interaksi perdagangan juga mengalami peningkatan, yang awalnya hanya ada di daerah sekitar pemukiman penduduk, mulai dikembangkan di pemondokan para
karyawan perkebunan yang tentunya membutuhkan bahan-bahan kebutuhan pokok mereka. Biasanya para pedagang ini menjajakan barang seperti bahan pangan,
pakaian.
2.4 Pemerintahan
Eksistensi desa saat ini seyogyanya tidak lagi dikendalikan oleh pusat seperti ketika berada di bawah UU.5 tahun 1979, dimana desa berada dibawah kecamatan.
Bila dibandingkan dengan undang-undang yang baru yang termaktub dalam UU No.22 tahun 1999, kewenangan desa pasal 99 mencakup:
a. Kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa.
b. Kewenangan yang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku belum
dilaksanakan oleh daerah dan pemerintah. c.
Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi, danatau pemerintah kabupaten.
Adapun tugas pembantuan, disebutkan pasal 100: Tugas Pembantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi, danatau pemerintah kabupaten kepada desa disertai
dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pemerintahan desa berhak menolak pelaksanaan tugas pembantuan
yang tidak disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia. Dengan ini nampak bahwa kewenangan desa relatif luas, meskipun tentu
saja masih bisa dijumpai sejumlah pembatasan
16
16
Madekhan Ali, Orang Desa Anak Tiri Prubahan, Malang, Averroes Press, 2007, hal.140.
. Sebuah agenda pemerintahan yang terus menjadi pusat-pusat perhatian adalah pembangunan desa. Menurut konsepnya,
pembangunan adalah upaya perubahan yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai kondisi dan situasi yang lebih baik, dilaksanakan secara sistematis, dan
bertahap disemua bidang. Namun demikian adalah sangat penting melihat kembali latar belakang makna
yang terkandung dalam Undang-Undang No.5 tahun 1974. Hal ini dikarenakan fokus penulisan berada dalam batasan tahun sebelum 1980, yang mana masih berlakunya
aturan perundang-undangan tersebut. Melalui Undang-Undang No 5 tahun 1974 organisasi pemerintahan desa diseragamkan. Sistem pemerintahan desa merupakan
sistem pemerintahan yang otonomi desa yaitu bahwa pemerintah desa berwenang menyelenggarakan rumah tangga pemerintahan sendiri sesuai dengan asal-usul desa
yang di atur dalam Undang-Undang. Pemerintahan desa dikepalai oleh seorang kepala desa yang dipilih oleh
masyarakat desa itu sendiri melalui pemilihan kepala desa. Sebagai seorang Kepala Desa, ia berhak mengatur roda-roda pemerintahan desa yang sesuai dengan
kebutuhan desa. Dalam menjalankan pemerintahan, seorang Kepala Desa dibantu oleh seorang Sekretaris Desa, yang mempunyai tugas menjadi penyelenggara
pemerintahan desa apabila seorang Kepala Desa mempunyai halangan. Dalam hal ini, tugas dan kewenangan Kepala Desa adalah sesuai dengan aspirasi dari masyarakat
desa tersebut.
Dalam sistem pemerintahan ini Sekretaris Desa juga dibantu oleh kepala- kepala urusan yang membidangi tugasnya masing-masing guna memaksimalkan
pelayanan pemerintahan kepada masyarakat. Selanjutnya secara horizontal perangkat desa di bawah kepala desa diangkat seorang kepala dusun yang membawahi beberapa
huta-huta. Sejalan dengan itu maka dibentuklah Lembaga Ketahanan masyarakat Desa
LKMD di setiap desa atau dalam pemerintahan Nagori Perdagangan disebut Maujana. Baik pemerintah maupun Maujana, yang dalam konteks ini pemerintah
yang dimaksud adalah Kepala Desa merupakan rangkaian struktur pemerintahan desa yang ada pada saat itu, dan sebagainya telah dirancang sebagai perpanjangan
birokrasi pemerintah nasional dan lokal untuk menjangkau masyarakat. Hal ini sesuai dengan di Undang-Undangkannya Pemerintahan Desa UUPD pada tahun 1979.
Tugas dan fungsi dari Maujana ataupun yang dalam sistem pemerintahan desa Perdagangan disebut juga dengan Maujana Nagori Perdagangan adalah mengawasi
gerak roda pemerintahan dan mengajukan aspirasi masyarakat desa kepada penyelenggara pemerintahan desa.
Berikut adalah bagan pemerintahan Nagori Perdagangan sebelum dimekarkan menjadi Kelurahan Perdagangan I dan Nagori Perdagangan II.
Bagan Pemerintahan Nagori Perdagangan
Penghulu
Sekretaris desa
KAUR KAUR
KAUR
GamotKp.Dusun Huta-Huta
BAB III
PERKEMBANGAN KOTA PERDAGANGAN 1980-1999
Pembangunan daerah merupakan salah satu unsur penunjang di dalam mencapai masyarakat yang adil dan makmur yang merata material maupun spiritual,
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Agar pertumbuhan dan perkembangan dapat terarah maka setiap unsur wilayah harus dapat dimanfaatkan secara maksimal, serasi, dan seimbang sesuai
rencana dan program tertentu. Pembagian daerah tersebut disesuaikan dengan susunan pemerintahannya yang ditetapkan berdasarkan undang-undang, dengan
mengingat dasar pemusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak asal usul daerah-daerah yang istimewa.
Dalam penjelasan UUD 1945 pasal 18 diterangkan bahwa daerah Indonesia akan dibagi pula ke dalam beberapa daerah propinsi. Daerah propinsi akan pula
dibagi ke dalam beberapa daerah-daerah kecil. Daerah-daerah ini dapat bersifat otonom atau bersifat daerah administratif, sesuai dengan aturan yang akan ditetapkan
dengan undang-undang.
3.1 Wilayah dan Penduduk