BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem perbankan ganda sistem konvensional dan sistem syariah yang diterapkan di Indonesia menjadi semakin kokoh dan kepastian hukum bagi para
nasabah menjadi semakin terjaga dengan diberlakukannya Undang Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Diberlakukannya UU tersebut juga
memberikan kenyamanan dalam menggunakan produk Perbankan Syariah, setidaknya hak dan kewajiban pihak-pihak yang berkepentingan lebih terjaga dan
aman dengan perlindungan dari undang-undang. Seiring dengan perkembangan lembaga-lembaga keuangan syariah, maka
berkembang pula wacana mengenai akuntansi syariah. Hal ini terkait karena keberadaan suatu lembaga atau perusahaan, tidak akan terlepas dari proses
pencatatan akuntansi. Setiap lembaga atau perusahaan berkewajiban melakukan pencatatan atas aktivitas-aktivitas akuntansi yang terjadi dalam perusahaan yang
selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Wacana mengenai akuntansi syariah muncul karena kebutuhan akan bingkai transaksi keuangan yang
kokoh dan mapan, sehingga dapat mengawal segala transaksi-transaksi keuangan sesuai dengan prinsip syariah. Akuntansi syariah juga berfokus pada pelaporan
yang jujur mengenai posisi keuangan entitas dan hasil-hasil operasi, sehingga
Universitas Sumatera Utara
dapat mengungkapkan transaksi halal dan haram. Aturan-aturan yang diterapkan pun dapat melindungi hak dan kewajiban perorangan dan menjamin
pengungkapan yang memadai. Falsafah dasar perbankan syariah mengacu kepada ajaran agama Islam
yang bersumber pada Al-quran, al-hadis, dan al-ijtihad. Termasuk didalamnya ibadah, syariat, sunnah rasul, akidah, pola perilaku konsumsi, pola perilaku
simpanan, dan pola perilaku investasi. Fungsi bank syariah antara lain menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat, dimana penyaluran dana
ini terdiri dari berbagai bentuk produk bank syariah di antaranya adalah produk pendanaan, produk pembiayaan, produk jasa perbankan, dan produk sosial.
Dalam melaksanakan kegiatan penghimpunan dana, bank syariah menerima simpanan dari masyarakat. Sedangkan dalam kegiatan penyaluran dana,
bank syariah memberikan jasa dalam bentuk pembiayaan dan investasi . Pembiayaan di bank syariah merupakan salah satu tulang punggung kegiatan
perbankan. Terdapat beberapa jenis pembiayaan yang ditawarkan oleh bank syariah, diantaranya pembiayaan murabahah. Pembiayaan murabahah sendiri
merupakan transaksi yang banyak dipilih sebagai skema penyaluran dana dari bank syariah. Murabahah adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli barang
pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dengan pihak bank selaku penjual dan nasabah sebagai pembeli. Pembayaran dapat dilakukan secara
angsuran ataupun ditangguhkan sesuai dengan kesepakatan bersama.
Universitas Sumatera Utara
Pembiayaan murabahah membutuhkan kerangka akuntansi yang menyeluruh yang dapat menghasilkan pengukuran akuntansi yang tepat dan sesuai
sehingga dapat mengkomunikasikan informasi akuntansi secara tepat waktu dengan kualitas yang dapat diandalkan serta mengurangi adanya perbedaan
perlakuan akuntansi antara bank syariah yang satu dengan yang lain. Perbedaan perlakuan tersebut akan mengakibatkan dampak terhadap hal keadilan dalam
menentukan laba bagi pemegang saham dan depositor. Pada saat akad penyaluran pembiayaan murabahah harus terdapat kepastian mengenai biaya perolehan dan
tambahan keuntungan yang disepakati . Pembiayaan murabahah merupakan konsep yang cocok untuk digunakan
dalam pembiayaan modal kerja, investasi dan konsumtif. Tetapi, pembiayaan murabahah sendiri menjadi skema pembiayaan yang banyak diminati nasabah
untuk memenuhi kebutuhan konsumtif mereka. Pada Bank Muamalat cabang Medan, nasabah pembiayaan konsumtif dari akhir Desember 2009 hingga akhir
September 2010 berturut-turut adalah 65 dan 68 dari total nasabah pembiayaan. Pembiayaan konsumtif sendiri adalah jenis pembiayaan yang
diberikan untuk tujuan diluar usaha dan umumnya bersifat perorangan. Pembiayaan konsumtif digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan
habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut, seperti pembiayaan hunian syariah pembelian alat-alat bangunan dan tanah, pembelian mobil, pembelian
sepeda motor dan pembelian alat-alat rumah tangga. Meskipun pembiayaan murabahah banyak diminati, tidak berarti bank syariah sama saja dengan bank
konvensional yang cenderung menyalurkan kredit konsumtif. Perbankan syariah
Universitas Sumatera Utara
menjalankan aktivitasnya sesuai dengan aturan dan fatwa dari Dewan Pengawas Syariah sehingga insyaallah tidak akan melanggar ketentuan syariah.
Pada penerapan sistem syariah, tentu memiliki sistem perlakuan akuntansi yang berbeda dengan perlakuan akuntansi konvensional pada umumnya.
Kebutuhan dalam menetapkan metode pengukuran akuntansi, terutama pembiayaan murabahah harus disesuaikan dengan peraturan perbankan dan
ketentuan-ketentuan syariah yang telah diatur, selain prosedur pembiayaan standar yang diterapkan dalam pemberian pembiayaan. Lembaga keuangan bank syariah
menggunakan PSAK nomor 59 yang telah menjadi standar baku bagi operasional perbankan syariah di Indonesia, revisi PSAK 59 yaitu PSAK 101-106 tahun 2007
yang mengatur lebih rinci mengenai akad-akad syariah PSAK 102 tentang akad murabahah dan PAPSI 2003 sebagai standar pengukurannya. Penerapan standar-
standar tersebut dapat menjaga konsistensi, baik yang bersifat internal maupun eksternal bank, maupun untuk menjamin kesesuaiannya dengan syariat Islam.
Pemahaman masyarakat tentang produk-produk perbankan syariah masih tergolong minim. Dapat dilihat dari total aset perbankan syariah hingga Oktober
2010 hanya sebesar 3,1 dari keseluruhan total aset perbankan nasional. Oleh karena itu, perkembangan informasi dan literatur-literatur mengenai perbankan
syariah secara khusus dan ekonomi islam secara umum dapat memperkaya wawasan masyarakat, dan meningkatkan kesadaran masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan membuat skripsi dengan judul : Analisis Penerapan dan Perlakuan
Universitas Sumatera Utara
Akuntansi Murabahah untuk Pembiayaan Konsumtif Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Medan.
B. Perumusan Masalah