D. Kerangka Konseptual
Untuk menyelesaikan masalah yang tertuang dalam skripsi ini, penulis akan menguraikan alur berfikir penulis dalam kerangka konseptual
sebagai berikut,
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
PSAK 102 tentang akad murabahah mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi murabahah. PSAK 102 merupakan
pedoman standar dalam akad murabahah, yang menggantikan PSAK 59. Penulis ingin mengetahui apakah PT. Bank Muamalat Indonesia, sebagai pelopor
keberadaan bank syariah di Indonesia telah menerapkan praktik transaksinya sesuai dengan standar yang berlaku.
PT. Bank Muamalat Indonesia cabang Medan
Penyaluran dana Pembiayaan konsumtif
Sistem Pembiayaan Murabahah Perlakuan Akuntansi Murabahah
Penerapan PSAK 102 tentang Akad Murabahah
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Ti
njauan Teoritis
1. Perbankan Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Bank yang menjalankan kegiatan operasionalnya dengan prinsip bagi hasil, berfungsi sebagai lembaga intermediasi yaitu, menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana tersebut.
Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 yaitu : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit danatau bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat.” Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.31, Bank
didefenisikan sebagai berikut : Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan
financial intermediary adalah antara pihak yang memiliki dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas
pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan
Universitas Sumatera Utara
pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, serta deposito berjangka dan memberikan
kredit yang memerlukan dana.
Pengertian bank syariah dalam pasal 1 butir 7 UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah disebutkan : “Bank Syariah adalah Bank
yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah.” b. Landasan Hukum Bank Syariah
1. Landasan Syariah a. Al Qur’an
Ketentuan dalam Al Quran yang mengharuskan umat islam untuk melakukan investasi dan perdagangan :
Orang-orang yang makan mengambil riba tidak berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan
lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata berpendapat,
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan dari tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil riba, maka yang diambilnya dahulu
sebelum, datang larangan dan urusannya terserah kepada Allah. Orang yang mengulangi mengambil riba, maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka mereka kekal didalamnya. Q.S. Al Baqarah 2 : 275.
Universitas Sumatera Utara
Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan. Q.S. Ali Imran 3 : 130.
Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan
harta orang dengan cara yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir diantara mereka itu siksa yang
pedih. Q.S. An Nisa 4 : 161.
b. Al Hadist Diriwayatkan oleh Abu Said Al Khudri, bahwa Rasulullah
SAW bersabda : Emas hendaklah dibayar dengan emas, perak dengan perak,
gandum dengan gandum, tepung dengan tepung, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam, bayaran harus dari tangan ke
tangan cash. Barangsiapa memberi tambahan atau meminta tambahan, sesungguhnya ia telah berurusan dengan riba. Penerima
dan pemberi sama-sama bersalah.
2. Landasan Hukum Pemberian landasan hukum bagi beroperasinya perbankan syariah
dalam perubahan UU No. 14 Tahun 1967 tentang Undang-Undang Pokok Perbankan menjadi UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
yang telah dicantumkan ketentuan mengenai pelaksanaan kegiatan perbankan dengan prinsip bagi hasil yang selanjutnya diatur lebih rinci
Universitas Sumatera Utara
dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang Bank dan Bagi Hasil.
Setelah UU No. 7 Tahun 1992 diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dapat dilihat jelas tentang Bank Syariah,
karena pada undang-undang ini sudah tercantum kata-kata Bank Syariah. Bahkan Pasal 1 angka 3 menetapkan bahwa salah satu bentuk
usaha adalah menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pokok-pokok ketentuan yang diterapkan oleh Bank Indonesia memuat antara lain :
1. Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan prinsip-
prinsip syariah. 2.
Pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah. 3.
Persyaratan bagi pembukaan kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional untuk melakukan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah. Namun selebihnya, menurut undang-undang tersebut Bank
Syariah harus tunduk pada seluruh peraturan Bank Umum yang berlaku, yang pada umumnya belum mengakomodir keunikan Bank
Syariah. Bank Indonesia selaku pemegang otoritas perbankan di Indonesia
bertugas menjaga kestabilan sistem dan menjamin kepatuhan perbankan
Universitas Sumatera Utara
syariah terhadap prinsip-prinsip syariah. Bank Indonesia mengeluarkan beberapa produk hukum, terkait dengan instrumen pengaturan kegiatan
Perbankan Syariah. Sejalan dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia untuk
terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan demokrasi ekonomi, dikembangkan sistem ekonomi yang berdasarkan nilai
keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syariah. Sejalan dengan kebutuhan masyarakat
Indonesia akan jasa-jasa perbankan syariah yang semakin meningkat, dikarenakan perbankan syariah memiliki kekhususan dibandingkan
dengan perbankan konvensional, serta UU No. 7 Tahun 1992 yang telah diubah menjadi UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, belum
spesifik mengatur mengenai perbankan syariah, maka dibentuklah UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. UU ini, mengatur
tentang perbankan yang berdasarkan prinsip syariah sehingga perbankan syariah telah mempunyai kedudukan hukum yang jelas di
Indonesia.
c. Tujuan dan Keistimewaan Bank Syariah 1. Tujuan Bank Syariah
Bank-bank syariah dibentuk dengan tujuan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara
Islam khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis
usahaperdagangan lain yang mengandung unsur haram dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga
menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi umat. 2.
Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi, dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi agar tidak
terjadi kesenjangan yang amat besar, antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan modal.
3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan
membuka peluang usaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang
produktif, menuju terciptanya kemandirian berusaha. 4.
Untuk membantu menanggulangi mengentaskan garis kemiskinan, yang pada umumnya merupakan program utama
dari negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank syariah dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan
nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen,
pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan program
pengembangan usaha bersama.
Universitas Sumatera Utara
5. Untuk menjaga kestabilan ekonomi dan moneter pemerintah.
Dengan aktivitas-aktivitas bank syariah yang diharapkan mampu menghindarkan inflasi akibat penerapan sistem bunga,
menghindarkan persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan, khususnya bank dan menanggulangi kemandirian
lembaga keuangan, khususnya bank dari pengaruh gejolak moneter baik dari dalam maupun luar negeri.
6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terhadap bank
non-islam yang menyebabkan umat islam berada dibawah kekuasaan bank, sehingga umat Islam tidak bisa melaksanakan
ajaran agamanya secara penuh, terutama di bidang kegiatan bisnis dan perekonomiannya.
2. Keistimewaan Bank Syariah Bank Syariah memiliki keistimewaan-keistimewaan yang juga
merupakan perbedaan jika dibandingkan dengan bank konvensional. Sumitro 2004:22 memberikan pemahamannya mengenai keistimewaan
bank syariah : 1.
Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat antara pemegang saham, pengelola bank dan nasabahnya.
2. Diterapkannya sistem bagi hasil sebagai pengganti bunga, akan
menimbulkan akibat-akibat yang positif. 3.
Di dalam Bank Syariah, tersedia fasilitas kredit kebaikan al- Qardhul Hasan yang diberikan secara cuma-cuma.
4. Keistimewaan yang paling menonjol dari bank syariah adalah
melekat pada konsep built in concept.
Universitas Sumatera Utara
5. Keistimewaan lain bank syariah adalah dengan penerapan sistem
bagi hasil berarti tidak membebani biaya diluar kemampuan nasabah dan akan menjamin adanya keterbukaan.
6. Adanya kenyataan bahwa dalam kehidupan ekonomi masyarakat
modern cenderung menimbulkan pengeksploitasian kelompok kuat kuat ekonomi dan politik dan kelompok lemah. Kenyataan
ini menimbulkan reaksi balik dari kelompok lemah yang mayoritas untuk berkreasi bagi munculnya kehidupan ekonomi
yang berkeadilan .
Dari keistimewaan-keistimewaan bank syariah tersebut, disebutkan adanya ikatan emosional, kuatnya emosional keagamaan ini akan
menimbulkan adanya akibat-akibat kebersamaan dalam menghadapi risiko usaha dan membagi keuntungan secara jujur dan adil, semua pihak
yang terlibat dalam bank syariah akan memiliki tanggung jawab usaha yang sama sesuai dengan ajaran agamanya, sehingga semua pihak akan
menerima perolehannya dengan ikhlas. Selain itu juga akan membawa akibat-akibat positif yaitu cost push inflation, yaitu akibat penerapan
sistem bunga pada bank konvensional dapat dihilangkan, sehingga bank syariah diharapkan akan mampu menjadi pendukung kebijaksanaan
moneter yang handal dann memungkinkan persaingan antar bank syariah berjalan secara wajar, karena keberhasilan bank syariah ditentukan oleh
fungsi edukatif bank didalam membina nasabah dengan kejujuran, keuletan, dan profesionalisme. Bank syariah akan lebih mandiri dari
pengaruh gejolak moneter dari dalam maupun luar negeri. Keistimewaan bank syariah yang paling menonjol yaitu melekat
pada konsep yang berorietasi dalam hal mendorong kegiatan investasi
Universitas Sumatera Utara
dan menghambat simpanan tidak produktif melalui sistem operasi profit and loss sharing sebagai pengganti bunga, baik yang diterapkan kepada
nasabah al-mudharabah dan al-musyarakah, maupun yang diterapkan kepada banknya sendiri. Dengan sistem ini penyimpan dana diberikan
motivasi untuk melakukan investasi yang menguntungkan. Memerangi kemiskinan dengan membina golongan ekonomi lemah dan tertindas
dhu’afa dan mustadh’afin melalui bantuan hibah yang diarahkan oleh bank secara produktif. Dananya bisa diperoleh dari zakat dan sedekah,
serta melalui pinjaman lunak tanpa bunga al-qardhul hasan yang dananya diperoleh dari zakat. Khususnya penerimaan dari infak dananya
disalurkan untuk pengembangan sarana ibadah dan pendidikan islam. Mengembangkan produksi, menggalakkan dan memperluas lapangan
kerja melalui kredit pemilikan barangperalatan modal dengan pembayaran tangguhan al-murabahah dan pembayaran cicilan al-ba’i
bithaman ajil yang disalurkan kepada pengusaha produsen, pengusaha pedagang perantara, dan konsumen dari barang yang dihasilkan
pengusaha produsen. Dana untuk pengembangan industri, perdagangan dan kesempatn kerja ini diperoleh dari penyimpanan dana baik dalam
bentuk giro, deposito maupun tabungan. Pemerataan pendapatan melalui sistem bagi hasil dan kerugian baik yang diberlakukan kepada bank
sendiri selaku mudharib atau pemegang amanah maupun kepada peminjam dalam operasi mudharabah dan musyarakah. Selain itu,
keistimewaan bank syariah yaitu tidak membebani biaya kepada nasabah
Universitas Sumatera Utara
diluar kemampuannya karena bank syariah tidak menetapkan beban biaya di muka. Apa yang menjadi kewajiban nasabah adalah membagi hasil
dari perolehan usaha secara nyata yang sebagian atau seluruhnya dibiayai oleh bank. Keterbukaan akan terjamin, karena nasabah selalu dapat
mengetahui perkembangan perolehan bank dari sistem bagi hasilnya. Sehingga bank tidak akan bisa menyembunyikan pendapatannya.
2. Akuntansi Perbankan
Syariah
a. Pengantar
Akuntansi Perbankan Syariah Akuntansi merupakan kegiatan mencatat, menggolongkan,
mengiktisarkan sehingga dihasilkan informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Akuntansi syariah merupakan serangkaian proses akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan-aturan yang telah
ditetapkan Allah SWT. Akuntansi syariah sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan
yang dilakukan sesuai dengan syariah Islam. Akuntansi dalam Islam sendiri, antara lain berhubungan dengan pengakuan, pengukuran dan
pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak dan kewajiban- kewajibannya secara adil. Firman Allah SWT :
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermua’malah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar. Q.S. Albaqarah 2 : 282
Universitas Sumatera Utara
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar- benar penegak keadilan Q.S 4 : 135
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,
dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, merela mengurangi . Q.S 83 : 1-3
Perintah Allah untuk mencatat transaksi yang bersifat tidak tunai telah mendorong setiap individu untuk senantiasa menggunakan dokumen
ataupun bukti transaksi sebagai informasi untuk melindungi hak-hak dan kewajiban-kewajiban pihak-pihak yang berkepentingan dan menjamin
pengungkapan yang memadai. Akuntansi keuangan sangat erat kaitannya dengan penyediaan
informasi yang berguna untuk membantu para penmakai di dalam pengambilan keputusan. Menurut Harahap 2004 : 21 tujuan akuntansi
bank syariah, yaitu : 1. Menentukan hak dan kewajiban pihak terkait, termasuk hak dan
kewajiban yang berasal dari transaksi yang belum selesai dan atau kegiatan ekonomi lain, sesuai dengan prinsip syariah yang
berlandaskan pada konsep kejujuran, keadilan, kebijakan, dan kepatuhan terhadap nilai-nilai bisnis islami,
2. Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai laporan dalam pengambilan keputusan, dan
3. Meningkatkan
kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan bank syariah haruslah disesuaikan dengan PSAK No. 59, 101-106 dan PAPSI
Universitas Sumatera Utara
2003. PSAK nomor 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah berisi tentang ketentuan-ketentuan pokok, PSAK 101-106 revisi dari PSAK No.
59 tentang aturan akad-akadnya dan untuk melengkapinya digunakan juga Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia PAPSI 2003
sebagai standar pengukurannya. b. Laporan Keuangan Bank Syariah
Perbedaan karakteristik antara bank syariah dan bank konvensional membawa konsekuensi pelaporan yang harus diterbitkan, oleh sebab itu,
laporan keuangan bank syariah meliputi : 1.
Laporan keuangan yang menggambarkan kegiatan bank syariah sebagai investor termasuk didalamnya hak dan kewajibannya,
dilaporkan dalam, a.
laporan posisi
keuangan, b.
laporan laba
rugi, c. laporan arus kas, dan
d. laporan
perubahan ekuitas
2. Laporan keuangan yang mencerminkan perusahaan dalam investasi
terikat yang dikelola oleh bank syariah untuk kemanfaatan pihak-pihak lain berdasarkan akad mudharabah atau agen investasi yang
dilaporkan dalam laporan perubahan dana investasi terikat, dan
Universitas Sumatera Utara
3. Laporan keuangan yang mencerminkan peran bank syariah sebagai
pemegang amanah dana kegiatan sosial yang dikelola secara terpisah, yang dilaporkan dalam,
a. Laporan posisi keuangan, b. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infak dan shadaqah,
c. Laporan sumber dan penggunaan dana al-qardhul hasan.
3. Pembiayaan di Bank Syariah
a. Pengertian Pembiayaan Kegiatan penyaluran dana yang paling penting adalah pemberian
pinjaman kepada nasabah atau biasa disebut kredit pada bank konvensional dan pembiayaan pada bank syariah. Kata pinjaman atau
kredit tidak digunakan dalam perbankan syariah karena penggunaan kata tersebut kurang tepat penggunaannya disebabkan dua hal, yaitu :
pertama, pinjaman merupakan salah satu metode hubungan finansial dalam Islam. Masih banyak metode yang diajarkan oleh Islam selain
pinjaman seperti jual beli, bagi hasil, sewa, dan lainnya. Kedua, dalam Islam, pinjam-meminjam adalah akad sosial, bukan akad komersil. Hal
ini berarti, apabila seseorang meminjam sesuatu, ia tidak boleh disyaratkan untuk memberikan tambahan atas pokok pinjamannya.
Berdasarkan hadis riwayat Nabi Muhammad SAW, yang mengatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa pinjaman yang menghasilkan manfaat adalah riba, sedangkan para ulama sepakat bahwa riba itu adalah haram.
Dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disebutkan pada pasal 1 angka 25 :
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa :
a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna’; d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan
e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara Bank Syariah danatau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai danatau diberi fasilitas dana
untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
Dalam perbankan syariah mengenai pembiayaan ini data dibagi menjadi tiga hal penting yaitu :
1. Return Bearing Financing, yaitu bentuk pembiayaan yang secara komersial menguntungkan, ketika pemilik modal mau
menanggung resiko kerugian dan nasabah juga memberikan keuntungan.
Universitas Sumatera Utara
2. Return Free Financing, yaitu bentuk pembiayaan yang tidak untuk mencari keuntungan yang lebih ditujukan kepada orang
yang membutuhkan poor, sehingga tidak ada keuntungan yang dapat diberikan.
3. Charity Financing, yaitu bentuk pembiayaan yang memang diberikan kepada orang miskin dan membutuhkan, sehingga
tidak ada klaim terhadap pokok dan keuntungan. Produk-produk pembiayaan bank syariah, khususnya pada bentuk
pertama, ditujukan untuk menyalurkan investasi dan simpanan masyarakat ke sektor riil dengan tujuan produktif dalam bentuk investasi
bersama investment financing yang dilakukan bersama mitra usaha menggunakan pola bagi hasil mudharabah dan musyarakah dan dalam
bentuk investasi sendiri trade financing kepada yang membutuhkan pembiayaan menggunakan jual beli murabahah, salam, istishna’ dan
pola sewa ijarah dan ijarah muntahia bittamlik, sedangkan untuk pola pinjaman menggunakan dana talangan qardh
Dari sekian banyak produk pembiayaan bank syariah, tiga produk utama yang mendominasi portofolio pembiayaan bank syariah adalah
pembiayaan modal kerja, pembiayaan investasi dan pembiayaan aneka barang, perumahan dan property.
Universitas Sumatera Utara
b. Sistem Pembiayaan di Bank Syariah Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak- pihak yang merupakan deficit unit. Menurut sifat penggunaannya,
pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal berikut :
1. Pembiayaan Produktif, Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan maupun
investasi. Menurut keperluan pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu :
a. Pembiayaan modal kerja Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk
memenuhi kebutuhan peningkatan produksi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan untuk keperluan perdagangan
atau peningkatan utility of place dari suatu barang. Unsur-unsur modal kerja terdiri atas komponen-komponen
alat likuid, piutang dagang receivable, dan persediaan inventory yang umumnya terdiri atas persediaan bahan baku
raw material, persediaan barang dalam proses work in process,
Universitas Sumatera Utara
dan persediaan barang jadi finished goods. Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja merupakan salah satu atau kombinasi
dari pembiayaan likuiditas cash financing, pembiayaan piutang receivable financing, dan pembiayaan persediaan inventory
financing. Bank Syariah dapat membantu memenuhi seluruh
kebutuhan modal kerja tersebut bukan dengan meminjamkan uang, melainkan dengan menjalin hubungan partnership dengan
nasabah, dimana bank bertindak sebagai penyandang dana shahibul maal, sedangkan nasabah sebagai pengusaha
mudharib. Skema pembiayaan ini disebut dengan mudharabah trust financing. Fasilitas ini dapat diberikan untuk jangka waktu
tertentu, sedangkan bagi hasil dibagi secara periodik dengan nisbah yang disepakati. Setelah jatuh tempo, nasabah
mengembalikan jumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil yang belum dibagikan yang menjadi bagian bank.
b. Pembiayaan investasi Pembiayaan
investasi diberikan kepada para nasabah untuk
keperluan investasi, yaitu keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha, ataupun pendirian proyek
baru. Ciri-ciri pembiayaan investasi adalah : 1. untuk pengadaan barang-barang modal;
Universitas Sumatera Utara
2. mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah; 3. berjangka waktu menengah dan panjang;
Pada umumnya, pembiayaan investasi diberikan dalam jumlah besar dan pengendapannya cukup lama. Oleh karena itu, perlu
disusun proyeksi arus kas project cash flow yang mencakup semua komponen biaya dan pendapatan sehingga akan dapat diketahui
berapa dana yang tersedia setelah semua kewajiban terpenuhi. Selain itu, barulah disusun jadwal amortisasi yang merupakan angsuran
pembiayaan. Penyusunan proyeksi arus kas ini harus disertai pula dengan
perkiraan keadaan-keadaan pada masa yang akan datang, mengingat pembiayaan investasi memerlukan waktu yang panjang. Untuk
memperkirakannya perlu diadakan perhitungan dan penyusunan proyeksi neraca dan laba rugi project balance sheet and project
income statement selama jangka waktu pembiayaan. Dari perkiraan itu akan diketahui kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya solvency. Melihat luasnya aspek yang harus dikelola dan dipantau maka
untuk pembiayaan investasi bank syariah menggunakan skema musyarakah mutanaqishah. Dalam hal ini, bank memberikan
pembiayaan dengan prinsip penyertaan, dan secara bertahap bank melepaskan penyertaan dan pemilik perusahaan akan mengambilalih
Universitas Sumatera Utara
kembali, baik dengan menggunakan surplus cash flow yang tercipta maupun dengan menambah modal, baik yang berasal dari setoran
pemegang saham yang ada maupun dengan mengundang pemegang saham baru.
Skema lain yang dapat digunakan oleh bank syariah adalah al- ijarah al muntahiabit-tamlik, yaitu menyewakan barang modal
dengan opsi diakhiri dengan pemilikan. Sumber perusahaan untuk pembayaran sewa ini adalah amortisasi atas barang modal yang
bersangkutan, surplus, dan sumber-sumber lain yang dapat diperoleh perusahaan.
2. Pembiayaan
Konsumtif Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan konsumsi dapat dibedakan
atas kebutuhan primer dan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang, seperti makanan dan minuman,
pakaianperhiasan, bangunan rumah, kendaraan, dan sebagainya, maupun berupa jasa, seperti pendidikan, pelayanan kesehatan,
pariwisata, hiburan dan sebagainya. Pada umumnya, bank konvensional membatasi pemberian kredit
untuk pemenuhan barang tertentu yang dapat disertai dengan bukti kepemilikan yang sah, seperti rumah dan kendaraan bermotor, yang
Universitas Sumatera Utara
kemudian menjadi barang jaminan utama main collateral. Adapun untuk pemenuhan kebutuhan jasa, bank meminta jaminan berupa
barang lain yang dapat diikat sebagai collateral . Sumber pembayaran kembali atas pembiayaan tersebut berasal dari sumber pendapatan lain
dan bukan dari eksploitasi barang yang dibiayai dari fasilitas ini. Menurut Antonio 2001 : 168 Bank syariah dapat menyediakan
pembiayaan komersil untuk pemenuhan kebutuhan barang konsumsi dengan menggunakan skema berikut ini,
1. Al-bai’ bi tsaman ajil salah satu bentuk murabahah atau jual beli dengan angsuran.
2. Al-ijarah al muntahia bit-tamlik atau sewa beli. 3. Al-musyarakah mutanaqhishah dan decreasing participation,
dimana secara bertahap bank menurunkan jumlah partisipasinya.
4. Ar-rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa.
Pembiayaan konsumsi tersebut di atas lazim digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sekunder. Adapun kebutuhan primer pada
umumnya tidak dapat dipenuhi dengan pembiayaan komersil. Seseorang yang belum mampu memenuhi kebutuhan pokoknya
tergolong fakir atau miskin. Oleh karena itu, ia wajib diberi zakat atau sedekah, atau maksimal diberikan pinjaman kebajikan, yaitu pinjaman
dengan kewajiban pengembalian pokoknya saja, tanpa imbalan apapun.
Universitas Sumatera Utara
4. Sistem Pembiayaan Murabahah
a. Pengertian Pembiayaan Murabahah Menurut PSAK No. 59 tentang akuntansi perbankan syariah,
murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan margin yang di sepakati oleh penjual dan
pembeli. Di dalam PSAK 102 paragraf 5 murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan
yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli. Definisi ini menunjukkan bahwa
transaksi murabahah tidak harus dalam bentuk pembayaran tangguh atau kredit, melainkan dapat juga dalam bentuk tunai setelah menerima
barang, ditangguhkan dengan mencicil setelah menerima barang, ataupun ditangguhkan dengan membayar sekaligus dikemudian hari PSAK 102
paragraf 8. Sedangkan dalam fatwa Dewan Syariah Nasional yang dimaksud dengan murabahah adalah menjual suatu barang dengan
menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.
Murabahah sesuai jenisnya dapat dikategorikan dalam dua jenis Harahap 2005 : 93 :
1. Murabahah tanpa pesanan artinya ada yang beli atau tidak, bank syariah menyediakan barang dan
Universitas Sumatera Utara
2. Murabahah berdasarkan pesanan artinya bank syariah baru akan melalukan transaksi jual beli apabila ada yang pesan. Murabahah
berdasarkan pesanan dapat dikategorikan dalam :
a. sifatnya mengikat artinya murabahah berdasarkan pesanan tersebut mengikat untuk dibeli oleh nasabah sebagai pemesan.
b. sifatnya tidak mengikat artinya walaupun nasabah telah
melakukan pemesanan barang, namun nasabah tidak terikat untuk membeli barang tersebut.
b. Landasan Hukum Sistem Pembiayaan Murabahah 1.
Landasan Syariah
a. Al
quran “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan hak
sesamamu dengan jalan yang batil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah maha penyayang bagimu.” Q.S Annisa 4 : 29
“…Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” Q.S. Albaqarah 2 : 275
b. Al hadis Rasulullah saw bersabda, “Ada tiga hal yang mengandung
keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradhah murabahah dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah
tangga bukan untuk dijual HR. Ibnu Majah dari shuhaib 2. Landasan Hukum
Universitas Sumatera Utara
Landasan hukum pembiayaan murabahah terangkum dalam Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Fatwa
Dewan Syariah Nasional Nomor 04DSN-MUIIV2000 juga mengenai ketentuan transaksi murabahah. Fatwa tersebut membahas tentang
ketentuan umum murabahah dalam bank syariah, ketentuan murabahah kepada nasabah, jaminan, utang dalam murabahah,
penundaan pembayaran, dan kondisi bangkrut pada nasabah murabahah.
c. Rukun dan Ketentuan akad Murabahah Rukun dan ketentuan murabahah, yaitu :
1. Transaktor Adanya pihak yang bertransaksi merupakan rukun transaksi
murabahah. Transaktor dalam transaksi murabahah terdiri atas pembeli yaitu nasabah yang memerlukan barang dan penjual bank
syariah. Transaktor haruslah cakap hukum dan baligh berakal dan dapat membedakan, sedangkan jual beli dengan anak kecil dianggap
sah apabila seizin walinya. 2. Objek jual beli, harus memenuhi :
a. Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal, b. Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau
memiliki nilai,
Universitas Sumatera Utara
c. Barang tersebut dimiliki oleh penjual, d. Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian
tertentu, e. Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat
diidentifikasikan oleh pembeli sehingga tidak ada gharar ketidakpastian,
f. Barang tersebut dapat diketahui dengan jelas kuantitasnya, g. Barang tersebut dapat diketahui dengan jelas kualitasnya,
h. Harga barang tersebut jelas, i. Barang yang diakadkan secara fisik ada di tangan penjual.
3. Ijab Kabul Ijab dan Kabul merupakan pernyataan kehendak para pihak
yang bertransaksi, baik secara lisan, tertulis, atau secara diam-diam. Akad murabahah memuat semua hal yang terkait dengan posisi serta
hak dan kewajiban bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Akad ini bersifat mengikat kepada kedua belah pihak dan
mencantumkan berbagai hal, antara lain : pertama, nama notaris serta informasi tentang waktu dan tempat penandatanganan akad, kedua,
identitas pihak pertama, dalam hal ini pihak yang mewakili bank syariah biasanya kepala cabang, ketiga, identitas pihak kedua, dalam
Universitas Sumatera Utara
hal ini nasabah sebagai pembeli dan didampingi ahli warisnya, keempat, bentuk akad serta penjelasan akad, kelima kesepakatan-
kesepakatan yang disepakati. Menurut Antonio 2001 : 102, syarat-syarat murabahah, yaitu :
1. Penjual memberitahu biaya modal pada nasabah. 2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan hukum yang ditetapkan.
3. Kontrak harus bebas dari riba. 4. Penjual harus menjelaskan pada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian. 5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya bila pembelian dilakukan secara hutang.
5. Perlakuan Akuntansi Murabahah
Standar akuntansi tentang jual beli murabahah mengacu pada PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah yang mulai berlaku efektif sejak 1
Januari 2008. PSAK ini menggantikan PSAK 59 yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan murabahah. PSAK
102 dapat diterapkan untuk lembaga keuangan syariah seperti bank, asuransi, lembaga pembiayaan, dana pensiun, koperasi, dan lainnya yang
menjalankan transaksi murabahah. Disamping itu, PSAK 102 juga diterapkan oleh pihak-pihak yang melakukan transaksi murabahah dengan
lembaga keuangan tersebut. 1. Perhitungan Penentuan Margin Murabahah
Universitas Sumatera Utara
Penentuan margin
murabahah dalam praktik perbankan biasanya dihitung dengan menggunakan metode anuitas. Semakin
lama jangka waktu pembiayaan, maka makin besar margin yang akan dikenakan kepada nasabah. Setelah margin ditentukan, nilai margin
tersebut bersifat tetap dan tidak berubah kendati terjadi keterlambatan pembayaran oleh nasabah.
2. Perhitungan Pendapatan Margin yang Diakui Saat Jatuh Tempo atau Pembayaran Angsuran
Setiap tanggal jatuh tempo, bank syariah akan mengakui adanya pendapatan margin. Besarnya pendapatan margin yang diakui
tergantung pada alternatif pendekatan yang digunakan. Bila bank menggunakan pendekatan proporsional, maka besarnya margin setiap
bulan adalah sama, sedang bila menggunakan pendekatan tabel anuitas, maka margin pada bulan pertama akan leih besar
dibandingkan dengan bulan kedua dan seterusnya. Berdasarkan PSAK 102 , pendekatan yang disarankan adalah pendekatan proporsional,
yaitu proporsional terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih dengan mengalihkan persentase keuntungan terhadap jumlah piutang
yang berhasil ditagih PSAK 102 paragraf 24. 3. Jurnal pada saat transaksi murabahah
a. Saat negoisasi
Universitas Sumatera Utara
Pada waktu negoisasi, bank syariah tidak melakukan jurnal apa pun mengingat negoisasi tersebut belum memiliki implikasi terhadap posisi
keuangan bank syariah. b. Pengakuan uang muka
Berdasarkan PSAK 102 paragraf 30 disebutkan bahwa uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima.
Dalam praktik perbankan , terdapat tiga macam alternatif mekanisme perlakuan uang muka.
Pertama, dengan mendebit langsung uang muka yang disepakati tersebut.
Tanggal Rekening
Debit Rp Kredit Rp
D. Rekening tabungan mudharabah PT.xx
10.000.000
K. Uang muka 10.000.000
Kedua, memblokir rekening nasabah sebesar nilai yang disepakati.
Tanggal Rekening
Debit Rp Kredit Rp
D. Rekening nasabah--PT.xx 10.000.000
K. Piutang Murabahah 10.000.000
Universitas Sumatera Utara
Ketiga, uang muka dipegang dan dibayar langsung oleh nasabah kepada pemasok.
Tanggal Rekening
Debit Rp Kredit Rp
D. Piutang
Wakalah 90.000.000 K. Rekening nasabah—PT. xx
90.000.000
Pada saat PT. xx menyerahkan barang, bank melakukan jurnal
Tanggal Rekening
Debit Rp Kredit Rp
D. Persediaan aset murabahah 90.000.000
K. Piutang Wakalah 90.000.000
c. Pembelian
Barang Pesanan
Dapat dilakukan dengan dua alternatif, yaitu bank membeli sendiri barang yang dipesan atau bank mewakilkan kepada nasabah pembeli
barang yang dipesan atas nama bank syariah.
Alternatif bank membeli langsung barang secara tunai kepada pemasok
Tanggal Rekening
Debit Rp Kredit Rp
D. Persediaan aset murabahah 100.000.000 K.
Kas rekening
nasabah- pemasok
100.000.000
Universitas Sumatera Utara
Alternatif bank membeli langsung barang secara kredit kepada pemasok
Tanggal Rekening
Debit Rp Kredit Rp
D. Persediaan aset murabahah 100.000.000 K. Utang pada pemasok
100.000.000
Saat pelunasan utang pada pemasok
Tanggal Rekening
Debit Rp Kredit Rp
D. Utang pada pemasok 100.000.000
K. Kas rekening pemasok 100.000.000
d. Saat Akad Murabahah disepakati Pencatatan penjualan Murabahah
Tanggal Rekening
Debit Rp Kredit Rp
D. Piutang
Murabahah 118.000.000 K. Persediaan Aset Murabahah
100.000.000 K.Margin
Murabahah yang ditangguhkan
18.000.000
Universitas Sumatera Utara
Pencatatan uang muka sebagai bagian pelunasan murabahah
Tanggal Rekening
Debit Rp Kredit Rp
D. Uang Muka 10.000.000
K. Piutang Murabahah 10.000.000
Pencatatan biaya-biaya yang ditangguhkan
Tanggal Rekening
Debit Rp Kredit Rp
D. Rekening nasabah—PT.xx 1.533..000
K. Pendapatan administrasi 900.000
K. Persediaan Materai 30.000
K. Rekening notaris 225.000
K. Rekening
Perusahaan Asuransi
378.000
e. Pembayaran angsuran dan pengakuan keuntungan murabahah
Tanggal Rekening
Debit Rp Kredit Rp
D. Kas Rekening nasabah 4.500.000
K. Piutang Murabahah 4.500.000
D.Margin Murabahah yang ditangguhkan
750.000
K.Pendapatan Margin Murabahah 750.000
Universitas Sumatera Utara
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Di bawah ini terdapat dua buah hasil penelitian terdahulu, yaitu :
Nama Judul Penelitian
Perumusan Masalah
Hasil Penelitian
Bamba ng
Santoso 2004
Liesma Maywa
rni Analisis
Sistem Pembiayaan
Murabahah Pada Bank
BNI Syariah Cabang
Medan
Analisis Penerapan
Transaksi Bagaimana Sistem
Pembiayaan Murabahah
yang Dilaksanakan di
Bank BNI Syariah Cabang Medan?
Apakah Pelaksanaan Sistem Pembiayaan
Murabahah di BNI Syariah Cabang
Medan syariah sudah efektif?
Apakah sistem pembiayaan
transaksi murabahah Seluruh rangkaian prosedur
aplikasi pembiayaan murabahah di BNI syariah telah berjalan
dengan baik. Struktur pengendalian intern berjalan
baik ditandai dengan adanya pemisahan batas dan wewenang
di bni syariah. Kelemahan yang ditemukan adalah sulitnya
mendapatkan nasabah yang potensial dan dapat dipercaya.
Sistem Pembiayaan murabahah telah sesuai dengan PSAK 59
yang menyatakan bahwa dalam
Universitas Sumatera Utara
Siregar 2005
Murabahah pada PT.
BPRS Syariah Al-
Washliyah Medan
yang diterapkan oleh PT. BPRS Syariah
Al-Washliyah Medan telah sesuai
dengan PSAK 59?
Apakah pengawasan intern dari
pembiayaan transaksi murabahah
yang diterapkan oleh PT. BPRS Syariah
Al-Washliyah Medan telah sesuai
dengan standar pengawasan intern
yang ditetapkan oleh BI?
Apakah pengakuan dan pengukuran
pendapatan dari murabahah, bank bertindak
sebagai penjual, nasabah bertindak sebagai pembeli atas
barang yang tersebut dalam akad menjadi obyek pembiayaan
dengan nilai pembiayaan sebesar harga pokok barang ditambah
margin yang dikenakan bank. Dalam pengawasan umum
ditemukan tidak terdapat departemen khusus yang
menangani SIA, sehingga input data dilaksanakan tiap bagian
sesuai dengan jenis transaksi. Pembagian tugas yang jelas serta
aspek kepatuhan yang baik telah sesuai dengan standar
pengawasan intern BI.
Pengakuan dan pengukuran pendapatan dari transaksi
murabahah pada PT. BPRS
Universitas Sumatera Utara
transaksi murabahah pada PT. BPRS
Syariah Al- Washliyah Medan
telah sesuai dengan PSAK 23?
Syariah Al-Washliyah Medan telah sesuai dengan PSAK 23
yaitu pendapatan dari transaksi jual beli baru dapat diakui
setelah perusahaan telah memindahkan resiko secara
signifikan dan tidak lagi mengelola atau melakukan
pengawasan efektif terhadap barang yang dijual.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian