Penentuan kadar total padatan tersuspensi ( TSS ) dan sulfida ( S2- ) dari air limbah inlet dan outlet PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

(1)

(2)

Baku Mutu Limbah Cair Menurut KEPMENLH No. KEP51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri

NO PARAMETER SATUAN GOLONGAN BAKU MUTU

I II

FISIKA

1 Temperatur Der. C 38 40

2 Zat padat larut mg/l 2000 4000

3 Zat padat tersuspensi mg/l 200 400

KIMIA

1 pH 6,0 sampai 9,0

2 Besi terlarut (Fe) mg/l 5 10

3 Mangan terlarut (Mn) mg/l 2 5

4 Barium (Ba) mg/l 2 3

5 Tembaga (Cu) mg/l 2 3

6 seng (Zn) mg/l 5 10

7 Krom heksavalen (Cr+6) mg/l 0,1 0,5

8 Krom Total (Cr) mg/l 0,5 1

9 Cadmium (Cd) mg/l 0,05 0,1

10 Raksa (Hg) mg/l 0,002 0,005

11 Timbal (Pb) mg/l 0,1 1

12 Stanum mg/l 2 3

13 Arsen mg/l 0,1 0,5

14 Selenum mg/l 0,05 0,5

15 Nikel (Ni) mg/l 0,2 0,5

16 Kobalt (Co) mg/l 0,4 0,6

17 Sianida (CN) mg/l 0,05 0,5

18 Sulfida (H2S) mg/l 0,05 0,1

19 Fluorida (F) mg/l 2 3

20 Klorin bebas (Cl2) mg/l 1 2

21 Amonia bebas (NH3-N) mg/l 1 5

22 Nitrat (NO3-N) mg/l 20 30

23 Nitrit (NO2-N) mg/l 1 3

24 BOD5 mg/l 50 150

25 COD mg/l 100 300

26 Senyawa aktif biru metilen mg/l 5 10

27 Fenol mg/l 0,5 1

28 Minyak nabati mg/l 5 10


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta: Kanisius.

Gintings, P. 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Jakarta : Pusta Sinar Harapan

Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI – Press Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi

Mahida, U. N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Cetakan Pertama. Jakarta: PTRaja Grafindo Persada

Nugroho, A. 2006. Bioindikator, Kualitas Air. Jakarta: Universitas Trisakti

Soeparman, H. M. dan Suparmin. 2001. Pembuangan Tinja & Limbah Cair. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Sugiharto, 1987. Dasar – Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI – Press

Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta: PT. Gramedia Indonesia

Sutrisno, C. T dan Suciastuti, E. 1987. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta


(4)

Training and Development Center PT.Toba Pulp Lestari, Tbk. 2000. Perolehan Nilai Parameter Karakteristik Limbah Cair.

Training and Development Center PT.Toba Pulp Lestari, Tbk. 2002. Handbook Effluent.

Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 2003. Buku Panduan Pelatihan Operator Profesional Muda IPAL.

Underwood, A. L. dan Day, R. A. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Penerbit Erlangga

Vogel. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisa Kuantitatif Anorganik. Edisi Keempat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran,EGC.


(5)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat

Oven Tempra

- Desikator

- Kertas saring whatman no. 41

- Neraca analitis o’hauss

- Filtering funnel

- Pompa vakum - Corong bouchner

- Gelas ukur 200 ml Pyrex

- Beaker glass Pyrex

- Penjepit

- Botol air demineralisasi - Bola karet

- Kuvet 25 ml HACH

- Pipet volume 25 ml Pyrex

- Spektrofotomer HACH DR 5000UV

- pH meter Hanna


(6)

3.2.Bahan

- Air Demineralisasi

- Sampel dari Inlet Primary Clarifier - Sampel dari Outlet Secondary Clarifier

- Sulfide 1

- Sulfide 2

3.3. Teknik Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dengan menggunakan botol plastik dan ditutup rapat. Sebelum sampel diambil terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan suhu, pH, konduktivitas, turbiditas dengan menggunakan alat pengukur digital, lalu dicatat. Sampel diambil di tempat – tempat yang telah ditentukan (inlet dan outlet) dan secepatnya dibawa ke laboratorium untuk di analisa.

3.4. Prosedur Analisa

3.4.1. Penentuan TSS ( Total Suspended Solid )

- Kertas saring whatman no.41 dimasukkan kedalam oven 1050 selama ± 30

menit. Kemudian dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit - Ditimbang berat kertas saring whatmann ( misal “A” )

- Dibersihkan tabung boucher dengan air demineralisasi

- Dimasukkan kertas saring whatmann tersebut kedalam filtering funnel

- Dituangkan secara perlahan – lahan sampel sebanyak 200 ml ke atas filtering funnel tersebut


(7)

- Diangkat kertas saring tersebut kemudian dimasukkan kedalam oven pada suhu ± 1050 C selama ± 2 jam

- Diangkat dari oven kemudian dimasukkan kedalam desikator selama ± 30 menit

- Ditimbang berat keseluruhan kertas saring ( misal “B” ) - Maka :

3.4.2. Penentuan Sulfida ( S2- )

- Dipipet 25 ml sampel air limbah kemudian dimasukkan kedalam kuvet - Ditambahkan Sulfide 1 lalu dikocok

- Ditambahkan Sulfide 2 lalu dikocok dan didiamkan beberapa menit

- Disiapkan larutan blanko dengan memipet 25 ml sampel air limbah kemudian dimasukkan kedalam kuvet

- Dimasukkan larutan blanko ke dalam alat instrument Spectrofotometer DR 5000U kemudian ditekan tombol “ zero” sehingga muncul angka nol (0 ppm)

di layar monitor

- Diukur konsentrasi (ppm) sampel air limbah yang telah ditambahkan Sulfide 1 dan Sulfide 2 dengan menekan kode program 3500 kemudian ditekan enter” dan hasil pengukuran dapat dilihat pada layar monitor


(8)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Analisa

Hasil analisa kadar TSS (Total padatan Teruspensi) dan Sulfida (S2-) pada

Inlet dan Outlet air limbah pulp

Tabel 4.1. Data Analisa Total Padatan Tersuspensi (TSS) pada Inlet

Sampel A

(mg) B (mg) C (mg) TSS (mg/L)

Sampel 1 1.0120 1.0316 200 198

Sampel 2 1.0076 1.0217 200 62

Sampel 3 1.0093 1.0277 200 92

Tabel 4.2. Data Analisa Total PadatanTersuspensi (TSS) pada Outlet

Sampel A

(mg) B (mg) C (mg) TSS (mg/L)

Sampel 1 1,0122 1,0210 200 44

Sampel 2 1,0003 1,0093 200 45

Sampel 3 1,0075 1,0167 200 46

Keterangan :

A = berat kertas saring sebelum difilter (berat awal) B = berat kertas saring setelah difilter


(9)

Tabel 4.3. Data Analisa Sulfida ( S2- ) pada Inlet

Sampel Hasil pembacaan alat

(mg/L)

Sampel 1 0,0054

Sampel 2 0,0030

Sampel 3 0,0023

Tabel 4.4. Data AnalisaSulfida (S2-) pada Outlet

Sampel Hasil pembacaan alat

(mg/L)

Sampel 1 0,0015

Sampel 2 0,0013

Sampel 3 0,0009

4.2. Perhitungan

TSS( mg /l)=

Dimana :

A = Berat kertas saring sebelum difilter / berat awal (mg) B = Berat kertas saring setelah difilter (mg)

C = Volume sampel (ml)

Kadar TSS pada Inlet Primary Clarifier Sampel 1

TSS ( mg/l ) = , 99− ,

x 106 = 198 mg/l


(10)

Sampel 2

TSS ( mg/l ) = , − , x 106

= 62 mg/l Sampel 3

TSS ( mg/l ) = , − , 9 x 106

= 92 mg/l

Kadar TSS pada Outlet Secondary Clarifier Sampel 1

TSS ( mg/l ) = , − , x106

= 44 mg/l Sampel 2

TSS ( mg/l ) = , 9 − , x 106

= 45 mg/l Sampel 3

TSS ( mg/l ) = , − , x 106


(11)

4.3 Pembahasan

Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh kadar Total Padatan Tersuspensi di inlet primary clarifier pada sampel 1 = 198 mg/l, sampel 2 = 62 mg/l dan sampel 3 = 92 mg/l. Di outlet secondary clarifier pada sampel 1 = 44 mg/l, sampel 2 = 45 mg/l dan sampel 3 = 46 mg/l.

Pada outlet secondary clarifier diperoleh hasil TSS yang lebih kecil dibandingkan dengan inlet primary clarifier dikarenakan sludge cepat mengendap sehingga hasil TSS menjadi kecil .

Pada analisa Total Padatan Tersuspensi ( TSS ), besarnya kadar total padatan tersuspensi pada limbah cair telah memenuhi baku mutu limbah cair industri sesuai dengan Kep. 51/MENLH/10/1995. Dimana persyaratan kadar maksimum yang diperoleh untuk Total Padatan Tersuspensi adalah 200 mg/L. Nilai TSS ( berupa limbah cair ) tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan , terutama TSS dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolam air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis di perairan (effendi, 2003).

Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh Kadar sulfida di inlet primary

clarifier pada sampel 1 = 0,0054 mg/l, sampel 2 = 0,0030 mg/l dan sampel 3 =

0,0023 mg/l. . Di outlet secondary clarifier pada sampel 1 = 0,0015 mg/l, sampel 2 = 0,0013 mg/l dan sampel 3 = 0,0009 mg/l.


(12)

Pada outlet secondary clarifier diperoleh hasil sulfida yang lebih kecil dibandingkan dengan inlet primary clarifier dikarenakan kadar oksigen yang cukup sehingga mikroorganisme sedikit yang mati.

Pada analisa sulfida diperoleh besarnya kadar sulfida telah memenuhi baku mutu limbah cair industri menurut Kep. 51/MENLH/10/1995. Dimana persyaratan kadar maksimum yang diperoleh untuk Sulfida adalah 0,05 mg/l. Apabila suatu sumber air telah terkontaminasi adanya sulfida sebagai gas H2S, maka warna

merah muda akan terbentuk yang kemudian akan berubah menjadi biru. Selain itu ciri – ciri yang telah terkontaminasi adanya gas H2S adalah air tersebut

mempunyai bau busuk yang pekat dan warna air tersebut akan menjadi keruh kehitaman.

Apabila hasil pengujian limbah menunjukkan data yang melanggar peraturan, maka limbah tersebut harus diolah sebelum digunakan atau dibuang ke lingkungan umum. Dimana pengolahan limbah cair dapat dilakukan di instalasi pengolahan air limbah ( IPAL ), sehingga hasil air yang terolah dapat digunakan kembali dan apabila dibuang ke lingkungan umumpun tidak membahayakan bagi kehidupan.

Pengontrolan air limbah di lokasi dilakukan secara rutin, mengawasi setiap air limbah yang masuk (inlet). Air limbah yang sedang menjalani proses, dan air limbah yang keluar (outlet). Apabila terjadi hal – hal yang tidak biasa pada air buangan dari salah satu plant, maka air limbah akan ditampung di kolam / penampungan darurat (spill pond).


(13)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh kadar Total Padatan Tersuspensi di

inlet primary clarifier pada sampel 1 = 198 mg/l, sampel 2 = 62 mg/l dan sampel

3 = 92 mg/l. Di outlet secondary clarifier pada sampel 1 = 44 mg/l, sampel 2 = 45 mg/l dan sampel 3 = 46 mg/l. Kadar sulfida di inlet primary clarifier pada sampel 1 = 0,0054 mg/l, sampel 2 = 0,0030 mg/l dan sampel 3 = 0,0023 mg/l. . Di outlet

secondary clarifier pada sampel 1 = 0,0015 mg/l, sampel 2 = 0,0013 mg/l dan

sampel 3 = 0,0009 mg/l.

2. Dari hasil analisa diatas diketahui bahwa kadar Total Padatan Tersuspensi (TSS) dan Sulfida (S2) yang diperoleh masih memenuhi baku mutu limbah yang

ditetapkan pemerintah melalui keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kep.51/MENLH/10/1995.

5.2 Saran

Limbah cair yang dihasilkan dari seluruh kegiatan proses produksi diharapkan dilakukannya pengolahan limbah cair semaksimal mungkin sebelum dibuang ke sungai pembuangan , agar tidak mencemari lingkungan serta tidak merugikan masyarakat.


(14)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek pengamatan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air ( Effendi, 2003).

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik ynag semakin menurun. Kegiatan industri, domestik dan kegiatan lain yang berdampak negatif terhadap sumber daya air antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi makhluk hidup yang bergantung pada sumber air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 20 tahun 1990 TENTANG Pengendalian Pencemaran Air mendefinisikan beberapa peristilah berikut :


(15)

1. Air, meliputi semua air yang terdapat di dalam atau berasal dari sumber air yang terdapat diatas permukaan tanah. Air yang terdapat di bawah permukaan tanah dan air laut tidak termasuk dalam pengertian ini

2. Kualitas air, yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain didalam air (kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter) yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya) parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, COD, kadar logam dan lain sebagainya)

3. Pencemar air, yaitu masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air menurun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan tidak lagi berfungsi sesuai dengan peruntukannya

4. Baku mutu air, yaitu batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemaran yang dapat ditenggang dalam sumber air tertentu, sesuai dengan peruntukkannya

5. Baku mutu limbah cair, yaitu batas kadar jumlah unsur pencemar yang dapat ditenggang keberadaannya didalam limbah cair dari suatu jenis kegiatan tertentu yang akan dibuang.

6. Beban pencemaran, yaitu jumlah suatu parameter pencemaran yang terkandung dalam sejumlah air atau limbah.

7. Daya tampung beban pencemaran, yaitu kemampuan air dalam sumber air untuk menerima beban pencemaran limbah tanpa mengakibatkan


(16)

penurunan kualitas air sehingga melewati baku mutu air yang ditetapkan sesuai peruntukkannya

8. Pengendalian, yaitu upaya pencegahan dan penanggulangan dan pemulihan.

Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut : 1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum 3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha perkotaaan, industri dan pembangkit tenaga listrik air (Effendi, 2003).

2.2. Limbah Cair

Limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan dan bahan – bahan pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari sumber domestik, sumber industri, dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan, atau air hujan (Soeparman, 2001).

Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem prosesnya. Di samping itu bahan baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang; misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu


(17)

bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian di proses dan setelah itu dibuang (Gintings, 1992).

Adanya benda – benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal disebut dengan pencemaran air. Karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat bervariasi, maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda (Kristanto,2004).

Air dari pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel baik yang larut maupun mengendap. Bahan ini ada yang kasar dan halus. Air yangmengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya mempunyai sifat tersendiri. Air limbah yang telah tercemar memberikan ciri yang dapat diidentifikasi secara visual dapat diketahui dari kekeruhan, warna air, rasa, bau yang ditimbulkan. Sedangkan identifikasi secara laboratorium, ditandai dengan perubahan sifat kimia air dimana air telah mengandung bahan kima beracun dan berbahaya dalam konsentrasi yang melebihi batas yang dianjurkan.

Jenis industri menghasilkan limbah cair diantaranya adalah industri – industri pulp dan rayon, minyak kelapa sawit,minyak goreng, kertas, tepung tapioka dan tekstil. Dimana jumlah limbah yang dikeluarkan masing – masing industri ini tergantung pada banyaknya produksi yang dihasilkan serta jenis produksinya. Industri pulp dan rayon menghasilkan limbah air sebanyak 30 m3 setiap ton pulp yang diproduksi (Gintings,1992).

Karakteristik limbah cair dapat diketahui menurut sifat – sifat dan karakteristik fisika, kimia dan biologis. Studi karakteristik limbah perlu dilakukan agar dapat dipahami sifat – sifat tersebut serta konsentrasinya dan sejauh mana tingkat pencemaran dapat ditimbulkan limbah terhadap lingkungan.


(18)

Dalam menentukan karakteristik limbah maka ada 3 jenis sifat yang harus diketahui yaitu :

 Sifat fisik  Sifat kimia  Sifat biologis

2.2.1 Sifat fisik

Perubahan yang ditimbulkan parameter fisika dalam air limbah yaitu; padatan, kekeruhan, bau, temperatur, daya hantar listrik dan warna.

a. Padatan

Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang larut.mengendap maupun suspensi. Bahan ini akan mengendap pada dasar air yang lama kelamaan menimbulkan pendangkalan pada dasar badan penerima. Akibat lain dari padatan ini menimbulkan tumbuhnya tanaman air tertentu dan dapat menjadi racun bagi makhluk lain. Banyak padatan menunjukkan banyaknya lumpur terkandung dalam air.

b. Kekeruhan

Kekeruhan menunjukkan sifat optis air yang menyebabkan pembiasan cahaya ke dalam air. Kekeruhan membatasi pencahayaan ke dalam air.Sekalipun ada pengaruh padatan terlarut atau partikel yang melayang dalam air namun penyerapan cahaya ini dipengaruhi juga bentuk dan ukurannya. Kekeruhan ini terjadi karena adanya bahan yang terapung dan terurainya zat tertentu seperti bahan organic, jasad renik, lumpur tanah liat dan benda lain yang melayang


(19)

ataupun terapung dan sangat halus sekali. Semakin keruh air semakin tinggi daya hantar listrik dan semakin banyak pula padatannya.

c. Bau

Bau timbul karena adanya kegiatan mikroorganik yang menguraikan zat organik menghasilkan gas tertentu. Di samping itu, bau juga timbul karena terjadinya reaksi kimia yang menimbulkan gas.Kuat tidaknya bau yang dihasilkan limbah tergantung pada jenis dan banyak gas yang ditimbulkan. d. Temperatur

Temperatur air limbah mempengaruhi badan penerima bila terdapat perbedaan suhu yang cukup besar. Temperatur air limbah akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas kimiawi biologis pada benda padat dan gas dalam air. Pembusukkan terjadi pada suhu yang tinggi dan tingkatan oksidasi zat organik jauh lebih besar pada suhu tinggi.

e. Daya hantar listrik

Daya hantar listrik adalah kemampuan air untuk mengalirkan arus listrik dan kemampuan tercermin dari kadar padatan total dalam air dan suhu pada saat pengukuran. Konduktivitas arus listrik mengalirkan arusnya tergantung pada mobilitas ion dan kadar yang terlarut. Senyawa anorganik merupakan konduktor kuat dibandingkan dengan senyawa organik. Pengukuran daya hantar listrik ini umtuk melihat keseimbangan kimiawi dalam air dan pengaruhnya terhadap kehidupan biota.


(20)

f. Warna

Warna ditimbulkan akibat suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air, di samping adanya bahan pewarna tertentu yang kemungkinan mengandung logam berat. Bau disebabkan karena adanya campuran dari nitrogen, fospor, protein, sulfur, amoniak, hydrogen sulfida, karbon sulfida dan zat organik lain. Kecuali bau yang disebabkan bahan beracun, jarang merusak kesehatan manusia tapi mengganggu ketenangan bekerja.

2.2.2 Sifat Kimia

Kandungan bahan kimia yang ada dalam air limbah dapat merugikan lingkungan melalui berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada penyediaan air bersih. Akan lebih berbahaya apabila bahan tersebut merupakan bahan yang beracun. Adapun bahan kimia yang penting yang ada di dalam air limbah pada umumnya dapat ditentukan oleh:

a. Keasaman Air

Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air.Air buangan yang mempunyai pH tinggi atau rendah menjadikan air steril dan sebagai akibatnya membunuh mikroorganisme air yang diperlukan. Air yang mempunyai pH rendah membuat air menjadi korosif terhadap bahan konstruksi seperti besi.


(21)

Buangan yang bersifat alkalis (basa) bersumber dari buangan mengandung bahan anorganik seperti senyawa karbonat, bikarbonat dan hidroksida. Buangan asam berasal dari bahan kimia yang bersifat asam misalnya buangan mengandung asam klorida dan asam sulfat.

b. Alkalinitas

Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan senyawa karbonat, bikarbonat, garam hidroksida, kalium, magnesium dan natrium dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air membuih.

c. Besi dan Mangan

Besi dan mangan yang teroksidasi dalam air berwarna kecoklatan dan tidak larut, menyebabkan penggunaan air menjadi terbatas.Air yang mengandung banyak padatan mempunyai sifat menghantarkan listrik yang dapat mempercepat terjadinya korosi.

d. Phosphat

Kandungan phosphat yang tinggi menyebabkan suburnya algae dan organisme lainnya. Pengukuran kandunga phosphate dalam air limbah berfungsi untuk mencegah tingginya kadar phosphate sehingga tidak merangsang pertumbuhan tumbuh – tumbuhan dalam air. Pada sungai / danau suburnya tumbuh – tumbuhan dalam air akan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dan kesuburan tanaman lainnya.


(22)

e. Sulfur

Sulfat dalam jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat terjadi secara proses alamiah. Sulfur dioksida dibutuhkan pada sintesa. Ion sulfat oleh bakteri direduksi menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfida diubah menjadi hydrogen sulfida.Dalam suasana aerob hydrogen sulfida teroksidasi secara bakteriologis menjadi sulfat.Dalam bentuk H2S bersifat racun dan berbau busuk. Pada proses digester lumpur gas

H2S yang bercampur dengan metan CH4 dan CO2 akan bersifat korosif. H2S

akan menghitamkan air dan lumpur yang bila terikat dengan senyawa besi membentuk Fe2S.

f. Nitrogen

Nitrogen dalam air limbah pada umumnya terdapat dalam bentuk organik dan oleh bakteri berubah menjadi amoniak.Dalam kondisi aerobic dan dalam waktu tertentu bakteri dapat mengoksidasi amoniak menjadi nirit dan nitrat. Nitrat dapat digunakan oleh algae dan tumbuh – tumbuhan lain untuk membentuk protein tanaman dan oleh hewan untuk membentuk protein hewan. Nitrit menunjukkan jumlah zat nitrogen yang teroksidasi.Nitrit merupakan hasil reaksi dan menjadi amoniak atau dioksidasi menjadi nitrit. g. Logam berat dan Beracun

Logam berat pada umumnya seperti; coprum (tembaga), perak, seng, cadmium, air raksa, timah, besi dan nikel. Metal lain yang termasuk metal berat adalah arsen, selenium, cobalt, mangan dan aluminium. Dalam


(23)

h. Fenol

Fenol dengan konsentrasi 0.005/liter dalam air minum menciptakan rasa dan bau apabila bereaksi dengan chlor membentuk chlorophenol.

i. Biochemical Oxigen Demand (BOD)

Pengukuran terhadap nilai Biochemical Oxigen Demand (BOD) adalah kebutuhan oksigen yang terlarut dalam air buangan yang dipergunakan untuk menguraikan senyawa organik dengan bantuan mikroorganisme pada kondisi tertentu. Pada umumnya proses penguraian terjadi secara baik yaitu pada temperatur 200C dalam waktu 5 hari dengan satuan dinyatakan dalam mg/l. j. Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak ditemukan mengapung di atas permukaan air meskipun seebagian terdapat di bawah permukaan air.Lemak dan minyak tersusun dari unsur karbon (C), hydrogen (H) dsn oksigen (O).Lemak sukar diuraikan bakteri tapi dapat dihidrolisa oleh alkali sehingga membentuk senyawa sabun yang mudah larut.adanya minyak dan lemak di atas permukaan air merintangi proses biologi dalam air sehingga tidak terjadinya fotosintesa.

k. Karbohidrat dan Protein

Karbohidrat dalam air buangan diperoleh dalam bentuk sellulosa dan kanji yang terdiri dari senyawa karbon, hidrogen dan oksigen baik larut dalam air maupun tidak larut.baik protein maupun karbohidrat mudah rusak oleh mikroorganisme dan bakteri.


(24)

l. Zat warna dan Surfaktan

Timbulnya dalam air buangan adalah karena adanya senyawa organik yang larut dalam air.Zat aktif (surfaktan) sangat sukar berurai oleh aktivitas mokroorganisme.Zat warna yang senyawa aromatik sukar berurai.Diantara zat warna yang mengandung logam berat, seperti; chrom atau tembaga (Gintings, P. 1992 ).

2.2.3 Sifat Biologi

Pemeriksaan biologis di dalam air dan air limbah untuk memisahkan apakah adanya bakteri – bakteri patogen berada dalam air limbah. Keterangan biologis ini diperlukan untuk mengukur kualitas air terutama bagi air yang dipergunakan sebagai air minum serta untuk menaksir tingkat kekotoran air limbah sebelum dibuang ke badan air (Sugiharto,1987)

2.3. Pengolahan Limbah Cair Pulp

Perlakuan awal limbah pada umumnya adalah pemisahan padatan yang berukuran besar dan serpihan namun demikian padatan yang tersuspensi yang terdapat pada limbah cair dipisahkan dengan cara sedimentasi.


(25)

2.3.1. Pengolahan Awal Limbah Cair Pulp (Tahap Persiapan)

Pengolahan awal limbah cair PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dimulai dengan bercampurnya semua influent dari sumber sumbernya melalui junction box dari

Inlet Primary Clarifier. Pada padatan ini sebelum limbah cair baku ( influent )

masuk ke bak penjernih pertama ( Primary Clarifier ) terlebih dahulu dikontrol pH dengan menggunakan kapur tohor ( burn clarifier ) kemudian disaring melalui saringan berputar (traveling screen) untuk menghindari sampah-sampah atau benda-benda besar ukurannya masuk ke Primary Clarifier sehingga nantinya mengganggu kinerja atau operasional unit tersebut, misalnya pompa. Selanjutnya influent ini masuk melalui bak pembagi (spliter box) untuk menyamakan aliran yang masuk ke setiap Primary Clarifier.Tahap selanjutnya influent mengalir ke

primary Clarifier. Pada tahapan ini influent diendapkan untuk memisahkan

influent dari padatan tersuspensinya (Total Supended Solid = TSS) karena TSS yang terkandung dalam influent tidak dapat diolah oleh mikroorganisme pada proses penguraiannya. Adapun cara kerjanya adalah padatan yang terkandung dalam influent yang lebih besar dari massa jenis limbah cair akan mengendap secara gravitasi dengan adanya waktu tinggal (retention time) dalam Primary

Clarifier tersebut. Selanjutnya influent yang jernih meluap melalui pelimpah celah

ukur (weir) dan menuju ke menara pendingin (Cooling Tower). Padatan yang mengendap ke dasar Primary Clarifier yang kita namakan lumpur Primary (Primary Sludge) selanjutnya disapu ke rake tengah dan diarahkan ke lobang isapan pompa kemudian dipompakan ke Thickener Clarifier untuk diolah lebih lanjut.


(26)

2.3.2. Sistem Pendingin Limbah Cair Pulp (Cooling System)

Sistem pendingin limber cair PT. Toba Pulp Lestari, Tbk adalah dengan menggunakan menara pendingin (Cooling Tower). Hal ini diperlukan untuk menjaga suhu yang sesuai dengan mikroorganisme untuk mengolah limbah cair dalam bak aerasi sehingga penguraian limbah cair akan berlangsung dengan baik. Adapun parameter yang perlu dijaga untuk unit ini adalah :

1. Temperatur limbah cair yang keluar dari unit ini dijaga dibawah 380C,

karena temperatur limbah cair yang baik bagi mikroorganisme berada pada kisaran 33-370C

2. Agar tercapai temperatur tersebut maka dipastikan :.

Spray Nozzle (sebuah pipa penyemprot) dalam keadaan bersih,

tidaktersumbat dengan benda apapun agar limbah cair yang kontak denganudara luar diusahakan setipis mungkin.

Mist Eliminator (membran) beserta sekat-sekatnya dalam keadaan

bersihdan tidak tersumbat dengan lumut atau kotoran apapun, agar kontak antar audara luar dengan limbah cair selalu terjaga.

2.3.3. Tahap Utama Pengolahan Limbah Cair Pulp

Setelah tahap persiapan yang dimulai dari primary Clarifier sampai ke Coolling

Tower maka tahapan selanjutnya adalah tahapan utama di bak aerasi (Deep Tank).

Pada unit ini penguraian secara biologi (Biological Reaction) berlangsung. Reaksi berlangsung secara aerobik yaitu reaksi bisa terlaksana apabila ada oksigen di


(27)

dalamnya dan tentunya mikroorganisme juga ada reaksi yang terjadi pada tahapan ini adalah :

Mikroorganisme Aerobik + Organik Terurai + O2 + Nutrient CO2 + H2O + NH3 + Mikroorganisme yang baru.

2.3.4. Tahap Penyempurnaan

Pada tahap ini disebut juga sebagai tahap pengendapan akhir dimana jumlah lumpur aktif yang bercampur dengan limbah cair dalam instalasi pengolahan air limbah yaitu berupa padatan tersuspensi yang keluar dari Deep Tank dialirkan ke

Secondary Clarifier melalui bak pembagi ( Spiliter Box ) agar aliran yang masuk

ke setiap Clarifier dapat diatur dengan merata.

Lumpur yang dihasilkan dalam instalasi pengolahan limbah cair PT.Toba Pulp Lestari, Tbk terbagi atas 2, yaitu :

1. Lumpur Primary (Primary Sludge)

Merupakan lumpur yang dihasilkan dari pengendapan limbah cair oleh

Primary Clarifier. Lumpur ini didominasi oleh serat (fiber) sisa pengolahan pulp.

2. Lumpur Biologi (Waste Activated Sludge)

Lumpur ini merupakan Lumpur aktif (activated sluge) yang harus dibuang dari Secondary Clarifier, dimana kegunaannya untuk menjaga campuran padatan organik yang tersuspensi untuk menjaga keseimbangan antara makanan dan mikroorganisme. Karena pada prinsipnya mikroorganisme


(28)

berkembangbiak setelah memakan organik terurai dalam limbah cair sehingga mikroorganisme ini perlu dibuang.

Penampungan lumpur dilakukan dengan bantuan flocculent (polymer) untuk membantu peningkatan dan pengendapan antara lumpur biologi dan lumpur primari.

Kegunaan utama dari tahap penyempurnaan ini adalah untuk memisahkan lumpur aktif dari limbah cair yang telah diolah sehingga limbah cair yang dibuang ke badan sungai penerima diharapkan sejernih mungkin (Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2003).

2.4. Pencemaran Air

Definisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya ( Achmad, 2004 ).

Apabila hasil pengujian limbah menujukkan data yang melanggar peraturan, maka limbah tersebut harus diolah sebelum digunakan atau dibuang ke lingkungan umum. Sebagai contoh pengolahan limbah cair dapat dilakukan di instalasi pengolahan air limbah ( IPAL ), sehingga hasil air yang terolah dapat


(29)

digunakan kembali dan apabila dibuang ke lingkungan umumpun tidak membahayakan bagi kehidupan ( Sunu, 2001 ).

Pencemaran air dapat meyebabkan berkurangnya keanekaragaman atau punahnya populasi mikroorganisme perairan seperti benthos, perifiton dan plankton. Dengan menurunya atau punahnya organisme tersebut maka sistem ekologis perairan dapat terganggu system ekologis perairan ( ekosistem ) mempunyai kempuan untuk memurnikan kembali lingkungan yang telah tercemar sejauh beban pencemaran masih berada dalam batas daya dukung lingkungan yang bersangkutan. Apabila beban pencemaran melebihi daya dukung lingkunganya maka kemampuan itu tidak dapat dipergunakan lagi.

Pencemaran air selain menyebabkan dampak lingkungan yang buruk, seperti timbulnya bau, menurutnya keanekaragaman dan menggangu estetika juga berdampak negative bagi kesehatan makhluk hidup, karena di dalam air yang tercemar selain mengandung mikroorganisme patogen, juga mengandung banyak komponen-komponen beracun ( Nugroho, 2006 )

Dampak pencemaran air dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok dampak, yaitu:

 Dampak terhadap kesehatan manusia

Berbagai penyakit dan iritasi dapat ditimbulkan oleh limbah cair  Dampak terhadap keseimbangan ekosistem air

Keseimbangan ekosistem air yang terdiri dari komposisi kimiawi – fisika air dapat dipengaruhi oleh limbah cair.Berubahnya keseimbangan


(30)

ekosistem ini dapat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup air lebih jauh.

 Dampak terhadap pemanfaatan badan air

Berbagai manfaat badan air dalam menunjang sektor transportasi, sektor pariwisata, sekor budidaya perikanan dan pertanian, dapat terganggu akibat pencemaran limbah cair.

2.5. Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid = TSS)

Padatan yang terkandung di dalam limbah cair memiliki ukuran yang berbeda-beda. Salah satunya adalah padatan tersuspensi yang merupakan padatan yang dapat terlihat secara kasat mata. Hasil penyaringan dari TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi,2003).

Dalam metode analisa zat padat, pengertian padatan total adalah semua zat - zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana, bila sampel air dalam bejana tersebut dikeringkan pada suhu tertentu. Padatan total terdiri dari padatan tersuspensi yang dapat bersifat organis dan anorganis pada padatan terlarut. Padatan Tersuspensi atau suspended solid (SS) merupakan padatan yang berukuran yang lebih besar dari 1,2 mikrometer (μm) yang terkandung dalam kolam limbah cair. Padatan tersuspensi = 250 mg/liter berarti dalam 1 liter limbah cair terdapat 250 mg padatan tersuspensi. Besaran padatan tersuspensi diperoleh dari pengukuran laboratorium dengan menggunakan metode gravimetri.


(31)

2.5.1. Analisa Padatan Tersuspensi (TSS)

Analisa Padatan Tersuspensi (TSS) menggunakan metode gravimetri. Metode Gravimetri merupakan metode penentuan suatu kandungan senyawa berdasarkan beratnya setelah dipanaskan dalam suhu tertentu. Besaran padatan tersuspensi menunjukkan banyaknya padatan organik (seperti bakteri) dan padatan anorganik (seperti tanah liat). Padatan tersuspensi organik disebut juga sebagai padatan tersuspensi dan terurai, sedangkan padatan tersuspensi anorganik disebut juga padatan tersuspensi dan tak terurai. Besarnya padatan tersuspensi dapat digunakan untuk memperkirakan banyaknya lumpur yang akan membebani suatu unit pengendapan.

Besaran padatan tersuspensi diperoleh dari pengukuran laboratorium dengan menggunakan metode gravimetri. Metode gravimetri merupakan metode penentuan suatu kandungan senyawa berdasarkan beratnya setelah dipanaskan dalam suhu tertentu (Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk 2000).

Analisa gravimetri, atau analisis kuantitatif berdasarkan bobot, adalah proses isolasi serta penimbangan suatu unsur atau suatu senyawa tertentu dari unsur suatu porsi zat yang sedang diselidiki, yang telah ditimbang. Pengendapan merupakan metode yang mempunyai peranan penting dalam analisis gravimetri. Bahan yang akan ditetapkan diendapkan dari suatu larutan dalam bentuk yang begitu sedikit dapat larut, sehingga tak terjadi kehilangan yang berarti bila endapan dipisahkan dengan menyaringnya dan ditimbang.


(32)

Faktor-faktor yang menentukan dalam analisis gravimetri, adalah :

1. Endapan harus begitu tak dapat larut, sehingga tidak akan terjadi kehilangan yang berarti, bila endapan yang dikumpulkan dengan menyaringnya. Dalam praktek ini, biasanya bahwa jumlah zat itu, yang tetap tinggal dalam larutan, tidak melampaui jumlah minimum yang terdeteksi oleh neraca analitik biasa yaitu 0,1 mg.

2. Sifat fisika endapan harus sedemikian, sehingga endapan dapat dengan mudah dipisahkan dari larutan dengan penyaringan, dan dapat dicuci sampai bebas dari zat pengotor yang larut. Kondisi ini menuntut bahwa partikelnya berukuran sedemikian, sehingga tidak lolos melalui medium penyaring, dan bahwa ukuran partikel tidak terpengaruh (atau sedikitnya atau berkurang oleh proses pencucian).

3. Endapan harus dapat diubah menjadi suatu zat yang murni dengan komposisi kimia tertentu. Ini dapat dicapai dengan pemijaran, atau dengan operasioperasi kimia yang sederhana, seperti penguapan bersama cairan yang sesuai.

Selama ini dianggap bahwa senyawa yang memisahkan dari lautan adalah larutan murni kimia, tetapi tidaklah selalu demikian halnya. Kemurnian endapan bergantung antara lain pada zat-zat yang ada dalam larutan,baik sebelum maupun sesetelah penambahan reagensia, dan juga pada kondisi eksperimen pengendapan yang tepat. Masalah-masalah yang timbul dengan endapan-endapan tertentu, meliputi koagulasi atau flokulasi suatu dispersi koloid dari zat-zat yang berbutir halus, untuk memungkinnya disaring dan untuk mencegah peptisai kembali darinya ketika endapan dicuci (Vogel, 1994).


(33)

2.6 Sulfida (sebagai gas H2S)

Sulfida merupakan gas alam belerang. Pada air limbah sulfida merupakan hasil pembusukan zat organik berupa hidrogen sulfida (H2S). hidrogen sulfida yang

diproduksi oleh mikroorganisme pembusuk dari zat – zat organik bersifat racun terhadap ganggang dan mikroorganisme lainnya, tetapi sebaliknya hidrogen sulfida dapat digunakan oleh bakteri fotosintetik sebagai donor elektron/hidrogen untuk mereduksi karbondioksida (CO2). Hasil pembusukan

zat – zat organik tersebut menimbulkan bau busuk yang tidak menyenangkan pada lingkungan sekitarnya.

Dalam proses industri, keberadaan sulfida dalam bentuk hydrogen sulfida sangat menganggu karena dapat menyebabkan kerusakan pada beton – beton dan juga menyebabkan berkaratnya logam – logam (pipa penyaluran). Penetapan sulfida bertujuan untuk menganalisa gas asam belerang dalam air limbah yang terjadi dari proses penguraian zat – zat organik (senyawa belerang) penyebab timbulnya bau busuk pada perairan (Mahida, 1984).

Hidrogen sulfida dihasilkan juga sebagai hasil reduksi dengan kondisi anaerob terhadap sulfat oleh mikroorganisme dan sebagai salah satu bahan pencemar gas yang dikeluarkan. Ion sulfida mempunyai affinitas yang menakjubkan dengan logam – logam berat berat, dan pengendapan dari logam – logam sulfida sering menyertai terbentuknya H2S (Achmad, 2004).


(34)

2.6.1.Analisa Sulfida

Analisa Sulfida (S2) menggunakan metode Spektrofotometri Warna adalah

salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada analisi spektrokimia, spectrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk menganalisis spesies kimia dan menelaah interaksinya dengan radiasi elektromagnetik. Karena tiap spesies kimia mempunyai tingkat energy radiasi yang berbeda, maka transisi perubahan energinya juga berbeda. Berarti suatu spectrum yang diperoleh dengan memplot beberapa fungsi terhadap frekuensi radiasi elektromagnetik adalah khas untuk spesies kimia tertentu dan berguna untuk identifikasi.

Pada analisis spektrokimia, frekuensi dari 10 – 10.000 Hz, misalkan gelombang audio sampai 1022 Hz. Dimana perubahan energi disebabkan oleh transisi rotasi, vibrasi, elektronik dan inti. Dasar analisis spektroskopi adalah interaksi radiasi dengan spesies kimia. Selama analisis spektrokimia, perlu sekali digunakan cahaya dari suatu panjang gelombang, yaitu radiasi monokromatis (Khopkar, 2003).

Spektrofototometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi spektofotometer digunakan untuk mengukur energi sacara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar – benar terseleksi dapat diperolehdengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma.


(35)

Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan abrorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding ( Khopkar, 2003 ).

2.6.2.Gangguan Analisa Spektrofotometri

Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat didalam analisa spektrofotometri maka kita harus menghilangkan beberapa gangguan yang mungkin disebabkan oleh sampel adalah:

a. Sianida, nitrit, dan polifosfat yang dapat mengganggu reaksi dalam pengukuran tersebut dinetralkan melalui pendidihan sampel.

b. Kram dan seng (kalau konsentrasinya 10 kali konsentrasi besi, kobalt dan tembaga kalau > 5 mg/l) dan nikel (kalau > 2 mg/l) yang biasanya dapat ditemui pada air limbah dan dapat dihilangkan dengan penambahan hidroksilamin

c. Bismut, Cadmium, air raksa dan perak dapat pula mengendapkan fenantrolin, dalam masalah ini maka konsentrasi fenantrolin harus dinaikkan

d. Warna dan zat organic (kalau > 20 mg/l) juga mengganggu. Cara menghilangkannya yaitu sampel harus diuapkan dengan hati – hati dalam oven (5500), kemudian didinginkan dan dilarutkan kembali dengan HNO3(p)


(36)

Gangguan – gangguan lain yang terjadi pada saat pengukuran juga dapat mengganggu hasil analisa adalah:

a. Sidik jari, kotoran padat yang melekat kuat pada sel yang digunakan, sehingga dapat menyerap radiasi dari sinar yang dihasilkan

b. Penempatan sel dalam sinar harus ditiru kembali

c. Gelembung gas tidak boleh ada didalam lintasan optic, karena dapat mengganggu pada saat pembacaan hasil

d. Panjang gelombang, ketidakstabilan pada sirkuit harus diteliti dan diperbaiki (Underwood, 1980)


(37)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. Toba Pulp Lestari, Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pulp. Perusahaan ini menggunakan bahan baku kayu eucalyptus. Didalam proses pengolahaannya, perusahaan ini juga menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan jika dibuang begitu saja tanpa pengolahan terlebih dahulu. Oleh karena itu untuk mengurangi beban pencemaran lingkungan setempat, perusahaan ini dituntut untuk mengolah limbahnya sebelum limbah tersebut dialirkan ke sungai ( Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 2002 ).

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B3 ( bahan beracun dan berbahaya ), yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya.

Sebagai limbah, B3 kehadirannya cukup mengkhawatirkan, terutama yang bersumber dari pabrik / industri, dimana B3 banyak digunakan sebagai bahan baku maupun bahan penolong industri. Sifat beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh sifat fisik dan sifat kimia bahan itu baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Beberapa kriteria berbahaya dan beracun telah ditetapkan,


(38)

antara lain mudah terbakar, mudah meledak, korosif, bersifat sebagai oksidator dan reduktor yang kuat, mudah membusuk dan lain – lain.

Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia dan kehidupannya lainnya, sehingga perlu ditetapkan batas – batas yang diperkenankan dalam lingkungan untuk waktu tertentu. Adanya batasan / konsentrasi dan kuantitas B3 pada suatu ruang dan waku tertentu dikenal dengan istilah ambang batas, yang mengandung makna bahwa dalam kuantitas tersebut masih dapat ditoleransi oleh lingkungan, sehingga tidak membahayakan lingkungan atau pemakai. Karena itu untuk setiap jenis B3 telah ditetapkan nilai ambang batasnya (Kristanto, 2004).

Bahan – bahan tersuspensi yang terdapat pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan, dapat meningkatkan nilai kekeruhan; yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolam air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis (Effendi, 2003).

Sulfida (gas H2S) merupakan gas yang sangat beracun dan berbau busuk

,sehingga kehadirannya dalam air akan mempengaruhi terhadap air. Di dalam jumlah besar dapat memperbesar keasamaan air sehingga dapat menyebabkan korosifitas (Sutrisno, 1987).

Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dimana dalam jangka waktu yang singkat tidak akan memberikan pengaruh yang berarti, namun dalam jangka panjang mungkin berakibat fatal terhadap


(39)

memperhitungkan dampak – dampaknya dalam jangka waktu yang panjang (Kristanto, 2004).

Pengolahan awal limbah cair PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dimulai dengan bercampurnya semua influent dari sumber sumbernya melalui junction box dari

Inlet Primary Clarifier. Pada padatan ini sebelum limbah cair baku ( influent )

masuk ke bak penjernih pertama ( Primary Clarifier ).

Tahap penyempurnaan merupakan tahap pengendapan akhir dimana jumlah lumpur aktif yang bercampur dengan limbah cair dalam instalasi pengolahan air limbah yaitu berupa padatan tersuspensi yang keluar dari Deep

Tank dialirkan ke Secondary Clarifier melalui bak pembagi ( Spiliter Box ) agar

aliran yang masuk ke setiap Clarifier dapat diatur dengan merata (Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2003)..

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995 tentang Baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri dengan program penataan lingkungan yang dilakukan upaya pengelolaan sumber daya air dalam rangka pengendalian dampak lingkungan (Effendi, 2003).

Adapun parameter - parameter air limbah pulp yang diujikan seperti BOD ( Biochemical Oxygen Demand ), KOK ( Kebutuhan Oksigen Kimia ), TSS ( Total padatan tersuspensi ), pH dan Amoniak bebas ( NH3-N).

Dari beberapa parameter diatas maka penulis hanya membahas parameter TSS ( Total padatan tersuspensi ) dan Sulfida ( S2- ) yang terdapat pada air limbah pabrik pulp. Serta untuk mengetahui apakah limbah cair tersebut telah memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.


(40)

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan “ Penentuan Kadar Total Padatan Tersuspensi ( TSS ) dan Sulfida ( S2- ) dari Air Limbah Inlet

dan Outlet PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Porsea“

1.2. Permasalahan

1. Berapakah kadar limbah cair Total Padatan Tersuspensi (TSS) dan Sulfida (S2-) pada inlet dan outlet di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk?

2. Apakah kadar limbah cair Total Padatan Tersuspensi (TSS) dan Sulfida (S2-)

sesuai dengan baku mutu limbah industri yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup?

1.3. Tujuan

1. Untuk menentukan kadar Total Padatan Tersuspensi (TSS) dan Sulfida (S2-) pada inlet dan outlet di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

2. Untuk membandingkan nilai kualitas limbah cair dengan baku mutu limbah industri yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memantau kualitas air pada pembuangan limbah industri dan memberikan informasi kepada perusahaan tentang berapa besar kadar pencemar pada limbah cair yang telah di analisa oleh Laboratorium environment PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sehingga mutu limbah cair yang dibuang kedalam lingkungan tidak melampaui baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan Menteri Lingkungan Hidup.


(41)

PENENTUAN KADAR TOTAL PADATAN TERSUSPENSI (TSS) DAN SULFIDA (S2-) DARI AIR LIMBAH INLET DAN OUTLET

PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kadar TSS (Total PadatanTersuspensi) dan Sulfida (S2-) dalam air limbah cair inlet dan outlet pabrik pulp di laboratorium PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Pemeriksaan kadar TSS (Total Padatan Tersuspensi) dilakukan dengan metode gravimetri yaitu dengan penyaringan, pengeringan, dan penimbangan sampai pada berat konstan. Pemeriksaan kadar Sulfida dilakukan dengan metode Spektrofotometer. Dimana panjang gelombang untuk Sulfida 665 nm. Analisa terhadap limbah cair berdasarkan atas parameter – parameter baku mutu limbah cair yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.

Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh kadar Total Padatan Tersuspensi di inlet primary clarifier pada sampel 1 = 198 mg/l, sampel 2 = 62 mg/l dan sampel 3 = 92 mg/l. Di outlet secondary clarifier pada sampel 1 = 44 mg/l, sampel 2 = 45 mg/l dan sampel 3 = 46 mg/l. Kadar sulfida di inlet primary clarifier pada sampel 1 = 0,0054 mg/l, sampel 2 = 0,0030 mg/l dan sampel 3 = 0,0023 mg/l. . Di outlet

secondary clarifier pada sampel 1 = 0,0015 mg/l, sampel 2 = 0,0013 mg/l dan

sampel 3 = 0,0009 mg/l.

Apabila dibandingkan kadar parameter limbah hasil analisa dengan parameter baku mutu limbah cair yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup, maka air limbah yang di analisa masih berada di bawah kadar mutu limbah cair tersebut.

Kata kunci : Padatan Tersuspensi, Sulfida, Air Limbah, Gravimetri, spektrofotometer


(42)

DETERMINATION OF TOTAL CONCENTRATION SUSPENDED SOLIDS (TSS) And SULFIDE (S 2-) FROM WASTE WATER INLET AND

OUTLET PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk Porsea

ABSTRACT

Has Analyzed levels of TSS (Total Suspended Solids) and sulfide (S 2-) in the laboratory pulp mill effluent PT. Toba Pulp Lestari Tbk. The level of TSS (Total Suspended Solids) performed by gravimetric method is by filtration, drying and weighing until constant weight. Sulfide content inspection was conducted using a spectrophotometer. Wherein the wavelength of 665 nm sulphide. Analysis of the effluent based on the parameters - parameters of effluent standards set by the Minister of Environment.

From The results of the analysis obtained by the levels of total suspended solids in the sample 1 = 44 mg / l, sample 2 = 45 mg / l and sample 3 = 46 mg / l. Sulfide levels in the samples 1 = 0.0054 mg / l, sample 2 = 0.0030 mg / l and sample 3 = 0.0023 mg /l.

When Compared to the parameters of the analysis results by parameter waste effluent standards set by the Ministry of Environment, the waste water in the analysis is still below the levels of effluent quality.

Keywords : Suspended Solids, Sulfide, Waste water, Gravimetric, Spectrophotometers


(43)

PENENTUAN KADAR TOTAL PADATAN TERSUSPENSI (TSS) DAN SULFIDA (S2-) DARI AIR LIMBAH INLET DAN OUTLET

PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA

KARYA ILMIAH

TRI JULI YANTI SIGALINGGING 132401112

PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(44)

PENENTUAN KADAR TOTAL PADATAN TERSUSPENSI (TSS) DAN SULFIDA (S2-) DARI AIR LIMBAH INLET DAN OUTLET

PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar AhliMadya

TRI JULI YANTI SIGALINGGING 132401112

PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(45)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR TOTAL PADATAN TERSUSPENSI (TSS) DAN SULFIDA (S2-) DARI AIR LIMBAH INLET DAN OUTLET

PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2016

TRI JULI YANTI SIGALINGGING 132401112


(46)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan kadar total padatan tersuspensi ( TSS ) dan sulfida ( S2- ) dari air limbah inlet dan outlet PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

Kategori : Karya Ilmiah

Nama : Tri Juli Yanti Sigalingging

NomorIndukMahasiswa : 132401112

Program Studi : Diploma III Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM ( FMIPA ) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juli 2016 Diketahui / Disetujui oleh

Ketua Prodi D3 Kimia

Ketua. Pembimbing

Dra Emma Zaidar, M.Si Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si NIP.19550918 198701 2 001 NIP. 19740405 199903 2 001

Departemen Kimia FMIPA USU

Dr.Rumondang Bulan, MS NIP.19540830 195803 2 001


(47)

PENGHARGAAN

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah, rahmat dan karunia Nya penulis dapat meyelesaikan karya ilmiah ini.Adapun karya ilmiah ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan Diploma 3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Sumatera Utara. Selama penulisan tugas akhir ini, penulis juga banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr.Rumondang Bulan Nasution,MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.

2. Ibu Dr. Emma Zaidar Nasution,M.Si selaku Ketua Jurusan / Program Studi Diploma -III KimiaFMIPA USU

3. Ibu Dr. Cut Fatimah ZuhraS,Si, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.

4. Orang tua penulis Bapak (†) M. Sigalingging dan Ibu (†) T. Br Pasaribu yang telah memberikan kasih sayangnya dan semangat serta bang penulis Halasson Sigalingging danHamonangan Sigalingging dan Kakak penulis Rawati Br Galingging S.Pd dan Tiorina Br Galingging S.PdK yang membantu memberi semangat dan motivasi dalam meyelesaikan tugas akhir.

5. Pimpinan, StafdanKaryawan PT. Toba Pulp Lestari, TbkPorsea yang

telahmemberikanbimbingan, arahan,

dantempatuntukmelaksanakanpraktekkerjalapangan.

6. Untuksemuateman –temanseperjuangan IMADIKA 2013, kakakdanabang alumni Kimia Analisdan Kimia Industrisertaadik – adik junior IMADIKA

2014 dan 2015yang


(48)

7. Untuk partner praktekkerjalapanganpenulisyaitu Ida ErpinaDamanik,

SentianaSilaban, Rini Marini Sihite,

RaraSujiSeptiaHasibuandanRizkyRudianto yang

telahmemberikanbantuandanmasukankepadapenulisselamamenyelesaikan PraktekKerjaLapangan

8. Untuksahabat – sahabatpenulisAgustinaPakpahan, YolandaPandiangan, JuliSimamora, SarahHutabarat, Danu Pratama yang

tidakbisadisebutkansatupersatu yang

telahbanyakmemberikanbantuandanmasukankepadapenulisdalammenyeles aikankaryailmiahini.

Penulis menyadari KaryaIlmiah ini masih jauh dari kesempurnaan,baik dalam penyajian maupun tata bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan bersama.Penulis berharap semogaTugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Juli 2016 Penulis,


(49)

PENENTUAN KADAR TOTAL PADATAN TERSUSPENSI (TSS) DAN SULFIDA (S2-) DARI AIR LIMBAH INLET DAN OUTLET

PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kadar TSS (Total PadatanTersuspensi) dan Sulfida (S2-) dalam air limbah cair inlet dan outlet pabrik pulp di laboratorium PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Pemeriksaan kadar TSS (Total Padatan Tersuspensi) dilakukan dengan metode gravimetri yaitu dengan penyaringan, pengeringan, dan penimbangan sampai pada berat konstan. Pemeriksaan kadar Sulfida dilakukan dengan metode Spektrofotometer. Dimana panjang gelombang untuk Sulfida 665 nm. Analisa terhadap limbah cair berdasarkan atas parameter – parameter baku mutu limbah cair yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.

Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh kadar Total Padatan Tersuspensi di inlet primary clarifier pada sampel 1 = 198 mg/l, sampel 2 = 62 mg/l dan sampel 3 = 92 mg/l. Di outlet secondary clarifier pada sampel 1 = 44 mg/l, sampel 2 = 45 mg/l dan sampel 3 = 46 mg/l. Kadar sulfida di inlet primary clarifier pada sampel 1 = 0,0054 mg/l, sampel 2 = 0,0030 mg/l dan sampel 3 = 0,0023 mg/l. . Di outlet

secondary clarifier pada sampel 1 = 0,0015 mg/l, sampel 2 = 0,0013 mg/l dan

sampel 3 = 0,0009 mg/l.

Apabila dibandingkan kadar parameter limbah hasil analisa dengan parameter baku mutu limbah cair yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup, maka air limbah yang di analisa masih berada di bawah kadar mutu limbah cair tersebut.

Kata kunci : Padatan Tersuspensi, Sulfida, Air Limbah, Gravimetri, spektrofotometer


(50)

DETERMINATION OF TOTAL CONCENTRATION SUSPENDED SOLIDS (TSS) And SULFIDE (S 2-) FROM WASTE WATER INLET AND

OUTLET PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk Porsea

ABSTRACT

Has Analyzed levels of TSS (Total Suspended Solids) and sulfide (S 2-) in the laboratory pulp mill effluent PT. Toba Pulp Lestari Tbk. The level of TSS (Total Suspended Solids) performed by gravimetric method is by filtration, drying and weighing until constant weight. Sulfide content inspection was conducted using a spectrophotometer. Wherein the wavelength of 665 nm sulphide. Analysis of the effluent based on the parameters - parameters of effluent standards set by the Minister of Environment.

From The results of the analysis obtained by the levels of total suspended solids in the sample 1 = 44 mg / l, sample 2 = 45 mg / l and sample 3 = 46 mg / l. Sulfide levels in the samples 1 = 0.0054 mg / l, sample 2 = 0.0030 mg / l and sample 3 = 0.0023 mg /l.

When Compared to the parameters of the analysis results by parameter waste effluent standards set by the Ministry of Environment, the waste water in the analysis is still below the levels of effluent quality.

Keywords : Suspended Solids, Sulfide, Waste water, Gravimetric, Spectrophotometers


(51)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Tujuan 3

1.4 Manfaat 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum 5

2.2. Limbah Cair 7

2.2.1 Sifat Fisik 9

2.2.2. Sifat Kimia 11

2.2.3. Sifat Biologi 15

2.3. Pengolahan Limbah Cair Pulp 15

2.3.1. Pengolahan Awal Limbah Cair Pulp 16 2.3.2. Sistem Pendingin Limbah Cair Pulp 17 2.3.3. Tahap Utama Pengolahan Limbah Cair Pulp 17

2.3.4. Tahap Penyempurnaan 18

2.4. Pencemaran Air 19

2.5. Padatan Tersuspensi 21

2.5.1. Analisa Padatan Tersuspensi (TSS) 22

2.6. Sulfida 24

2.6.1.Analisa Sulfida 25

2.6.3. Gangguan Analisa Spektrofotometri 26 BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat 28

3.2 Bahan 29

3.3.Teknik Pengambilan Sampel 29


(52)

3.3.1. Penentuan Total Padatan Tersuspensi (TSS) 29

3.3.2. Penentuan Sulfida (S2-) 30

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data 31

4.2. Perhitungan Kadar Total Padatan Tersuspensi 32

4.3. Pembahasan 34

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 37

5.2 Saran 37

Daftar Pustaka 38


(53)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

4.1 Data Analisa Total Padatan Tersuspensi (TSS) Pada Inlet 31 4.2 Data Analisa Total Padatan Tersuspensi (TSS) Pada outlet 31

4.3 Data Analisa Sulfida (S2) pada Inlet 31


(54)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman


(1)

PENENTUAN KADAR TOTAL PADATAN TERSUSPENSI (TSS) DAN SULFIDA (S2-) DARI AIR LIMBAH INLET DAN OUTLET

PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kadar TSS (Total PadatanTersuspensi) dan Sulfida (S2-) dalam air limbah cair inlet dan outlet pabrik pulp di laboratorium PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Pemeriksaan kadar TSS (Total Padatan Tersuspensi) dilakukan dengan metode gravimetri yaitu dengan penyaringan, pengeringan, dan penimbangan sampai pada berat konstan. Pemeriksaan kadar Sulfida dilakukan dengan metode Spektrofotometer. Dimana panjang gelombang untuk Sulfida 665 nm. Analisa terhadap limbah cair berdasarkan atas parameter – parameter baku mutu limbah cair yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.

Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh kadar Total Padatan Tersuspensi di inlet primary clarifier pada sampel 1 = 198 mg/l, sampel 2 = 62 mg/l dan sampel 3 = 92 mg/l. Di outlet secondary clarifier pada sampel 1 = 44 mg/l, sampel 2 = 45 mg/l dan sampel 3 = 46 mg/l. Kadar sulfida di inlet primary clarifier pada sampel 1 = 0,0054 mg/l, sampel 2 = 0,0030 mg/l dan sampel 3 = 0,0023 mg/l. . Di outlet

secondary clarifier pada sampel 1 = 0,0015 mg/l, sampel 2 = 0,0013 mg/l dan

sampel 3 = 0,0009 mg/l.

Apabila dibandingkan kadar parameter limbah hasil analisa dengan parameter baku mutu limbah cair yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup, maka air limbah yang di analisa masih berada di bawah kadar mutu limbah cair tersebut.

Kata kunci : Padatan Tersuspensi, Sulfida, Air Limbah, Gravimetri, spektrofotometer


(2)

DETERMINATION OF TOTAL CONCENTRATION SUSPENDED SOLIDS (TSS) And SULFIDE (S 2-) FROM WASTE WATER INLET AND

OUTLET PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk Porsea

ABSTRACT

Has Analyzed levels of TSS (Total Suspended Solids) and sulfide (S 2-) in the laboratory pulp mill effluent PT. Toba Pulp Lestari Tbk. The level of TSS (Total Suspended Solids) performed by gravimetric method is by filtration, drying and weighing until constant weight. Sulfide content inspection was conducted using a spectrophotometer. Wherein the wavelength of 665 nm sulphide. Analysis of the effluent based on the parameters - parameters of effluent standards set by the Minister of Environment.

From The results of the analysis obtained by the levels of total suspended solids in the sample 1 = 44 mg / l, sample 2 = 45 mg / l and sample 3 = 46 mg / l. Sulfide levels in the samples 1 = 0.0054 mg / l, sample 2 = 0.0030 mg / l and sample 3 = 0.0023 mg /l.

When Compared to the parameters of the analysis results by parameter waste effluent standards set by the Ministry of Environment, the waste water in the analysis is still below the levels of effluent quality.

Keywords : Suspended Solids, Sulfide, Waste water, Gravimetric, Spectrophotometers


(3)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Tujuan 3

1.4 Manfaat 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum 5

2.2. Limbah Cair 7

2.2.1 Sifat Fisik 9

2.2.2. Sifat Kimia 11

2.2.3. Sifat Biologi 15

2.3. Pengolahan Limbah Cair Pulp 15

2.3.1. Pengolahan Awal Limbah Cair Pulp 16 2.3.2. Sistem Pendingin Limbah Cair Pulp 17 2.3.3. Tahap Utama Pengolahan Limbah Cair Pulp 17

2.3.4. Tahap Penyempurnaan 18

2.4. Pencemaran Air 19

2.5. Padatan Tersuspensi 21

2.5.1. Analisa Padatan Tersuspensi (TSS) 22

2.6. Sulfida 24

2.6.1.Analisa Sulfida 25

2.6.3. Gangguan Analisa Spektrofotometri 26 BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat 28

3.2 Bahan 29

3.3.Teknik Pengambilan Sampel 29

3.3. Prosedur Analisa 29


(4)

3.3.1. Penentuan Total Padatan Tersuspensi (TSS) 29 3.3.2. Penentuan Sulfida (S2-) 30 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data 31

4.2. Perhitungan Kadar Total Padatan Tersuspensi 32

4.3. Pembahasan 34

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 37

5.2 Saran 37

Daftar Pustaka 38


(5)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

4.1 Data Analisa Total Padatan Tersuspensi (TSS) Pada Inlet 31 4.2 Data Analisa Total Padatan Tersuspensi (TSS) Pada outlet 31

4.3 Data Analisa Sulfida (S2) pada Inlet 31

4.4 Data Analisa Sulfida (S2) pada Outlet 32


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman