Pengukuran Indeks Pengungkapan Akuntansi

variabel ukuran perusahaan secara signifikan berhubungan dengan luasnya pengungkapan sementara variabel lainnya tidak berhubungan secara signifikan. Berdasarkan uraian di atas, karakteristik perusahaan yang mempengaruhi pengungkapan informasi sukarela dapat bervariasi diantara perusahaan. Ukuran sejauh mana pentingnya masing-masing item informasi yang diungkapkan umumnya diperoleh melalui interview ataupun questionnaire. Beberapa peneliti menerapkan metode pembobotan weighted kepada setiap item informasi sesuai dengan survey yang dilakukan terhadap para analis keuangan. Akan tetapi sebagian yang lain tidak menerapkan pembobotan terhadap masing-masing item informasi.

2.1.3. Pengukuran Indeks Pengungkapan Akuntansi

Sejak kurun 1960, studi mengenai pengungkapan akuntansi mulai mengalami peningkatan yang signifikan. Secara umum, terdapat 2 dua pendekatan berbeda yang digunakan dalam penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pengungkapan akuntansi. Pendekatan pertama didasarkan pada pengiriman formulir questionnaire kepada sejumlah pengguna laporan keuangan untuk membuat peringkat terhadap item-item akuntansi tertentu dalam hubungannya dengan kebutuhan mereka terhadap proses pengambilan keputusan buzby, 1974; Firth, 1978; Chandra, 1974. Pendekatan kedua didasarkan pada hubungan antara indeks pengungkapan yang diwajibkan, sukarela ataupun pengungkapan akuntansi secara total dengan karakteristik tertentu perusahaan. Ada 2 dua metode yang digunakan untuk mengukur indeks pengungkapan, metode yang pertama menggunakan indeks yang tidak diboboti unweighted index atau menggunakan dichotomous score. Dalam metode ini perhitungan indeks pengungkapan dilakukan dengan memberikan nilai 1 untuk item yang diungkapkan sedangkan nilai 0 diberikan untuk item yang tidak diungkapkan sesuai dengan daftar item pengungkapan yang dibuat oleh peneliti. Metode yang kedua menggunakan skema atau indeks yang diboboti weighted schemeindex. Penerapan metode indeks yang diboboti didasarkan pada penilaian subjektif para analis dan pengguna laporan keuangan yang disurvey atas item-item tertentu annual report yang diurutkan menurut urutan prioritasnya. Penelitian yang dilakukan Chow dan Wong–Boren 1987 menghasilkan suatu kesimpulan yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode indeks yang diboboti weighted index maupun metode yang tidak diboboti unweighted index. Sebahagian besar studi mengenai pengungkapan menggunakan pendekatan yang dirancang oleh Alan Cerf Susanto, 1993. Studi yang dilakukan Cerf adalah penelitian yang pertama sekali dilakukan dalam mengukur tingkat pengungkapan dalam annual report. studi yang dilakukan Cerf telah mendorong para peneliti yang lain untuk lebih menyempurnakan pendekatan yang sudah dibuat pada waktu, situasi dan tempatnegara yang berbeda. Cerf telah mengembangkan model indeks pengungkapan dengan memanfaatkan informasi yang disajikan dalam annual report perusahaan, telaahan literatur mengenai bagaimana keputusan seharusnya dibuat, interview dengan analis pasar modal dan pengujian terhadap laporan para analis pasar modal. Dalam studi Cerf tersebut pembobotan weight terhadap item-item pengungkapan dibuat berdasarkan urutan prioritas sesuai hasil interview dengan para analis pasar modal. Dari hasil pembobotan tersebut diperoleh 31 item indeks pengungkapan yang selanjutnya diterapkan pada sampel annual report. . Singhvi dan Desai 1971 menguji kualitas informasi yang diungkapkan dalam annual report menggunakan 34 item indeks pengungkapan. Diantara 31 item indeks pengungkapan yang digunakan oleh Cerf, 28 diantaranya sama dengan yang digunakan dalam penelitian Singhvi dan Desai Susanto, 1993. Interview dengan beberapa pakar dilakukan untuk mendiskusikan kelayakan item-item yang digunakan sebagai indeks pengungkapan. Selanjutnya indeks pengungkapan tersebut dijadikan sebagai model yang kira-kira mendekati ukuran kecukupan pengungkapan perusahaan. Dengan menggunakan indeks pengungkapan tersebut, tingkat pengungkapan dalam annual report selanjutnya dikuantifisir. Buzby 1974, 1975 mengembangkan model Cerf yang diteliti oleh Singhvi dan Desai. 39 item informasi keuangan dan non keuangan yang muncul dalam annual report dijadikan sebagai konstruk penelitian. Survey melalui questionnnaire dikirim kepada para analis keuangan untuk menentukan urutan prioritas masing-masing item informasi yang menjadi konstruk tersebut. Buzby menerapkan pendekatan dichotomy yang telah dimodifikasi berdasarkan item yang sesuai dengan perusahaan. Jawaban dari survey digunakan untuk mengembangkan secara detail kriteria pengungkapan yang didasarkan pada setiap item yang telah diboboti. Kriteria pengungkapan tersebut selanjutnya diterapkan terhadap 88 sampel annual report perusahaan kecil dan menengah. Survey melalui questionnaire untuk menilai tingkat informasi dalam annual report juga dilakukan oleh Stanga 1976. Sejumlah questionnaire yang mengandung 79 item informasi dikrimkan secara acak kepada 800 analis keuangan terdaftar. 275 jawaban questionnaire 34,4 diterima. Dengan menggunakan skala numerik 5 langkah, responden diminta untuk menentukan tingkatan pentingnya masing-masing item dari mulai saat membuat keputusan untuk membeli, menjual atau menahan sejumlah kecil saham suatu perusahaan industri yang besar. Stanga menggunakan lembar penilaian 79 item pengungkapan untuk menilai 80 sampel annual report perusahaan besar di Amerika. Studi yang dilakukan Chandra 1974 meneliti kecukupan pengungkapan perusahaan dalam annual report yang dipublikasikan dengan menguji apakah para pengguna laporan keuangan dapat menerima dengan baik nilai informasi yang terkandung dalam annual report. Instrumen pengujian dalam studi tersebut menggunakan 58 item questionnaire yang dikirim melalui surat kepada akuntan publik dan analis pasar modal. Chandra menemukan secara umum akuntan publik tidak menilai informasi keputusan investasi setinggi yang dilakukan para analis pasar modal, meskipun keduanya cenderung memiliki preferensi nilai yang sama dalam peran ganda mereka selaku yang menyiapkan maupun pengguna informasi. Hasil kesimpulan yang diperoleh memperlihatkan bahwa para analis pasar modal tidak setuju dengan para akuntan dalam hal manfaat informasi yang dikembangkan berdasarkan prinsip akuntansi yang berterima umum. Barrett 1977 meneliti apakah luasnya pengungkapan laporan keuangan dalam annual report perusahaan asing secara signifikan berbeda dari temuan penelitian terhadap annual report di Amerika. Studi Barrett memfokuskan pada annual report perusahaan besar yang terdapat di 7 negara yaitu : Inggris, Jepang, Swedia, Belanda, Jerman Barat, Francis dan Amerika Serikat. Sejumlah 15 Perusahaan di masing-masing negara dipilih sebagai sampel kecuali di Belanda hanya 13 perusahaan. Prosedur pemilihan perusahaan didasarkan pada tingkat kapitalisasi terbesar di masing-masing negara. Luas dan kualitas pengungkapan keuangan secara keseluruhan diukur berdasarkan referensi dari 17 kategori informasi yang disertakan dalam annual report perusahaan. Item-item yang dipilih dengan mengacu kepada studi yang dilakukan oleh Cerf, Singhvi dan Desai, dan Buzby. Barrett melaporkan tingginya variabilitas dalam jumlah dan kualitas pengungkapan diantara 17 item informasi individual dan juga diantara 7 negara yang diteliti.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 102 103

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia(2009-2011)

0 49 87

Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 115 76

Analisis Pengaruh Kinerja Perusahaan Dan Kinerja Pasar Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 35 89

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 50 111

Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan

0 25 149

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2008-2011

0 43 88

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 95

Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 22