METODE PENELITIAN Proses Pencarian Makna Hidup pada Penderita Kelumpuhan Pascastroke

48

BAB III METODE PENELITIAN

III.A. Pendekatan Kualitatif Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena yang ingin diteliti adalah penghayatan subjektif individu dalam mencari makna hidupnya. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong 2000, metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini juga digunakan untuk menggambarkan dan menjawab pertanyaan seputar subjek penelitian beserta konteksnya. Penelitian kualitatif dalam hal ini dipandang dapat menyampaikan dunia partisipan secara keseluruhan dari perspektif subjek sendiri. Instrumen dalam mengumpulkan data adalah peneliti sendiri Banister, 1994. Menurut Patton dalam Afiatin, 1997 metode kualitatif memungkinkan peneliti untuk meneliti isu terpilih, kasus-kasus atau kejadian secara mendalam dan detail, fakta berupa kumpulan data tidak di batasi oleh kategori yang ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya dijelaskan bahwa kelebihan metode kualitatif adalah dengan prosedur yang khusus menghasilkan data detail yang kaya tentang sejumlah kecil orang dan kasus-kasus. Penelitian kualitatif juga menghasilkan data yang mendalam dan detail serta penggambaran yang hati-hati tentang situasi, kejadian-kejadian, orang-orang, interaksi dan perilaku teramati. Pendekatan holistik mengasumsikan Universitas Sumatera Utara 49 bahwa keseluruhan fenomena perlu dimengerti sebagai suatu sistem yang kompleks, dan hal ini lebih bermakna daripada penjumlahan bagian-bagian kecil Patton dalam Purwandari, 2001. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan pendekatan kualitatif memungkinkan individu menfokuskan perhatian pada apa yang dialaminya dan mengungkapkan pengalaman yang dijalaninya sehingga dapat memperoleh pemahaman yang menyeluruh dan utuh mengenai suatu fenomena yang di teliti. Peneliti tertarik menggunakan pendekatan kualitatif, karena pengalaman, makna hidup dan penghayatan hidup individu setiap individu bersifat subjektif dan unik, berbeda antara satu individu dengan individu yang lain. Peneliti berharap dengan menggunakan metode ini, maka peneliti akan pemahaman yang menyeluruh dan utuh tentang fenomena yang diteliti, sehingga dapat menggali informasi yang lebih kaya dan mendalam tentang proses pencarian makna hidup pada penderita kelumpuhan pascastroke. III.B. Metode Pengumpulan Data Menurut Lofland Lofland dalam Moleong, 2000 sumber utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Metode pengumpulan data yang digunakan disesuaikan dengan masalah, tujuan penelitian dan sifat objek yang diteliti. Metode-metode yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif antara lain wawancara, observasi, diskusi kelompok terfokus, analisis terhadap karya, analisis terhadap dokumen, analisis cacatan pribadi, studi kasus, dan studi riwayat hidup Universitas Sumatera Utara 50 Poerwandari, 2001. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam in-depth interviewing sebagai metode utama dan observasi pada saat wawancara dilakukan dengan alasan yang akan diuraikan selanjutnya. III.B.1. Wawancara Wawancara adalah proses komunikasi interaksional antara dua pihak, dimana paling tidak salah satu pihak memiliki tujuan tertentu dan di dalamnya terdapat pertanyaan dan menjawab pertanyaan Stewart Cash, 2000. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna- makna subjektif yang berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadapi isu tersebut, hal ini merupakan keunggulan pendekatan kualitatif dibandingkan dengan pendekatan lain Banister dkk, 1994. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam in-depth interview. Banister 1994 menjelaskan bahwa wawancara mendalam adalah wawancara yang tetap menggunakan pedoman wawancara, namun penggunannya tidak sekedar wawancara terstruktur. Pedoman wawancara berisi “open-ended question” yang bertujuan agar arah wawancara tetap sesuai dengan tujuan penelitian Poerwandari, 2001. Pedoman wawancara disusun berdasarkan teori stroke dari Shimberg 1998 tentang gejala fisik dan psikologis yang dialami oleh penderita kelumpuhan pascastroke, teori makna hidup dari Frankl 1970, Bastaman 1996 tentang proses Universitas Sumatera Utara 51 pencarian makna hidup. Frankl 1970 menyatakan bahwa pencarian makna hidup merupakan fenomena yang kompleks. Bastaman 1996 mengemukakan bahwa dalam pencarian makna hidup merupakan proses yang dapat digambarkan dalam beberapa tahapan berdasarkan urutannya, yaitu tahap derita, tahap penerimaan diri, tahap penemuan makna hidup, tahap realisasi makna dan tahap kehidupan bermakna. Berdasarkan teori-teori inilah, pedoman wawancara disusun untuk memperoleh data tentang proses pencarian makna hidup yang dialami oleh penderita kelumpuhan pascastroke. Peneliti akan menggali perasaan yang dihadapi penderita kelumpuhan pascastroke akibat kondisi fisik dan psikologis yang dideritanya, bagaimana tahapan individu dalam pencarian makna hidupnya, sumber-sumber dan metode proses pencarian makna hidup tersebut. III.B.2. Observasi Patton dalam Poerwandari, 2001 menegaskan bahwa observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas- aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus akurat, faktual sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan Poerwandari, 2007. Universitas Sumatera Utara 52 Hal yang sangat penting dalam melakukan observasi adalah peneliti melaporkan hasil observasinya secara deskriptif, tidak interpretatif. Pengamat tidak mencacat kesimpulan atau interpretasi, melainkan data konkrit berkenaan dengan fenomena yang diamati Poerwandari, 2007. Beberapa alat observasi yang dapat digunakan antara lain anecdotal, cacatan berkala, check list, rating scale, dan mechanical devices Rahayu Ardani, 2004. Penelitian ini menggunakan alat observasi berupa anecdotal dimana observer mencacat hal-hal yang penting sesegera mungkin pada tingkah laku yang istimewa saat penelitian berlangsung. Observasi dalam penelitian ini digunakan hanya sebagai alat tambahan yang dilakukan pada saat wawancara berlangsung untuk melihat reaksi partisipan, antara lain: ekspresi wajah, gerakan tubuh, intonasi suara, melihat bagaimana reaksi calon partisipan ketika peneliti meminta kesediaannya untuk diwawancara, bagaimana sikap partisipan terhadap peneliti, bagaimana sikap dan reaksi partisipan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, bagaimana keadaan partisipan pada saat wawancara, hal-hal yang sering dilakukan partisipan dalam proses wawancara. III.C. Alat Pengumpulan Data Menurut Poerwandari 2001 bahwa dalam metode wawancara, alat yang terpenting adalah peneliti sendiri. Namun, untuk memudahkan pengumpulan data, peneliti membutuhkan alat bantu. Alat bantu yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berupa pedoman wawancara, alat perekam tape recorder. Universitas Sumatera Utara 53 III.C. 1. Alat Perekam Menurut Poerwandari 2001, sedapat mungkin suatu wawancara perlu direkam dan dibuat transkripnya sesuai verbatim kata demi kata. Oleh karena itu, peneliti menggunakan alat perekam agar tidak perlu terlalu sibuk mencacat dan dapat menfokuskan perhatian pada topik pembicaraan dan observasi. Dengan demikian diharapkan jalannya wawancara dapat berlangsung lebih lancar dalam konteks alami. III.C.2. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara disusun berdasarkan teori-teori dalam BAB II, sehingga peneliti mempunyai kerangka pikiran tentang hal-hal yang ingin ditanyakan. Tema- tema yang dapat menjadi pedoman wawancara adalah bagaimana kehidupan individu sebelum mengalami kelumpuhan pascastroke latar belakang kehidupan, pekerjaan, hubungan dengan keluarga, tujuan hidup, setelah mengalami kelumpuhan pascastroke pandangan partisipan terhadap apa yang dialaminya, reaksi fisik dan psikologis yang dirasakan, tujuan hidup partisipan, dan tahapan dalam proses pencarian makna hidup penderita kelumpuhan pascastroke tahapan proses pencarian makna, sumber-sumber makna hidup, faktor-faktor yang mempengaruhi dan metode yang digunakan individu dalam proses pencarian makna hidup. Pedoman wawancara tidak digunakan secara kaku, karena tidak tertutup kemungkinan peneliti menanyakan hal-hal di luar pedoman wawancara supaya data yang dihasilkan lebih akurat dan lengkap. Universitas Sumatera Utara 54 III.C.3. Lembar Observasi Observasi dilakukan bersamaan dengan proses wawancara dengan tujuan untuk menyesuaikan antara informasi yang disampaikan oleh partisipan dengan gerak tubuh partisipan. Hal-hal yang terjadi selama berlangsungnya penelitian dicatat dalam lembar wawancara. Catatan wawancara akan memudahkan peneliti dalam mendapatkan dan mengingat kejadian selama proses wawancara serta memperkuat makna. III.D. Partisipan dan Lokasi Penelitian III.D.1. Karakteristik Partisipan Penelitian Subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini mempunyai kriteria : 1. Individu mengalami kelumpuhan akibat penyakit stroke yang diderita. 2. Dewasa 45 tahun ke atas Masa dewasa adalah waktu dimana seorang manusia mengeksplorasi dan mengeksploitasi identitas dirinya yang telah terbentuk pada tahap perkembangan sebelumnya melalui pilihannya akan gaya hidup, hubungan dan pekerjaan. Masa dimana seorang individu menilai kembali prioritas dan nilai personil mereka yang nantinya berpengaruh pada kemampuannya untuk memperoleh cinta, kesengangan, dan rasa kebermaknaan dalam hidupnya Corr, Nabe Corr, 2003. 3. Bisa melakukan komunikasi dengan orang lain. Mengingat dampak stroke dapat mengakibatkan penderita kelumpuhan pascastroke mengalami gangguan Universitas Sumatera Utara 55 bicara, sehingga hal ini perlu diperhatikan karena metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan wawancara. Poerwandari 2001 mengungkapkan dalam wawancara yang merupakan metode utama dalam penelitian kualitatif, diperlukan komunikasi dua arah antara peneliti dan subjek penelitian. III.D.2. Jumlah Partisipan Penelitian Miles Huberman dalam Poerwandari, 2001 menyatakan bahwa penelitian kualitatif sedikit banyak dapat dianalogikan dengan proses penyelidikan investigasi, tidak banyak berbeda dengan kerja detektif yang harus mendapat gambaran tentang fenomena yang dimilikinya. Penelitian kulaitatif tidak diarahkan pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian. Pada dasarnya, jumlah partisipan dalam penelitian kualitatif tidak ditentukan secara tegas di awal penelitian Sarantakos dalam Poerwandari, 2001. Pada penelitian ini, jumlah partisipan adalah 3 orang. III.D.3. Teknik Pengambilan Subjek Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan konstruk operasional theory-basedoperational construct sampling. Poerwandari 2001 mengungkapkan bahwa pengambilan sampel berdasarkan teori, atau berdasarkan konstruk operasional dilakukan dengan memilih sampel dengan kriteria tertentu, Universitas Sumatera Utara 56 berdasarkan teori atau sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu merupakan penderita kelumpuhan pascastroke, berusia 45 tahun atau lebih, dan dapat melakukan komunikasi. Hal ini dilakukan agar sampel benar-benar representatif artinya dapat mewakili fenomena yang dipelajari. III.D.4. Lokasi Penelitian Penelitian ini direncanakan di kota Medan. Pada partisipan I, wawancara pertama dan kedua dilakukan disalah satu rumah sakit di Medan sementara wawancara ketiga dilakukan di Pancur Batu karena partisipan I berdomisili di Pancur Batu. Pada partisipan II, wawancara dilakukan di Ambarita karena partisipan II berdomisili di Ambarita, sementara pada partisipan III, wawancara dilakukan di Medan. Lokasi penelitian disesuaikan dengan keinginan dari partisipan penelitian agar partisipan merasa nyaman. III.E. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan yang diungkapkan Bogdan dalam Moleong, 2000. Terdapat tiga tahapan dalam prosedur penelitian kualitatif, yaitu tahap pralapangan, pekerjaan lapangan, dan tahap analisa data. Universitas Sumatera Utara 57 III.E.1. Tahap Pralapangan Pada tahap persiapan penelitian, peneliti melakukan sejumlah hal yang diperlukan untuk melaksanakan peneltian Moleong, 2000 yaitu sebagai berikut: 1. Mengumpulkan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat Peneliti mengumpulkan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat yang berhubungan dengan penderita pascastroke, baik melalui orang-orang sekitar, teman-teman, dosen, artikel, dan internet untuk meyakinkan peneliti mengenai aspek-aspek psikologis yang terjadi pada penderita kelumpuhan pascastroke. Setelah itu, peneliti merumuskan masalah yang ingin diteliti sesuai dengan fenomena yang telah diperoleh. 2. Mempersiapkan landasan teoritis Peneliti mengumpulkan informasi dan teori yang berhubungan dengan stroke, kelumpuhan pada pascastroke dan makna hidup. 3. Menyusun pedoman wawancara Peneliti menyusun butir-butir pertanyaan berdasarkan kerangka teoritis untuk menjadi pedoman dalam proses wawancara. 4. Persiapan untuk pegumpulan data Peneliti mencari beberapa orang partisipan yang sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan, meminta kesediaanya inform concent untuk menjadi partisipan. 5. Membangun rapport Universitas Sumatera Utara 58 Setelah memperoleh kesediaan dan partisipan penelitian tanda tangan partisipan pada lembaran inform concent, peneliti meminta kesediaan untuk bertemu dan mulai membangun rapport. Setelah itu peneliti dan partisipan penelitian mengadakan kesepakatan yang meliputi waktu dan tempat wawancara serta persyaratan lain yang diajukan kedua belah pihak. Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti menemui dokter yang menangani pasien stroke. Saat dokter tersebut mengenalkan peneliti dengan partisipan I, maka peneliti mencoba membangun rapport dengan partisipan dengan mulai beramah tamah dan menanyakan kabar partisipan. Setelah itu, peneliti menjelaskan tentang tujuan penelitian ini, partisipan dengan senang hati bersedia untuk membantu peneliti. Peneliti dan partisipanpun menentukan jadwal wawancara seminggu setelah pertemuan tersebut, dan peneliti dan partisipanpun menyepakati waktu dan tempat dlakukannya wawancara pertama. Wawancara dilaksanakan sebanyak 3 kali. Rapport juga dilakukan pada partisipan II yang merupakan tetangga dekat peneliti. Peneliti dan partisipan II sudah kenal sangat lama bahkan memiliki hubungan keluarga dengan peneliti. Oleh karena itu rapport yang peneliti bangun dengan partisipan II juga tidak terlalu sulit. Peneliti mendatangi rumah partisipan II dan menjelaskan mengenai penelitian dan meminta kesediaannya menjadi partisipan dalam penelitian ini. Partisipan II dengan senang hati langsung bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini. Peneliti dan partisipan II kemudian menyepakati hari yang tepat untuk Universitas Sumatera Utara 59 melakukan wawancara. Wawancara dengan partisipan II dilakukan sebanyak 3 kali. Rapport juga dilakukan pada partisipan III. Peneliti mengenal partisipan III melalui seorang informan yang merupakan sahabat karib peneliti. Informan merupakan keponakan dari partisipan III. Informan dan peneliti mendatangi rumah partisipan III untuk membangun rapport. Kedatangan peneliti dan informan disambut dengan baik oleh keluarga partisipan III. Informan kemudian memperkenalkan peneliti kepada partisipan III. Peneliti memperkenalkan diri, dan beramah tamah dengan partisipan III, setelah mengobrol sebentar dengan keluarga partisipan III, peneliti lalu menjelaskan maksud kedatangannya pada partisipan III. Peneliti juga meminta kesediaan partisipan III untuk membantu peneliti dalam melakukan penelitiannya. Partisipan III dengan senang hati mau bersedia untuk membantu peneliti. Setelah itu peneliti menanyakan waktu yang tepat pada partisipan III untuk melakukan wawancara pertama. Partisipan III dan peneliti kemudian menyepakati hari yang telah ditentukan bersama untuk melakukan wawancara. III.E.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Peneliti meminta persetujuan partisipan untuk dijadikan partisipan penelitian. Setelah itu, membuat janji pertemuan dan mulai melakukan wawancara. Peneliti membina rapport agar partisipan penelitian merasa nyaman dan tidak merasa asing. Universitas Sumatera Utara 60 Wawancara akan dilakukan di tempat yang ditentukan oleh subjek penelitian dan akan direkam dengan tape recorder mulai dari awal hingga akhir, dan peneliti juga akan mencacat bahasa non verbal partisipan ketika wawancara berlangsung. Proses wawancara seluruhnya dilakukan dalam jangka waktu kurang lebih dua bulan, dari tanggal 11 Februari 2008 sampai dengan 2 April 2008. Pelaksanaan pengambilan data partisipan I Bapak Bakti dilakukan sebanyak 3 kali yaitu wawancara I dilakukan pada hari Senin, 11 Februari 2008 pada pukul 13.00-16.10 WIB, wawancara II dilakukan pada hari Senin, 18 Februari 2008 pada pukul 14.00- 16.40 WIB dan wawancara III dilakukan pada hari Rabu, 20 Maret 2008 pada pukul 14.00-15.40 WIB. Pelaksanaan pengambilan data partisipan II Ibu Eren dilakukan sebanyak 3 kali yaitu wawancara I dilakukan pada hari Sabtu, 16 Februari 2008 pada pukul 14.30-16.50 WIB, wawancara II dilakukan pada hari Rabu, 5 Maret 2008 pada pukul 15.00-17.10 WIB dan wawancara III dilakukan pada hari Sabtu, 29 Maret 2008 pada pukul 15.30-17.10 WIB. Pelaksanaan pengambilan data partisipan III Bapak Hari dilakukan sebanyak 2 kali yaitu wawancara I dilakukan pada hari Senin, 17 Maret 2008 pada pukul 14.30-17.30 WIB dan wawancara II dilakukan pada hari Rabu, 2 April 2008 pukul 10.00-13.30 WIB. Universitas Sumatera Utara 61 III.E.3. Tahap Pencacatan Data Data yang telah diperoleh dari wawancara dituangkan ke dalam bentuk verbatim berupa tulisan. Sedangkan data yang didapatkan dengan metode observasi berupa data deskriptif berbentuk narasi. Data ini selanjutnya akan dianalisis sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. III.F. Metode Analisis Data Beberapa tahapan dalam menganalisi data kualitatif menurut Poerwandari, 2007 yaitu: a. Koding Koding adalah proses membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan dengan lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari. Semua peneliti kualitatif menganggap tahap koding sebagai tahap yang penting, meskipun peneliti yang satu dengan peneliti yang lain memberikan usulan prosedur yang tidak sepenuhnya sama. Pada akhirnya penelitilah yang berhak dan bertanggungjawab memilih cara koding yang dianggapnya paling efektif bagi data yang diperolehnya Poerwandari, 2001. b. Organisasi Data Highlen dan Finley dalam Poerwandari, 2001 menyatakan bahwa organisasi data yang sistematis memungkinkan peneliti untuk a memperoleh data yang Universitas Sumatera Utara 62 baik, b mendokumentasikan analisis yang dilakukan, serta c menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian. Hal-hal yang penting untuk disimpan dan diorganisasikan adalah data mentah catatan lapangan, dan kaset hasil rekaman, data yang sudah selesai diproses, data yang sudah ditandaidibubuhi kode-kode khusus dan dokumentasi umum yang kronologis mengenai pengumpulan data dan langkah analisis. c. Analisis Tematik Penggunaan analis tematik memungkinkan peneliti menemukan pola yang pihak lain tidak bisa melihatnya secara jelas. Pola atau tema tersebut tampil seolah secara acak dalam tumpukan informasi yang tersedia. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi, yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema, atau indikator yang kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu atau hal-hal di antara gabungan dari yang telah disebutkan. Tema tersebut secara minimal dapat mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal memungkinkan interpretasi fenomena. d. Tahapan Interpretasi Kvale dalam Poerwandari, 2001 menyatakan interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam. Peneliti memiliki perspektif mengenai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasi data melalui perspektif tersebut. Proses interpretasi memerlukan distansi upaya mengambil jarak dari data, melalui langkah-langkah metodis dan Universitas Sumatera Utara 63 teoritis yang jelas serta memasukkan data ke dalam konteks konseptual yang khusus. e. Menulis hasil akhir. Universitas Sumatera Utara 64

BAB IV ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI