2. Deklarasi HAM PBB atau
Universal Declaration of Human Rights tahun 1948
dan konvensi ILO
No.102 tahun 1952. 3.
TAP MPR RI no XMPR2001 yang menugaskan kepada presiden RI untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional.
4. UU No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN.
Keterangan:
UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN menggantikan program-program jaminan sosial yang ada sebelumnya Askes, Jamsostek, Taspen, dan Asabri yang
dinilai kurang berhasil memberikan manfaat yang berarti kepada penggunanya, karena jumlah pesertanya kurang, jumlah nilai manfaat program kurang memadai,
dan kurang baiknya tata kelola manajemen program tersebut. Manfaat program Jamsosnas tersebut cukup komprehensif, yaitu meliputi jaminan hari tua, asuransi
kesehatan nasional, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian. Program ini akan mencakup seluruh warga negara Indonesia, tidak peduli apakah mereka
termasuk pekerja sektor formal, sektor informal, atau wiraswastawan.
B. Program Jaminan Sosial Nasional Jamsosnas
Sesuai dengan pasal 6 ayat 2 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, program jamsosnas dibidang ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:
1 Jaminan Kecelakaan Kerja
Program jaminan kecelakaan kerja adalah suatu program pemerintah dan pemberi kerja dengan tujuan memberikan kepastian
jaminan pelayanan dan santunan apabila tenaga kerja mengalami kecelakaan saat menuju, melaksanakan, dan selesai melaksanakan tugas
perkerjannya dan berbagai penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut Naskah akademik SJSN Putri:2014
2 Jaminan Hari Tua
Program jaminan hari tua JHT adalah sebuah program manfaat pasti defined benefit yang beroperasi berdasarkan asas “membayar
sambil jalan” pay-as-you-go. Manfaat pasti program ini adalah suatu persentasi rata-rata pendapatan tahun sebelumnya, yaitu antara 60
hingga 80 dari Upah Minimum Regional UMR daerah di mana penduduk tersebut bekerja. Setiap pekerja akan memperoleh pensiun
minimum pasti sejumlah 70 dari UMR setempat Naskah Akademik UU N0 40 tahun 2004 Putri:2014.
3 Jaminan Kematian
Santunan kematian adalah program jangka pendek sebagai pelengkap program jaminan hari tua yang dibiayai dari iuran dan hasil
pengelolaan dana santunan kematian dan manfaatnya diberikan kepada keluarga atau ahli waris yang sah pada saat peserta meninggal dunia
Naskah Akademik UU N0 40 tahun 2004 Putri:2014. 4
Jaminan Pensiun Program jaminan pensiun adalah pembayaran berkala jangka
panjang sebagai substitusi dari penurunanhilangnya penghasilan karena peserta mencapai usia tua pensiun, mengalami cact total permanan, atau
meninggal dunia Naskah Akademik SJSN Putri:2014.
C. Tenaga Kerja Pekerja
Tenaga kerja secara umum dapat diartikan sebagai bagian dari penduduk suatu negara yang sanggup menghasilkan pekerjaan yang mempunyai nilai
ekonomis, baik pekerjaan itu berupa mengerjakan tanah, tambang, dalam pabrik, dalam pengangkutan atau perdagangan maupun pekerjaan administrasi atau
kegiatan ilmiah. Dr Edgar C. McVoy mengatakan bahwa: “angkatan kerja adalah bagian dari populasi negara yang terlibat dalam aktivitas nilai ekonomi. Tenaga
kerja potensial terdiri dari orang-orang dalam populasi yang saat ini tidak terlibat dalam aktivitas nilai ekonomi, tetapi yang mungkin ditarik ke dalam kegiatan
tersebut melalui bujukan motivasi, program pelatihan, dan lainnya. Tenaga kerja itu, termasuk kedua kelompok ini, tenaga kerja dan angkatan kerja potensial.”
Benggolo:1981. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang
berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak
pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang
menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk tenaga kerja Manullang:2001.
Menurut MT Rionga dan Yoga Firdaus, 2007:2 tenaga kerja man power adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan antara lain
mereka yang sudah atau sedang bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, serta yang sedang melaksanakan pekerjaan lain seperti bersekolah dan mengurus
rumah tangga.
1.6 Definisi Konsep
Pada tingkat kongkrit, konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian yang sesungguhnya dan pada tingkat abstak, konsep
merupakan sintetis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu Suyanto:2005.
Konsep merupakan istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang
menjadi pusat perhatian ilmu sosial Masri Singarimbun, 2008:33. Definisi konsep bertujuan untuk memudahkan pemahaman unsur-unsur yang ada dalam
penelitian dan menghindarkan interpretasi ganda atas variabel-variabel yang diteliti.
Dengan melakukan penyederhanaan pemikiran atas masalah-masalah yang dikemukakan dalam penelitian sehingga dapat menentukan batasan yang lebih
jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka yang menjadi definisi konsep dalam penelitian ini adalah :
1. Implementasi Kebijakan
Implementasi adalah suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan dengan harapan akan memperoleh suatu hasil yang sesuai
dengan tujuan atau sasaran dari suatu kebijakan itu sendiri. Implementasi kebijakan merupakan rantai tindakankegiatan yang menghubungkan
formulasi kebijakan dengan hasil outcome kebijakan yang diharapkan yang didalamnya aktorpelaksana, organisasi, prosedur, dan teknik dipakai secara
bersamaan dan simultan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model implementasi kebijakan
George Edward III dengan indikator yang digunakan untuk menganalisis implementasi kebijakan sebagai berikut:
a. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari komunikator
kepada komunikan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti merupakan proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat
kebijakan policy makers kepada pelaksana kebijakan policy implementers yang kemudian diteruskan kepada sasaran kebijakan
target group. b.
Sumber Daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya diposisikan sebagai
input dalam organisasi sebagai suatu sistem yang mempunyai implikasi yang bersifat ekonomis dan teknologis. Secara ekonomis, sumber daya
bertalian dengan biayapengorbanan langsung yang dikeluarkan oleh
organisasi yang merefleksikan nilai atau kegunaan potensial dalam transformasinya ke dalam output. Sedang secara teknologis, sumber daya
bertalian dengan kemampuan transformasi dari organisasi. Sumber daya di sini berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan untuk
mendukung keberhasilan implementasi kebijakan seperti sumber daya manusia, anggaran, fasilitas, informasi, dan kewenangan.
c. Disposisi adalah kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana
kebijakan dalam mendukung suatu implementasi kebijakan yang sesuai dengan tujuan atau sasaran. Jika implementasi kebijakan ingin berhasil
secara efektif dan efisien, para pelaksana implementors tidak hanya mengetahui apa yang harus dilakukan dan mempunyai kemampuan untuk
melakukan kebijakan tersebut, tetapi mereka juga harus mempunyai kamauan untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
d. Struktur Birokrasi adalah karakteristik, norma-norma, dan pola-pola
hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang
mereka miliki dalam menjalankan kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan fragmentasi.
2. Kebijakan Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini merupakan landasan hukum bagi BPJS Ketenagakerjaan untuk
menjalankan Sistem Jaminan Sosial Nasional dibidang Ketenagakerjaan
a. Sistem Jaminan Sosial Nasional
Sistem jaminan sosial nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial
yang pada dasarnya merupakan program negara yang bertujuan memberi kepastian dan perlindungan untuk menjamin kesejahteraan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya dengan layak.
b. Tenaga kerja Pekerja
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan antara lain mereka yang sudah bekerja dan mempunyai nilai ekomis.
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini disusun secara sistematis yang terdiri dari 6 enam bab yang dilengkapi dengan sub-sub bab yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini membahas tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kerangka teori, definisi konsep, dan sistematika penulisan yang merupakan gambaran singkat dari skripsi ini.
BAB II : METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi metode penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan skripsi ini yang terdiri dari bentuk penelitian, lokasi
penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Dalam bab ini penulis memuat gambaran umum lokasi penelitian, sejarah umum lokasi penelitian, filosofi, visimisi, struktur
organisasi, dan fungsi, tugas, serta wewenang.
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Pada bab ini disajikan data dan informasi yang diperoleh selama penelitian di lapangan berupa dokumen-dokumen yang akan
dianalisis dan hasil wawancara dari informan yang dianggap kredibel.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini memuat analisispembahasan hasil penelitian dengan menghubungkan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan
maupun studi pustaka mengenai implementasi kebijakan Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang diteliti.
BAB VI : PENUTUP
Pada Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang merupakan jawaban hasil penelitian atas rumusan masalahan
yang dikemukakan dan menjadi landasan untuk mengemukakan saran yang diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang terkait dalam
penelitian ini.
BAB II METODE PENELITIAN
2.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian deskriptif dangan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut zuriah
2006:47 penilitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta, atau kejadian secara
sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Ciri pokok dari penelitian deskriptif adalah memusatkan perhatian pada masalah-
masalah yang ada saat penelitian dilakukan atau masalah-masalah yang bersifat aktual dan menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki
sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan
investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian
McMillan Schumacher, 2003. Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berupa cerita rinci dari para informan dan mengungkapkannya sesuai dengan
pandangan informan Hamidi, 2005:14.
2.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Kantor Cabang Binjai
JL. Soekarno Hatta No. 469, Km 18 Binjai Timur Telp. 061 8820465. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
purposive dengan pertimbangan kesediaan BPJS Kantor Cabang Binjai untuk memberikan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian.
2.3 Informan Penelitian
Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya
baik berupa pernyataan, keterangan, danatau data-data yang dapat membantu memahami permasalahan dalam penelitian Suyanto, 2005:171.
Dalam penelitian ini informan dipilih secara Sequential, yaitu tidak adanya penentuan batasan untuk informan yang dipilih. Informan inilah yang akan
memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Jumlah informan bisa terus bertambah seiiring dengan hasil rekomendasi dari informan
sebelumnya dan sampai peneliti menilai data yang dikumpulkan dari sejumlah informan tersebut telah mencapai titik jenuh, maksudnya tidak ada hal baru lagi
yang dapat dikembangkan. Informan penelitian meliputi beberapa macam yaitu: Sutopo, 2002:22
a. Informan kunci yaitu seseorang yang secara lengkap dan mendalam
mengetahui serta memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini informan kunci berjumlah 1 satu orang
yaitu Kepala Bagian Umum dan SDM BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Binjai.
b. Informan utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial
penelitian dan mengetahui permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini
informan utama berjumlah 3 tiga orang yang terdiri dari :
1 2 dua orang dari Bidang Pemasaran yaitu 1satu orang Relation Officer
dan 1 satu orang Marketing Officer
2
1 satu orang dari Bidang Pelayanan yaitu Costumer Service
c. Informan biasa atau tambahan yaitu mereka dapat memberikan informasi baik
yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam interaksi sosial. Dalam penelitian ini informan biasa berjumlah 1 satu orang yang
merupakan peserta bukan penerima upah BPU program jaminan sosial ketenagakerjaan yang terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan Kancab Binjai.
2.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
dengan dua cara, yaitu :
A. Teknik Pengumpulan Data Primer
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dari informan pada lokasi penelitian field research untuk memperoleh data,
informasi, dan keterangan lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini pengumpulan data primer tersebut dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1. Wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulan data utama yang
dilakukan dengan memberikan pertanyaan secara langsung kepada informan penelitian untuk memperoleh data dan informasi yang
diperlukan Bungin, 2007:108. Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai langsung informan satu persatu secara mendalam
menganai implementasi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisikan pertanyaan-pertanyaan
yang akan diajukan wawancara tersruktur. 2.
Observasi, yaitu teknik memperoleh informasi yang dilakukan dengan mengamati secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-
gejala yang ditemukan dilapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai panduan yang berkenaan dengan topik penelitian.
Observasi memberikan kesempatan pada peneliti untuk mengalami secara langsung bagaimana objek dalam penelitian sehingga memberikan
gambaran penelitian yang objektif dalam mengumpulkan fakta-fakta dilapangan Bungin, 2007:115. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
observasi langsung di BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Binjai untuk melihat bagaimana implementor pegawai BPJS Ketenagakerjaan
mengimplementasikan kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011. B.
Teknik Pengumpulan Data Sekunder Merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh dari sumber kedua
sekunder untuk mendukung data primer. Pengumpulan data skunder tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Sugiyono, 2012:231
1. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan menggunakan
berbagai literatur seperti buku-buku yang menjadi bahan referensi, jurnalkarya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian, serta pendapat para
ahli yang kompeten. 2.
Studi Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui catatan-catatan tertulis mengenai permasalahan dalam penelitian,
dokumenarsip, foto, vidio, dan rekaman wawancara serta sumber-sumber lain yang memiliki relevansi dengan masalah penelitian.
2.5 Teknik Analisis Data
Menurut Moloeng 2007:247, teknik analisis data dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul,
menyusunnya dalam suatu satuan dan kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya serta memeriksa keabsahan serta menafsirkan dengan analisis dan
kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian. Teknik analisa data pada penelitian ini, dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung selama proses penelitian serta setelah selesai pengumpulan data yang berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh. Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif, yaitu data yang diperoleh akan dianalisa melalui tiga tahap yaitu: reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Dalam model ini dilakukan suatu proses siklus antar tahap- tahap sehingga data yang terkumpul akan berhubungan satu sama lain dan
mendukung penyusunan laporan penelitian Miles dan Huberman, 2009:25.
Bagan 2.5 Analisis Data Kualitatif Menurut Miles dan Huberman A.
Reduksi Data Datainformasi yang diperoleh perlu dianalisis melaui reduksi data.
Mereduksi data merupakan proses pemfokusan, penyederhanaan, dan abstaksi data kasar yang diperoleh dari penelitian di lapangan dengan cara merangkum,
memilih hal-hal pokok, memusatkan tema dan polanya, dan membuat batasan- batasan permasalahan. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan
oleh karena itu apabila peneliti menemukan segala sesuatu yang dipandang asing dan belum memiliki pola harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan
reduksi data. Pada saat melaksanakaan wawancara depth interview dilakukan analisis
terhadap jawaban informan secara komprehensif dan apabila ada jawaban yang kurang kredibel, maka peneliti mencari jawaban yang jelas dan dapat dipercaya
dengan melanjutkanmengajukan pertanyaan lagi sampai datanya jenuh dan dianggap kredibel. Interprestasi penelitian atas hasil wawancara yaitu data yang
telah dikumpulkan direduksi sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti.
Koleksi Data Catatan Lapangan
Penyajian Data
Reduksi Data Penarikan Kesimpulan
B. Penyajian Data
Dimaksudkan agar mempermudah peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Hal ini merupakan
pengorganisasian data ke dalam suatu bentuk tertentu sehingga kelihatan lebih jelas untuk ditampilkan dan selaras dengan permasalahan yang diteliti. Dalam
penelitian kualitatif penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat yang bersifat naratif, bagan, dan hubungan antarkategori. Dengan adanya penyajian
data tersebut peneliti dapat merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahaminya.
C. Penarikan Kesimpulan
Pada penelitian kualitatif, penarikan kesimpulan dilakukan sepanjang proses penelitian. Selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk
menganalisis dan mencari makna dari data yang telah dikumpulkan yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan yang masih bersifat tentatif
sementara karena melalui wawancara, observasi, studi pustaka serta studi dokumentasi yang dilakukan memungkinkan munculnya penemuan-penemuan
baru yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti sehinga menyebabkan data dan informasi yang diperoleh terus berkembang dan berkembang snowball
reaction. Selama proses penelitian kesimpulan tersebut akan terus mengalami perubahan hingga selesainya proses pengumpulan data. Kesimpulan akhir yang
merupakan hasil penelitian harus didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten sehingga kesimpulan yang dikemukakan dianggap kredibel.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Binjai Jl. Soekarno Hatta No. 469, Km 18 Binjai Timur Telp. 061 8820465, 8820466 Fax. 061 8829766
3.2 Sejarah Umum Lokasi Penelitian
A. Sejarah BPJS Ketenagakerjaan
Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi
kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara. Indonesia seperti halnya negara berkembang lainnya, mengembangkan program
jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang
didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal. Sejarah terbentuknya Sejarah terbentuknya BPJS Ketenagakerjaan yang
dahulu bernama PT Jamsostek Persero mengalami proses yang panjang, dimulai dari UU No.331947 jo UU No.21951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan
Menteri Perburuhan PMP No.481952 jo PMP No.81956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.151957 tentang
pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.51964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial YDJS, diberlakukannya UU No.141969 tentang
Pokok-pokok Tenaga Kerja. Secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.
Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun
1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah PP No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial
tenaga kerja ASTEK, yang mewajibkan setiap pemberi kerjapengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No.341977
tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek. Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja JAMSOSTEK. Dan melalui PP No.361995 ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga
Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan
kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.
Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang
itu berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat 2, yang kini berbunyi: Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Manfaat perlindungan tersebut dapat
memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi maupun produktivitas kerja.
Kiprah Perusahaan yang mengedepankan kepentingan dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia terus berlanjut. Sampai saat ini, PT Jamsostek
Persero memberikan perlindungan 4 empat program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja JKK, Jaminan Kematian JKM, Jaminan Hari Tua
JHT dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya.
Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1
Januri 2014 PT Jamsostek akan berubah nama menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan tetap dipercaya
untuk menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi
JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015.
Menyadari besar dan mulianya tanggung jawab tersebut, BPJS Ketenagakerjaan harus meningkatkan kompetensi di seluruh lini pelayanan sambil
mengembangkan berbagai program dan manfaat yang langsung dapat dinikmati oleh pekerja dan keluarganya. Kini dengan sistem penyelenggaraan yang semakin
maju, program BPJS Ketenagakerjaan tidak hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha saja, tetapi juga memberikan kontribusi penting bagi
peningkatan pertumbuhan ekonomi bangsa dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
B.
Transformasi PT. Jamsostek Menjadi BPJS Ketenagakerjaan
Undang-Undang BPJS mengatur seluruh ketentuan pembubaran dan pengalihan PT ASKES Persero dan PT JAMSOSTEK Persero. Ketentuan
pembubaran BUMN Persero tidak berlaku bagi pembubaran PT ASKES Persero dan PT JAMSOSTEK Persero. Pembubaran kedua Persero tersebut tidak perlu
diikuti dengan likuidasi, dan tidak perlu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Ada tiga derajat transformasi dalam Undang-Undang BPJS, tingkat
tertinggi adalah transformasi tegas. UU BPJS dengan tegas mengubah PT Jamsostek Persero menjadi BPJS Ketenagakerjaan, membubarkan
PT Jamsostek Persero dan mencabut UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek. Di samping terdapat tingkatan transformasi, Undang-Undang BPJS menetapkan
dua kriteria proses transformasi BPJS. Kriteria pertama, Undang-Undang BPJS
memberi tenggat 2 dua tahun sejak pengundangan Undang-Undang BPJS pada 25 November 2011 kepada PT ASKES Persero dan PT Jamsostek Persero
untuk beralih dari Perseroan menjadi badan hukum publik BPJS. Kriteria kedua adalah transformasi bertahap, transformasi PT Jamsostek Persero dilakukan
dalam dua tahap. Tahap pertama adalah masa peralihan PT Jamsostek Persero menjadi
BPJS Ketenagakerjaan berlangsung selama 2 dua tahun, mulai 25 November 2011 sampai dengan 31 Desember 2013. Tahap pertama diakhiri dengan
pendirian BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014. Tahap kedua, adalah tahap penyiapan operasionalisasi BPJS Ketenagakerjaan untuk penyelenggaraan
program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian sesuai dengan ketentuan UU SJSN. Persiapan tahap kedua berlangsung
selambat-lambatnya hingga 30 Juni 2015 dan diakhiri dengan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan untuk penyelenggaraan keempat program tersebut sesuai dengan
ketentuan UU SJSN selambatnya pada 1 Juli 2015. Pada 1 Januari 2014 PT Jamsostek Persero dinyatakan bubar tanpa
likuidasi dan berubah nama menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1995 tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja JAMSOSTEK dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Semua asset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum
PT Jamsostek Persero menjadi asset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Ketenagakerjaan. Semua pegawai PT Jamsostek Persero menjadi
pegawai BPJS Ketenagakerjaan. Perubahan ini diatur dalam undang-undang
nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial BPJS dengan ketentuan PT Jamsostek diharuskan bertransformasi menjadi BPJS
Ketenagakerjaan. Sesuai perundangan tentang sistem jaminan sosial nasional SJSN tersebut, mengamanahkan agar negara memenuhi hak konstitusional
setiap orang atas jaminan sosial dan untuk memberikan jaminan sosial yang menyeluruh bagi rakyat Indonesia. Tujuan SJSN guna memberi jaminan
terpenuhinya kebutuhan dasar hidup layak bagi setiap peserta dan anggota keluarganya.
Dalam mentransformasi PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan dilakukan melalui berapa tahap. Pertama, tahap rekonsolidasi yakni membangun
kepercayaan dari seluruh stake holder. Dalam tahap ini yang dilakukan adalah mengawal regulasi, mereview teknis operasional dan sosialisasi masive. Dan ini
semua sudah dilakukan selama tahun 2012. Kedua, pada tahun 2013 dilaksanakan, tahap fit-in Infrastructure yakni bagaimana membangun landasan
yang kokoh sebagai BPJS Ketenagakerjaan. Dalam tahap ini dilakukan peningkatkan kepesertaan, pelayanan, penguatan data base dan TI, peningkatan
investasi, keuangan dan peningkatan kualitas SDM. Sejak 1 Januari 2014 hingga selambat-lambatnya 30 Juni 2015, BPJS
Ketenagakerjaan melanjutkan penyelenggaraan tiga program yang selama ini diselenggarakan oleh PT Jamsostek Persero, yaitu program jaminan kecelakaan
kerja, jaminan hari tua dan jaminan kematian, termasuk menerima peserta baru. Penyelenggaraan ketiga program tersebut oleh BPJS Ketenagakerjaan masih
berpedoman pada ketentuan Pasal 8 sampai dengan Pasal 15 UU No. 3 Tahun
1992 tentang Jamsostek. BPJS Ketenagakerjaan diberi waktu 1,5 tahun untuk menyesuaikan penyelenggaraan ketiga program tersebut dengan ketentuan UU
SJSN dan menambahkan program jaminan pensiun ke dalam pengelolaannya. Selambat-lambatnya pada 1 Juli 2015. Seluruh pasal UU Jamsostek dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan
kematian sesuai dengan ketentuan UU SJSN untuk seluruh pekerja kecuali Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI dan POLRI.
Dalam transformasi PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan, ada 5 lima perubahan yang mendasar. Yaitu, perubahan badan hukum organisasi
BUMN menjadi badan hukum publik, perubahan perlakuan keuangan pada badan penyelenggara baik dalam hal pemisahan aset, badan penyelenggara dan peserta
maupun ssstem pelaporan keuangan. Kemudian, perubahan cakupan kepesertaan
wajib dari tenagakerja formal menjadi perlindungan untuk seluruh tenagakerja. Selanjutnya, perubahan pengalihan wewenang pelaksanaan inspeksi kepatuhan
kepesertaan dalam sistem penegakan hukum dari Kementerian Tenaga Kerja kepada BPJS Ketenagakerjaan serta perubahan manfaat dan JHT, JK, JKK, JPK
menjadi JHT, JK, JKK, pensiun. Transformasi PT Jamsostek merupakan satu entitas bisnis yang dibangun dengan semangat profesionalitas yang dimiliki
bersama. Sehingga mengalami perkembangan yang signifikant dari segi manfaat dan pelayanan serta kinerja investasi yang memegang prinsip dengan tetap
berpegang pada tata kelola perusahan yang baik.
3.3 Filosofi Badan Penyelenggara Jamian Sosial BPJS Ketenagakerjaan
BPJS Ketenagakerjaan dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi resiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain
dalam membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan dihari tua maupun keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh
sebagai hak dan bukan dari belas kasihan. Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan program BPJS
Ketenagakerjaan dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit dan yang berpenghasilan tinggi
membantu yang berpenghasilan rendah.
3.3.1 Nilai-Nilai Perusahaan