohol, merokok, obesitas, stres, Transient Ischemic Attack TIA Junaidi, 2004. Stroke yang di alami oleh Eren dapat terjadi karena faktor resiko yang tidak dapat dikontrol yaitu dari faktor usia yang telah berumur 66 tahun. Usia 45 tahun ke atas dapat mengakibatkan faktor resiko stroke yang lebih tinggi Junaidi, 2004. Faktor resiko yang dapat dikontrol yang menyebabkan Eren stroke karena penyakit kencing manis Diabetes melitus dan stres psikologis yang disebabkan karena kehilangan anak ketiganya yang meninggal di usia muda. Frankl dalam Bastaman, 1996 megungkapkan bahwa terdapat tiga hal yang menimbulkan penderitaan yang disebut dengan “the three tragic triads of human existence” antara lain sakit, rasa bersalah, dan kematian. Bastaman 1996 menyatakan bahwa penderitaan suffering merupakan perasaan yang tidak menyenangkan, dan reaksi-reaksi yang ditimbulkannya berkaitan dengan kesulitan- Universitas Sumatera Utara 117 kesulitan yang dihadapi oleh individu. Penderitaan yang dialami Eren di sebabkan oleh gejala fisik dan psikologis di akibatkan oleh stroke yang dideritanya. Gejala fisik yang di akibatkan oleh stroke yang di alami Eren seperti kaki dan tangan yang sulit digerakkan, tidak bisa berjalan sendiri namun harus dipapah oleh orang lain sehingga untuk mengambil makanan sendiripun Eren tidak bisa melakukannya, namun bergantung kepada keluarganya. Saat Eren mencoba untuk berdiri masih kesulitan karna kurangnya keseimbangan tubuh. Saat menelan makanan masih sulit, sehingga harus memakan makanan yang cair seperti bubur dan makanan yang berkuah. Eren juga merasakan tubuh sebelah kiri seperti mati rasa. Stroke dapat mengakibatkan gangguan fisik, seperti kelumpuhan yang permanen dan hanya menunjukkan sedikit peningkatan dalam waktu yang lama Sarafino, 2006. Penderitaan yang dialami oleh Eren tidak berhenti sampai di situ, saat pertama kali mengalami stroke, Eren merasa terkejut shock dengan apa yang terjadi pada dirinya sehingga membuatnya bingung melakukan apa. Hal ini membuat Eren terus bertanya-tanya dalam hatinya, mengapa semua ini terjadi?, cobaan apa lagi ini Tuhan? sehingga Eren sering menangis dan air matanya menetes karena merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapi semua kenyataan hidupnya. Stroke yang dialami oleh Eren, menimbulkan masalah psikologis bagi Eren. Rasa sakit ataupun penderitaan akibat kelumpuhan pascastroke yang di alami oleh Eren, menimbulkan pemikiran yang sering muncul dalam pikirannya yaitu lebih baik dirinya mati. Hal ini terjadi karena Eren merasa hidupnya tidak ada gunanya dan tidak berarti lagi. Eren merasa dirinya seperti mayat hidup karena tidak Universitas Sumatera Utara 118 mampu melakukan melakukan apa-apa lagi, hal tersebut mengakibatkan Eren merasa tidak ada gunanya lagi untuk hidup. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Bastaman 1996 bahwa penderitaan yang dialami oleh individu dapat mengakibatkan stres, menimbulkan perasaan-perasaan kecewa, tertekan, susah, sedih, cemas, marah, malu, terhina, rendah diri, putus asa, hampa, tidak bermakna, serta penghayatan-penghayatan tidak menyenangkan lainnya. Penderitaan yang dialami Eren sebagai penderita kelumpuhan pascastroke yang mengakibatkan penghayatan hidup yang tidak bermakna. Pada saat Eren mengalami kesedihan karena mengalami kelumpuhan pascastroke, suaminya selalu mendampingi, membantu dan menghiburnya sehingga dia mampu bertahan, dan anak-anaknya juga datang untuk menguatkan hatinya agar tetap menjaga kesehatannya agar Eren dan semua anak-anaknya dapat berkumpul kembali. Hal ini membuat kondisi Eren semakin lebih baik. Dalam hal ini Eren mendapatkan dukungan sosial berupa emotional support or esteem support, seperti yang diungkapkan oleh Sarafino 2006 bahwa emotional support or esteem support merupakan dukungan yang diberikan berupa empati, perhatian, dukungan terhadap individu yang membutuhkan dukungan sehingga hal tersebut dapat membuat individu merasa di cintai. Namun setelah dua tahun kemudian, Eren menyadari bahwa hidup yang Tuhan berikan padanya tidak boleh disia-siakan. Penderita kelumpuhan pascastroke mendapatkan dukungan sehingga Eren menyadari bahwa keluarganya masih memerlukannya. Dalam hal ini Eren memasuki tahap pemahaman diri, Bastaman Universitas Sumatera Utara 119 1996 mengungkapkan bahwa dalam tahap pamahaman diri self insight yakni meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik. Pada tahap pemahaman diri ini, Eren mendapatkan dukungan sosial dari keluarganya. Selain suami, anak-anaknya juga memberikan dukungan seperti memberikan informasi tentang obat, memberikan dana untuk berobat dan anak dan cucu-cucunya juga memohon agar Erin tetap menjaga kesehatan. Menurut Sarafino 2006, dukungan sosial juga dapat berupa emotional esteem support, tangible or instrumental support, dan informational support. Eren mendapatkan dukungan informasi yang dibutuhkan untuk pengobatan stroke dan juga berupa bantuan tenaga dan dana untuk biaya pengobatan saat stroke. Penderitaan yang berat yang dialami oleh Eren tidak membuat Eren merasa terus-menerus tidak berdaya, namun Eren tetap melakukan usaha untuk mengatasi penderitaannya. Hal ini dilakukan karena Eren menyadari bahwa dia harus bertahan, tidak menyerah, dan mengatasi penderitaan yang dirasakannya karena sesuatu hal yang harus dilakukannya yang menjadi alasan Eren untuk tetap hidup. Stroke yang dialami oleh Eren, telah memberikannya sebuah pelajaran yang berharga yaitu menjaga kesehatan itu adalah hal yang sangat penting. Hal tersebut sesuai dengan penyataan Frankl dalam Bastaman, 1996 bahwa tidak sedikit individu yang telah berhasil menemukan dan memenuhi makna hidupnya menjadi berhasil mencapai prestasi tinggi, bahkan mampu menemukan hikmah dari penderitaannya meaning in suffering. Universitas Sumatera Utara 120 Hal yang paling berharga dalam hidup Eren adalah kesehatan dan anak- anaknya. Keinginan terakhir dari penderita pascastroke saat ini adalah ingin menjaga kesehatan agar bisa melihat anak-anaknya berkumpul semua untuk terakhir kalinya. Keinginan tersebut merupakan makna hidup baginya. Eren memasuki tahap penemuan makna hidup, Frankl 2004 mengungkapkan bahwa alasan seseorang untuk tetap hidup dinamakan makna hidup, sekalipun seseorang tersebut dalam penderitaan yang berat. Makna hidup merupakan motivator seseorang dalam mengatasi semua penderitaannya. Bastaman 2007 mengungkapkan bahwa hal-hal yang dipandang penting, dirasakan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan the purpose in life di namakan makna hidup.. Frankl dalam Bastaman 2007 menyatakan bahwa makna hidup dapat ditemukan dengan menerapkan tiga hal dalam hidup yaitu nilai-nilai kreatif, nilai-nilai penghayatan, dan nilai-nilai bersikap. Kondisi fisik Penderita kelumpuhan pascastroke tidak jauh berbeda dengan saat ini, namun hal itu tidak membuat Eren untuk tidak bersyukur. Eren meyakini bahwa bahwa Tuhan yang memberikan kekuatan, kesembuhan, dan semuanya yang dirasakannya adalah yang terbaik karena kasih Tuhan. Kondisi kelumpuhan yang dialami Eren membuatnya tidak dapat lakukan apa-apa lagi, hal itu bukan menjadi halangan bagi Eren untuk tetap bersyukur, hal tersebut diyakini Eren sebagai bagian dari rencana Tuhan. Hal ini merupakan nilai-nilai penghayatan yang diyakini oleh Eren. Bastaman 2007 mengungkapkan bahwa nilai-nilai penghayatan Experiental Values merupakan Universitas Sumatera Utara 121 keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan dan keagamaan, serta cinta kasih. Penyakit stroke yang dialami oleh Eren, tidak dijadikannya sebagai beban pikiran, karena hal tersebut dapat mengakibatkan stroke yang dideritanya semakin parah. Eren juga menganggap bahwa setiap orang juga punya penyakit dan masalah masing-masing, jadi hal ini mengakibatkan Eren untuk tetap tabah menerima apa yang dialaminya. Eren menyadari bahwa apa yang dialaminya adalah bagian dari rencana Tuhan yang tidak dipahaminya, namun Eren tetap yakin bahwa hal itu adalah yang terbaik bagi kehidupannya. Menurut Frankl dalam Koeswara, 1992, individu haruslah menjaga dirinya agar tidak menyerah dan berpangku tangan dengan cepat, atau terlalu dini untuk menerima suatu keadaan buruk sebagai takdir. Jika suatu keadaan memang tidak bisa diubah dan individu tidak memiliki peluang untuk merealisasikan nilai-nilai kreatif, maka individu perlu merealisasikan nilai-nilai bersikap. Esensi suatu nilai bersikap terletak pada bagaimana seseorang secara iklas dan tawakal menyerahkan dirinya pada suatu keadaan yang tidak bisa dihindarinya. Eren tetap melakukan ibadah, karena Eren menyadari bahwa apa yang dialaminyaadalah bagian dari rencana Tuhan. Dengan demikian Eren mendapatkan penghiburan sehingga membuatnya semakin kuat dalam menghadapi penderitaan yang dialaminya. Bastaman 1996 mengungkapkan bahwa jika ibadah dilakukan dengan hikmad maka individu akan merasakan perasaan yang tentram, mantap, dan lebih tabah. Universitas Sumatera Utara 122 Setelah menemukan makna hidup, Eren melakukan pengubahan sikap yaitu mulai sikap awal merasa rendah diri karena Eren melihat teman-temannya bisa pergi kemana saja yang mereka mau, sementara Eren tidak bisa melakukan seperti teman- temannya. Tetapi saat ini, Eren sudah semakin bersyukur ketika melihat kondisi penderita stroke yang lebih parah darinya, dan sudah mampu menerima kondisi yang dihadapinya, bahkan bersyukur buat apa yang dialaminya. Menurut Bastaman 1996, pengubahan sikap changing attitude, yaitu dari yang semula tidak tepat menjadi tepat dalam menghadapi masalah, kondisi hidup, dan musibah yang tidak bisa dihindari. Eren melakukan pengubahan sikap sehingga akhirnya dia mampu bersyukur akan kejadian yang dialaminya. Setelah melakukan pengubahan sikap, Eren tetap berkomitmen untuk tetap memenuhi makna hidupnya hingga pada saat ini, dan yang paling berharga dalam hidupnya sampai saat ini adalah anak-anaknya. Setelah menemukan makna hidup, Eren pernah tidak semangat karena penyakit yang menggorogoti badannya membuatnya merasa sakit, namun hal tersebut hanya sementara, dan tidak sampai membuat Eren berputus asa. Jikalau Eren merasakan kesedihan akibat kelumpuhan yang dirasakan atau karena masalah lain, biasanya Eren sering menghibur dirinya dengan bercanda, tertawa bersama dengan cucunya dan menyanyikan lagu-lagu Gereja, dan hal itu akan kembali menguatkannya. Eren tetap merasakan dukungan emosional dari keluarganya. Bastaman 1996 mengemukakan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu komponen penting dalam proses pencarian makna hidup. Universitas Sumatera Utara 123 Saat ini Eren berusaha untuk menjaga kesehatannya dengan berjemur di pagi hari, latihan berjalan di depan rumahnya dengan cara dipapah dan menggunakan tongkat. Eren juga tidak memakan daging dan makanan yang berlemak sesuai dengan anjuran dokter. Hal tersebut dilakukan Eren untuk dapat memenuhi makna hidupnya yaitu menjaga kesehatannya supaya dapat bertemu dengan seluruh anak-anaknya pada bulan Desember 2008. Eren tetap menjaga kesehatan dan menghubungi anak- anaknya agar bisa pulang bulan Desember 2008. Hal ini merupakan bentuk dari kegiatan terarah yang dilakukan oleh Bastaman 1996 menyatakan bahwa kegiatan terarah directed activities, yaitu upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja berupa pengembangan potensi-potensi pribadi, bakat, kemampuan, keterampilan yang positif serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk menunjang makna dan tujuan hidup. Setelah penderita menemukan makna hidup, penderita menjadi lebih semangat untuk tetap sehat dan punya harapan untuk tetap hidup. Saat ini, penderita pascastroke merasa bahagia dan puas dan bersyukur atas kondisi anak-anaknya dan kondisi keluarga. Sehingga bagi Eren, mengeluh tidak ada gunanya namun tetap bersyukur dalam setiap keadaan. Bastaman 2007 menyatakan bahwa jika makna hidup telah berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia. Mereka yang berhasil menghayati hidup bermakna akan menjalani kehidupan sehari- hari dengan penuh semangat dan bergairah serta jauh dari perasaan hampa, walaupun Universitas Sumatera Utara 124 individu dalam situasi yang tidak menyenangkan atau dalam penderitaan Budiraharjo, 1997. Tabel 8 Gambaran Gejala Fisik dan Psikologis pada pada Partisipan II No Aspek Kesimpulan 1 Gejala fisik - Defisit neurologis - Baal - Gerakan tidak terkoordinasi - Gangguan organ tubuh - Gangguan kesadaran  Serangan defisit neurologis kelumpuhan fokal : kelumpuhan pada sebelah badan yang atau kiri hingga pada saat ini  Baal : mati rasa sebelah kiri badan, dan sulit di gerakkan ataupun dimiringkan  Sulit untuk menelan makan dan meneguk minuman  Gerakan tidak terkoordinasi : kehilangan keseimbangan tubuh sehingga ketika berdiri masih sulit.  Mengalami kesulitan untuk berjalan sehingga ketika berjalan harus dipapah oleh orang lain.  Gangguan kesadaran: tidak sadarkan diri selama dua hari di rumah sakit 2 Gejala psikologis -Kemarahan -Isolasi -Kelabilan Emosi -Kecemasan -Depresi  Terkejut: saat pertama kali melihat kondisi kelumpuhan akibat stroke yang dideritanya.  Kebingungan : melihat kondisi kelumpuhan dan kebingungan harus melakukan apa.  Kelabilan emosi : sering menangis tanpa sebab, karena merasa tidak sanggup mengahadapi semua yang terjadi pada dirinya. Universitas Sumatera Utara 125 Tabel 9 Gambaran Proses Pencarian Makna Hidup pada Partisipan II No Aspek Kesimpulan

1. Tahapan Proses