19
coefficient of variation yanglazim digunakan untuk mengukur suatu perbedaan. Istilah Williamson Index muncul sebagaipenghargaan kepada Jeffrey G.
Williamson yang pertama kali menggunakan teknik ini untuk mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah.
1. Williamson Index V
w
Williamson Index adalah suatu ukuran yang digunakan agar pertumbuhan ekonomi yang dicapai dinikmati secara merata diantara wilayah dalam suatu
negara. Pemerataan dapat dilihat melalui indeks williamson yang menunjukkan nilai mendekati 1 maka pembangunan semakin tidak merata,
dan sebaliknya jika mendekati 0 maka pembangunan semakin merata. Walaupun indeks ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain sensitif
terhadap definisi wilayah yang digunakan dalam perhitungan, namun demikian indeks ini cukup lazim digunakan dalam mengukur ketimpangan
pembangunan antar wilayah.
Y n
Fi Y
Yi VW
∑
− =
2
Dimana: VW
: Koefisien ketimpangan Yi
: Pendapatan perkapita di daerah Y
: Pendapatan perkapita provinsi Fi
: Penduduk di daerah N
: Jumlah penduduk
2. Indeks Entropy Theil
Indeks lain yang juga lazim digunakan dalam mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah Theil Index. Data yang diperlukan untuk
mengukur indeks ini adalah sama dengan yang diperlukan untuk menghitung williamson index yaitu PDRB per kapita untuk setiap wilayah dan jumlah
20
penduduk. Demikian pula halnya dengan penafsiran yang juga sama yaitu bila indeks mendekati 1 artinya sangat timpang dan sebaliknya bila indeks
mendekat 0 artinya sangat merata. Sedangkan formulasi Theil Index Td adalah sebagai berikut:
{ } {
} { }
N n
Y y
Y y
Td
ij ij
n i
n j
ij
log
1 1
∑∑
= =
=
Dimana: yj : PDRB perkapita per provinsi ke-j
xj : jumlah penduduk per provinsi ke-j Y : PDB nasional
X : jumlah penduduk nasional
Namun demikian, penggunaan Theill Index sebagai ukuran ketimpangan mempunyai kelebihan tertentu. Pertama, indeks ini dapat menghitung
ketimpangan dalam daerah dan antar daerah secara sekaligus, sehingga cakupan analisa menjadi lebih luas. Dalam kasus Indonesia, dengan
menggunakan metode ini dapat dihitung ketimpangan propinsi dan kabupatenkota serta antar propinsi, kabupaten dan kota. Kedua, dengan
menggunakan indeks ini dapat pula dihitung kontribusi dalam persentase masing-masing daerah terhadap ketimpangan pembangunan wilayah secara
keseluruhan sehingga dapat memberikan implikasi kebijakan yang cukup penting.
2.6.Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan
Simon Kuznets dalam Todaro, 2006 : 253 mengatakan bahwa pada tahapawal pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan cenderung
memburukketimpangan membesar, namun pada tahap selanjutnya, distribusi
21
pendapatanakan membaik. Observasi inilah yang kemudian dikenal sebagai kurva Kuznets“U-terbalik” Hipotesis Kuznets.
Dalam hal ini, pembuktian hipotesis Kuznets dilakukan dengan membuatgrafik antara pertumbuhan
PDRB dengan indeks ketimpanganIndeksWilliamson. Jika kurva yang dibentuk oleh hubungan antara
variabel tersebutmenunjukkan kurva U-terbalik, maka hipotesis Kuznets terbukti bahwa padatahap awal pertumbuhan ekonomi terjadi ketimpangan yang
membesar dan padatahap-tahap berikutnya ketimpangan menurun, namun pada suatu waktuketimpangan akan menaik dan demikian seterusnya.
Dewasa ini, terdapat banyak ulasan yang mencoba menjelaskan mengapapada tahap-tahap awal pembangunan ditribusi pendapatan cenderung memburuk,namun
kemudian membaik.Sebagian besar dari ulasan tersebut mengaitkannyadengan kondisi-kondisi dasar perubahan yang bersifat struktural. Menurut modelLewis,
tahapan pertumbuhan awal akan terpusat di sektor industri modern, yangmempunyai lapangan kerja terbatas namun tingkat upah dan
produktivitasterhitung tinggi. Kurva Kuznets dapat dihasilkan oleh proses pertumbuhanberkesinambungan
yang berasal dari perluasan sektor modern, seiring denganperkembangan sebuah negara dari perekonomian tradisional ke perekonomianmodern. Di samping itu,
imbalan yang diperoleh dari investasi di sektor pendidikan mungkin akan meningkat terlebih dahulu, karena sektor modern yangmuncul memerlukan tenaga
kerja terampil, namun imbalan ini akan menurunkarena penawaran tenaga terdidik meningkat dan penawaran tenaga kerja tidakterdidik menurun. Jadi, walaupun
22
Kuznets tidak menyebutkan mekanisme yangdapat menghasilkan kurva U-terbalik ini, secara prinsip hipotesis tersebutkonsisten dengan proses bertahap dalam
pembangunan ekonomi. Namun terlihatbahwa, dampak pengayaan sektor tradisional dan modern terhadap ketimpanganpendapatan akan cenderung
bergerak berlawanan arah, sehingga perubahan netopada ketimpangan bersifat mendua ambiguous, dan validitas empiris kurvaKuznets masih patut
dipertanyakan. Terlepasdari perdebatan metodologisnya, beberapa ekonom
pembangunantetap berpendapat bahwa tahapan peningkatan dan kemudian penurunanketimpangan pendapatan yang dikemukakan Kuznets tidak dapat
dihindari.
2.7. Teori Kemiskinan