Penilaian Kinerja Keuangan Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan

ROE return on equity merupakan rasio yang membandingkan laba bersih dengan total ekuitas. ROE digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini juga menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang dapat diperoleh oleh pemegang saham. Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba bagi pemegang saham. ROE = 4. Operating Profit Margin Rasio ini mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volume penjulan dengan persamaan sebagai berikut: 5. Net Profit Margin Net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjulan. Dan rumus untuk mencari rasio ini adalah :

5. Penilaian Kinerja Keuangan

a. Pengertian Penilaian dan Kinerja Universitas Sumatera Utara Menurut Umar 2002:26 penilaian atau evaluasi didefenisikan sebagai berikut. Suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh. Sedangkan menurut Hansen et al 2000:6 defenisi kinerja yaitu “Kinerja adalah tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk”. Kinerja juga dapat didefenisikan sebagai suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada satu periode, seiring dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, suatu standar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya. Menurut Bastian 2001:274 “Kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatanprogramkebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Daftar apa yang ingin dicapai tertuang dalam perumusan skema strategis strategic planning suatu organisasi.” Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. b. Penilaian dan Prosedur Penilaian Universitas Sumatera Utara Hasil dari penilaian kinerja perusahaan akan dijadikan umpan balik feedback bagi formulasi atau pengimplentasian strategi. Proses suatu evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya sendiri. Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang terpenting adalah bahwa prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri. Tahapan evaluasi yang sifatnya umum antara lain : a. Menentukan apa yang akan dievaluasi Dalam bisnis yang dapat dievaluasi mengacu pada program kerja perusahaan. Pada program kerja perusahaan inilah akan terdapat aspek-aspek yang memerlukan evaluasi. b. Merancang mendesain kegiatan evaluasi Sebelum evaluasi dilakukan, tentukan dahulu desain evaluasinya agar data apa yang dibutuhkan, tahapan-tahapan kerja apa yang dilakukan, siapa saja yang akan dilibatkan dan apa saja yang akan dihasilkan menjadi lebih jelas. c. Pengumpulan Data Setelah desain dilakukan maka pengumpulan data dapat dilakukan secara efektif yaitu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta ilmiah. d. Pengolahan dan analisis data Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk dikelompokkan agar mudah dianalisis sehingga menghasilkan fakta yang dapat dipercaya. Selanjutnya dibandingkan antara fakta dan rencana untuk menghasilkan perbedaan. Besarnya perbedaan gap tersebut akan disesuaikan dengan tolak ukur tertentu sebagai hasil evaluasi. e. Pelaporan hasil evaluasi Universitas Sumatera Utara Hasil evaluasi hendaknya didokumentasikan secara tertulis dan dikonfirmasikan secara lisan maupun tulisan agar hasil evaluasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang membutuhkannya. f. Tindak lanjut hasil evaluasi Hasil evaluasi hendaknya dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengambil keputusan dalam rangka mengatasi masalah manajemen. Baik di tingkat strategi maupun di tingkat implementasi strategi. c. Penilaian Kinerja Keuangan Hasil dari penilaian kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian. Adapun manfaat penilaian kinerja bagi manajemen menurut Bastian 2001:275 antara lain untuk: 1. Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja, 2. Memastikan tercapainya skema kinerja yang disepakati, 3. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan skema kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja, 4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas kinerja yang dicapai setelah dibandingkan dengan skema indikator kinerja yang telah disepakati, 5. Menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi, Universitas Sumatera Utara 6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi, 7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah, 8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif, 9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan, 10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi. Dalam melakukan evaluasi dibutuhkan tolak ukur tertentu sebagai acuan seperti yang terdapat dalam suatu program kerja. Program kerja ini pada gilirannya akan dilaksanakan dan dievaluasi. Evaluasi kinerja dapat dilakukan perusahaan digolongkan kepada dua aspek yaitu evaluasi kinerja terhadap aspek keuangan dan evaluasi kinerja terhadap aspek non-keuangan. Evaluasi kinerja terhadap aspek keuangan ini didasarkan pada laporan keuangan, sedangkan evaluasi terhadap aspek non-keuangan tergantung pada bidang apa yang akan dianalisis misalkan aspek strategis perusahaan, aspek pemasaran, aspek operasional dan aspek sumber daya manusia. Dalam penelitian ini peneliti hanya membahas evaluasi kinerja dari aspek keuangannya saja. Evaluasi kinerja dari aspek keuangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun dalam penelitian ini peneliti hanya membahas penilaian kinerja dari aspek keuangan dengan menggunakan analisis rasio keuangan. d. Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan dapat menggunakan analisis rasio keuangan yang diambil dari bagian-bagian laporan keuangan perusahaan. Di bagian sebelumnya telah dipaparkan mengenai jenis-jenis rasio Universitas Sumatera Utara keuangan yang umumnya digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. Rasio tersebut dapat menjelaskan bagaimana keadaan kinerja keuangan baik dengan menganalisis satu rasio keuangan saja maupun dengan menganalisis beberapa rasio keuangan. Menurut Djarwanto 2004:143: Secara individual rasio itu kecil artinya, kecuali jika dibandingkan dengan suatu standar rasio yang layak dijadikan dasar pembanding. Bila tidak ada standar yang dipakai sebagai dasar pembanding, dari penafsiran rasio-rasio suatu perusahaan, penganalisisan tidak dapat menyimpulkan apakah rasio- rasio itu menunjukkan kondisi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan. Dalam menilai kinerja keuangan yang menggunakan analisis rasio keuangan perlu diketahui standar rasio keuangan tersebut. Standar ini ditentukan dengan membandingkan beberapa rasio keuangan perusahaan sejenis. Menurut Djarwanto 2004:144 “Standar rasio yang baik adalah yang memberikan gambaran rata-rata. Gambaran rata-rata yang paling tepat adalah rasio industri gabungan perusahaan sejenis.” Dengan adanya standar ini, perusahaan dapat menentukan apakah kinerja keuangannya baik atau tidak. Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan rasio keuangan yang diperoleh dengan standar rasio keuangan yang ada. Pada umumnya, kinerja keuangan perusahaan dikategorikan baik jika besarnya rasio keuangan perusahaan bernilai sama dengan atau di atas standar rasio keuangan. Selian membandingkan rasio keuangan dengan standar rasio, kinerja keuangan juga dapat dinilai dengan membandingkan rasio keuangan tahun yang dinilai dengan rasio keuangan pada tahun-tahun sebelumnya beberapa tahun Universitas Sumatera Utara perbandingan. Dengan membandingkan rasio keuangan pada beberapa tahun penialaian dapat dilihat bagaimana kemajuan ataupun kemundurun kinerja keuangan sesuai dengan kegunaan masing-masing rasio tersebut. Penilaian kinerja keuangan dengan menganalisis rasio keuangan dapat ditunjukkan dalam contoh perhitungan pada ilustrasi perusahaan berikut ini Syamsuddin, 2000:41. Dari laporan laba rugi dan neraca Perusahaan “Riam Remo” di atas dapat dianalisis rasio keuangannya untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Penilaian kinerja tersebut terlihat dalam perhitungan rasio-rasio keuangan sebagai berikut. 1. Rasio Likuiditas a. Current Ratio Current ratio menunjukkan hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar yang ditunjukkan oleh persamaan berikut. Current Ratio = Tahun 19X0 = = 2,08 kali Tahun 19X1 = = 1,97 kali Perhitungan di atas menunjukan berapa kali aset lancar dapat membiayai hutang lancar perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan. Menurut Universitas Sumatera Utara Kasmir 2008:143 standar industri current ratio adalah sebanyak 2 kali. Maka pada tahun 19X0 perusahaan berkinerja baik karena berada di atas rata-rata industri dan pada tahun19X1 walaupun mengalami penurunan tetapi masih dalam kinerja yang baik karena tidak jauh berada di bawah standar rasio. b. Quick Ratio Quick rasio atau acid test ratio merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya dengan rumus: Tahun 19X0 = = 1,49 kali Tahun 19X1 = = 1,50 kali Semakin tinggi nilai rasio ini maka menunjukkan semakin baik pula kinerja keuangan yang dicapai oleh perusahaan. Standar rasio yang dikemukakan Kasmir 2008:143 adalah 1,5 kali. Rasio pada tahun 19X0 dan 19X1 relatif bernilai sama dan diketegorikan berkinerja baik karena besarnya rasio sama dengan standar rata-rata industri. c. Cash Ratio Rasio ini untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dengan rumus: Universitas Sumatera Utara Tahun 19X0 = = 0,70 atau 70 Tahun 19X1 = = 0,69 atau 69 Standar industri untuk cash ratio adalah 50 Kasmir, 2008:143 dimana semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan yang dilakukan oleh perusahaan. Riam Remo memiliki kinerja keuangan yang baik karena berada di atas rata-rata industri baik pada tahun 19X0 dan 19X1 yang bernilai 70 dan 69. d. Net Working Capital Rasio ini untuk menghitung berapa kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar. Persamaan untuk mencari rasio ini adalah: Tahun 19X0 = Rp 1.003.200,00 – Rp 481.940,00 = Rp 521.260,00 Tahun 19X1 = Rp 1.222.715,00 – Rp 620.750,00 = Rp 601.965,00 Tingginya nilai rasio ini akan menunjukkan kinerja keuangan yang baik karena aset lancar lebih besar daripada kewajiban lancarnya. Pada tahun 19X1 lebih besar daripada tahun 19X0 dimana keduanya menunjukkan kinerja keuangan yang baik karena selisih aset lancar dengan kewajiban lancar bernilai positif. 2. Rasio Leverage a. Debt Ratio Universitas Sumatera Utara Debt to ratio atau debt to asset ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Tahun 19X0 = = 0,44 atau 44 Tahun 19X1 = = 0,46 atau 46 Semakin rendah rasio ini menunjukkan bahwa semakin baik keadaan keuangan perusahaan. Standar industri untuk rasio ini menurut Kasmir 2008:164 adalah sebesar 35. Riam Remo pada tahun 19X0 dan 19X1 memiliki debt ratio yang di atas standar industri dimana menunjukkan bahwa kinerja keuangannya dalam kategori baik. b. Debt to Equity Ratio DER Debt to equity ratio adalah rasio yang membandingkan utang perusahaan dengan total ekuitas. Tahun 19X0 = = 0,79 atau 79 Tahun 19X1 = = 0,84 atau 84 Semakin tinggi rasio ini akan menunjukkan kinerja yang buruk bagi perusahaan. Maka perusahaan harus berusaha agar DER bernilai rendah atau berada di bawah standar industri yaitu 90 Kasmir, 2008:164. Riam Universitas Sumatera Utara Remo memiliki kinerja keuangan yang sangat baik karena berada di bawah standar rasio industri baik pada tahun 19X0 maupun tahun 19X1. c. Time Interest Earned Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga. Rumusnya adalah : Tahun 19X0 = = 5,16 kali Tahun 19X1 = = 6,23 kali Menurut Kasmir 2008:164 standar industri untuk rasio ini adalah sebesar 10 kali. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan yang ditunjukkan oleh perusahaan. Riam Remo berada di bawah standar indutri yang menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dalam kategori kurang baik. d. Fixed Charged Coverage Rasio ini mengukur berapa besar kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran dividen saham preferen, bunga, angsuran pinjaman dan sewa. Rumus rasio ini adalah sebagai berikut: Tahun 19X0 = = 3,48 kali Tahun 19X1 = = 3,96 kali Universitas Sumatera Utara Standar industri untuk rasio ini adalah 10 kali setiap tahunnya Kasmir, 2008:164. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan yang ditunjukkan oleh perusahaan. Pada tahun 19X0 dan 19X1 besarnya rasio ini berada di bawah rata-rata industri dan hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan kurang baik. e. Debt Service Coverage Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman. Rumusnya adalah: Tahun 19X0 = = 1,36 kali Tahun 19X1 = = 1,47 kali Semakin tinggi rasio ini maka akan menunjukkan semakin kecil resiko yang akan dihadapi perusahaan dalam pembayaran bunga dan pinjaman pokok perusahaan. Rasio perusahaan berada di bawah standar industri yang berarti kinerja keuangan perusahaan kurang baik dalam membayar bunga dan pinjaman pokoknya. 3. Rasio Aktivitas a. Average Collection Period Universitas Sumatera Utara Rasio ini untuk menghitung berapa kali dana yang tertanam dalam piutang perusahaan berputar dalam setahun Syahyunan, 2004. Rumus untuk mencari average collection period adalah : Tahun 19X0 = = 53,15 kali Tahun 19X1 = = 58,85 kali Jika rata-rata industri untuk rasio ini adalah 25 kali, maka kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan oleh rasio ini dalam kategori sangat baik karena berada di atas rata-rata industri. b. Inventory Turnover Perputaran persediaan adalah rasio antara harga pokok penjualan terhadap persediaan rata-rata menunjukkan seberapa cepat persediaan tersebut dapat dijual. Rumus untuk menghitung inventory turnover yaitu: Tahun 19X0 = = 6,89 kali Tahun 19X1 = = 8,05 kali Menurut Kasmir 2008:187 standar industri untuk rasio ini adalah sebanyak 20 kali dalam setahun. “Riam Remo” pada tahun 19X0 dan 19X1 berada jauh di bawah rata-rata industry yang menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan kurang baik dalam perputaran persediaannya. Universitas Sumatera Utara c. Fixed Asset Turnover Rasio ini digunakan untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap dengan sepenuhnya atau belum. Rumus untuk menghitung fixed assets turnover ratio yaitu: Tahun 19X0 = = 1,15 kali Tahun 19X1 = = 1,30 kali Standar industri untuk rasio ini adalah sebanyak 5 kali dalam setahun Kasmir, 2008:187. Pada tahun 19X0 dan tahun 19X1 keduanya berada di bawah rata-rata industri yang menunjukkan bahwa perputaran aktiva tetap kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja “Riam Remo” kurang baik dalam rasio ini. d. Total Assets Turnover TATO Total assets turnover menurut Syamsuddin 2000:73 “mengukur berapa kali total aktiva perusahaan menghasilkan volume penjualan”. Rumus untuk menghitung total asstes turnover adalah: Tahun 19X0 = = 0,80 kali Tahun 19X1 = = 0,85 kali Universitas Sumatera Utara Rasio ini memiliki standar industri sebanyak 2 kali dalam setahun Kasmir, 2008:187. Dapat dilihat bahwa TATO “Riam Remo” pada dua tahun tersebut berada jauh di bawah standar industri yang menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dalam hal perputaran total aktivanya kurang baik. 4. Rasio Profitabilitas a. Gross Profit Margin Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok. Persamaan untuk rasio ini adalah : Tahun 19X0 = = 0,26 atau 26 Tahun 19X1 = = 0,24 atau 24 Jika standar industri untuk rasio ini adalah 30, pada tahun 19X0 dan tahun 19X1 berada di bawah rata-rata standar industri. Namun perbedaan ini tidak begitu jauh sehingga dapat dikatakan kinerja keuangan perusahaan sudah cukup baik walaupun tidak begitu maksimal. b. Operating Profit Margin Rasio ini mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volume penjulan dengan persamaan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tahun 19X0 = = 0,17 atau 17 Tahun 19X1 = = 0,13 atau 13 Semakin tinggi rasio ini maka akan menunjukkan semakin baik pula kinerja keuangan yang telah dilakukan oleh manajemen perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan pada tahun 19X0 lebih baik daripada tahun 19X1 karena rasio yang dicapai pada tahun tersebut lebih tinggi. c. Net Profit Margin Net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjulan. Dan rumus untuk mencari rasio ini adalah : Tahun 19X0 = = 0,07 atau 7 Tahun 19X1 = = 0,08 atau 8 Semakin tinggi rasio ini maka akan menunjukkan semakin baik kinerja keuangan yang dicapai suatu perusahaan. Standar industri untuk rasio ini adalah sebesar 20 Kasmir, 2008:208. Pada kedua tahun tersebut net profit margin berada jauh di bawah rata-rata industri yang berarti bahwa kinerja keuangan perusahaan dalam kategori tidak baik. d. Return on Investment Universitas Sumatera Utara ROI dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan menghitung jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilakan laba. Persamaan rasio ini menurut Wachowicz 2005:224 adalah : ROI = Tahun 19X0 = = 0,05 atau 5 Tahun 19X1 = = 0,06 atau 6 Standar industri rasio ini menurut Kasmir 2008:208 adalah sebesar 30 dimana semakin tinggi rasio ini maka semakin baik pula kinerja perusahaan terutama dalam pengembaliam investasi yang didapatnya. Pada tahun 19X0 dan 19X1 nilai ROI berada jauh di bawah standar industri yang menunjukkan bahwa kurang baiknya kinerja keuangan perusahaan yang dilakukan oleh perusahaan. e. Return on Equity Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan dengan persamaan sebagai berikut: ROE = Universitas Sumatera Utara Tahun 19X0 = = 0,10 atau 10 Tahun 19X1 = = 0,12 atau 12 Rasio ini jika semakin tinggi maka akan menunjukkan semakin baik kinerja keuangan perusahaan dimana menurut Kasmir 2008:208 standar industri untuk ROE adalah sebesar 40. Dapat dilihat bahwa besarnya ROE “Riam Remo” pada tahun 19X0 dan 19X1 berada jauh di bawah standar industri. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu menghasilkan laba secara maksimal dari dana yang telah diberikan oleh pemegang saham yang berarti kinerja keuangan perusahaan kurang baik. Perhitungan rasio keuangan di atas telah menunjukkan bagaimana keadaan kinerja keuangan yang dilakukan oleh perusahaan selama dua tahun tersebut. Penilaian kinerja keuangan ini dapat dianalisis melalui masing-masing rasio maupun dengan semua rasio secara bersamaan. Penilaian kinerja keuangan ini dapat ditentukan dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio perusahaan lainnya yang sejenis. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan pada tahun yang diteliti dengan rasio perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu