Sejarah Perdagangan Perkembangan Kota Perdagangan Di Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun (1980-1999)

BAB II PERDAGANGAN SEBELUM TAHUN 1980

2.1 Sejarah Perdagangan

Menurut legenda yang beredar di masyarakat kota Perdagangan, bahwa kota Perdagangan mempunyai kisah cerita yang bersifat mitos. Disebutkanlah bahwa dahulu kala, tersebutlah seorang saudagar bepergian berlayar mengarungi bantaran sungai Bah Bolon, dahulu sungai ini masih cukup luas dan dapat dilalui oleh kapal. Saudagar tersebut mengarungi bantaran sungai dari hilir. Ditengah perjalanan kapal yang ditumpangi oleh saudagar mengalami kerusakan dan karam sehingga saudagar tersebut lalu memutuskan untuk berhenti dan mencari daratan. Lalu ia melihat sebatang pohon di atas bukit yang sangat besar dan lagi rindang dahannya dan di sekitarnya terdapat banyak monyet-monyet yang besar yang menjaga pohon tersebut, kemudian ia mulai membangun penginapan di sekitar tempat pohon yang besar tadi, lantas membuat suatu sesajen di bawahnya dan meminta agar dirinya dapat kembali ke kampung halamannya apapun syaratnya akan dia penuhi. Permintaannya lantas terpenuhi dengan syarat salah satu dari anaknya harus rela menjadi penjaga dari pohon tersebut 7 Berita tentang adanya pohon tersebut tersebar sehingga banyak orang yang datang dan melakukan ritual, dan mengakibatkan daerah di sekitar pohon tersebut . 7 hasil wawancara dengan Rahman Damanik 12 Maret 2011 di Nagori Perdagangan menjadi ramai dan dikunjungi oleh orang-orang sehingga menarik minat dari para pedagang terutama para pedagang Cina. Daerah tempat berdagang para orang-orang Cina tersebut dinamakan Perdagangan sedangkan tempat pohon tersebut oleh orang penduduk asli disebut Bukkit Partopaon. Tentu saja, cerita tentang asal-usul nama Perdagangan ini tidak dapat dipercayai begitu saja karena terdapat hal-hal yang bersifat supranatural. Meskipun demikian, dari cerita lisan yang berkembang di masyarakat, dapat dikatakan bahwa munculnya nama Perdagangan berkaitan dengan adanya aktivitas tukar menukar barang di sepanjang sungai Bah Bolon, yang salah satunya adalah yang kemudian dinamakan Perdagangan. Penulis tidak menemukan simbol lain yang menceritakan tentang asal-usul nama Perdagangan, termasuk kapan mulai munculnya nama Perdagangan tersebut. Dalam membicarakan tentang daerah kota Perdagangan maka, tidak dapat di pisahkan dengan asal usul salah satu kerajaan yang berdiri di daerah tersebut yakni kerajaan Bandar, yang juga merupakan salah satu kerajaan yang mempunyai hubungan dengan kerajaan yang ada di Simalungun yakni kerajaan Siantar. Masyarakat marga-marga pribumi Simalungun utama dari marga Purba, Damanik, Sinaga; intinya berasal dari keturunan cabang pokok marga Sitiga Marga Borbor Marsada, Lontung, dan Sumba, secara genealogis dari pusat negeri Toba. Berlainan dengan Marga Silima atau Silima Marga di tanah Karo sebagai marga persekutuan gabungan secara teritorial. Nama ”Simalungun” sebagai nama wilayahdaerah dan suku bangsa timbul sesudah abad-XVII, yakni sesudah dibentuk oleh dinasti Tuan Singa Mangaraja. Namum nama ”Simalungun” lebih dikukuhkan setelah dibentuk oleh pemerintah Belanda Afdeling Simelungun en de Karolanden 12-12-1906 yang bermula berkedudukan di Saribudolok dengan Westenberg sebagai Asistent Residennya. Simalungun atau Sibalungun artinya ”sunyi” atau ”lengang”, berarti negeri yang ditinggalkan. Yang meninggalkan ialah kerajaan Nagur yang mengundurkan diri ke Gayo-Alas Aceh-Tua dan terkandung dalam istilah Simalungun asli: Parladang na malungun parsiou na madahon na songon jolma ippa-ippa. 8 8 Sangti Batara, Sejarah Batak,Batak Balige, Karl Sianipar Company, 1977, hal. 146 Sebagai telaah asal usul marga dan kerajaan Siantar bermula dari suatu kisah sebagai berikut: putera dari Partiga-tiga Sipunjung, bernama Si Ali Urung menggantikan ayahnya yang meninggal dunia, kemudian pergi ke Siantar Matio Sibisa Lumban Julu pusat negeri Toba dan meminta Si Bagot Dihitam yakni dapat diartikan sebagai pengikutnya dan menjadikannya Raja Siantar sedang Si Ali Urung sendiri menurunkan pangkatnya menjadi Bah Bolak bendahara. Dari turunan raja-raja Siantar berasal dari Tuhan Bandar dan Tuhan Damanik. Tuhan Bandar sebagai anak sulung, Tuhan Damanik sebagai anak kedua dan yang bungsu sebagai penerus Si Ali Urung sebagai raja Siantar. Tuhan Bandar sendiri lantas mendirikan kerajaan baru yakni kerajaan Bandar yang berpusat di Nagori Perdagangan sekarang. Kerajaan Bandar dibagi menjadi beberapa Partuanon Parbapaan yaitu Partuanon Bandar Tongah, Bandar Pulo, Bandar Sahkuda, Buntu Gunung, dan Partuanon Bandar Hobun. Sebagai penguasa kerajaan masing-masing baik Tuhan Bandar maupun raja Siantar, tidak melepaskan tali persaudaraan namun mempunyai arti bahwa kerajaan Bandar merupakan bagian dari kerajaan Siantar dan Tuhan Bandar juga dinamakan Tuhan Siantar. Hubungan ini tampak ketika kerajaan Bandar mendapat serangan dari Tanjung Kasau yang bermaksud menguasai daerah Bandar. Hal lainnya, yaitu ketika raja Siantar yang pada saat itu dipangku oleh Sangnawalu atau yang bernama Tuhan Sangma yang diasingkan ke Bengkalis tepatnya pada tahun 1924. Tuhan Bandar yang pada saat itu di pimpin oleh Sawadim Damanik yang mempunyai nama sewaktu kecil bernama Distabulan Damanik menjadi pemangku jabatan kerajaan Siantar sampai meletusnya Revolusi Sosial di Sumatera Timur pada bulan April 1946. Adapun nama-nama raja Bandar yang pernah memerintah di kerajaan Bandar ialah : 1. Borashata Damanik 2. Boasni Damanik 3. Sappuraga Damanik 4. Sarbaih Damanik 5. Toranggun Damanik 6. Clahrani Damanik 7. Sawadin Damanik 8. Distabulan Damanik Pada zaman penjajahan Belanda kerajaan Bandar dijadikan Distrik dengan ibu kotanya Perdagangan. Kerajaan Bandar berakhir setelah terbakarnya istana raja pada waktu meletusnya Revolusi Sosial pada tahun 1946. Pada masa lalu memang sungai Bah Bolon merupakan salah satu sungai yang digunakan sebagai jalur pelayaran untuk daerah-daerah pedalaman yang ramai dikunjungi orang, karena sering dikunjungi oleh orang maka mengundang orang- orang untuk bertempat tinggal menetap di daerah tersebut. Daerah Pardagangan ini lama kelamaan menjadi ramai dan membentuk suatu pemukiman. Letaknya di pinggiran sungai Bah Bolon merupakan daya tarik tersendiri bagi masyarakat pada saat itu. Dengan demikian, Pardagangan berkembang menjadi pusat suatu kegiatan ekonomi, yang merupakan wilayah pemerintahan dari kerajaan Siantar dengan Tuan Bandar sebagai penguasa daerah tersebut. Pada awal datangnya para investor asing, Perdagangan sudah merupakan wilayah yang sangat diminati oleh para penduduk, Perdagangan juga menarik para investor perkebunan. Namun bukanlah daerah Perdagangan yang dijadikan sebagai wilayah ekspansi,melainkan wilayah Perdagangan sebagai tempat pemukiman. Sehubungan dengan mulai dibangunnya jalan raya dan jalur kereta api pada awal abad ke-20 yakni jalan raya antara Medan- Tebing Tinggi- Pematang Siantar, guna mempermudah kegiatan investor, maka dibangunlah jalur darat berupa jalan raya yakni antara Pematang Siantar- Perdagangan- Lima Puluh. Hingga antara tahun 1883- 1920 mulai dibukanya pembangunan jalan rel kereta api yakni dari Medan- Tebing Tinggi-Parlanaan- Kisaran-Ranto Prapat, yang mengakibatkan perkembangan Perdagangan mulai menurun 9 9 Edi Sumarno, M.Hum. Op,Cit. hal 3 .

2.2 Geografis dan Penduduk