Akses terhadap Sarana Peribadatan Akses terhadap Sarana Kesehatan Memulung

d. Akses terhadap Jaringan Telekomunikasi

Pemukim juga dapat mengakses jaringan telekomunikasi dari PT. Telkom jika membutuhkan dan memiliki kesanggupan biaya. Hanya sedikit responden 6,2 yang memiliki telepon rumah, sebagian lain memiliki telepon seluler 14,4 dan selebihnya tidak memiliki 79,4.

e. Akses terhadap Sarana Pendidikan

Sebagian besar anggota keluarga responden 57,7 memanfaatkan sarana pendidikan yang ada di sekitar kawasan penelitian. Sarana pendidikan yang terdekat dapat diakses dengan berjalan kaki karena hanya berjarak lebih kurang 1 satu km. Untuk siswa SD Negeri tidak dikeluarkan biaya SPP bulanan karena telah tersedia Dana BOS. Umumnya responden berusaha agar anggota keluarganya dapat mengecap pendidikan hingga ke jenjang SMUsederajat. Segala cara diusahakan termasuk dengan berhutang demi kelangsungan menuntut ilmu. Sebagian lain anggota keluarga responden tidak memanfaatkan sarana pendidikan 42,3 karena tidak ada lagi yang berusia sekolah.

f. Akses terhadap Sarana Peribadatan

Seluruh responden tidak ada yang memanfaatkan sarana peribadatan yang ada di sekitar kawasan penelitian, walaupun berhadapan langsung dengan permukiman. Mereka menggunakan sarana peribadatan gereja sesuai aliran agama yang dianut Kristen ProtestanKatolik yang berada di daerah pusat kota. Kebanyakan dari mereka pergi beribadah ke Gereja yang berada di Jl. Mestika dekat Pusat Pasar kota Medan. Universitas Sumatera Utara

g. Akses terhadap Sarana Kesehatan

Sebagian responden mengaku jarang sakit 72,2, sebagian kadang-kadang sakit 17 dan sebagian kecil sering sakit 10 terutama pemukim berusia lanjut. Gambar 5.5 Kegiatan Posyandu Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Hanya sebagian kecil responden yang selalu menggunakan sarana kesehatan yang ada di sekitar kawasan penelitian 12,4, selebihnya tidak pernah menggunakan sarana kesehatan yang ada 87,6. Hal ini disebabkan karena kebanyakan responden tidak memiliki biaya dan waktu yang cukup untuk pergi berobat. Walaupun gratis berobat ke Puskesmas apabila membawa KTP atau KK, namun biaya untuk obat-obatan sangat terbatas. Oleh karena itu mereka lebih sering mengatasi penyakit dengan mengkonsumsi obat-obatan yang dijual bebas. Universitas Sumatera Utara

5.2 Karakteristik Sosial Ekonomi

Karakteristik sosial ekonomi responden meliputi mata pencaharian, lokasi kerja dan pendapatan. Gambar 5.6 Karakteristik responden menurut kegiatan bekerja Sumber : Data Penelitian Lapangan, 2009 Hampir seluruh responden bekerja mencari nafkah 97,9. Hanya 2 responden 2,1 yang tidak lagi bekerja karena sudah berusia lanjut dan sakit- sakitan, seorang berstatus duda dan seorang lagi berstatus janda.

5.2.1 Mata PencaharianSumber Penghasilan

Terdapat berbagai macam jenis mata pencaharian responden seperti memulung 31,3, memelihara hewan 30,9, mengemudi kenderaan 14,3, berjualan 11,1, menjadi buruhtukang 4,6, atau keterampilan lain 4,1 seperti menjahit, menenun kain, dan menganyam keranjang, termasuk bekerja serabutan 2,9 seperti memetik cabetauge, atau hanya memiliki sumber penghasilan dengan mengandalkan dana pensiunsewa menyewa 0,9. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.7 Persentase jenis mata pencaharian rumah tangga Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Sebagian besar responden mencari sendiri pekerjaannya 89,7, hanya sebagian kecil yang memperoleh pekerjaan melalui kerabat 5,2 atau teman 5,2. Dalam kegiatan mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan rumah tangga, suami sebagai kepala keluarga tidak bekerja sendiri tetapi dibantu oleh anggota keluarga lainnya yang tinggal serumah yaitu istri 36,8, anakkeponakan menantu 20, bahkan saudara kandungiparsepupu 2,1, orangtuamertua 2,1 ataupun cucu 0,5. Hal ini sesuai dengan strategi yang dilakukan keluarga fakir miskin dalam menghadapi permasalahannya yakni dengan mengoptimalisasi sumber daya manusia yang ada Gunawan dan Sugiyanto, 2007, dalam hal ini mengoptimalisasi anggota keluarga. Oleh karena itu ditemukan di dalam satu rumah tangga memiliki beberapa macam mata pencaharian yang menjadi sumber penghasilan sesuai dengan keterampilan yang dimiliki, yaitu: Universitas Sumatera Utara

a. Memulung

Memulung merupakan mata pencaharian dominan pertama 31,3. Benda- benda bekas seperti plastik kantongan, kemasan minuman, kaleng-kaleng, besi, dan lain-lain yang dianggap tidak berguna dan telah dibuang atau menjadi sampah dipungut dan dibawa pulang ke rumah. Aktivitas memulung dilaksanakan di sekitar tempat tinggal mereka, yang berbatasan langsung dengan kawasan padat penduduk Perumnas Mandala. Sesampainya di rumah benda-benda hasil memulung diolah sedemikian rupa sesuai kriteria yang ditentukan penampung. Plastik kantongan bekas dibersihkandicuci, dijemur, kemudian dikeringkan dan dikelompokkan sesuai jenisnya. Begitu pula dengan benda-benda bekas lainnya, setelah diolah semuanya dikumpulkan dalam karung. Bila belum mencukupi berat yang dicapai, benda-benda disimpan dulu di teras atau di dalam rumah baru kemudian dijual kepada penampung. Gambar 5.8 Aktifitas pengolahan hasil memulung Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Universitas Sumatera Utara Tidak heran bila terlihat rumah sumpek karena penuh barang-barang. Aktivitas pengolahan dilaksanakan di teras rumah bahkan sampai ke pinggir jalan di depan rumah. Selain memulung benda-benda bekas biasanya pemukim juga mengumpulkan nasi busuk disebut parnab - par nasi busuk dari tempat-tempat sampah di perumahan sekitar kawasan. Parnab merupakan makanan bagi hewan peliharaan babi. Hasil parnab dengan kondisi bagus dapat dijual seharga Rp.7000,-ember tetapi bila kurang bagus bercampur dengan sampah lain dijual dengan harga Rp.5000,-ember ukuran kaleng cat 25 kg. Selain sebagai makanan hewan ternak, hasil penjualan parnab dapat dipergunakan untuk menambah biaya kebutuhan sehari-hari.

b. Memelihara hewan