Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
Perusahaan menggunakan istilah biaya tidak langsung adalah sebagai biaya umum yaitu seluruh biaya karyawan dan biaya bahan yang digunakan dalam kegiatan
administrasi kegiatan kantor. Jumlah biaya karyawan dan biaya bahan yang digunakan tersebut tidak
seluruhnya dialokasikan ke biaya produksi. Untuk mendapatkan anggaran biaya umum yang dialokasikan ke biaya produksi dihitung secara proporsional menurut
luas areal tanaman menghasilkan TM dan areal tanaman belum menghasilkan TBM seperti contoh pada halaman 74..
5. Pengawasan Anggaran Biaya Produksi Kelapa Sawit
Anggaran digunakan oleh manajemen perusahaan sebagai pedoman dalam melaksanakan rencana kerja selama periode tertentu. Dalam anggaran digambarkan
rencana pekerjaan apa yang akan dilakukan oleh setiap unit kerja, kapan dan dimana pekerjaan itu dilakukan selama setahun. Rencana pekerjaan itu dirinci mengenai fisik
maupun biayanya. Pekerjaan yang akan dilakukan sehubungan dengan menghasilkan pemeliharaan jalan, jembatan, saluran air, penyisipan, penyiangan, pemberantasan
lalang, pemberantasan hama dan penyakit, pemupukan dan lain-lain; panen dan pengumpulan; pengangkutan ke pabrik; kegiatan umum dan pengolahan.
Kegiatan-kegiatan atau pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh setiap tingkatan manajemen diarahkan atau berpedoman pada anggaran. Hal ini dilakukan
agar tujuan perusahaan laba dalam tahun berjalan dapat dicapai.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
Anggaran digunakan sebagai alat pengukur atas pelaksanaan kerja yaitu sampai seberapa jauh kemajuan pekerjaan dari masing-masing unit kerja afdeling
maupun kebun. Dengan anggaran, manajemen dapat menelaah kembali rencana-rencana
semula pada setiap tingkat manajemen dengan melakukan perbandingan antara hasil-hasil sebenarnya realisasi yang diperoleh dengan yang dianggarkan. Melihat
penyimpangan realisasi dengan anggaran biaya produksi, manajemen dapat menentukan sebab-sebab atau alasan mengapa terjadi penyimpangan-penyimpangan
variance. Dengan wewenang, direksi dapat mengambil tindakan perbaikan terhadap penyimpangan yang merugikan.
Setiap pelaksanaan kerja yang dilakukan oleh setiap tingkat manajemen di lapangan afdeling dan kebun yang berpedoman pada anggaran dibuat laporan
bulanan, triwulan dan tahunan yang disebut dengan laporan manajemen. Laporan ini dibuat oleh tiap-tiap kebun kelapa sawit untuk memperlihatkan jumlah produksi dan
biaya yang dikeluarkan selama bulan tertentu dan sampai bulan tertentu dibandingkan dengan angka-angka anggaran.
Produksi dan biaya produksi per unit diperlihatkan dalam bentuk kilogram per Ha, biaya per kilogram dan biaya keseluruhan. Untuk pengawasan biaya
produksi, laporan manajemen disajikan secara rinci masing-masing unsur biaya produksi baik realisasi maupun anggaran secara total maupun per unit.
Produksi dan biaya produksi kelapa sawit tahun 20xx dapat dilihat pada halaman 93
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
Tabel 4.5 : Produksi dan Biaya Produksi Kelapa Sawit
PRODUKSI TON JUMLAH TON
JUMLAH KGHA REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN
Kebun Sendiri + Inti Tandan Buah Segar TBS
595.830 614.808 12,98 13,76 Minyak Sawit M
125.460 136.406 2,73 3,06 Inti Sawit I
25.672 29.004 0,56 0,65 Jumlah M + I
151.132 165.410 3,29 3,71 BIAYA PRODUKSI
JUMLAH BIAYA Rp. JUTA HARGA POKOK PER KG Biaya Tanaman
REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN Gaji, Tunjangan, Bisos Staff 4.647 6.452 30,75 39,01
Pemeliharaan TM 42.711 54.734 282,61 330,90
Pupuk 16.727 40.326 110,68 243,79
Panen dan Pengumpulan 52.093 52.198 344,69 315,57 Pengangkutan ke pabrik
30.248 28.399 200,14 171,69 Biaya Umum
62.211 67.395 411,63 407,44 Jumlah Biaya Tanaman
208.637 249.504 1.380,50 1.508,40 Biaya Pengolahan
53.685 45.738 355,22 276,51 Biaya Penyusutan
27.552 23.987 182,30 145,02 Jumlah Biaya Produksi
289.874 319.229 1.918,02 1.929,93
Secara total produksi TBS yang dianggarkan sejumlah 614.308 ton ternyata yang dapat direalisasi sejumlah 595.830 ton. Hal ini berarti jumlah produksi yang
tidak dapat direalisasikan adalah sejumlah 18.478 ton 614.308 ton – 595.830 ton atau sebesar 3,01 di bawah anggaran. Produksi minyak sawit dan inti sawit
dianggarkan sejumlah 165.410 ton dan dapat direalisasikan sejumlah 151.132 ton. Hal ini berarti jumlah minyak + inti yang tidak dapat direalisasikan adalah sejumlah
14.278 ton 165.410 ton – 151.132 ton atau sebesar 8,63 di bawah anggaran. Biaya yang dikeluarkan untuk perolehan produksi di atas dianggarkan
sejumlah Rp. 319.229 juta dan realisasinya sejumlah Rp 289.874 juta hal ini menunjukkan bahwa realisasi biaya masih di bawah anggaran sejumlah Rp. 29.355
juta Rp. 319.229.000 – Rp. 289.874.000 atau 9,2 .
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
Berdasarkan perbedaan jumlah yang dianggarkan dengan realisasinya baik produksi maupun biaya untuk memperoleh produksi tersebut, manajemen dapat
menentukan sebab-sebab atau alasan-alasan mengapa terjadi penyimpangan variance dan berdasarkan itu dapat diambil tindakan sesuai dengan wewenang
yang ada padanya untuk mengadakan perbaikan terhadap keadaan yang merugikan perusahaan.
Laporan produksi dan biaya produksi di atas mencerminkan sampai sejauh mana semua pedoman-pedoman dalam anggaran yang diberikan dapat diwujudkan.
Dengan demikian anggaran produksi dan biaya produksi digunakan sebagai tolak ukur dan sebagai pengawasan sampai sejauh mana pekerjaan-pekerjaan maupun hasil
produksi dapat dicapai. Dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan alat
pengendalianpengawasan controlling. Pengawasan berarti melakukan evaluasi menilai atas pelaksanaan pekerjaaan dengan cara:
- membandingkan realisasi dengan anggaran rencana
- melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu jika
ada penyimpangan yang merugikan Membandingkan antara hasil-hasil yang benar-benar dicapai dengan yang
direncanakan anggaran, pimpinan dengan mudah mengetahui penyimpangan- penyimpangan yang merugikan dan perlu diselidiki dengan melakukan analisis-
analisis.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
6. Manfaat Pengawasan Biaya Produksi Terhadap Perusahaan