ANALISIS DETERMINAN PERGERAKAN NILAI AKTIVA BERSIH REKSADANA SYARIAH DI INDONESIA

(1)

oleh

SHINTA RIANA ANGGRAINI ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel produk domestik bruto, suku bunga sertifikat Bank Indonesia syariah, indeks harga saham gabungan, danJakarta Islamic index baik secara parsial maupun secara bersama-sama terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah di Indonesia periode 2008:04–2013:12. Alat analisis yang digunakan adalah model analisis regresi linier berganda dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square). Penelitian ini menggunakan data time seriesbulanan yang diperoleh dari Bank Indonesia dan sejumlah publikasi lainnya. Berdasarkan hasil regresi OLS, dapat diketahui bahwa secara parsial variabel produk domestik bruto, danJakarta Islamic Index memberikan pengaruh positif yang

signifikan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah. Sedangkan variabel suku bunga sertifikat Bank Indonesia syariah dan indeks harga saham gabungan memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan. Serta secara bersama-sama dan signifikan seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini berpengaruh terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah.

Kata Kunci: Nilai aktiva bersih reksadana syariah, produk domestik bruto, sertifikat Bank Indonesia syariah, indeks harga saham gabungan, Jakarta Islamic index, danOrdinary Least Square.


(2)

by

SHINTA RIANA ANGGRAINI ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the effect of the variable gross domestic product, islamic certificate Bank Indonesia , stock price index, and the Jakarta Islamic Index partially or jointly to the net asset value of Islamic mutual funds in Indonesia from 2008:04 - 2013:12. The analytical tool that use in this study is multiple linear regression analysis model with the least squares method (Ordinary Least Square). This study uses monthly time series data obtained from Bank Indonesia and a number of other publications. Based on the results of an OLS regression, show that in partial, gross domestic product, and the Jakarta Islamic Index a significant positive effect on the net asset value of Islamic mutual funds. While variable islamic certificates of Bank Indonesia and the stock price index has a negative and significant effect. As well as jointly and significantly all variables used in this study affect the net asset value of Islamic mutual funds. Keywords: Islamic mutual funds net asset value, gross domestic product,

Islamic certificate of Bank Indonesia, stock price index, the Jakarta Islamic Index, and Ordinary Least Square.


(3)

'$hinta([{!ffiro

*Wqini

Skripsi

Sebagaisalah Satu Syarat untuk MencapaiGelar SARJANA EKOI{OHI

Pada

Jurusah Ekonomi Pembenguil€ln

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uniyersitas Lampung

FAI(UITAS EKOI{Oi{I

DAil

BISTTrc

UilNrcRSITAS

LA]IIPUilG

B*NDAR

LAIIIPU}{€


(4)

: ..-.,i r li: 1..1 i,;i i;

r., iq.,.,, t. .;i,. r,,,,;,. i ir,iia:i'li-iirr.:i i,;1.,;.., l'','.,,'; r. ,,

.t :.:1.:,.r'l'ril: .:,'.,' - :...r:r:

,,;", i i.,r:, iir', i,',1, lu I l.,, rl' .. .

l'.li j .i.i ;;

- i,'i:il:r. ' rr t,:i: i.'\

i..r aii1,j,,,.

; .: .. ,,. ,, .ii. . . i,t;:ijji.,:.. ,lt .ti

.. ,': ir.ri.:: li',, , ,,, ,' ' .';.t.. i , ..

ii

-.

,

"

,

'

''

,;;,,;.

,.1,1

,,|;.;*ti

r;;

,-faKUtLaS-

i I ,.,

:'DKOnOlrIl€SIlDlSIllS

,

',.:. :ri,"

r',,,i

)i.'.,..,,,j:,'.j,,,,..,,,:,,,..,...,..,:,..,..:...j.i:,..1.

i.l H J{"'r,,r',,:

,. ,- ,,. iii -..1,.,,;UtuI, i.-ri'i;ii'i-.rirj,i r,t,,r i lr,.,.'i,.'.i:r 'r ,. i"r,i.:i

:r 'rr.li,iili:


(5)

1. Tim Pengqii

Ketua

Sekretaris

Pengqji

Bukan Pembirnbing

:

Dr. Salmul,

S.E., M,Si.

:

Tiara

Ninnala, S.E., M.Sc.

: Dr. Yoke

Muelgtni, M.Sc.

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Prof. Dr. Hi.

Satria

Bangsawan, S.E., M.Si.

NrP 19610904 198703

r

dr

r


(6)

rrqg

bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah

&rgm

sungguh-sungguh dan tidak merupakan penjiplakan hasil karya

lain Apabila dikemudiau hari terbukti bahwa pemyataan

ini tidak benar

saya sanggup menerima hukuman sanksi sesuai peraturaa yang berlaku.,,

Bandar Lampung, 28 Mei 2014

Penulis

ir ./r:r:1r rrti:3rr


(7)

Penulis bernama Shinta Riana Anggraini, lahir pada tanggal 18 Agustus 1993 di Gunung Madu Plantantion, Lampung. Penulis lahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Taufik dan Ibu Yuliana Artika (Alm).

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak YAPINDO, Sweet Indo Lampung pada tahun 1997 dan tamat pada tahun 1998. Selanjutnya penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Dasar 02 YAPINDO, Sweet Indo Lampung, yang diselesaikan pada tahun 2004. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Satya Dharma Sudjana, Gunung Madu

Plantantion dan tamat pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Terbanggi Besar dan tamat pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis diterima di perguruan tinggi Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB) pada jurusan

Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi yang sekarang berganti nama menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan intra kampus, antara lain anggota muda HIMEPA FEB UNILA (2010/2011), Brigade muda BEM FEB UNILA (2010/2011), Staff Manajer Keuangan PILAR FEB UNILA (2011/2012), dan Sekretaris Umum PILAR FEB UNILA (2012/2013), serta menjadi surveyor Bank Indonesia (2013).


(8)

MOTO

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”

(QS.Alam Nasrah: 7)

“Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang” (Imam Syafi’i)

“Tak peduli berapa jauh jalan salah yang telah diambil, segera putar arah

sekarang juga.”

(Rhenald Kasali)

“Selam dan arungilah samudera kehidupanmu, berlian indah tak dapat kau temui dengan hanya melihat dari ketepian”


(9)

Alhamdulillhirrabbil alamin, segala puji hanya milik Allah SWT. Ku persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terimkasihku kepada :

1. Ayah dan almarhumah Bunda yang tidak pernah lelah untuk mendoakan, memberikan semangat, motivasi, dan materi. Berusaha dengan segenap daya upaya serta kesabaran untuk terciptanya keberhasilan masa depanku, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan kepada Ayah serta

memberikan tempat terbaik pada almarhumah bunda tercinta.

2. Serta adik-adikku tercinta , Shendy Sukma Yulta dan Sheilla Lubna

Pradyta. Terimakasih atas perhatian, serta keceriaan yang selalu memotivasi. Kelak tumbuh dan dewasalah seperti impian orang tua kita.

3. Almamater tercinta jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.


(10)

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Determinan Pergerakan Nilai Aktiva Bersih Reksadana

Syariah di Indonesia” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan. Terima kasih untuk masukan dan saran-sarannya.

4. Bapak Dr. Saimul, S.E., M.Si., selaku Pembimbing Skripsi atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi.


(11)

penyelesaian skripsi.

6. Bapak Dr. Yoke Muelgini, M.Sc., selaku dosen yang memberikan inspirasi bagi penulis.

7. Bapak Asrian Hendy Caya S.E.,M.Si., selaku Pembimbing Akademik. 8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan ilmu

dan pelajaran dengan baik.

9. Seluruh keluarga besarku atas doa dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Erlen Agus Satriowibowo, S.P., terima kasih untuk motivasi yang tak pernah henti dan juga doa serta waktu selama ini.

11. Sahabat-sahabat terbaikku yang berjuang bersama-sama. Monic, Dina, Wuri, Sonia, Desta, Unchu Santi, Desi, dan Caca. Terima kasih untuk segalanya. Percayalah segala usaha yang telah kita lakukan kelak akan berbuah manis. 12. Teman-teman konsentrasi Ekonomi Moneter 2010. Tetik, Tika, Icha, Renny,

dan Dimas. Terimakasih atas semangat yang kalian berikan.

13. Teman-teman satu pembimbing. Lutfida, Claudya, Dhani, Virgie dan Hasti. Terimakasih telah berjuang bersama-sama dalam proses penyelesaian skripsi. 14. Seluruh mahasiswa Ekonomi Pembangunan angkatan 2010. Dani Chandra,

Dania, Echy, Ajeng, Bung Naw (Ridwan), serta yang lainnya yang tidak dapat dituliskan satu persatu. Semoga kedepannya kita akan selalu sukses. Aamiin.


(12)

dituliskan satu persatu. Semoga masih banyak kesempatan untuk kita dalam berkarya dan terus mengukir tinta.

16. Kakak-kakak dan teman-teman tersayang Asrama Biyyabyl. Aciq Ajeng, Intan, Cici, Debby, Vina, Kiki, dan Tanti. Semoga hubungan silaturahmi kita tak putus sampai akhir hayat. Aamiin.

17. Para staff jurusan Ekonomi Pembangunan. Ibu Mardiana, Ibu Yati, Pakde

Heriyanto, Pak Ikhman dan Mas Ma’ruf. Terima kasih telah membantu proses

kelancaran skripsi ini.

18. Beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Mei 2014 Penulis,


(13)

i

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR TABEL ...iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I . PENDAHULUAN ... 1

A....Latar Belakang Masalah ... 1

B...Rum usan Masalah ... 7

C...Tujua n Penelitian... 7

D....Kera ngka Pemikiran... 8

E...Hipot esis... 10

F...Ruan g Lingkup Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A....Reks adana Syariah ... 12

1. Pengertian Reksadana Syariah ... 12

2. Tujuan Reksadana Syariah ... 13

3. Ciri-ciri Reksadana Syariah ... 13

4. Mekanisme Operasional Reksadana Syariah ... 14

5. Perbedaan Reksadana Syariah dengan Reksadana Konvensional... 15

6. Instrumen Investasi Reksadana Syariah ... 16

B....Nilai Aktiva Bersih ... 18


(14)

i

2. Prinsip Investasi dalam Islam... 22

D....Teori Portofolio Choice ... 24

E...Prod uk Domestik Bruto ... 25

1. Pengertian Produk Domestik Bruto... 25

2. Tipe-tipe Produk Domestik Bruto ... 26

3. Teori Produk Domestik Bruto ... 26

F....Sertif ikat Bank Indonesia Syariah... 30

1. Teori yang Berhubungan dengan Suku Bunga... 31

2. Tipe-tipe Suku Bunga... 33

3. Manfaat Suku Bunga dalam Perekonomian Nasional... 33

G...Indek s Harga Saham Gabungan ... 34

H....Jakar taIslamic Index... 36

I....Keter kaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat... 38

1. Produk Domestik Bruto dengan NAB Reksadana Syariah ... 38

2. Sertifikat Bank Indonesia Syariah dengan NAB Reksadana Syariah... 38

3. Indeks Harga Saham Gabungan dengan NAB Reksadana Syariah... 39

4. JakartaIslamic Index dengan NAB Reksadana Syariah ... 40

J...Tinja uan Empirik... 40

III. METODE PENELITIAN ... 43

A....Jenis dan Sumber Data ... 43

B....Defin isi Operasional Variabel ... 44

C...Meto de Analisis... 47

D....Meto de Pengolahan Data... 48

E...Taha pan Analisis... 49

1. Uji Stasioneritas ... 49

2. Uji Kointegrasi ... 51


(15)

i

Asumsi Normalitas... 54

2....Uji Asumsi Heteroskedastisitas... 54

3...Uji Asumsi Autokorelasi ... 56

4....Uji Asumsi Multikolinieritas... 57

G....Uji Hipotesis... 59

1. Uji t... 60

2. Uji F... 61

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62

A....Uji Stasioneritas ... 62

1. Uji Stasioneritas Data pada Level ... 62

2. Uji Stasioneritas Data padaFirst-Difference... 63

B....Uji Kointegrasi ... 64

C...Hasil Estimasi Regresi OLS ... 65

D...Hasil dan Pembahasan Uji Asumsi Klasik ... 68

1. Hasil Uji Normalitas ... 68

2. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 69

3. Hasil Uji Autokorelasi... 70

4. Hasil Uji Multikolinieritas ... 71

E...Hasil Uji Hipotesis ... 72

1. Uji t ... 72

2. Uji F ... 75

F....Inter pretasi Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 76

G...Keter batasan Penelitian... 80

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 82

A....Simp ulan... 82

B...Saran ... 82


(16)

(17)

iii

Tabel Halaman

1. Ringkasan Penelitian “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di

Indonesia”...40

2. Ringkasan Penelitian “Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia

Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar

Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia”...41

3. Ringkasan Penelitian “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi

Terhadap Reksadana Syariah di Indonesia”...45

4. Ringkasan Penelitian “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di

Indonesia”...42

5. Ringkasan Penelitian “The Islamic Capital Market Volatility :

A Comprative Study Between In Indonesia and Malaysia”...42

6. Nama Variabel, Simbol Variabel, Ukuran, dan Sumber Data...44 7. Hasil Uji Stasionaritas Philips-PerronUnit Root Periode April

2008-Desember 2013 pada OrdoLevel untuk Semua Data yang digunakan Dalam Penelitian ...62 8. Hasil Uji Stasionaritas Philips-Perron Unit Root Periode April

2008-Desember 2013 pada Ordo First Difference untuk Semua Data yang digunakan dalam Penelitian...63 9. Hasil Estimasi Regresi Pada Persamaan NAB Reksadana Syariah...64 10. Hasil Uji Kointegrasi Metode Engle Granger pada Persamaan Nilai


(18)

iii

12. Hasil Uji Normalitas...69 13. Hasil Uji HeteroskedastisitasNo Cross Term Persamaan Nilai

Aktiva Bersih Reksadana Syariah ...69 14. Hasil Uji HeteroskedastisitasCross Term Persamaan Nilai

Aktiva Bersih Reksadana Syariah ...70 15. Hasil Uji Autokorelasi Persamaan Nilai Aktiva Bersih Reksadana

Syariah ...70 16. Hasil Uji Multikolinieritas Persamaan Nilai Aktiva Bersih

Reksadana Syariah...71 17. Hasil Uji t Pengaruh Produk Domestik Bruto Terhadap NAB

Reksadana Syariah...72 18. Hasil Uji t Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

Syariah Terhadap NAB Reksadana Syariah...73 19. Hasil Uji t Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan Terhadap

NAB Reksadana Syariah ...74 20. Hasil Uji t JakartaIslamic Index Terhadap NAB Reksadana

Syariah ...75 21. Hasil Uji F Pada Persamaan Nilai Aktiva Bersih Reksadana


(19)

ii

Gambar Halaman

1...Perk

embangan Reksadana Syariah dalam Total Nilai Aktiva

Bersih Reksadana Syariah ... 4 2. Model Kerangka Pemikiran Analisis Determinan Pergerakan

Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia... 10 3. Efisiensi Modal Marjinal ... 21 4. Tingkat Bunga dan Tingkat Investasi ... 22 5. Uji Normalitas Persamaan Nilai Aktiva Bersih Reksadana


(20)

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang memiliki siitem perekonomian terbuka. Sistem perekonomian terbuka sangat penting peranannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan dan dalam upaya meningkatkan pembangunan. Setiap negara memiliki kekurangan dan kelebihan dalam proses perkembangannya, untuk menutupi kekurangan dan kelebihan itu adalah dengan melalui investasi.

Investasi merupakan suatu kegiatan penanaman modal baik langsung maupun tidak langsung, yang bertujuan untuk mendapatkan pendapatan tertentu sebagai hasil penanaman modal tersebut. Secara umum setiap keputusan investasi dalam pasar modal akan mengarahkan harapan investor kepada tingkat pengembalian(rate of return) investasi yang menjanjikan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan resiko yang terkait dengan investasi. Berinvestasi dapat dilakukan pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksadana, dan lain-lain.

Seiring berkembangnya ekonomi berbasis syariah yang di awali sejak tahun 1997, produk syariah mulai diperkenalkan yang ditandai dengan munculnya


(21)

reksadana syariah yang juga merupakan salah satu instrumen investasi. Menurut Dewan Syariah Nasional MUI dan Bank Indonesia (2001) reksadana syariah merupakan salah satu alternatif berinvestasi bagi masyarakat yang ingin menginvestasikan dananya pada pasar modal yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah, baik dalam bentuk akad antar pemodal sebagai pemilik harta dengan manajer investasi sebagai wakil pemilik harta, maupun antar manajer investasi sebagai wakil pemilik harta dengan pengguna investasi.

Reksadana syariah dalam pengelolaan portofolionya menghasilkan nilai aktiva bersih (NAB). Sebagaimana disebutkan bahwa NAB menunjukkan jumlah dana yang dikelola oleh suatu reksadana. Jumlah dana tersebut mencakup kas,

deposito, saham, dan obligasi setelah dikurangi oleh kewajiban-kewajiban yang ada. NAB bisa berfluktuasi setiap hari tergantung dari perubahan nilai efek dari portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan naiknya nilai investasi

pemegang saham per unit penyertaan. Begitu juga sebaliknya, menurun berarti menggambarkan berkurangnya nilai investasi pemegang saham per unit

penyertaan.

Pada tahun 2008 nilai aktiva bersih (NAB) reksadana syariah mengalami penurunan akibat hantaman krisissubprime mortgage sebesar 17,72% menjadi Rp. 1,81 triliun dimana pada tahun sebelumnya sebesar Rp. 2,20 triliun. Krisis ini tidak hanya memukul bursa saham Amerika tetapi juga memukul bursa saham negara lainnya seperti bursa saham Eropa terutama Perancis, Inggris, Spanyol, dan Jerman (Otoritas Jasa Keuangan, 2008). Sepanjang tahun 2009 kondisi ekonomi Indonesia cenderung stabil, hal ini dapat dilihat dari tingkat


(22)

inflasi sepanjang tahun tersebut. Inflasi pada Januari 2009 sebesar 9,17% dan berangsur-angsur mengalami penurunan hingga mencapai 2,78% di akhir tahun (Bank Indonesia, 2009). Indikasi dari hal ini pun di tahun 2009, reksadana syariah memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK, bahwa reksadana syariah mengalami kenaikan sebesar 24,3% dari tahun sebelumnya sehingga total reksadana syariah yang beredar terdapat 46 yang dinyatakan efektif oleh Bapepam. Pada tahun 2010, NAB reksadana syariah meningkat sebesar 0,30% sehingga NAB reksadana syariah sebesar Rp. 5,23 triliun. Angka tertinggi tahun 2011 NAB tumbuh sebesar Rp. 5,76 triliun yang merupakan NAB terbaik selama tahun 2008 sampai tahun 2011. Selama dua tahun terakhir yaitu pada tahun 2012 dan tahun 2013 perkembangan jumlah reksadana syariah maupun total NAB reksadana syariah semakin meningkat, yang digambarkan oleh terdapatnya 65 reksadana syariah dengan total NAB mencapai Rp. 9,44 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Pergerakan NAB yang fluktuatif sepanjang periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2013 ini dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.


(23)

Sumber: Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Syariah (Bapepam-LK, 2013)

Gambar 1. Perkembangan Reksadana Syariah dalam Total Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah

Menurut Beik (2003) dalam Ali (2012) menyebutkan bahwa semakin

berkembangnya reksadana syariah menjadikan instrumen pasar modal syariah lebih variatif dan lebih menjanjikan bagi para investor yang ingin

menginvestasikan modalnya di pasar modal syariah. Dengan potensi besar Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia seharusnya menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat pengembangan industri keuangan berbasis syariah termasuk pasar modal di dunia. Mengapa demikian, karena

bagaimanapun secara faktual, pasar modal telah menjadifinancial nerve centre (saraf finansial dunia) dunia ekonomi modern.

Dalam upaya strategik mengembangkan pasar modal dan industri keuangan non bank berbasis syariah, penguatan regulasi, pengembangan dan penyetaraan produk, serta peningkatan kualitas sumberdaya manusia menjadi suatu target program Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan


(24)

(BAPEPAM-LK) sebagaimana tertuang di dalam Master Plan Pasar Modal dan Industri Keuangan Non Bank BAPEPAM-LK Tahun 2010-2014 (Ali, 2014).

Perkembangan yang dialami reksadana syariah tidak terlepas dari faktor-faktor yang mendasarinya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi perkembangan reksadana syariah dalam penelitian ini direpresentasikan dengan NAB reksadana syariah. Oleh karena itu, dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan NAB reksadana syariah, maka pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap reksadana syariah dapat lebih memfokuskan perhatian pada faktor-faktor tersebut demi perkembangan reksadana syariah.

Faktor-faktor tersebut salah satunya adalah produk domestik bruto. Produk domestik bruto sebagai salah satu variabel dalam faktor ekonomi yang merupakan salah satu variabel pengaruh pergerakan NAB reksadana syariah. Sebagaimana disebutkan oleh Putratama (2007), bahwa produk domestik bruto yang meningkat mencirikan pendapatan perusahaan yang meningkat akibat meningkatnya permintaan akan barang dan jasa. Pendapatan perusahaan yang meningkat akan berimplikasi pada meningkatnya investor yang berinvestasi padareksadana syariah.

Beberapa regulasi yang dikeluarkan pemerintah belakangan ini untuk

mendukung perkembangan industri keuangan syariah diantaranya adalah, telah disahkannya Undang-undang Bank Indonesia Syariah. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/11/PBI/2008, Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut sebagai SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip


(25)

syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Sertifikat Bank Indonesia Syariah bagi bank syariah dijadikan sebagai alat instrumen investasi.

Menurut Kasim (2010) dalam Sari (2013) menyatakan bahwa perubahan indeks harga saham yang terjadi hampir secara serempak di semua bursa saham

regional memberikan gambaran bahwa antara indeks harga saham yang satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan antara suatu bursa dengan bursa lainnya. JakartaIslamic Index(JII) merupakan salah satu indeks saham yang ada di Indonesia untuk menghitung indeks harga rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah. Adapun tujuan pembentukan JII untuk meningkatkan kepercayaan investor dalam melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek.

Pada dasarnya JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia dan dapat menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal, termasuk di dalamnya adalah Reksadana Syariah.


(26)

Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian yang berjudul,“Analisis Determinan Pergerakan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di

Indonesia”, faktor-faktor yang dianggap dapat memberikan pengaruh terhadap pergerakan NAB reksadana syariah adalah produk domestik bruto, suku bunga sertifikat bank Indonesia syariah, indeks harga saham gabungan, dan Jakarta islamic index.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana pengaruh Produk Domestik Bruto, Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Indeks Harga Saham Gabungan, dan Jakarta Islamic Index baik secara parsial maupun secara bersama-sama terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dan manfaat ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Bruto danJakarta Islamic Index secara parsial terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.

2. Untuk menganalisis pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Syariah, dan Indeks Harga Saham Gabungan secara parsial maupun terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.


(27)

3. Untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Bruto, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Indeks Harga Saham Gabungan, danJakarta

Islamic Index secara bersama-sama terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.

D. Kerangka Pemikiran

Fundamental dalam konsep ekonomi islam adalah bertujuan mencapai keadilan, yang termasuk didalamnya mencari keuntungan dan membagi resiko(risk sharing). Reksadana syariah menjadi salah satu instrumen investasi yang memiliki peranan penting bagi para investor yang ingin mengembangkan dananya.

Reksadana syariah merupakan salah satu alternatif bagi para investor yang ingin menginvestasikan dana yang dimilikinya dalam pasar modal syariah.

Reksadana merupakan sebuah bentuk investasi yang dilakukan secara kolektif/bersama-sama dan dikelola oleh manajer investasi. Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang

memiliki modal, mempunyai keinginan kuat untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas (Sutedi, 2011 dalam Putratama, 2007). Selain manajer investasi, terdapat sebuah lembaga yaitu bank kustodian yang berperan dalam hal penyimpanan atau portofolio milik investor serta melakukan penyelesaian transaksi dan administrasi reksadana. Bank kustodian dan manajer investasi kemudian bertanggung-jawab terhadap BAPEPAM-LK yang berada di bawah naungan Departemen Keuangan.


(28)

Dalam pengambilan keputusan dalam berinvestasi termasuk di reksadana syariah, sebuah pemikiran logis dari investor yang menginginkan returnyang tinggi di kemudian hari tentunya akan melihat pergerakan nab dalam

menentukan besaran retun yang akan diperolehnya sekaligus merupakan gambaran tentang perkembangan dari reksadana syariah tersebut. Pegerakan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah yang ditentukan oleh faktor ekonomi, faktor non-ekonomi, dan situasi pasar modal. Faktor ekonomi salah satunya ditentukan oleh kondisi makroekonomi, sedangkan faktor non-ekonomi antara lain pengetahuan dalam berinvestasi, regulasi, pengelola reksadana, serta kondisi politik dan keamanan. Situasi pasar modal yang dapat digambarkan dengan indeks saham yang terdapat pada bursa efek Indonesia Dalam penelitian ini difokuskan untuk menganalisis determinan pergerakan NAB reksadana syariah. Adapun determinan tersebut terdiri dari beberapa faktor ekonomi yang digambarkan oleh beberapa variabel makroekonomi yaitu produk domestik bruto, dan suku bunga sertifikat Bank Indonesia syariah, serta faktor pasar modal yang dapat diwakilkan oleh indeks harga saham gabungan danJakarta Islamic Index. Secara keseluruhan kerangka pemikiran pada penulisan ini diperjelas dengan Gambar 2 di bawah ini.


(29)

Gambar 2. Model Kerangka Pemikiran Analisis Determinan Pergerakan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia

E. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga Produk Domestik Bruto, dan Jakarta Islamic Index secara parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.

2. Diduga Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Syariah dan Indeks Harga Saham Gabungan secara parsial memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.

Determinan Pergerakan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah Faktor Ekonomi Faktor Non-Ekonomi Pasar Modal (faktorfinance)

• Produk Domestik Bruto

• Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Syariah • Politik • Keamanan • Pengawasan • Regulasi

• Indeks Harga Saham Gabungan

• JakartaIslamic Index

Keterangan : : Instrumen : Pengaruh


(30)

3. Produk Domestik Bruto, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Indeks Harga Saham Gabungan, danJakarta Islamic Indexsecara bersama-sama berpengaruh dan signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya terbatas pada ruang lingkup determinan pergerakan nilai aktiva bersih reksadana syariah, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang terdiri dari faktor ekonomi dan faktor finansial. Faktor ekonomi dipengaruhi oleh (1) produk domestik bruto yaitu penghitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, dan (2) suku bunga sertifikat bank Indonesia syariah yang merupakan salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Sedangkan faktor finansial dipengaruhi oleh (1) indeks harga saham gabungan yaitu suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia, (2)Jakarta Islamic index yang merupakan salah satu indeks saham yang ada di Indonesia untuk menghitung index harga rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah. Semua data yang digunakan data bulanan dari bulan April 2008 sampai dengan bulan Desember 2013.


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Reksadana Syariah

1. Pengertian Reksadana Syariah

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Definisi manajer investasi menurut Undang-Undang ini adalah pihak yang kegiatannya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 20/DSN-MUI/IV/2000 dalam Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional (2003), reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad kerjasama antara pemodal sebagai pemilik harta (shahibul maal) dengan Manajer Investasi sebagai wakil pemilik harta dengan pengguna investasi.


(32)

2. Tujuan Reksadana Syariah

Salah satu tujuan dari reksadana syariah adalah memenuhi kebutuhan

kelompok investor yang ingin memperoleh pendapatan investasi dari sumber dan cara yang bersih dan dapat dipertanggungjawabkan secara religius, serta sejalan dengan prinsip-prinsip syariah. Dengan demikian, reksa dana syariah adalah suatu wadah yang digunakan oleh masyarakat untuk berinvestasi secara kolektif, di mana pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu pada syariat Islam.

3. Ciri-ciri Reksadana Syariah

Adapun ciri-ciri dari reksadana syariah menurut Firdaus et.al (2005) sebagai berikut :

a. Mempunyai Dewan Syariah yang bertugas memberikan arahan kegiatan manajer investasi agar senantiasa sesuai dengan syariah Islam.

b. Hubungan antara investor dan perusahaan didasarkan pada sistem mudharabah, dimana satu pihak menyediakan 100 persen modal (investor), sedangkan satu pihak yang lain sebagai pengelola (manajer investasi).

c. Kegiatan usaha atau investasinya diarahkan pada hal-hal yang tidak bertentangan dengan syariah Islam.


(33)

4. Mekanisme Operasional Reksadana Syariah

Mekanisme operasional dalam reksadana syariah terdiri dari:

a. Mekanisme operasional antara pemodal dengan manajer investasi

dilakukan dengan wakalah. Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh suatu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan, sedangkan mudharabah adalah suatu akad atau sistem dimana seseorang memberikan hartanya kepada orang lain untuk dikelola dengan ketentuan bahwa keuntungan yang diperoleh (dari hasil pengelolaan) dibagi antara kedua pihak, sesuai dengan syarat-syarat yang disepakati oleh kedua belah pihak, sedangkan kerugian ditanggung oleh shahib maal sepanjang tidak ada kelalaian dari mudharib.

b. Mekanisme operasional antara manajer investasi dan pengguna investasi dilakukan dengan mudharabah.

Sistem mudharabah memiliki beberapa karakteristik yaitu :

1. Pembagian keuntungan antar pemodal (shahibul maal) yang diwakili oleh manajer investasi dan pengguna investasi berdasarkan pada proporsi yang telah disepakati oleh kedua belah pihak melalui manajer investasi sebagai wakil dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada pemodal.

2. Pemodal hanya menanggung risiko sebesar dana yang telah diberikan kepada manajer investasi.

3. Manajer investasi sebagai wakil tidak menanggung risiko kerugian atas investasi yang dilakukannya sepanjang bukan karena kelalaiannya (tafrith).


(34)

5. Pebedaan Reksadana Syariah dengan Reksadana Konvensional Beberapa pedoman utama dari investasi untuk Reksadana syariah yang membedakan dengan pengelolaan Reksa Dana konvensional adalah dalam hal-hal sebagai berikut :

a. Instrumen Investasi Reksadana Syariah. Jenis dan instrumen investasi Reksadana syariah adalah

1. Instrumen saham yang sudah melaluipenawaran umum dan pembagian dividen yang didasarkan pada tingkat laba usaha.

2. Penempatan dalam deposito pada Bank Umum Syariah.

3. Surat utang jangka panjang dan jangka pendek yang sesuai dengan prinsip syariah.

b. Jenis Usaha Emiten. Reksadana syariah hanya dapat berinvestasi pada instrumen keuangan yang diterbitkan oleh emiten yang jenis kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah Islam. Adapun jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah Islam adalah

1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan dilarang.

2. Usaha lembaga keuangan konvensional.

3. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan, serta memperdagangkan makanan dan minuman yang haram.

4. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan, dan atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat. c. Rasio (nisbah) utang terhadap modal. Suatu emiten dikatakan tidak layak


(35)

dari utang, dimana hal ini merupakan pembiayaan yang mengandung unsur riba (rasio utang terhadap modal lebih besar dari 82%).

d. Pemilihan dan Pelaksanaan Transaksi. Pemilihan dan pelaksanaan transaksi dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta tidak

diperbolehkan melakukan spekulasi yang didalamnya mengandung risiko (gambling). Transaksi-transaksi yang dilarang menurut pedoman pokok investasi Reksa Dana Syariah adalah

1. Melakukan penawaran palsu (Najsy).

2. Melakukan penjualan atas barang yang belum dimiliki (short selling), yang dalam istilah syariah disebut Bai’al-ma’dum,

3. Insider trading, yaitu menyebarluaskan informasi yang menyesatkan atau memanfaatkan informasi dari orang dalam untuk memperoleh keuntungan.

4. Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi tingkat utangnya lebih dominan dari pada modalnya.

6. Instrumen Investasi Reksadana Syariah

Instrumen investasi reksadana syariah terdiri dari: a. Saham Sesuai Syariah di Pasar Modal

Salah satu bentuk investasi yang sesuai dengan syariah adalah membeli saham perusahaan, baik perusahaan non publik (private equity) maupun perusahaan publik atau terbuka. Cara paling mudah dalam melakukan investasi saham sesuai syariah di BEJ adalah memilih dan membeli jenis saham-saham yang dimasukkan dalam Jakarta Islamic Index.


(36)

b. Obligasi Syariah

Sudarsono dan Prabowo (2004) menjelaskan bahwa obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil atau margin atau fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

c. Deposito Bagi Hasil (Mudharabah)

Deposito bagi hasil merupakan produk investasi jangka waktu tertentu. Nasabahnya bisa perorangan maupun badan hukum. Produk ini

menggunakan prinsip Mudharabah Mutlaqah, dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Dengan prinsip ini, bank akan mengelola dana yang diinvestasikan nasabah secara produktif, menguntungkan dan memenuhi prinsip-prinsip syariah Islam. Hasil keuntungannya akan dibagikan kepada nasabah yang disepakati bersama.

d. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia

Menurut Sudarsono dan Prabowo (2004), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek berdasarkan prinsip Wadiah. Wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan

menghendaki dan bank bertanggung jawab atas pengembalian titipan tersebut.


(37)

B. Nilai Aktiva Bersih

Nilai Aktiva Bersih merupakan indikator untuk menentukan harga beli maupun harga jual dari setiap unit penyertaan reksa dana. Perubahan dari Nilai Aktiva Bersih ini dapat dijadikan indikator kinerja suatu reksa dana apakah nilainya positif (meningkat) atau negatif (menurun).

Nilai aktiva bersih dihitung dengan menjumlahkan nilai masing-masing efek yang ada dalam suatu reksa dana, berdasarkan harga pasar penutupan efek yang bersangkutan, yang kemudian dikurangkan dengan kewajiban-kewajiban reksa dana tersebut seperti biaya manajer investasi, biaya kustodian dan biaya-biaya lainnya. Bank Kustodian adalah pihak yang berwenang untuk melakukan penghitungan nilai aktiva bersih dari reksadana. Hasil penghitungan ini lalu dipublikasikan di dalam surat kabar tertentu setiap hari.

Menurut Rahardjo, 2004 nilai aktiva bersih (NAB) merupakan total nilai investasi dan kas yang dipegang (uninvested) dikurangi dengan biaya-biaya hutang dari kegiatan operasional yang harus dibayarkan. Besarnya NAB menunjukkan berapa besar nilai aset (jumlah dana) yang dikelola dalam suatu reksadana, jumlah dana tesebut mencakup kas, deposito, saham, dan obligasi. NAB juga dapat berfluktuasi setiap hari, tergantung pada perubahan nilai efek dari portofolio.

Nilai Aktiva Bersih (NAB) merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil portofolio reksadana. NAB dapat diformulasikan sebagai berikut:


(38)

Dimana,

NABt = Nilai Aktiva Bersih pada periode t MVAt = Total Nilai Pasar Aktiva pada priode t LIABt = Total Kewajiban Reksadana pada periode t NSOt = Jumlah Unit Penyertaan Beredar pada periode t

Bagi investor, NAB/unit memiliki beberapa fungsi, antara lain (Pratomo, 2007) : 1. Sebagai harga beli/jual pada saat investor membeli/menjual unit penyertaan

suatu reksa dana.

2. Sebagai indikator hasil (untung/rugi) investasi yang dilakukan di reksa dana dan penentu nilai investasi yang kita miliki pada suatu saat.

3. Sebagai sarana untuk mengetahui kinerja historis reksa dana yang dimiliki investor.

4. Sebagai sarana untuk membandingkan kinerja historis reksa dana yang satu dengan reksa dana yang lain.

C. Investasi

1. Pengertian Investasi

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang. Investasi berkaitan dengan berbagai macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset real (tanah, emas, mesin, atau bangunan) maupun aset finansial (deposito, saham, ataupun obligasi) merupakan aktivitas investasi yang umunya dilakukan (Tandelilin, 610:2).


(39)

Investasi (penanaman modal) oleh para pengusaha terutama ditentukan oleh dua faktor yaitu efiseiensi marjinal modal (atau tingkat pendapatan minimal dari penanman modal yang akan dilakukan) dan suku bunga. Efisiensi marjinal modal menggambarkan tingkat pengembalian modal yang akan diperoleh dari kegiatan-kegiatan investasi yang dilakukan oleh perekonomian (Sukirno, 2002). Apabila suku bunga lebih tinggi dari efisiensi marjinal dari investasi, maka investor akan membatalkan rencananya untuk menanam modal. Sebaliknya, investor akan menanamkan modalnya apabila hasil dari investasinya lebih tinggi dari suku bunga. Maka dalam sesuatu

perekonomian, besarnya jumlah investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha tergantung kepada nilai penanaman modal yang tingkat pengembalian modalnya lebih besar dari suku bunga (Sukirno, 2002).

Pandangan Keynes mengenai penentu investasi bahwa tidak sepenuhnya jumlah investasi yang dilakukan para pengusaha ditentukan oleh suku bunga. Tetapi disamping faktor itu terdapat beberapa faktor penting lainnya, seperti keadaan ekonomi pada masa kini, ramalan perkembangannya di masa depan, dan luasnya perkembangan teknologi yang berlaku. Apabila tingkat kegiatan ekonomi pada masa kini adalah menggalakkan dan di masa depan diramalkan perekonomian akan tumbuh dengan cepat, maka walaupun suku bunga tinggi, para pengusaha akan melakukan banyak investasi. Sebaliknya, walaupun suku bunga rendah, investasi tidak akan banyak dilakukan apabila barang-barang modal yang terdapat dalam perekonomian digunakan pada tingkat yang jauh lebih rendah dari kemampuannya yang maksimal (Sukirno, 2002).


(40)

Efisiensi investasi marjinal (marginal efficiency of investment) dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang menunjukkan suatu hubungan di antara tingkat pengembalian modal dan jumlah modal yang akan

diinvestasikan. Konsep efisiensi investasi marjinal, dalam Gambar 3 ditunjukkan satu contoh dari kurva efisiensi investasi marjinal (MEI).

Sumber : Sadono Sukirno, 2002

Gambar 3. Efisiensi Modal Marjinal

Pada kurva MEI di atas titik A, B, dan C secara berturut-turut

menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah R0, R1, dan R2

serta untuk mewujudkan investasi tersebut modal yang diperlukan adalah sebanyak I0, I1, dan I2.

Selain MEI para investor pun harus mempertimbangkan suku bunga, karena kegiatan investasi hanya akan dilaksanakan apabila tingkat pengembalian modal lebih besar atau sama dengan suku bunga. Dengan demikian, untuk menentukan besarnya investasi yang harus dilakukan, calon investor atau

MEI C B A R2 R1 R0

I0 I1 I2

Investasi (yang diperlukan)

Tingka t pe nge m ba li an m od al 0


(41)

investor perlu menghubungkan kurva MEI dengan suku bunga, yaitu seperti terdapat dalam Gambar 4.

Sumber : Sadono Sukirno, 2002

Gambar 4. Tingkat Bunga dan Tingkat Investasi

Pada suku bunga sebesar r0 atau lebih terdapat investasi bernilai I0 yang

mempunyai tingkat pengembalian sebesar r0 atau lebih. Maka pada suku

bunga sebesar r0 investasi yang kan dilakukan perusahaan adalah sebesar I0.

Apabila suku bunga rendah r1 diperkukan modal sebanyak I1 untuk

mewujudkan investasi yang mempunyai tingkat pengembalian modal r1 atau

lebih. Dengan demikian pada suku bunga sebesar r1, investasi yang akan

dilakukan adalah sebesar I1 (Sukirno, 2002).

2. Prinsip Investasi dalam Islam

Menurut Satrio (2005) dalam Setiawan dan Yusbar (2009) menyatakan bahwa Islam sebagai aturan hidup (nidham alhayat) yang mengatur seluruh

MEI C

B A

r2

r1

r0

I0 I1 I2

Investasi (yang diperlukan)

Suku B

unga


(42)

sisi kehidupan umat manusia membuat rambu-rambu untuk berinvestasi dalam lingkup Syariah agar harta yang diinvestasikan menjadi berkah. Diantara rambu-rambu tersebut adalah sebgai berikut:

1. Terbebas dari unsur riba. Riba secara etimologi berarti tumbuh dan bertambah, dan dalam terminologi Syariah para ulama banyak

memberikan defenisi diantaranya. Riba adalah penambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis riil. Ulama lainya mengatakan riba setiap nilai tambah (value added) dari setiap pertukaran emas dan perak (uang) serta seluruh bahan makanan pokok tanpa adanya pengganti yang sepadan dan dibenarkan oleh Syariah.

2. Terhidar dari unsur Gharar. Gharar dikatakan sebagai sesuatu yang bersifat tidak pasti (uncertainty). Jual beli gharar berarti sebuah jual beli yang mengandung ketidaktahuan atau ketidakpastian (fahalah) antara dua pihak yang bertansaksi, atau jual beli sesuatu yang objek akad yang di yakini tidak dapat diserahkan. Menurut imam Sarkhasi gharar adalah suatu yang akibatnya tidak dapat di prediksi, dan ini merupakan pendapat mayoraitas.

3. Terhindar dari unsur judi (Maysir). Secara etimologi maysir berarti mudah. Maysir merupakan bentuk objek yang diartikan sebagai tempat untuk memudahkan sesuatu. Dikatakan memudahkan sesuatu karena seseorang yang seharusya menempuh jalan yang susah payah tetapi melakukan jalan pintas dengan harapan dapat mencapai apa yang

dikehendaki, walaupun jalan pintas tersebut bertentangan dengan syariat yang telah ditetapkan.


(43)

4. Terhindar dari unsur haram. Investasi yang dilakukan seorang investor muslim harus terhindar dari unsur haram. Sesuatu yang haram merupakan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT dan hadis. Kata haram secara epimotologi berarti melarang. Secara garis besar sesuatu yang haram dikategorikan menjadi dua. Pertama, haram zatnya, seperti babi, khamr, darah, bangkai, perjudian, dan segala sesuatu yang

dipersembahkan bagi selain Allah SWT. Kedua, haram karena proses yang ditempuh dalam memperoleh sesuatu. Misalnya makanan yang diperoleh karena mencuri, merampok dan lainnya.

5. Terhindar dari unsur Syubahat. Kata syubahat berarti mirip, serupa, semisal dan bercampur. Dalam terminologi Syariah syubahat diartikan sebagai sesuatu perkara yang bercampur (antara halam dan haram) akan tetapi tidak diketahui secara pasti apakah ia sesuatu yang halal atau haram, dan apakah ia hak atau bathil.

D. Teori Portofolio Choice

Menurut Mishkin (2008) indeks harga saham berdasarkan teori portofolio choice menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi permintaan surat berharga atau saham diantaranya yaitu kurs, tingkat suku bunga yang

diharapkan, inflasi yang diharapkan, resiko yang mungkin ditanggung, return saham dan likuiditas surat-surat berharga. Sedangkan penawarannya

dipengaruhi oleh profitabilitas yang diharapkan, inflasi yang diharapkan, dan aktivitas pemerintah. Kekayaan dan likuiditas surat-surat berharga berpengaruh positif terhadap permintaan surat-surat berharga tersebut, sedangkan tingkat


(44)

bunga yang diharapkan, inflasi yang diharapkan, dan resiko dari surat berharga berpengaruh negatif terhadap permintaan saham. Akan tetapi dari sisi

penawaran ketiga variabel tersebut berpengaruh positif terhadap harga saham. Teori portofolio modern yang dikemukakan oleh Harry Markowitz berkembang sejak dikemukakannya cara berinvestasi yang efisien dan optimal. Teori ini menyatakan bahwa cara berinvestasi yang efisien dan optimal yaitu dengan membentuk portofolio yang optimal. Hal ini ditujukan untuk memenuhi prinsip berinvestasi yaitu memperoleh imbal hasil atau return pada tingkat yang

dikehendaki dengan resiko yang paling minimum.

Proporsi dari tiap-tiap surat berharga di dalam portofolio tergantung pada kapitalisasi pada pasar surat berharga itu sendiri. Naik turunnya nilai portofolio akan sebanding dengan naik turunnya imbal hasil pasar yang juga mengikuti naik turunnya indeks harga saham di pasar modal.

E. Produk Domestik Bruto

1. Pengertian Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah penghitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi pada dasarnya PDB mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah (negara) secara geografis. Menurut McEachern (2000), PDB adalah ukuran nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu biasanya satu tahun. PDB juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari


(45)

waktu ke waktu atau untuk membandingkan kondisi perekonomian pada suatu saat.

2. Tipe-tipe PDB

Ada dua tipe PDB yaitu :

1. PDB dengan harga berlaku atau PDB nominal, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut.

2. PDB dengan harga tetap atau PDB riil, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain Angka-angka PDB merupakan hasil perkalian jumlah produksi (Q) dan harga (P), kalau harga-harga naik dari tahun ke tahun karena inflasi, maka besarnya PDB akan naik pula, tetapi belum tentu kenaikan tersebut menunjukkan jumlah produksi (PDB riil). Mungkin kenaikan PDB hanya disebabkan oleh kenaikan harga saja, sedangkan volume produksi tetap atau merosot.

3. Teori Produk Domestik Bruto 1. Teori Pertumbuhan Klasik

Menurut pandangan ekonomi Klasik ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok


(46)

barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Menurut pandangan ekonomi Klasik hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Pada permulaannya, apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam relative berlebihan, tingkat pengembalian modal dari investasi yang dibuat adalah tinggi, maka para pengusaha mendapatkan keuntungan yang besar. Hal ini akan menimbulkan investasi baru, dan pertumbuhan ekonomi akan

terwujud.

2. Teori Pertumbuhan Neo Klasik (Abramovits dan Solow)

Teori ini dikembangkan oleh Abramovits dan Solow seorang akademisi yang pernah mengajar di MIT dan juga seorang pemenang nobel. Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi bergantung pada perkembangan faktor-faktor produksinya. Dalam persamaan :

(2.2)

Dimana,

Y : Tingkat Pertumbuhan Ekonomi K : Tingkat Pertambahan Barang Modal L : Tingkat Pertambahan Tenaga Kerja T : Tingkat Pertambahan Teknologi

Analisis Solow selanjutnya membentuk formula matematik untuk persamaan itu dan seterusnya membuat pembuktian secara matematik untuk menunjukkan kesimpulan berikut:


(47)

Dimana,

G : Tingkat atau Persentasi Pertumbuhan Ekonomi M : Produktivitas Modal Marginal

B : Produktivitas Marginal Tenaga Kerja

Persamaan di atas menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi bergantung pada pertumbuhan modal dan produktivitas modal marginal, pertambahan tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja serta

perkembangan teknologi.

3. Teori Pertumbuhan Endojenus

Teori ini dikembangkan oleh Romer pada tahun 1986 (Rahardja dan Manurung, 2001). Dalam teori ini disebutkan bahwa teknologi bersifat endojenus. Hal ini karena teknologi dianggap sebagai faktor produksi tetap (fixed input) sehingga mengakibatkannya terjadinya The Law of Diminishing Return. Dalam jangka panjang yang lebih serius dari memperlakukan teknologi sebagai faktor eksogen dan konstan adalah perekonomian yang lebih terbelakang dengan asumsi bahwa tingkat pertambahan penduduk, tingkat tabungan, dan akses terhadap teknologi adalah sama.

4. Teori Schumpeter

Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Pada teori ini menekankan pada faktor inovasi entrepreneur sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi kapitalistik. Schumpeter berpendapat bahwa kalangan pengusaha yang memliki kemampuan dan keberanian dalam menciptakan dan


(48)

mengaplikasikan inovasi-inovasi baru baik dalam masalah produksi, penyusunan teknik, tahap penyusunan maupun sistem manajemennya. Dinamika persaingan akan mendorong hal ini. Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan suatu perekonomian makin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi

lambat jalannya. Pada akhirnya akan tercapai tingkat “keadaan tidak berkembang” atau stationary state. Akan tetapi, berbeda dengan pandangan klasik, dalm pandangan Schumpeter tingkat keadaan tingkat berkembang itu dicapai saat tingkat pembangunan yang tinggi sedangkan pada pandangan klasik dicapai pada waktu tingkat pendapatan rendah. Inovasi tersebut meliputi: memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi efisien cara memproduksi dalam menghasilkan sesuatu barang ke pasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan-perubahan dalam

organisasi dengan tujuan mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan (Sukirno, 2002).

Apabila tingkat pertumbuhan penduduk lebih besar dari tingkat pertumbuhan pendapatan nasional maka pendapatan perkapita menurun, akibatnya tingkat keseimbangan yang rendah, salah satunya yaitu dengan memperbesar perekonomian yang dipotong oleh tingkat konsumsi yang tinggi. Upaya untuk menghindari tingkat keseimbangan yang rendah, salah satunya adalah yaitu dengan memperbesar perekonomian yang ditopang oleh tingkat investasi. Namun jika tanpa diimbangi oleh tingkat investasi yang tinggi maka hanya akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang rendah atau


(49)

pertumbuhan ekonomi yang terbatas, sedangkan pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh investasi akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

F. Sertifikat Bank Indonesia Syariah

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/11/PBI/2008, Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut sebagai SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. SBIS bagi bank syariah dijadikan sebagai alat instrumen investasi, sebagaimana Sertifikat Bank Indonesia (SBI) di bank konvensional.

SBIS memiliki karakter sebagai berikut:

1. Satuan unit sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah);

2. Berjangka waktu paling kurang 1 bulan dan paling lama 12 bulan; 3. Diterbitkan tanpa warkat (scripless);

4. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dan 5. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

Bank Indonesia menetapkan dan memberikan imbalan atas SBIS yang

diterbitkan. Bank Indonesia membayar imbalan atas SBIS milik Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) pada saat SBIS jatuh tempo. SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia melalui mekanisme lelang. Pihak yang


(50)

berhak mengikuti lelang adalah BUS, UUS, dan pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS atau UUS. Namun, BUS dan UUS baru dapat mengikuti lelang SBIS jika memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Terbitnya SBIS merupakan pengganti dari SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia). Setelah ketentuan SBIS berlaku, maka SWBI tidak lagi digunakan. Namun, untuk SWBI yang sudah terbit sebelum PBI No.10/11/PBI/2008 diberlakukan, SWBI tetap berlaku dan tunduk pada ketentuan dalam PBI No. 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang SWBI sampai SWBI tersebut jatuh tempo. Penempatan dana dalam SWBI, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sejak bulan April 2008 menjadi SBI Syariah. Jadi, secara otomatis bank-bank syariah yang telah menempatkan dananya pada SWBI berarti secara langsung telah menempatkan dananya pada instrumen Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).

1. Teori yang Berhubungan dengan Suku Bunga

Terdapat beberapa acuan teori mengenai suku bunga yang digunakan dalam menganalisis permasalahan dalam penelitian ini. Beberapa teori tersebut diantaranya adalah:

a. Teori Tingkat Bunga Fisher

Suku bunga atau tingkat bunga adalah hal yang paling penting diantara variabel-variabel makroekonomi. Esensinya, tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dan masa depan. Terdapat dua tingkat


(51)

bunga yaitu tingkat bunga riil dan nominal. Ekonom menyebutkan bahwa tingkat bunga yang dibayar bank sebagai tingkat bunga nominal (nominal interest rate) dan kenaikan dalam daya beli masyarakat dengan tingkat bunga riil (real interest rate). Jika i menyatakan tingkat bunga nominal, r tingkat bunga riil, dan π tingkat inflasi, maka hubungan di antara ketiga variabel ini bisa ditulis sebagai:

r = i –π (2.6)

Tingkat bunga riil adalah perbedaan diantara tingkat bunga nominal dan tingkat inflasi. Persamaan diatas disebut persamaan Fisher (Fisher Equation). Persamaan tersebut menunjukkan bahwa tingkat bunga dapat berubah karena dua alasan yaitu karena tingkat bunga riil berubah atau karena tingkat inflasi berubah (Mankiw, 2005).

b. Teori Tingkat Bunga Keynes

Keynes berpendapat bahwa bunga adalah semata-mata merupakan gejala moneter, bunga adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Berdasarkan pendapat tersebut, Keynes menganggap adanya pengaruh uang terhadap sistem perekonomian seluruhnya. Dalam buku klasiknya The General Theory, Keynes menjabarkan pandangannya tentang

bagaimana tingkat bunga ditentukan dalam jangka pendek. Penjelasan itu disebut teori preferensi likuiditas, dimana teori ini menyatakan bahwa tingkat bunga ditentukan oleh keseimbangan dari penawaran dan permintaan uang.


(52)

2. Tipe-tipe Suku Bunga Ada 2 tipe suku bunga, yaitu : a. Real interest rate

Koreksi atas tingkat inflsi dan didefinisikan sebagai nominal interest rate dikurangi dengan tingkat inflasi.

Real rate = Nominal rate – Rate of inflation (2.7) b. Nominal interest rate

Tingkat suku bunga yang biasanya tertera di rekening koran dimana mereka memberikan tingkat pengembalian untuk setiap investasi yang dilakukan.

3. Manfaat Suku Bunga dalam Perekonomian Nasional

a. Peranan suku bunga terhadap perekonomian bertujuan untuk

menstabilkan nilai tukar melalui kebijakan fiskal ataupun kebijakan moneter. Kebijakan fiskal yang berkesinambungan berusaha menekan defisit anggaran serendah mungkin, baik melalui peningkatan pajak maupun pengurangan subsidi. Dari sisi moneter, sejak pertengahan tahun 2005 telah terjadi perubahan paradigma, yakni perubahan dari stabilisasi yang berbasis jumlah uang yang beredar menjadi Inflation Targeting Framework dengan menggunakan instrumen suku bunga. Secara

operasional, kebijakan moneter dicerminkan oleh kebijakan penetapan BI Rate yang diharapkan akan mempengaruhi suku bunga pasar uang dan suku bunga deposito serta suku bunga kredit perbankan.


(53)

b. Menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha apabila tingkat pengembalian modal yang mereka peroleh melebihi tingkat bunga. Dengan demikian besarnya investasi dalam suatu jangka waktu tertentu adalah sama dengan nilai dari seluruh investasi yang tingkat pengembalian modalnya adalah lebih besar atau sama dengan tingkat bunga.

c. Dengan turunnya tingkat resiko usaha akan menyebabkan penurunan pada tingkat suku bunga perbankan.Penurunan tersebut menyebabkan penambahan jumlah kredit perbankan yang dikucurkanyang akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

G. Indeks Harga Saham Gabungan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan indeks yang menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek. Indeks inilah yang paling banyak digunakan dan dipakai sebagai acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal, IHSG bisa dipakai untuk menilai situasi pasar secara umum atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau

penurunan. IHSG melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa. Untuk perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan ini kita harus menjumlahkan

seluruh harga saham yang tercatat. Rumus untuk menghitung IHSG adalah sebagai berikut (Anoraga dan Pakarti, 2001):


(54)

Dimana,

Σ Ht = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku

Σ H0 = Total harga semua saham pada waktu dasar

Metode perhitungan angka indeks dengan menggunakan timbangan (pembobotan) dikemukakan oleh Laspeyres dan Paasche. Kedua orang ini menggunakan faktor timbangan yang berbeda. Laspeyres mendasarkan pada jumlah saham pada waktu dasar, sedangkan Paasche menggunakan jumlah saham pada waktu yang bersangkutan.

Adapun perhitungan metode Laspeyres adalah:

(2.9)

Dimana,

Σ Ht = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku

Σ H0 = Total harga semua saham pada waktu dasar

K0 = jumlah semua saham yang beredar pada waktu dasar

Sedangkan perhitungan dengan metode Paasche adalah sebagai berikut:

∑ (2.10)

Dimana:

Σ Ht = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku

Σ H0 = Total harga semua saham pada waktu dasar

Kt = jumlah semua saham yang beredar pada waktu yang berlaku

IHSG BEI atau JSX CSPI merupakan IHSG yang dikeluarkan oleh BEI. IHSG BEI ini mengambil hari dasar pada tanggal 10 Agustus 1982 dan

mengikutsertakan semua saham yang tercatat di BEI. IHSG BEI diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 yang digunakan sebagai indikator untuk


(55)

memantau pergerakan saham. Indeks ini mencakup semua saham biasa

maupun saham preferen di BEI. Metode penghitungan yang digunakan adalah metode rata-rata tertimbang Paasche (Ang,1997).

H. Jakarta Islamic Index

Dengan berlandaskan pada Undang-undang yang sama dengan penerbitan saham Reksadana Syariah, pada tanggal 3 Juli 2000, PT.Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM)

meluncurkan indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam yaitu Jakarta Islamic Index (JII). Indeks ini mencakup 30 jenis saham syariah :

1. Perusahaan yang tercatat di BEJ, kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariat Islam.

2. Memiliki rasio hutang terhadap aktiva (Debt to Asset Ratio) maksimal 90%. 3. Rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama 12 bulan terakhir. Selain itu

perusahaan harus sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali jika termasuk di dalam kelompok 10 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar).

4. Memiliki tingkat likuiditas yang tinggi, yaitu berdasarkan rata-rata nilai perdagangan regular selama satu tahun terakhir.

Komponen perhitungan indeks ini dievaluasi setiap enam bulan dengan

penentuan komponen indeks setiap awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkn perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terus-menerus berdasarkan data-data publik yag tersedia.


(56)

Perhitungan JII dilakukan oleh PT. Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang ditetapkan dengan menggunakan bobot

kapitalisasi pasar (market cap weighted). JII menggunakan taggal perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai awal 100. Perhitungannya sebagai berikut :

(2.11)

Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor dalam melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses

transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia serta menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal. Perhitungan JII dilakukan oleh BEJ dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang telah ditetapkan yaitu dengan bobot kapitalisasi pasar (market cap weighted).

I. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat 1. Produk Domestik Bruto dengan NAB Reksadana Syariah

Umumnya PDB berhubungan secara positif dengan NAB reksadana syariah. PDB menggambarkan kinerja perusahaan yang menjadi tujuan investasi reksadana syariah. Jika PDB meningkat, hal tersebut menggambarkan kinerja


(57)

perusahaan yang membaik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa laba yang diperoleh perusahaan tersebut meningkat. Investor akan melihat peluang tersebut untuk memperoleh return reksadana syariah yang lebih tinggi sehingga investasi pada reksadana syariah akan meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan NAB reksadana syariah. Kaitan antara PDB dengan NAB reksadana syariah dikemukakan oleh Putratama (2007) yang menyimpulkan bahwa PDB berhubungan secara positif terhadap NAB reksadana syariah.

2. Sertifikat Bank Indonesia Syariah dengan NAB Reksadana Syariah Umumnya suku bunga SBIS berhubungan negatif dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah . Bila pemerintah mengumumkan suku bunga SBIS akan naik maka investor akan menjual unit penyertaannya dan memilih untuk berinvestasi melalui SBIS, dan apabila suku bunga SBIS menurun , investor akan mengambil penanaman dananya pada SBIS dengan harapan

memperoleh penurunkan return sehingga akan berimplikasi pada naiknya NAB reksadana syariah. Kaitan antara suku bunga dan NAB reksa dana syariah dikemukakan oleh Putratama (2007) dan Arisandi (2009) yang menyimpulkan bahwa suku bunga SBIS dapat berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah.

3. Indeks Harga Saham Gabungan dengan Reksadana Syariah

Perubahan kebijakan ekonomi politik dapat dan sangat mempengaruhi kinerja bursa dan perusahaan sekaligus. Dengan demikian harga sekuritas akan terpengaruh yang kemudian mempengaruhi portofolio yang dimiliki


(58)

reksadana. Perubahan-perubahan yang terjadi bisa sangat cepat

mempengaruhi NAB hal ini terkait dengan tingkat sensitivitas reksadana tersebut dengan dan perubahan yang terjadi. Sehingga apabila terjadi perubahan yag signifikan terhadap IHSG maka bisa dipastikan imbal hasil reksadana pun akan terpengaruh (Hendriyanto, 2008).

Umumnya IHSG berhubungan negatif dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah . Peningkatan IHSG mencerminkan kinerja perusahaan di pasar modal konvensional yang meningkat sehingga berpotensi untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar. Pendapatan perusahaan yang meningkat akan menyebabkan kenaikan return bagi para pemegang saham. oleh karena itu masyarakat akan menarik dananya dari reksadana syariah dan menginvestasikan dananya melalui perusahaan yang tercatat di dalam IHSG dengan harapan memperoleh return yang lebih besar, sehingga NAB

reksadana syariah akan menurun. Kaitan antara IHSG dan NAB reksa dana syariah dikemukakan oleh Ali (2012) yang menyimpulkan bahwa IHSG berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah.

4. Jakarta Islamic Index dengan NAB Reksadana syariah

Umumnya JII berhubungan positif dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah. Peningkatan JII mencerminkan kinerja perusahaan yang meningkat sehingga berpotensi untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar. Pendapatan perusahaan yang meningkat akan menyebabkan kenaikan return bagi hasil reksadana syariah. oleh karena itu masyarakat akan


(59)

memperoleh return yang lebih besar. Kaitan antara JII dan NAB reksadana syariah dikemukakan oleh Putratama (2007), dan Arisandi (2009) yang menyimpulkan bahwa JII berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah.

J. Tinjauan Empirik

Sebelum melakukan penelitian ini penulis melakukan kajian dan mempelajari lebih dalam terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan topik yang diangkat oleh penulis. Berikut ini adalah ringkasan penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan pada penelitian ini :

Tabel 1. Ringkasan Penelitian “Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Perkembanagan Nilai Aktiva Bersih Reksadana

Syariah di Indonesia”

Judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Perkembanagan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia

Penulis/Tanggal Hendra Putratama, 2007 Variabel

Penelitian

Gross Domestic Product, Jumlah Uang Beredar, Real Exchange Rate, Tingkat Bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), Tingkat Inflasi, Jakarta Islamic Index, dan Nilai Aktiva Bersih Reksdana Syariah Metode

Penelitian

Error Correction Model (ECM)

Hasil Penelitian Hasil estimasi persamaan jangka panjang, dapat diketahui bahwa variabel jumlah uang beredar, real exchange rate, inflasi, Jakarta Islamic Index, dan jumlah reksadana syariah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Variabel gross domestic product, real exchange rate, Jakarta Islamic Index, dan jumlah reksadana syariah memiliki pengaruh yang positif terhadap NAB reksadana syariah, sedangkan variabel jumlah uang beredar (M2), SWBI, dan inflasi memiliki pengaruh yang negatif.


(60)

Tabel 2. Ringkasan Penelitian “Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Niali Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah”

Judul Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Niali Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah Penulis/Tanggal Fitria Saraswati, 2013

Variabel Penelitian

Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Niali Tukar Rupiah, Jumlah Uang Beredar, dan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah

Metode Penelitian

Regresi Linier Berganda

Hasil Penelitian Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar

(M2) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah adalah 37,9%

Tabel 3. Ringkasan Penelitian “Analisis Pengaruh Variabel

Makroekonomi Terhadap Reksadana Syariah di Indonesia” Judul Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi

Terhadap Reksadana Syariah di Indonesia Penulis/Tanggal Kasyfurrohman Ali, 2012

Variabel Penelitian

Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah, SBI, SBIS, Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar AS, Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan data Jakarta Islamic Index (JII)

Metode Penelitian

Vector Error Correction Model (VECM)

Hasil Penelitian Persamaan jangka pendek variabel NAB reksadana syariah lag pertama dan kedua, SBI lag pertama dan kedua, SBIS lag pertama, KURS lag pertama dan kedua, INF lag pertama dan kedua signifikan berpengaruh terhadap NAB reksa dana syariah

(NABRDS). Dalam jangka panjang variabel SBI, SBIS, KURS, dan IHSG signifikan berpengaruh terhadap NABRDS.


(61)

Tabel 4. Ringkasan Penelitian “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Reksa Dana Syariah di Indonesia Periode 2005-2008”

Judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Reksa Dana Syariah di Indonesia Periode 2005-2008

Penulis/Tanggal Tanto Dikdik Arisandi, 2009 Variabel

Penelitian

Nilai Tukar Rupiah, inflasi, Jakarta Islamic Index, Jumlah Unit Reksadana Syariah, Tingkat Bonus SWBI, dan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah Metode

Penelitian

Regresi Linier Berganda

Hasil Penelitian Hasil estimasi persamaan NAB reksa dana syariah menunjukkan nilai koefisien determinasi R-squared sebesar 0,9849 yang menandakan bahwa uji ketepatan perkiraan (goodness of fit) dari model adalah baik. Variabel nilai tukar rupiah, inflasi, Jakarta Islamic Index, dan jumlah unit reksa dana syariah berpengaruh positif, serta SWBI berpengaruh negatif terhadap NAB

Tabel 5. Ringkasan Penelitian “The Islamic Capital Market

Volatility: A Comparative Study Between In Indonesia and Malaysia

Judul The Islamic Capital Market Volatility: A Comparative Study Between In Indonesia and Malaysia

Penulis/Tanggal Muh. Syafii Antonio, Hafidhoh, dan Hilman Fauzi, 2013

Variabel Penelitian

Fed rate, crude oil price, Dow Jones Index, BI

rate,Nilai Tukar dan Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII) dan FTSE Bursa Malaysia Hijrah Shariah Index (FHSI) Metode

Penelitian

Vector Error Correction Model (VECM)

Hasil Penelitian Ketiga variabel makro ekonomi global (harga minyak dunia (OIL), Fed rate (FED)dan indeks Dow Jones (DOW) hanya dua variabel (OIL dan FED) yang berpengaruh signifikan terhadap pergerakan JII dan FHSI. Walaupun demikian terjadi perbedaan pengaruh yang dihasilkan FED terhadap JII dan FHSI. FED berpengaruh signifikan negatif terhadap pergerakan JII namun pengaruh FED terhadap FHSI justru signifikan positif. Hal ini dimungkinkan terjadi karena perbedaan respon kebijakan moneter kedua negara terhadap kebijakan ekonomi Amerika.


(62)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang bersifat runtun waktu (time series) pada bulan April 2008 sampai dengan Desember 2013. Dalam memperoleh data untuk masing-masing variabel adalah dari sumber data yang digunakan yaitu situs resmi Bank Indonesia, situs resmi Bursa Efek Indonesia, situs resmi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Syariah (Bapepam-LK), dan situs Yahoo Finance. Deskripsi tentang satuan pengukuran, dan sumber data dirangkum dalam Tabel 6.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian analisis determinan

pergerakan nilai aktiva bersih reksadana syariah di Indonesia adalah nilai aktiva bersih reksadana syariah, produk domestik bruto, sertifikat bank indonesia syariah, indeks harga saham gabungan, dan jakarta islamic index.


(63)

Tabel 6. Nama Variabel, Simbol Variabel, Ukuran, dan Sumber Data No. Nama Variabel Simbol

Variabel

Satuan Pengukuran

Sumber Data 1 Nilai Aktiva Bersih

Reksadana Syariah

NAB Triliun Rupiah Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan 2 Produk Domestik

Bruto

PDB Triliun Rupiah

Bank Indonesia 3 Suku Bunga

Sertifikat Bank Indonesia Syariah

SBIS Persen

Bank Indonesia 4 Indeks Harga

Saham Gabungan

IHSG Indeks

Bank Indonesia 5 Jakarta Islamic

Index

JII Indeks

Yahoo Finance

B. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mempersempit paparan penelitian ini berdasarkan definisi operasional variabel sebagai berikut:

1. Nilai Aktiva Bersih

NAB Reksadana Syariah adalah jumlah dana yang dikelola oleh suatu reksadana. NAB sebagai harga beli/jual pada saat investor membeli/menjual unit penyertaan suatu reksa dana, Sebagai indikator hasil (untung/rugi) investasi yang dilakukan di reksa dana dan penentu nilai investasi yang kita miliki pada suatu saat (Pratomo, 2007). Meningkatnya NAB

mengindikasikan naiknya nilai investasi pemegang saham per unit penyertaan. Begitu juga sebaliknya, menurun berarti menggambarkan berkurangnya nilai investasi pemegang saham per unit penyertaan.


(64)

2. Produk Domestik Bruto

PDB menggambarkan kinerja perusahaan yang menjadi tujuan investasi reksadana syariah. Jika PDB meningkat, hal tersebut menggambarkan kinerja perusahaan yang membaik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa laba yang diperoleh perusahaan tersebut meningkat. Investor akan melihat peluang tersebut untuk memperoleh return reksadana syariah yang lebih tinggi sehingga investasi pada reksadana syariah akan meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan NAB reksadana syariah.

3. Sertifikat Bank Indonesia Syariah

Suku Bunga SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. SBIS bagi bank syariah dijadikan sebagai alat instrumen investasi, sebagaimana Sertifikat Bank Indonesia (SBI) di bank konvensional. Dengan pergerakan SBI dan SBIS yang relatif sama, ketika SBI dan SBIS meningkat maka pemerintah Indonesia akan berusaha untuk menekan angka inflasi dengan menurunkan jumlah uang beredar. Peningkatan suku bunga SBI dan SBIS inilah yang menjadi insentif bagi para investor untuk memperoleh return yang lebih tinggi. Dikarenakan berinvestasi langsung melalui SBIS memerlukan modal yang cukup besar, maka bagi para investor yang memiliki dana relatif lebih kecil akan memilih untuk berinvestasi melalui reksadana syariah. Sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan NAB reksadana syariah.


(65)

4. Indeks Harga Saham Gabungan

IHSG adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Perubahan Indeks harga saham yang terjadi hampir secara serempak di semua bursa saham regional memberikan gambaran bahwa antara indeks harga saham yang satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan antara suatu bursa dengan bursa lainnya (Kasim, 2010).Mengalirnya dana dari dalam negeri ke luar negeri membuat investasi di dalam negeri menjadi menurun. Penurunan investasi tersebut terjadi pada perbankan maupun pasar modal. Hal ini akan

berdampak pada berkurangnya permintaan saham di dalam negeri, sehingga harga saham ikut mengalami penurunan dan pada akhirnya IHSG pun mengalami penurunan.

5. Jakarta Islamic Index

JII adalah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia untuk menghitung indeks harga rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah. Tingginya JII mencerminkan kepercayaan investor terhadap perekonomian nasional, khususnya pasar modal Indonesia. Kenaikan JII di bursa efek akan memicu para pemegang unit reksa syariah dana saham melakukan penebusan unitnya yang akan berpengaruh terhadap NAB reksa dana. JII merupakan sarana bagi manajer investasi untuk menanamkan modalnya dalam bentuk saham (Arisandi, 2009).


(1)

A. Simpulan

1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial variabel produk domestik bruto, dan Jakarta Islamic Index memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah.

2. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial variabel variabel suku bunga sertifikat Bank Indonesia syariah dan indeks harga saham gabungan memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah.

3. Berdasarkan hasil estimasi pada penelitian ini dapat diketahui bahwa secara bersama-sama dan signifikan variabel produk domestik bruto, suku bunga sertifikat Bank Indonesia syariah, indeks harga saham gabungan, dan Jakarta Islamic Indexterhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah.

B. Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari lima variabel yang mempengaruhi pergerakan NAB reksadana syariah yang paling kuat dalam


(2)

83

mempengaruhi NAB reksadana syariah adalah produk domestik bruto, dengan demikian kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah adalah pemerintah dapat dan harus mensosialisasikan reksadana syariah kepada masyarakat demi perkembangan reksadana syariah tersebut, karena apabila reksadana syariah telah dikenal masyarakat dengan baik maka masyarakat akan meningkatkan investasinya pada reksadana syariah yang diharapkan pada akhirnya akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

2. Sebagai perbandingan untuk peneliti selanjutnya disarankan dapat

menggunakan alat analisis lainnya dengan menggunakan metode penelitian Vector Auto Regression(VAR) atau Vector Error Correction Model(VECM) untuk mengetahui keterkaitan variabel-variabel makroekonomi yang

mewakili faktor ekonomi, dan variabel-variabel pasar modal yang mewakili faktor finansial dalam penelitian.


(3)

Ali, Kasyfurrohman. 2012.Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Reksadana Syariah di Indonesia. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Ang, Robert, 1997, “Buku Pintar : Pasar Modal Indonesia”,First Edition Mediasoft

Indonesia.

Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti.2001. Pengantar Pasar Modal. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Antonio, Muhammad Syafii, Hafidhoh, dan Hilman Fauzi. 2013.The Islamic Capital Market Volatility: A Comparative Study Between In Indonesia and Malaysia.Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, April 2013.

Arisandi, Tanto Dikdik. 2009.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Perkembangan Reksadana Syariah di Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Bank Indonesia. 2009. Laporan Tahunan Bank Indonesia. Berbagai Edisi. Bank Indonesia. Jakarta.

. 2013. Statistik Ekonomi Dan Keuangan Indonesia 2012. Jakarta BAPEPAM-LK. 2010.Master Plan Pasar Modal dan Industri Keuangan Non

Bank.

____________. 2013.Laporan Tahunan. Jakarta: BAPEPAM-LK. Boediono. 1985.Ekonomi Moneter Edisi 3. BPFE: Yogyakarta.

Bursa Efek Indonesia. 2013.Jakarta Islamic Index. Jakarta: Bursa Efek Indonesia. Dewi, Ellyzabeth Indah Kusuma. 2009.Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar

Rupiah Terhadap Dollar Amerika, dan Produk Domestik Bruto Terhadap Investasi di Indonesia. Skripsi. Bandarlampung : Universitas Lampung.


(4)

Firdaus, M. S. Ghufron, M.A. Hakim, dan M. Alshodiq. 2005.Investasi Halal di Reksadana Syariah. Jakarta: Erlangga.

Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics. Fourt Edition. McGraw Hill Companies. Inc. New York.

Halwani, R.Hendra. 2005.Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Ghalia Indonesia.

Hasby, Hariandy. 2010.Kinerja Reksadana Syariah Tahun 2009 di Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.14, No.1: 63-73, Januari 2010. Bandung : Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama. Hendriyanto. 2008.Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan, Suku Bunga,Kurs

Dan Risiko Terhadap Imbal Hasil Reksadana Syariah Dan Konvensional. Thesis. Universitas Indonesia.

Kasim, Muh. Yunus. 2010.Pengaruh Indeks Harga Saham Regional Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal. Vol.3 No.1 : 27-32, Mei 2010. Media Litbang Sulteng.

Lampung, Universitas. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. Penerbit Universitas Lampung. Bandarlampung.

Mankiw, N. Gregory. 2005.Teori Makroekonomi, Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta. McEachern A William, (2001).Pengantar Ekonomi Mikro. Penerbit Salemba

Empat: Jakarta.

Mishkin, Frederic. S. 2008. Ekonomi, Uang, Perbankan, Dan Pasar Keuangan, Edisi 8. Salemba Empat. Jakarta.

MUI. 2001.Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20/DSN-MUI/IV/2001. MUI, Jakarta.

Nairobi. 1995. Analisis Tabungan Domestik di Indonesia Kajian Jangka Pendek dan jangka Panjang. Tesis. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

Pratomo, Eko Priyo, dan Ubaidillah Nugraha. 2007. Reksadana Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Putratama, Hendra. 2007.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung, 2001,Teori Ekonomi Makro.Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.


(5)

dan Mengembangkan Dana. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Rahmah,Layaly. 2011.Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang Periode Januari 2008-Oktober 2010. Skripsi. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Ridha, M. Rasyid, Bismar Nasution, dan Mahmul Siregar. 2013.Peranan Reksadana Syariah Dalam Peningkatkan Investasi di Indonesia. Transparency. Jurnal Hukum Ekonomi, Vol.II, No.2, Juni 2013.

Samsul, Mohammad. 2008.Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Erlangga: Jakarta.

Saraswati, Fitria. 2013.Analisis Pengaruh Sertefikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Niali Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. Skripsi. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Sari, Apri Anita. 2013.Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi, dan Indeks Saham Asing Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia (Periode 2005:01- 2012:12). Skripsi. Bandarlampung : Universitas Lampung. Setiawan, Deny, dan Yusbar Yusuf. 2009.Perspektif Islam Dalam Investasi di

Pasar Modal Syariah Suatu Studi Pendahuluan. Jurnal Ekonomi Vol.17 No.3 desember 2009. Universitas Riau.

Sirait dan D. Siagian. 2002.Analisis Keterkaitan Sector Riil, Sector Moneter, Dan Sector Luar Negeri Dengan Pasar Modal: Studi Empiris Di Bursa Efek Jakarta . Jurnal Ekonomi Perusahaan. Vol. 9, No.2 Hal. 207-232.

Sitompul, Asril.Reksadana Pengantar dan Pengenalan Umum. 2000. Bandung : PT.Citra Aditya Bakti.

Sudarsono, H. dan H. Y. Prabowo. 2004.Istilah-istilah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: UII Press.

Sukirno, Sadono. 2002.Teori Makro Ekonomi. Cetakan Keempat Belas. Rajawali Press: Jakarta.

Sulistyowati, Retno. 2008.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Reksa Dana Syariah di Indonesia Periode 2005-2008. Thesis. Universitas Indonesia.

Sylviana,Widya. 2006.Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Imbal Hasil Reksa Dana Syariah Periode November 2004-Juni 2006 dengan


(6)

Menggunakan Data Panel. Tesis. Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Tandelilin, Eduardus. 2001.Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. BPFE: Yogyakarta.

UU Pasar Modal. 1995.UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasal 1 ayat 27. Jakarta. Widarjono, Agus. 2007.Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan

Bisnis. Ekonisia Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta. 415 hlm. www.bapepam.go.id

www.bi.go.id www.ojk.go.id