Pengaruh Kunjungan Wisatawan terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Pandan dalam Rangka Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah

(1)

PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT

DI KECAMATAN PANDAN DALAM RANGKA

PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN

TAPANULI TENGAH

TESIS

Oleh

SIMAMORA DANIEL REINHARD AGUSTINO

107003045/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2012

S

E K

O L

A

H

P A

S C

A S A R JA

N


(2)

PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT

DI KECAMATAN PANDAN DALAM RANGKA

PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN

TAPANULI TENGAH

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SIMAMORA DANIEL REINHARD AGUSTINO

107003045/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2012


(3)

Judul Tesis : PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN PANDAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN TAPANULI TENGAH

Nama Mahasiswa : Simamora Daniel Reinhard Agustino Nomor Pokok : 107003045

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP)

(Dr. Rujiman, SE. MA)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam,SE) (Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Tanggal lulus : 29 Agustus 2012 Telah diuji pada

Tanggal : 29 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS:


(5)

Anggota : 1. Dr. Rujiman, SE, MA 2. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si

3. Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec 4. Ir. Supriadi, MS

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh

Desentralisasi dan Pendapatan Perkapita terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara” adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipulikasikan oleh siapa pun sebelumnya. Sumber data daninformasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan 21 Juli 2012 Yang membuat pernyataan,


(6)

PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN PANDAN DALAM

RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH

KABUPATEN TAPANULI TENGAH

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kunjungan wisatawan terhadap jumlah pengunjung fasilitas wisata di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah, menganalisis pengaruh kunjungan wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tapanuli Tengah, dan menganalisis pengaruh kunjungan wisatawan terhadap pendapatan pemilik fasilitas wisata (Hotel, Restoran dan pemilik boat).

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Pandan dengan mengambil objek penelitian pemilik fasilitas wisata (pelaku usaha hotel, restoran, dan boat) dengan mengambil sampel responden 30 orang. Metode penelitian menggunakan analisis uji beda rata-rata berpasangan, analisis regresi linier sederhana, dan analisis deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pengunjung fasilitas wisata hotel, restoran dan boat pada tahun 2001 adalah sebanyak 2.336 orang dan nilai rata-rata jumlah pengunjung fasilitas wisata hotel, restoran dan boat pada tahun 2009 sebanyak 2.174 orang. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan sebesar 162 orang per tahun atau mengalami peningkatan sebesar 7,45% dari Tahun 2009. Hasil ini menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan memberikan pengaruh terhadap jumlah pengunjung fasilitas wisata hotel, restauran dan boat pada tahun 2011 dan pada tahun 2009 dengan tingkat signifikansi 0.05. Kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sektor pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah, disebabkan adanya meningkatnya kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor jasa-jasa. Kunjungan wisatawan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan pemilik fasilitas wisata restoran/rumah makan. Dimana rata-rata pendapatan tahun 2009 sebesar Rp. 40.000.000, sedangkan pada tahun 2011 meningkat menjadi rata-rata pendapatan sebesar Rp. 53.000.000,-. Dari hasil ini menunjukkan bahwa ada peningkatan pendapatan pemilik restoran sebesar rata-rata Rp. 13.000.000 dari tahun 2009 ke tahun 2011.


(7)

THE INFLUENCE OF TOURISTS’ VISIT ON THE INCREASE OF THE PEOPLE’S INCOME AT PANDAN SUBDISTRICT, IN RELATION

TO THE DEVELOPMENT OF CENTRAL TAPANULI DISTRICT

ABSTRACT

The aim of the research was to analyze the influence of tourists’ visit on the number of tourism facilities at Pandan Subdistrict, Central Tapanuli District, the influence of tourists’ visit on the PAD (Regional Budget) of Central Tapanuli District, and the influence of tourists’ visit on the income of the owners of tourism facilities (hotels, restaurants, and boats).

The research was performed at Pandan Subdistrict by using 30 owners of the tourism facilities (the business people of hotels, restaurants, and boats) as the objects of the research and the respondents of the samples. The research used mean-pair disparity test, simple linear regression analysis, and descriptive analysis.

The results of the research showed that the average number of tourists who used tourism facilities (hotels, restaurants, and boats) in 2011 was 2,336 visitors, and the average value of the number of visitors who used the tourism facilities hotels, restaurants, and boats) in 2009 was 2,174 visitors. These results showed the disparity of 162 visitors per year which indicated the increase of 7.45% from 2009. It was indicated that the tourists’ visit influenced the number of visitors who used the tourism facilities (hotels, restaurants, and boats) from 2009 to 2011 with the significance level of 0.05. The tourists’ visit had positive and significant influence on the Regional Budget in the tourism sector in Central Tapanuli District because of the increase of the contribution in the sectors of trade, hotel, and restaurant, as well as in the servicing sectors. The tourists’ visit also influenced the increase of the income of the owners of restaurants/food stalls, in which the average income in 2009 was Rp. 40,000,000 and in 2011 increased to Rp. 53,000,000. It indicated that there was the increase of the average income of the owners of restaurants Rp. 13,000,000 from 2009 to 2011.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis dengan judul “Pengaruh Kunjungan Wisatawan terhadap Peningkatan

Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Pandan dalam Rangka Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah”. Tesis ini disusun untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis dalam penyusunan tesis ini telah banyak mendapat bantuan, masukan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada yang terhormat Bapak

Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP., selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Bapak Dr. Rujiman, SE., MA, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penulis dari awal hingga tesis ini selesai.

Dalam kesempatan ini, penulis tidak lupa juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan

2. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak dan Ibu dosen pembanding sekaligus penguji tesis yang telah

memberikan masukan-masukan yang berharga demi kesempurnaan tesis ini

4. Ayahanda (Rinto Alwi Simamora) dan Ibunda (Murniati Banjarnahor) yang

telah membesarkan, mendidik dan membimbing serta mendoakan penulis hingga dewasa.

5. Seluruh mahasiswa PWD kelas Bappeda Angkatan 2010 dan rekan-rekan satu

instansi di Bappeda Kabupaten Tapanuli Tengah serta staf administrasi atas keakrabannya, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.

6. Kakak (Marta Rosada Simamora, SE dan Elisabeth Tiodora Simamora, S.IP)

dan adik (Andreas Halashon Simamora, SE) yang juga turut memberikan motivasi kepada penulis.

7. Kekasih tersayang (dr. Linawaty Manullang) yang setia mendukung setiap

langkah penulis untuk segera menyelesaikan studi.

8. Seluruh rekan yang juga membantu penulis secara langsung dan tidak


(9)

Dengan rasa hormat penulis mengharapkan masukan dan koreksi dari segala pihak, agar penulisan ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah dan juga kita semua.

Medan, Oktober 2012

Penulis,


(10)

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRAKCT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Pariwisata ... 10

2.2. Bentuk dan Jenis-jenis Pariwisata ... 14

2.3. Industri Pariwisata di Indonesia ... 19

2.4. Rancangan Pemerintah dalam Sektor Pariwisata ... 23

2.5. Konsumsi ... 23

2.6. Pendapatan ... 26

2.7. Pengembangan Wilayah ... 28

2.8. Penelitian Terdahulu ... 32

2.9. Kerangka Konseptual Penelitian ... 33


(12)

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Lokasi Penelitian ... 36

3.2. Populasi dan Sampel ... 37

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 38

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.5. Analisis Data ... 39

3.6. Definisi Operasional ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Tengah ... 44

4.2. Pengaruh Kunjungan Wisatawan terhadap Jumlah Pengunjung Fasilitas Wisata ... 49

4.3. Pengaruh Kunjungan Wisatawan terhadap PAD ... 53

4.4. Pengaruh Kunjungan Wisatawan terhadap Pendapatan Pemilik Fasilitas ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

5.1. Kesimpulan ... 69

5.2. Saran ... 70


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Jumlah Wisatawan Selama Tahun 2010 ………. 5

4.1. Kegiatan Pariwisata dan lokasinya di Kabupaten Tapanuli Tengah ... 48

4.2. Hasil Perhitungan Rata-rata Jumlah Pengunjung Fasilitas Wisata Tahun 2011 dan Tahun 2009 ……… 51

4.3. Jumlah Wisatawan Tahun 2007 – 2011 ……… 54

4.4. Jumlah PAD Sektor Pariwisata Tahun 2007 – 2011 ……… 55

4.5. Kolmogorov – Smirnov Test ………….. 58

4.6. Uji Glesjer ……… 59


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Model Pariwisata Sebagai Industri, Soekadijo, 2000 ... 20

2.2. Bagan Kerangka Konseptual Penelitian ……… 34

3.1. Posisi Kabupaten Tapanuli Tengah dalam Peta Propinsi

Sumatera Utara ………. 36

3.2. Peta Administratif Kabupaten Tapanuli Tengah ……….. 37

4.1. Beberapa Hotel di Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah …………. 49

4.2. Beberapa Penyewaan Boat di Pandan, Kabupaten Tapanuli

Tengah ……….. 50 4.3. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual PAD …….. 56

4.4. Histogram PAD Sektor Pariwisata ……… 57


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuisioner Penelitian ………. 74

2. Tabulasi Data Jumlah Wisatawan Tahun 2009 dan Tahun 2011 ……. 75

3. Hasil Analisis Uji T ……….. 76

4. Tabulasi Data Interpolasi Per Triwulan Jumlah Wisatawan dan

PAD Sektor Pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah ……….. 77

5. Hasil Uji Asumsi Klasik ……… 78

6. Hasil Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Jumlah Wisatawan terhadap PAD Sektor Pariwisata Kabupaten


(16)

PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN PANDAN DALAM

RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH

KABUPATEN TAPANULI TENGAH

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kunjungan wisatawan terhadap jumlah pengunjung fasilitas wisata di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah, menganalisis pengaruh kunjungan wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tapanuli Tengah, dan menganalisis pengaruh kunjungan wisatawan terhadap pendapatan pemilik fasilitas wisata (Hotel, Restoran dan pemilik boat).

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Pandan dengan mengambil objek penelitian pemilik fasilitas wisata (pelaku usaha hotel, restoran, dan boat) dengan mengambil sampel responden 30 orang. Metode penelitian menggunakan analisis uji beda rata-rata berpasangan, analisis regresi linier sederhana, dan analisis deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pengunjung fasilitas wisata hotel, restoran dan boat pada tahun 2001 adalah sebanyak 2.336 orang dan nilai rata-rata jumlah pengunjung fasilitas wisata hotel, restoran dan boat pada tahun 2009 sebanyak 2.174 orang. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan sebesar 162 orang per tahun atau mengalami peningkatan sebesar 7,45% dari Tahun 2009. Hasil ini menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan memberikan pengaruh terhadap jumlah pengunjung fasilitas wisata hotel, restauran dan boat pada tahun 2011 dan pada tahun 2009 dengan tingkat signifikansi 0.05. Kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sektor pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah, disebabkan adanya meningkatnya kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor jasa-jasa. Kunjungan wisatawan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan pemilik fasilitas wisata restoran/rumah makan. Dimana rata-rata pendapatan tahun 2009 sebesar Rp. 40.000.000, sedangkan pada tahun 2011 meningkat menjadi rata-rata pendapatan sebesar Rp. 53.000.000,-. Dari hasil ini menunjukkan bahwa ada peningkatan pendapatan pemilik restoran sebesar rata-rata Rp. 13.000.000 dari tahun 2009 ke tahun 2011.


(17)

THE INFLUENCE OF TOURISTS’ VISIT ON THE INCREASE OF THE PEOPLE’S INCOME AT PANDAN SUBDISTRICT, IN RELATION

TO THE DEVELOPMENT OF CENTRAL TAPANULI DISTRICT

ABSTRACT

The aim of the research was to analyze the influence of tourists’ visit on the number of tourism facilities at Pandan Subdistrict, Central Tapanuli District, the influence of tourists’ visit on the PAD (Regional Budget) of Central Tapanuli District, and the influence of tourists’ visit on the income of the owners of tourism facilities (hotels, restaurants, and boats).

The research was performed at Pandan Subdistrict by using 30 owners of the tourism facilities (the business people of hotels, restaurants, and boats) as the objects of the research and the respondents of the samples. The research used mean-pair disparity test, simple linear regression analysis, and descriptive analysis.

The results of the research showed that the average number of tourists who used tourism facilities (hotels, restaurants, and boats) in 2011 was 2,336 visitors, and the average value of the number of visitors who used the tourism facilities hotels, restaurants, and boats) in 2009 was 2,174 visitors. These results showed the disparity of 162 visitors per year which indicated the increase of 7.45% from 2009. It was indicated that the tourists’ visit influenced the number of visitors who used the tourism facilities (hotels, restaurants, and boats) from 2009 to 2011 with the significance level of 0.05. The tourists’ visit had positive and significant influence on the Regional Budget in the tourism sector in Central Tapanuli District because of the increase of the contribution in the sectors of trade, hotel, and restaurant, as well as in the servicing sectors. The tourists’ visit also influenced the increase of the income of the owners of restaurants/food stalls, in which the average income in 2009 was Rp. 40,000,000 and in 2011 increased to Rp. 53,000,000. It indicated that there was the increase of the average income of the owners of restaurants Rp. 13,000,000 from 2009 to 2011.


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada era globalisasi dan otonomi daerah sekarang ini daerah membutuhkan kemampuan dalam memberdayakan potensi dan karakter lokal yang mampu bersaing baik secara nasional maupun internasional. Sesuai perkembangan yang ada maka pemenuhan akan kebutuhan pelayanan pun akan meningkat yang mengakibatkan banyak pergeseran sosial, ekonomi dan kebudayaan.

Pergeseran secara sosial ini nampak dari masyarakat agraris atau pertanian ke industri yang biasanya menggantungkan hidupnya dari produksi pertanian ke jasa atau tenaga kerja pabrik, pengangkutan dan lainnya. Penting bagi suatu daerah maupun negara bagaimana bisa memanfaatkan perubahan dan kecenderungan sosial ini yang positif berupa aktifitas jasa seperti kegiatan jasa pariwisata.

Kabupaten Tapanuli Tengah memerlukan dukungan ekonomi wilayah dari sektor jasa selain sektor pertanian, pertambangan dan industri. Sektor jasa tersebut yang diharapkan bisa memunculkan kekuatan ekonomi baru. Sektor pariwisata merupakan salah satu andalan penerimaan ekonomi negara berkembang pada umumnya, karena melibatkan sektor lain di luar pariwisata dan secara tidak langsung membuka lapangan pekerjaan.

Dalam meningkatkan devisa bagi Negara, sektor pariwisata menjadi salah satu sektor unggulan bagi pemerintah Republik Indonesia. Pertumbuhan ekonomi


(19)

yang relatif meningkat tersebut memberikan harapan dan juga peluang bagi negara-negara di dunia untuk ikut mengembangkan pariwisata dan menjadikannya sebagai sumber pendapatan negara. Indonesia mempunyai sumber daya dan modal yang besar dalam usaha pengembangan dan peningkatan kepariwisataan, karena bangsa Indonesia memiliki kekayaan alam, peninggalan sejarah, peninggalan purbakala, serta seni dan budaya yang dapat dijadikan aset-aset wisata. Keadaan ini selaras dengan isi Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan diantaranya dikemukakan bahwa keadaan alam, flora, fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang dimiliki Bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal yang besar nilainya bagi usaha pengembangan dan peningkatan kepariwisataan.

Disamping mendatangkan devisa bagi negara dan pemasukan pendapatan asli daerah bagi daerah kabupaten/kota, kegiatan kepariwisataan juga mampu mendatangkan investor untuk menanamkan modalnya, keadaan ini secara langsung akan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekeliling daerah wisata tersebut. Pembukaan lapangan pekerjaan akan semakin merangsang penduduk sekitar daerah wisata untuk ikut serta sebagai pelaku-pelaku insan wisata.

Signifikansi dari pariwisata nasional bahwa negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan keindahan alam serta kekayaan alam yang terbentang di segenap kepulauan Indonesia. Keunggulan atau ciri khas pariwisata di Indonesia antara lain :

1. Indonesia kaya dengan kekayaan alam, pemandangan, kebudayaan, dan


(20)

2. Pariwisata Indonesia didukung dengan the way of life atau tata cara hidup bangsa Indonesia yang ramah dan bersahabat sehingga dapat mendukung penyelenggaraan pariwisata.

3. Pariwisata dikembangkan dengan cara mengirimkan duta-duta pariwisata,

misalnya pengiriman grup-grup kesenian atau paket kebudayaan ke luar negeri dengan tujuan memperkenalkan kebudayaan pariwisata Indonesia.

4. Negara Indonesia terletak di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua

Australia serta termasuk kawasan Asia Tenggara. Keberadaan Indonesia tersebut menjndikan daerah atau negara transit sehingga menguntungkan Indonesia yaitu dalam pemasukan pendapatan, misalnya pendapatan dari sektor pariwisata.

5. Kurs nilai mata uang asing yang menguat terhadap nilai mata uang rupiah

Indonesia, sehingga dapat mendukung dan menarik wisatawan agar berkunjung ke Indonesia.

Pariwisata akan mendukung kegiatan pembangunan secara luas serta meningkatkan pendapatan daerah bahkan memperbesar perolehan devisa negara. Di samping itu, pariwisata juga akan membuka usaha dan lapangan kerja yaitu dengan adanya pedagang asongan dan pedagang eceran. Besar kecilnya perolehan sumber pendapatan dari pariwisata tergantung dengan banyak sedikitnya wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata.

Pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan terjaganya mutu lingkungan, sebab dalam industri pariwisata, lingkungan itulah yang sebenarnya dijual. Seperti halnya dalam industri lainnya, dalam pariwisata pun barang yang dijual menjadi tidak laku jika mutu lingkungannya tidak memadai. Karena itu di


(21)

dalam pengembangan pariwisata, asas pengelolaan lingkungan untuk melestarikan kemampuan lingkungan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan bukanlah merupakan hal yang abstrak, melainkan benar-benar konkrit dan sering mempunyai efek jangka pendek (Soemarwoto, 1992).

Salah satu masalah yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah jumlah pengangguran yang semakin meningkat, sedangkan lapangan pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah tidak sebanding dengan jumlah pengangguran yang ada. Perlu disadari bahwa lapangan pekerjaan tidak harus selalu berupa/disediakan oleh perusahaan industri, tetapi juga dapat melalui usaha sosial, pemberdayaan sektor informal atau wiraswasta dan/atau kegiatan yang menciptakan usaha. Salah satu contohnya adalah pariwisata dan kegiatan yang menunjang kegiatan pariwisata. Hal inilah yang menjadi fenomena berkembangnya pariwisata di Propinsi Sumatera Utara khususnya di Kabupaten Tapanuli Tengah, yang banyak memfokuskan kegiatan pembangunan pada sektor pariwisata, dengan salah satu obyek pariwisata yaitu yang terdapat di Kecamatan Pandan.

Pada saat ini Kecamatan Pandan banyak dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara yang secara khusus untuk menikmati panorama alamnya. Besarnya pengeluaran wisatawan di Pandan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, yang ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat yang memiliki usaha di bidang pariwisata seperti penginapan, restoran, cenderamata, serta alat-alat musik.

Wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Tapanuli Tengah khususnya Kecamatan Pandan selama tahun 2006 – 2010 meningkat setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan semakin baiknya tatanan lokasi wisata dan semakin banyak


(22)

melakukan renovasi sehingga semakin menarik perhatian para wisatawan baik domestik dan mancanegara untuk berkunjung. Lebih spesifik lagi tabel dibawah akan menunjukkan kunjungan wisatawan khusus selama tahun 2010 yang berjumlah 11.298 orang di Kecamatan Pandan seperti tertera pada Tabel 1.1. berikut:

Tabel 1.1. Jumlah Wisatawan Selama Tahun 2010

No. Bulan Jumlah Wisatawan Persent (%)

1 Januari 1.102 9,75

2 Pebruari 781 6,92

3 Maret 792 7,02

4 April 698 6,17

5 Mei 801 7,16

6 Juni 1.122 9,94

7 Juli 1.309 11,59

8 Agustus 1.198 10,60

9 September 821 7,27

10 Oktober 722 6,39

11 Nopember 689 6,09

12 Desember 1.263 11,09

Jumlah 11.298 100,00

Rata-rata Perbulan 941 jiwa

Sumber : Kantor Kecamatan Pandan, 2010

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Tapanuli Tengah khususnya Kecamatan Pandan selama tahun 2010 berjumlah 11.298 jiwa dan rata-rata berjumlah 941 jiwa berkunjung setiap bulannya. Jika diteliti lebih jauh lagi, jumlah wisatawan yang berkunjung pada awal tahun, pertengahan tahun dan akhir tahun jauh lebih banyak dari bulan yang lain, hal ini dikarenakan pada awal, pertengahan dan akhir tahun merupakan hari libur, sehingga semakin banyak wisatawan yang memiliki waktu untuk bertamasya khususnya ke Kabupaten Tapanuli Tengah.

Jika ditinjau dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2010, maka PDRB Kabupaten Tapanuli


(23)

Tengah sebesar 2.294.071,7 juta rupiah. Sektor pertanian merupakan kontributor utama dalam pembentukan nilai PDRB yaitu mencapai 41,6%, selanjutnya diikuti oleh sektor jasa-jasa (19,8%), industri pengolahan (13,4%), serta sektor perdagangan, hotel dan restoran (12,2%), sedangkan sektor-sektor yang lain hanya memberikan kontribusi dibawah 6%. Berikut disajikan PDRB Kabupaten Tapanuli Tengah Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2010.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah, 2010

Source: BPS-Statistic of Tapanuli Tengah Regency, 2010

Dari gambar di atas terlihat bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran yang menjadi pendukung dalam hal pariwisata menyumbang 12,2% dalam PDRB ADHB tahun 2010. Sektor ini menjadi sektor keempat yang menjadi penyumbang terbesar bagi PDRB Tahun 2010 Kabupaten Tapanuli Tengah setelah sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor industri pengolahan.

42%

13% 5%

2% 20%

1%

1% 12% 4%

PDRB ADHB 2010

Pertanian Industri

Bangunan Pengangkutan & Komunikasi

Jasa-jasa Penggalian

Listrik, Gas dan Air Minum Perdagangan, Hotel dan Restoran


(24)

Pariwisata di Kabupaten Tapanuli Tengah dibedakan menjadi 4(empat) sektor, yaitu:

1. Wisata kuliner dan hotel meliputi berbagai menu makanan khas Tapanuli

Tengah yang disajikan diberbagai Restoran dan Rumah Makan serta Pusat-pusat Jajanan yang tersebar di sekitar pesisir pantai. Selain itu, dukungan ketersediaan Hotel yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga dapat mendukung peningkatan arus kunjungan wisatawan nusantara (wisnu) dan wisatawan manca negara (wisman), sehingga ke depan Kabupaten Tapanuli Tengah akan menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang berdaya saing.

2. Wisata alam pegunungan meliputi keindahan Air Terjun, Danau,

Sungai-sungai, Alam perbukitan Bukit Barisan dan Kawasan Hutan Lindung Batang Toru.

3. Wisata sejarah/cagar budaya meliputi keindahan situs makam yang berhubungan

dengan masuknya agama Islam dan Kristen melalui Barus – Kabupaten Tapanuli Tengah di Indonesia, makam Pahlawan Nasional Dr. Ferdinand Lumbantobing dan berbagai bukti perjuangan merebut kemerdekaan Republik Indonesia di bumi Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara.

4. Wisata bahari-pantai 25 pantai yang terbentang sepanjang pesisir Barat

Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara, 30 pulau-pulau kecil dengan keindahan pantai dan bawah lautnya, dan terumbu karang dengan berbagai ekosistem bawah laut yang mempesona khususnya di sekitar Pulau Mursala dan Pulau Ungge.

Pada hakekatnya, objek wisata sangat berkaitan erat dengan sosial ekonomi masyarakat karena tujuan pengembangan wisata menyangkut


(25)

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Wisata alam, budaya dan minat khusus merupakan obyek wisata andalan Kabupaten Tapanuli Tengah yang telah banyak memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Berkembanganya objek wisata di Kabupaten Tapanuli Tengah akan merangsang pertumbuhan ekonomi masyarakat dan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga semakin bertambah. Dampak lain yang ditimbulkannya adalah terbukanya kesempatan kerja yang luas bagi masyarakat di sekitarnya, sektor-sektor pekerjaan lain yang berhubungan dengan objek wisata akan semakin tumbuh dan berkembang.

Berhubungan dengan latar belakang di atas, penulis ingin mencoba melakukan penelitian yang berjudul pengaruh kunjungan wisatawan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat di Kecamatan Pandan dalam rangka Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh kunjungan wisatawan terhadap jumlah pengunjung

fasilitas wisata di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah.

2. Bagaimana pengaruh kunjungan wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Kabupaten Tapanuli Tengah.

3. Bagaimana pengaruh kunjungan wisatawan terhadap pendapatan pemilik

fasilitas wisata (Hotel, Restoran dan pemilik boat).

1.3. Tujuan Penelitian


(26)

1. Menganalisis pengaruh kunjungan wisatawan terhadap jumlah pengunjung fasilitas wisata di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah.

2. Menganalisis pengaruh kunjungan wisatawan terhadap Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Kabupaten Tapanuli Tengah.

3. Menganalisis pengaruh kunjungan wisatawan terhadap pendapatan pemilik

fasilitas wisata (Hotel, Restoran dan pemilik boat).

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah manfaat untuk :

1. Ilmu Pengetahuan : bahan masukan dalam kajian ilmiah.

2. Pemerintah : sebagai bahan masukan untuk menentukan arah kebijakan dalam

pengelolaan/pengembangan wisata daerah kabupaten/kota khususnya di Kabupaten Tapanuli Tengah dan di Provinsi Sumatera Utara pada umumnya.

3. Masyarakat : sebagai masukan tentang pengaruh kunjungan wisatawan

terhadap pendapatan masyarakat.

4. Investor : sebagai masukan informasi dan menjadi acuan untuk menanamkan

modal di bidang usaha kepariwisatan di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah.


(27)

BAB II

TUJUAN PUSTAKA

2.1. Pariwisata

Pariwisata saat ini telah menjadi kebutuhan pokok sebagian besar manusia. Istilah tersebut sudah tidak asing lagi di telinga kita. Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses bepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan, maupun kepentingan lain seperti sekedar ingin tahu, menambah pengalaman, atau pun untuk belajar (Suwantoro, 1997 : 3).

Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga untuk kesehatan.

Definisi-definisi pariwisata telah dibakukan ke dalam suatu perundang-undangan, yaitu UU No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.


(28)

Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang dilakukan berbeda dengan kegiatan sehari-harinya. Orang yang melakukan kegiatan perjalanan wisata biasanya disebut sebagai wisatawan (tourist). Wisatawan merupakan unsur yang penting dalam pariwisata karena tanpa wisatawan obyek wisata menjadi tidak berfungsi.

Sedangkan menurut Suwantoro (1997 ; 17), wisatawan yang mengadakan perjalanan wisata didorong oleh beberapa motivasi sebagai berikut :

1. Dorongan kebutuhan untuk berlibur dan berekreasi.

2. Dorongan kebutuhan pendidikan dan penelitian.

3. Dorongan kebutuhan keagamaan.

4. Dorongan kebutuhan kesehatan.

5. Dorongan atas minat terhadap kebudayaan dan kesenian.

6. Dorongan kepentingan keamanan.

7. Dorongan kepentingan hubungan keluarga.

8. Dorongan kepentingan politik.

Semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke daerah tujuan wisata, maka daerah tersebut akan semakin mensejahterakan masyarakat sekitarnya.

Menurut Yoeti (1988) Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha mencari nafkah di tempat yang dikunjungi tetapi semata-mata menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya/rekreasi memenuhi keinginan yang beraneka ragam.


(29)

Menurut Happy (2002), Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya.

Kegiatan Pariwisata adalah merupakan kegiatan multidimensional, tidak hanya berkaitan dengan teknologi, tetapi juga sangat erat kaitannya dengan sosial, agama, kultur, seni, keindahan, budaya dan lingkungan hidup, sehingga dalam kegiatan pariwisata tidak hanya dibutuhkan sumber daya manusia yang tinggi ilmu pengetahuannya dan selalu mengikuti perkembangan teknologi dengan cepat, namun sentuhan kebutuhan dan pelestariannya perlu diperhatikan (Andika, 2003).

Menurut Soekadijo (2000) Pariwisata itu adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan, sedangkan wisatawan itu ialah orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya.

Penggunaan istilah pariwisata dan wisatawan dimulai dari Perancis oleh

seorang bangsawan de St Maurice dalam bukunya “The true for foreigners

traveling in France, to appreciale its beauties, learn the langue and take

exercise” yang berisikan petunjuk perjalanan untuk orang asing untuk menikmati

keindahan, dan mempelajari serta mempraktekkan bahasa Perancis (Soekadijo, 1996).

Bangsa pertama yang dianggap sebagai orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bersenang-senang adalah bangsa Romawi. Pada waktu itu mereka telah melakukan perjalanan beratus-ratus mil dengan menunggang kuda guna melihat candi-candi dan piramid peninggalan bangsa mesir kuno. Di zaman pertengahan, semasa kerajaan Romawi sedang jaya-jayanya, dibangunlah jalan


(30)

raya sepanjang 350 mil dari Roma ke kota Brundisium, dengan demikian rakyat dengan mudah melakukan perjalanan dari suatu kota ke kota lainnya (Samsuridjal, 1997).

Keberhasilan pariwisata sangat ditentukan dengan daya dukung kegiatan pariwisata tersebut, karena kegiatan pariwisata terkait langsung dengan obyek-obyek yang akan dinikmati oleh para wisatawan.

Besarnya daya dukung lingkungan secara umum dapat diartikan sebagai jumlah unit penggunaan dalam suatu tempat tersebut dalam menyokong rekreasi, dan tanpa merusak pengalaman rekreasi dari pengunjung (Lawson dan Bovy, 1997).

Tinjauan ekologis terhadap prinsip daya dukung diutarakan oleh Fisher dan Krutilla (1972) yang menyebutkan daya dukung sebagai jumlah maksimum pengunjung yang dapat diakomodasikan oleh suatu obyek tertentu dalam kondisi tekanan maksimum.

Dalam pembangunan pariwisata hendaknya diperhatikan seluruh aspek yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata di lokasi pariwisata tersebut, adapun beberapa daya dukung yang umum untuk mendukung pariwisata di suatu daerah adalah : 1) daya dukung fisik, yang berkaitan langsung dengan kemampuan fisik lahan atau perairan yang ada untuk menampung kegiatan, 2) daya dukung biologis, yang berkaitan dengan adanya relasi antara sumber daya dan kegiatan wisata, yang dapat dideteksi dari ada tidaknya kerusakan atau gangguan pada komponen biologi yang ada dan, 3) daya dukung psikologis, merupakan aspek yang sangat individual dan sulit ditangani, menyangkut kemampuan obyek untuk mempertahankan kesan yang ada padanya.


(31)

Dengan memperhatikan daya dukung tersebut serta mengembangkannya menjadi bahagian dari pariwisata tersebut, diharapkan kegiatan pariwisata tersebut akan berhasil.

2.2. Bentuk dan Jenis-Jenis Pariwisata

Kegiatan pariwisata yang dilakukan masyarakat di berbagai tempat mulai dari dasar lautan, pantai, pedesaan, kota, bukit-bukit, pegunungan, puncak gunung, terowongan, gua bawah tanah maupun wisata antariksa secara umum dapat dibagi dalam dua bentuk yaitu :

1. Pariwisata Perorangan (Individual tourism)

Kegiatan pariwisata ini dilakukan oleh perorangan atau kelompok orang yang melaksanakan perjalanan dengan daerah tujuan wisata sesuai dengan pilihannya, keadaan ini memungkinkan dilakukan perubahan tujuan, waktu dan biaya perjalanan, seluruh persiapan dan perlengkapan pariwisata disediakan oleh yang bersangkutan atau kelompok tersebut.

2. Pariwisata Kolektif (Collective tourism)

Kegiatan pariwisata ini dilakukan dan diselenggarakan oleh suatu badan usaha (biro perjalanan) yang menjadi leader dari pariwisata tersebut. Kegiatan pariwisata ini sangat bergantung pada biro perjalanan yang menjual suatu perjalanan menurut program dan jadwal waktu yang ditentukan terlebih dahulu. Biro perjalanan ini menawarkan program wisata ini kepada setiap orang yang berminat dengan keharusan membayar sejumlah uang yang telah ditentukan untuk keperluan tersebut.

Perjalanan wisata adalah suatu perjalanan dengan ciri-ciri tertentu, yaitu : 1. Berupa perjalanan keliling yang kembali ke tempat asal;


(32)

2. Pelaku perjalanan hanya tinggal untuk sementara waktu; 3. Perjalanan tersebut direncanakan terlebih dahulu;

4. Ada organisasi/orang yang mengatur perjalan tersebut; 5. Terdapat unsur-unsur produk wisata;

6. Ada tujuan yang ingin dicapai dari perjalanan wisata tersebut; 7. Biaya perjalanan diperoleh dari negara asal dan;

8. Dilakukan dengan santai (Desky, 2001)

Banyak variasi dapat disaksikan mengenai cara orang mengadakan perjalanan wisata. Dari lamanya orang mengadakan perjalanan, jaraknya yang ditempuh, kendaraan yang digunakan, organisasi perjalanannya, dampaknya di bidang ekonomi dan sebagainya, perjalanan wisata itu dapat diklasifikasikan menjadi bentu-bentuk wisata. Bentuk-bentuk wisata yang terpenting adalah :

a. Wisata mancanegara (asing, internasional) dan wisata domestik (dalam

negeri) di Indonesia disebut wisata nusantara. Wisatawan mancanegara adalah wisatawan yang dalam perjalannya memasuki daerah negara yang bukan negaranya sendiri, jika perjalanan wisata tidak keluar dari batas-batas negara sendiri, wisatawan ialah wisatawan nusantara (domestik). Wisatawan nusantara sering dibedakan menjadi wisata regional dan wisata lokal.

b. Wisata reseptif (pasif) dan wisata aktif. Dilihat dari dampaknya secara

ekonomis, wisata mancanegara atau kedatangan wisatawan dari luar negeri itu akan menghasilkan pemasukan devisa untuk negara yang bersangkutan. c. Wisata kecil dan wisata besar, yang dimaksud dengan wisata kecil dan wisata

besar disini ialah wisata menurut lamanya waktu perjalanan. Wisata kecil ialah wisata jangka pendek (short term tourism), yang memakan waktu satu


(33)

sampai beberapa hari. Kalau hanya memakan waktu satu hari disebut ekskursi. Dalam wisata kecil ini antara lain termasuk wisata akhir pekan

(weekend tourism). Wisata besar memakan waktu beberapa minggu sampai

beberapa bulan.

d. Wisata individual dan wisata terorganisasi, seseorang atau sekelompok orang, seperti murid-murid sekolah, penduduk sekampung atau pegawai sekantor dan sebagainya dapat mengadakan perjalanan wisata dengan mengatur waktu perjalanan, tempat-tempat yang dikunjungi, kendaraan yang digunakan, makan dan minumnya, penginapannya dan sebagainya. Pariwisata rombongan yang individual itu disebut dengan wisata sosial, yaitu wisata yang tidak ditangani perusahaan perjalanan, dan menggunakan akomodasi khusus yang disediakan untuk itu, seperti pesanggarahan, dusun wisata, perkemahan, dan sebagainya, segala sesuatunya sudah diatur sebelumnya, diantaranya

termasuk liburan keluarga, perjalanan remaja (youth travel), kunjungan

keluarga, termasuk perjalanan Incentive travel yaitu perjalanan rombongan pegawai (satu kantor).

Dalam melaksanakan kegiatan pariwisata, secara umum wisatawan memiliki maksud dan tujuan dilakukannya kegiatan wisata tersebut, jenis-jenis tujuan dari pariwisata dapat dibagi yaitu :

a) Pariwisata untuk menikmati perjalanan b) Pariwisata untuk rekreasi

c) Pariwisata untuk kebudayaan

d) Pariwisata untuk olah raga


(34)

f) Pariwisata untuk berkonvensi

Demikian halnya masyarakat yang melaksanakan perjalanan pariwisata dapat dikategorikan berdasarkan motif dan tujuannya melaksanakan kegiatan pariwisata tersebut, mereka akan mengeluarkan pembiayaan yang tidak sedikit, waktu serta beberapa pengorbanan lainnya untuk memperoleh manfaat dari kegiatan pariwisata tersebut. Terdapat beberapa macam motif orang untuk melakukan kegiatan wisata yaitu sebagai berikut:

1. Motif bersenang-senang atau tamasya; 2. Motif rekreasi;

3. Motif kebudayaan;

4. Motif olah raga; 5. Motif bisnis;

6. Motif konvensi

7. Motif spiritual; 8. Motif interpersonal; 9. Motif kesehatan;

10.Motif sosial (Soekadijo, 1996).

Menurut Happy (2002) beberapa prinsip-prinsip pariwisata yang layak, dan dapat meningkatkan manfaat dari kegiatan pariwisata tersebut :

1. Secara aktif mendorong kelangsungan peninggalan di suatu daerah

kebudayaan, sejarah dan alam.

2. Menekankan dan menampilkan identitas daerah sebagai sesuatu yang


(35)

3. Dilakukan berdasar pada keterampilan interpretasi peninggalan yang ada.

4. Merberdayakan masyarakat lokal untuk menginterpretasikan warisan

mereka sendiri kepada para tamu.

5. Membangun rasa bangga masyarakat lokal akan warisan mereka dan

meningkatkan hubungan dengan tamu serta keterampilan pelayanan. 6. Membantu memelihara gaya hidup dan nilai-nilai setempat.

7. Memberdayakan masyarakat lokal untuk merencanakan dan

memfasilitasi pengalaman berdimensi ganda yang otentik dan bermakna kepada pengunjung.

8. Bersifat “antar budaya” yang berarti tamu dan tuan rumah sama-sama

menerima pengalaman yang saling memperkaya.

9. Mewakili program yang dapat diterapkan disetiap tingkat

pengembangan pariwisata dan semua kondisi pariwisata.

10.Menampilkan pendekatan “bernilai tambah” terhadap pariwisata, yang berarti meningkatkan kedalaman dan level pelayanan yang diberi kepada wisatawan.

11.Menampilkan suatu pendekatan kearah pengembangan pariwisata

berkelanjutan. Karena menekankan dan menghormati peninggalan suatu daerah serta memberdayakan penduduknya sebagai basis pembangunan pariwisata yang sejati.


(36)

2.3. Industri Pariwisata di Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± 17.508 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang ± 95.181 km. Negara Indonesia memiliki potensi alam, keanekaragaman flora dan fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang semuanya itu merupakan sumber daya dan modal yang besar artinya bagi usaha pengembangan dan peningkatan kepariwisataan. Modal tersebut harus dimanfaatkan secara optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, mengamanatkan bahwa daya tarik wisata terdiri atas obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan hasil kaya manusia. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berwujud keadaan alam, keanekaragaman hayati, flora dan fauna, pemandangan yang nyaman adalah merupakan suatu modal utama untuk dijadikan kawasan yang dikelola menjadi suatu kegiatan wisata.

Sesuai dengan konteks dasar bahwa pariwisata adalah suatu gejala sosial yang sangat kompleks, yang menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki berbagai aspek : sosiologis, psikologis, ekonomis, ekologis, dan sebagainya. Aspek yang mendapat perhatian paling besar dan hampir-hampir merupakan satu-satunya aspek yang dianggap penting ialah aspek ekonomisnya (Soekadijo, 2000). Dalam melakukan perjalanan orang harus mengeluarkan biaya, yang diterima oleh orang-orang yang menyelenggarakan bermacam-macam jasa,


(37)

atraksi, dan lain-lainnya. Keuntungan ekonomis untuk daerah yang dikunjungi wisatawan itulah yang pertama-tama merupakan tujuan pembangunan pariwisata.

Kegiatan pariwisata secara horizontal akan meningkatkan pergerakan/mobilitas spasial dari masyarakat, jasa dan angkutan baru berupa transportasi, merupakan potensi wisata untuk suatu daerah. Agar pariwisata menjadi kenyataan perlu ada kegiatan yang mengaktualisasikan perjalanan wisata, yang bertugas untuk mempertemukan antara produk wisata dengan calon wisatawan. Calon wisatawan harus digarap sedemikian rupa sehingga mengambil keputusan untuk membeli. Kegiatan tersebut dituliskan Soekadijo (2000) dalam suatu bagan seperti berikut :

Konsumen

Pemasaran Demand

Motif Kebutuhan dlm Angkutan

Perjalanan Perjalanan

Atraksi Wisata Jaya Wisata Angkutan

Wisata

Supply

Produsen


(38)

Melalui diagram tersebut dapat dijelaskan bahwa konsumen adalah wisatawan, produsen adalah para pelaku pariwisata yang menghasilkan produk

dan jasa wisata, demand adalah kebutuhan wisatawan yang harus dipenuhi,

sedangkan supply adalah kemampuan memenuhi permintaan konsumen.

Permintaan konsumen dapat diidentifikasikan berdasarkan motivasi wisata. Secara garis besar wisatawan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu wisatawan yang orientasinya pada destinasi dan wisatawan yang orientasinya pada program.

Pembangunan program pariwisata di Indonesia menurut Prajogo (1979) dimulai tahun 1947 dengan terbentuknya bagian Hotel Negara dan Tourisme yang berada di lingkungan Kementerian Perhubungan. Selanjutnya tahun 1957 berbentuk menjadi Dewan Tourisme Indonesia.

Tahun 1960 Dewan Tourisme Indonesia berubah menjadi Dewan Pariwisata Indonesia yang disingkat dengan DEPARI, dan pada tahun 1966 Pemerintah Republik Indonesia membentuk Departemen Pariwisata, selanjutnya berganti lagi menjadi Lembaga Kepariwisataan Republik Indonesia (GATARI) dan akhirnya berganti menjadi Lembaga Pariwisata Nasional.

Selaras dengan hal tersebut Nyoman (2003) mengatakan bahwa : Pariwisata di Indonesia mulai tampil ke depan sejak dibangunnya hotel-hotel besar di Jakarta, Bali, Yogjakarta, Pelabuhan Ratu pada awal tahun 1960-an. Kemudian disusul dengan hotel-hotel lain diberbagai kota besar di tanah air. Mulai terasa kebutuhan tenaga terampil dalam jumlah besar. Guna mengatasinya, perlu tenaga-tenaga terlatih dan terdidik (formal dan non formal). Muncullah lembaga sekolah yang bergerak dalam bidang ini untuk mengisi kebutuhan akan tenaga-tenaga dimaksud.


(39)

Pembangunan pariwisata di Indonesia secara umum dipicu dari berbagai keadaan di dalam negeri (berkurangnya sumber daya alam dan rendahnya sumber daya manusia) yang sudah tidak mampu lagi untuk mendukung seluruh pembiayaan program pembangunan bangsa yang telah direncanakan, sehingga harus dicari alternatif lain sebagai sumber pemasukan devisa bagi negara serta sumber pendapatan asli bagi daerah dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat. Pengembangan pariwisata di Indonesia umumnya dipengaruhi beberapa faktor antara lain :

1. Makin berkurangnya peranan minyak sebagai devisa jika dibandingkan

dengan waktu yang lalu.

2. Merosotnya nilai ekspor di sektor-sektor non minyak.

3. Prospek pariwisata yang tetap memperhatikan kecenderungan

meningkat secara konsisten.

4. Besarnya potensi pariwisata yang kita miliki untuk pengembangan

pariwisata di Indonesia (Kodhyat, 1982).

Mengelola kepariwisataan menjadi suatu industri bagi negara Indonesia dapat dikatakan merupakan sesuatu yang relatif baru. Apabila negara-negara tetangganya sudah sejak tahun 1960-an mengembangkan industri kepariwisataanya, maka Indonesia memulainya menjelang tahun 1970-an. Bagaimanapun rintisan pengembangan Indonesia secara industrial ini telah mampu membuahkan hasil yang cukup menggembirakan (James, 1993).


(40)

2.4. Rancangan Pemerintah dalam Sektor Pariwisata

Kepariwisataan Indonesia telah diupayakan sedemikian rupa sehingga perencanaan terpadu terhadap seluruh daerah yang berpotensi untuk menjadi daerah wisata telah dipersiapkan sehingga pemerintah banyak mengharapkan bahwa wisata di Indonesia akan menjadi sumber devisa yang dapat diandalkan.

Dalam rancangan pemerintah dan pembangunan Provinsi Sumatera Utara 2001-2005 adalah untuk mewujudkan masyarakat Sumatera Utara yang mandiri, dan pemerataan kemajuan di segala aspek. Masyarakat yang mandiri adalah suatu masyarakat yang memiliki integritas serta kemampuan dalam menyaring kebijakan pemerintah dan ikut berpartisipasi dengan memberikan kritikan atau saran yang membangun pada pemerintah (Anwar, 2003).

Provinsi Sumatera Utara mempunyai potensi wisata yang berada di daerah sekitar Danau Toba, Pulau Samosir, Kabupaten Tapanuli Tengah, Karo, Nias dan Langkat, dimana obyek wisata tersebut terdiri dari keindahan alam dan iklim, kebudayaan dan kesenian rakyat. Sumatera Utara merupakan salah satu daerah tujuan wisatawan mancanegara terpenting di Indonesia setelah Provinsi Bali, Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogjakarta (BPS, 2002).

2.5. Konsumsi

James Duesenberry dalam bukunya Income, Saving and The Theory of

Consumer Behavior mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu

masyarakat ditentukan oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang


(41)

maka konsumsi mereka juga akan bertambah, tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang pernah dicapai, tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan dilain pihak bertambahnya

saving tidak begitu cepat (Reksoprayitno, 2000).

Pengertian konsumsi secara umum diartikan sebagai pengeluaran-pengeluaran konsumsi rumah tangga-rumah tangga keluarga. Dalam keadaan normal, sebagai salah satu komponen dari pendapatan nasional, pengeluaran konsumsi agregatif pada umumnya tidak pernah mempunyai angka di bawah lima puluh persen. Di lain pihak, model-model analisis ekonomi makro, boleh dikatakan bahwa entah secara ekplisit ataupun secara implisit, variabel pengeluaran konsumsi agregatif tidak pernah dilupakan. (Reksoprayitno, 2000).

Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi (Dumairy, 2004).

Beberapa fungsi konsumsi menurut Keynes dalam Reksoprayitno (2000) antara lain :

1. Variabel nyata, yang dimaksud ialah bahwa fungsi konsumsi Keynes


(42)

pengeluaran konsumsi yang dua-duanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan.

2. Pendapatan yang terjadi, dalam literatur banyak disebutkan bahwa

pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran

konsumsi adalah pendapatan nasional yang terjadi atau current

national income. Penekanan ini sekedar untuk menunjukkan bahwa

yang dimaksud Keynes bukannya pendapatan yang terjadi sebelumnya, bukan pula pendapatan yang diramalkan akan terjadi di masa datang atau konsepsi-konsepsi pendapatan nasional lain-lainnya.

3. Pendapatan absolut, dalam literatur banyak pula disebut-sebut bahwa fungsi konsumsi Keynes variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional absolut, yang dapat dilawankan pula misalnya dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen yang sebagainya lagi.

4. Bentuk fungsi konsumsi, dalam semua model analisis yang disajikan

selalu menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk garis lurus, sedangkan Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk lenggang (Reksoprayitno, 2000).

Beberapa faktor yang cukup besar peranannya dalam menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi suatu masyarakat antara lain :

a. Distribusi pendapatan nasional;

b. Banyaknya kekayaan masyarakat dalam bentuk alat-alat likuid;

c. Banyaknya barang-barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat;


(43)

e. Kebijaksanaan perusahaan-perusahaan dalam pemasaran;

f. Ramalan daripada masyarakat akan adanya perubahan tingkat harga. Proses konsumsi adalah kegiatan tukar menukar barang/jasa antara pembeli dan penjual, dalam suatu transaksi akan sangat tergantung dari nilai barang/jasa yang dijual; jumlah pembayaran oleh pembeli; jumlah penerimaan pihak penjual, dengan kata lain bahwa arus barang (nilai barang, yaitu jumlah barang dikalikan harganya) tepat sama besarnya dengan arus uang (jumlah uang/kredit) untuk pembayaran barang tersebut, tepat sama pula dengan jumlah penerimaan penjual/produsen (Gilarso, 1992).

Menurut Gilarso (1992) yang penting dalam hal konsumsi ini adalah adanya kesamaan antara pengeluaran pembeli, penerimaan penjual dan nilai barang yang dipertukarkan. Sebab kenyataan itulah yang memungkinkan kita untuk mengukur transaksi-transaksi yang terjadi dalam masyarakat, antara lain :

1. Dengan memperhatikan nilai barang (jumlah barang/jasa atau volume

produksi dikalikan harganya)

2. Dengan memperhatikan jumlah pengeluaran dari pihak pembeli,

3. Dengan menghitung banyaknya penerimaan di pihak penjual /

produsen.

2.6. Pendapatan

Menurut Gilarso (1992), pendapatan atau sering disebut dengan penghasilan didefinisikan sebagai bentuk balas-karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi. Jenis-jenis sumber pendapatan dapat berasal dari : (a) usaha sendiri (wiraswasta, misalnya berdagang, mengerjakan sawah); (b) bekerja pada orang lain, misalnya


(44)

bekerja di kantor atau perusahaan sebagai pegawai atau karyawan (baik swasta ataupun pemerintah); (c) hasil dari milik, misalnya mempunyai sawah yang disewakan, punya rumah disewakan, punya uang dipinjamkan dengan bunga tertentu.

Pendapatan dapat diterima berupa uang, dapat juga dalam bentuk barang (misalnya tunjangan beras, hasil dari sawah atau pekarangan sendiri), atau fasilitas-fasilitas (misalnya rumah dinas, pengobatan/ kesehatan gratis), selain hal tersebut di atas masih dijumpai pendapatan yang berasal dari : uang pensiun bagi mereka yang sudah lanjut usia dan dulu bekerja pada pemerintah atau instansi lainnya; sumbangan atau hadiah, misalnya sokongan dari saudara/famili, warisan, hadiah tabungan. Pinjaman atau hutang, ini memang merupakan uang masuk, tetapi pada suatu saat akan harus dilunasi/dikembalikan.

Model pendapatan interregional merupakan perubahan pendapatan

regional dapat berasal dari beberapa sumber yang mungkin, tidak lagi semata-mata berasal dari perubahan ekspor yang ditentukan secara eksogen. Sumber-sumber ini meliputi (a) perubahan pengeluaran-pengeluaran otonom regional (misalnya investasi, pengeluaran pemerintah); (b) perubahan tingkat pendapatan suatu daerah (atau daerah-daerah) lain di dalam sistem yang bersangkutan yang akan terlihat dalam perubahan ekspor daerah; (c) berubahnya salah satu di antara parameter-parameter model (hasrat konsumsi marginal, koefisien perdagangan

irregional atau tingkat pajak marginal) (Richardson, 2001).

Penting untuk dicatat bahwa apabila yang menjadi tujuan adalah memaksimumkan pendapatan nasional, maka distribusi optimal dari pengeluaran tidaklah tergantung pada nilai-nilai koefisien perdagangan interregional. Apabila


(45)

tujuan-tujuan yang hendak dicapai adalah lebih kompleks, misanya perubahan-perubahan distribusi pendapatan yang dikehendaki bagi beberapa (atau semua), maka nilai hasrat impor marginal pun menjadi relevan (Engerman, 1965 dalam Richardson, 2001).

Pendapatan masyarakat yang merata, sebagai suatu sasaran merupakan masalah yang sulit dicapai, namun berkurangnya kesenjangan adalah salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan. Indikator yang cukup baik untuk mengukur tingkat pemerataan pendapatan masyarakat adalah distribusi pendapatan masyarakat diantara golongan penduduk (golongan pendapatan).

Pendapatan masyarakat sangat tergantung dari lapangan usaha, pangkat dan jabatan pekerjaan, tingkat pendidikan umum, produktivitas, prospek usaha, permodalan dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut menjadi penyebab perbedaan tingkat pendapatan penduduk.

2.7. Pengembangan Wilayah

Menurut Sirojuzilam (2011) pengembangan wilayah adalah terjadinya peningkatan nilai manfaat bagi masyarakat suatu wilayah tertentu, mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata membaik, disamping menunjukkan lebih banyak sarana-prasarana, barang dan jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.

Pengertian wilayah (region) adalah merupakan suatu unit geografi yang membentuk suatu kesatuan. Yang dimaksud dengan unit geografi adalah ruang sehingga bukan merupakan aspek fisik tanah saja, tetapi lebih dari itu meliputi aspek-aspek lain, seperti biologi, ekonomi, sosial, dan budaya (Wibowo, 2004).


(46)

Menurut Fadillah (2001) wilayah adalah suatu daerah dengan lokasi spesifik dan dalam beberapa aspek tertentu berbeda dengan area lain. Unit area ini adalah merupakan obyek yang konkrit dengan karakteristik yang unik. Struktur wilayah akan mempunyai watak dari pada “mosaik”.

Maka untuk membicarakan wilayah hal-hal yang terkait di dalamnya berupa ruang dan karakteristiknya mutlak menjadi pembahasan, sehingga diperoleh bagaimana hubungan antara satu area dengan area lainnya, dengan kata lain pembahasan wilayah harus secara terpadu.

Pengembangan wilayah adalah kegiatan pemanfaatan wilayah mencakup aspek lokasi dan dimensi wilayah. Aspek lokasi dan wilayah adalah saling berkaitan, di satu pihak dengan fungsi lindung dan di lain pihak dengan masalah pilihan atas lokasi bagi: (a) tempat permukiman atau kegiatan usaha, yakni dalam rangka memperoleh tingkat kemudahan yang diinginkan, atau sebaliknya; (b) kegiatan usaha dalam rangka mempertinggi tingkat kemudahan bagi masyarakat di wilayah tertentu, baik dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk mengembangkan kegiatan usahanya (Adisasmita, 2005).

Menurut Riyadi (2002) pengembangan wilayah (regional development)

merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi sosial ekonomi, budaya dan geografis yang sangat berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Pada dasarnya pengembangan wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi dan permasalahan wilayah bersangkutan.


(47)

Pengembangan wilayah yang berhasil memberdayakan seluruh potensi yang ada, serta sesuai dengan keadaan masyarakatnya dan dapat menyelesaikan permasalahan yang berkembang, sehingga pemberdayaan potensi tersebut akan menghasilkan output yang diharapkan dengan penggunaan potensi yang seefektif mungkin Hal ini selaras dengan pendapat Miraza (2005) yang menyebutkan pengembangan wilayah adalah pemanfaatan potensi wilayah baik potensi alam maupun potensi buatan, harus dilaksanakan secara fully dan efficientcy agar pemanfaatan potensi dimaksud benar-benar berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara maksimal.

Pengertian yang melibatkan aspek ruang dan pemanfaatan wilayah jelas menampilkan sumber dorongan bagi pengembangan kegiatan usaha masyarakat. Sumber dorongan itu berada pada lokasi yang pasti dan memberikan pengaruh sentral, yakni yang dapat dirasakan sebagai kemudahan, kemudian dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup meliputi ke tempat kerja, perbelanjaan, pendidikan, kesehatan, rekreasi, peribadatan dan lainnya.

Upaya pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan pengembangan wilayah, memerlukan suatu keteraturan dan rambu-rambu yang dalam melanggar koridor yang telah ditentukan, pembangunan wilayah dapat dilihat dari pembangunan masyarakat yang berdiam pada wilayah tersebut.

Pembangunan masyarakat sangat terkait langsung dengan besarnya pendapatan masyarakat yang ditinjau, di mana tingkat pendapatan masyarakat tersebut dapat diuukur dengan total pendapatan wilayah maupun pendapatan rata-rata masyarakat pada daerah tersebut.


(48)

Menurut Adisasmita (2005) pengembangan wilayah dilancarkan melalui pusat-pusat pertumbuhan masing-masing. Pusat-pusat pertumbuhan umumnya merupakan kota-kota besar. Para investor tertarik untuk menanamkan investasinya di sektor industri, perbankan dan keuangan, properti dan lainnya, karena daerah perkotaan besar tersebut telah memiliki infrastruktur dan utilitas perkotaan yang telah tersedia secara cukup, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, pelabuhan dan daya lainnya.

Menurut Tarigan (2004) bahwa pembangunan wilayah dapat diukur dari beberapa parameter antara lain, meningkatnya pendapatan masyarakat, peningkatan lapangan kerja, pemerataan pendapatan.

Pembangunan dimaksud harus sesuai dengan perencanaan ruang wilayah yang telah ditetapkan, sehingga tidak akan ditemui lagi tumpang tindih program pengembangan wilayah. Menurut Tarigan (2004) Perencanaan Ruang Wilayah dalam hal ini adalah perencanaan penggunaan/pemanfaatan ruang wilayah, yang

intinya adalah perencanaan penggunaan lahan (land use planning) dan

perencanaan pergerakan pada ruang tersebut.

Selanjutnya Tarigan (2004) menyebutkan perencanaan ruang wilayah pada dasarnya adalah menetapkan ada bagian-bagian wilayah (zone) yang dengan tegas diatur penggunaannya (jelas peruntukannya) dan ada bagian-bagian wilayah yang kurang/tidak diatur penggunaannya.

Selanjutnya Glasson dalam Sirojuzilam (2005) mengatakan bahwa perkembangan (pertumbuhan) wilayah dapat terjadi sebagai akibat dari penentu endogen atau eksogen yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam wilayah yang bersangkutan ataupun faktor-faktor di luar wilayah, atau kombinasi dari keduanya.


(49)

Pendapatan dan pertumbuhan regional sangat dipengaruhi oleh konsep/arti nilai tambah. Dalam menghitung nilai tambah suatu sektor, biaya antara harus dikeluarkan atau dikurangkan dari nilai jual produksi pada lokasi tempat produksi

(at the farm gate). Nilai tambah inilah yang menggambarkan tingkat kemampuan

menghasilkan pendapatan di wilayah (Tarigan, 2004). Keberadaan pembangunan sering sekali dipandang menjadi suatu proses multi dimensional yang meliputi aspek kehidupan masyarakat, seperti aspek ekonomi dan aspek non ekonomi.

2.8. Penelitian Terdahulu

Berikut disajikan beberapa penelitian yang juga mengangkat tentang permasalahan pariwisata yaitu:

1. Syahrir Hakim Nasution (2009) melakukan penelitian dengan judul

Peranan Wisata Pemancingan dalam Pengembangan wilayah Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara dengan kesimpulan penelitian yaitu keberadaan usaha wisata secara nyata dapat memberikan manfaat kepada masyarakat terutama masyarakat lokal yang ada di sekitar lokasi wisata.

2. Aripin (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kegiatan

Pariwisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kawasan Bukit Cinta Rawa Pening Kabupaten Semarang dengan kesimpulan adanya aktivitas pariwisata berpengaruh positif terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat dan dapat menangkap peluang – peluang di bidang pariwisata.


(50)

2.9. Kerangka Konseptual Penelitian

Kabupaten Tapanuli Tengah terletak di pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera dengan panjang garis pantai ±200 km dan wilayahnya sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian lainnya di pulau-pulau kecil dengan luas wilayah 6.194,98 km². Letak wilayah yang strategis, keanekaragaman obyek pariwisata dan budaya, potensi sumber daya alam yang besar dan harmonisnya multietnik masyarakat menyebabkan Tapanuli Tengah sebagai Negeri Wisata Sejuta Pesona. Kegiatan pariwisata di Kabupaten Tapanuli Tengah dibedakan menjadi wisata sejarah/cagar budaya, wisata bahari-pantai, wisata alam pegunungan serta wisata kuliner dan hotel. Penelitian ini akan membahas tentang wisata bahari-pantai di Kecamatan Pandan. Keadaan alam yang indah khususnya alam pantai menjadi daya tarik tersendiri yang dimiliki oleh kecamatan ini, sehingga jumlah wisatawan baik lokal maupun internasional banyak yang berkunjung ke daerah tersebut, sehingga tidak sedikit masyarakat yang berusaha dalam industri kepariwisataan, yang mengandalkan usaha perhotelan (penginapan), usaha non formal, cendera mata daerah, transportasi yang memberikan pendapatan bagi masyarakat.


(51)

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Konseptual Penelitian

2.10. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, dapat dirumuskan hipotesis penelitian :

Pendapatan Masyarakat KABUPATEN

TAPANULI TENGAH

KEGIATAN PARIWISATA Wisata Sejarah/

Cagar Budaya

Wisata Bahari- Pantai

Wisata Alam Pegunungan

Pengembangan Wilayah

Wisata Kuliner Dan Hotel Kunjungan

Wisatawan

PAD Jumlah Pengunjung


(52)

1. Kunjungan wisatawan di Pandan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah pengunjung fasilitas wisata di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah.

2. Kunjungan Wisatawan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kabupaten Tapanuli Tengah.

3. Kunjungan wisatawan di Pandan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah, dengan pertimbangan bahwa kegiatan pariwisata di kecamatan ini telah berkembang, yaitu dengan tersedianya hotel/penginapan, sarana transportasi yang ramai, hasil kerajinan tangan, panorama yang indah dan banyaknya benda-benda purbakala peninggalan sejarah.

Penelitan dan penulisan tesis ini direncanakan selama tiga bulan, dimulai dari bulan Maret 2012 dan akan berakhir bulan Juni 2012.

Posisi Kabupaten Tapanuli Tengah dalam peta Propinsi Sumatera Utara terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.1. Posisi Kabupaten Tapanuli Tengah dalam Peta Propinsi Sumatera Utara


(54)

Berikut disajikan gambar peta administratif Kabupaten Tapanuli Tengah

Gambar 3.2. Peta Administratif Kabupaten Tapanuli Tengah

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan masyarakat adalah masyarakat yang sekaligus merupakan wirausaha yang memiliki usaha disekitar objek wisata berjumlah 30 orang. Teknik

pengambilan sampel yang dilakukan adalah Purposive Sampling dengan Sampel

Jenuh. Purposive sampling maksudnya bahwa penentuan sampel

mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu sehingga layak dijadikan sampel. Dalam hal ini penelitian dilakukan di Kecamatan Pandan maka seluruh sampel harus merupakan warga kecamatan tersebut serta mengetahui dengan jelas permasalahan seputar penelitian. Sampling jenuh, yaitu teknik pengumpulan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang atau sama dengan 30 orang,


(55)

atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang relatif kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus. Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Petugas hotel/penginapan = 3 hotel x 1 orang = 3 orang

2. Pemilik restoran/warung = 25 orang

3. Pemilik boat/kapal = 2 orang

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data-data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari responden dengan teknik wawancara yang berpedoman kepada kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari instansi resmi yang terkait seperti Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kantor Camat Pandan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah :

1. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini : data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data primer digunakan metode wawancara langsung dengan berpedoman kepada kuesioner yang telah ditetapkan.

2. Teknik pengumpulan data sekunder adalah dengan mencatat langsung dari


(56)

3.5. Analisis Data

Untuk menganalisis perumusan masalah dan hipotesis penelitian pertama menggunakan uji beda rata-rata. untuk sampel berpasangan (paired samples test t test), dengan rumus yang digunakan adalah :

      + − = 2 1 2 2 , 1 1 1 n n p S x x

t i i

Dimana :

t = uji beda

1

x ,1

2

x

= Rata-rata jumlah wisatawan pada Tahun 2009 ,1

n

= Rata-rata jumlah wisatawan Tahun 2011

1

n

= Jumlah responden pada Tahun 2009

2

s

= Jumlah responden spade Tahun 2011

2

Kriteria pengambilan keputusan dalam uji beda rata-rata untuk sampel berpasangan (paired samples test t test), yaitu membandingkan nilai t

p = Simpangan Baku berpasangan

hitung dengan

nilai ttabel

Ho diterima jika t :

hitung < ttabel

Ho ditolak (Ha diterima) jika t

pada α = 5%

hitung > ttabel

Untuk menganalisis perumusan masalah dan hipotessi penelitian kedua pengaruh kunjungan wisatawan terhadap PAD Kabupaten Tapanuli Tengah. menggunakan analisis regresi linier sederhana, yaitu (Sudjana, 1996) :

pada α = 5%

Y = a + bXi + µ di mana :


(57)

X

a = konstanta

= Jumlah Wisatawan (Orang) b = koefisien regresi

µ = Efek error

Sebelum pengujian analisis regresi dilakukan, data tahunan variabel jumlah wisatawan dan PAD sektor pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah terlebih dahulu di interpolasi ke data triwulan. Interpolasi data merupakan metode pemecahan data menjadi data triwulan atau bentuk kuartalan, dimana data setahun dibagi menjadi empat data dalam bentuk kuartalan (Insukrindo, 1989). Rumus interpolasi yaitu :

Yt1=1/4{Yt-4,5/12(Yt-Yt-1)} Yt2=1/4{Yt-1,5/12(Yt-Yt-1)} Yt3=1/4{Yt+1,5/12(Yt-Yt-1)} Yt4=1/4{Yt+4,5/12(Yt-Yt-1)}

3.5.1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi maka diperlukan pengujian asumsi klasik meliputi :

3.5.1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Untuk menguji apakah distribusi normal atau tidak dapat dilihat melalui normal probability plot dengan membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Data normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan


(58)

garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Uji

statistik dilakukan uji one sample Kolmogorov Smirnov Test, jika nilai

Kolmogorov Smirnov signifikannya di atas α = 0,05, maka Ho diterima yang

berarti data residual berdistribusi normal (Ghozali, 2005). 3.5.1.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang

memiliki kesamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan

pengamatan yang lain, atau homokesdastisitas, dengan kata lain tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara memprediksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatter plot model tersebut. Bila titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji statistik dilakukan dengan uji Glejser, jika variabel independen tidak signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Ut (AbsUt), maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).

3.5.2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji F atau yang biasa disebut

dengan Analysis of Variance (ANOVA). Pengujian ANOVA atau Uji F biasa

dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melihat tingkat signifikansi atau dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Pengujian dengan tingkat signifikansi dilakukan dengan ketentuan yaitu apabila hasil signifikansi pada tabel ANOVA< α


(59)

0,05, maka Ho ditolak (berpengaruh), sementara sebaliknya apabila tingkat signifikansi pada tabel ANOVA > 0,05 maka Ho diterima (tidak berpengaruh).

Pengujian dengan membandingkan F hitung dengan F tabel dilakukan

dengan ketentuan yaitu apabila F hitung > F tabel (α 0,05) maka Ha diterima Ho ditolak (berpengaruh), sementara sebaliknya apabila F hitung < F tabel (α 0,05)

maka Ho diterima Ha ditolak (tidak berpengaruh). Adapun F tabel dicari dengan

memperhatikan tingkat kepercayaan (α) dengan derajat bebas (degree of freedom). Pengujian dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dilakukan dengan

ketentuan yaitu apabila t hitung > t tabel (α 0,05) maka Ha diterima dan Ho

ditolak, apabila t hitung < t tabel (α 0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Untuk menganalisis perumusan masalah ketiga menggunakan analisis deskriptif, dengan melihat pengaruh kunjungan wisatawan terhadap pendapatan pemilik fasilitas wisata (Hotel, Restoran dan Boat).

3.6. Definisi Operasional

1. Kunjungan wisatawan adalah wisatawan yang datang ke lokasi objek wisata

(Orang).

2. Jumlah pengunjung fasilitas wisata adalah jumlah wisatawan yang

menggunakan fasilitas wisata di Kecamatan Pandan, seperti menginap di hotel, makan di restaurant dan melakukan perjalanan wisata menggunakan boat (Orang).

3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah Pendapatan Asli Daerah adalah


(60)

mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatan rutin maupun pembangunannya, yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil usaha milik daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah (Rupiah).

4. Pendapatan masyarakat adalah pendapatan yang diterima oleh pemilik fasilitas wisata dari wisatawan yang datang berkunjung ke lokasi fasilitas wisata. (Rupiah).

5. Pengembangan wilayah dalam penelitian ini dilihat dari peningkatan jumlah

wisatawan dan pendapatan yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah dari retribusi dan pajak yang berhubungan dengan objek wisata (sektor pariwisata) dalam mendukung PAD.


(61)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Tengah

4.1.1. Letak Geografis

Kabupaten Tapanuli Tengah terletak di pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera dengan panjang garis pantai 200 km dan wilayahnya sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian lainnya di pulau-pulau kecil. Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 6.194,98 km² meliputi darat dan laut dengan hamparan gunung, pantai dan laut (gupala). Letak wilayah yang strategis, keanekaragaman potensi sumber daya alam yang besar dan harmonisnya multietnik masyarakat menyebabkan Tapanuli Tengah sebagai permata tersembunyi yang akan berkilau dan sangat berharga dengan sentuhan percepatan pembangunan dan peningkatan investasi. Kabupaten Tapanuli Tengah terletak pada 1°11’00” - 2°22’0” LU dan 98°07’ - 98°12’ BT, Tapanuli Tengah memiliki luas wilayah 6.194,98 km² yang terdiri atas darat 2.194,98 km² dan laut 4.000 km². Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah berbatasan dengan :

Di Sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Singkil (Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam).

Di Sebelah Timur dengan Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Pakpak Bharat.

Di Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.


(62)

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah terbentuk pada tanggal 24 Agustus 1945. Ibukota Kabupaten Tapanuli Tengah adalah Pandan.

4.1.2. Topografi

Topografi Kabupaten Tapanuli Tengah sebagian besar berbukit - bukit dengan ketinggian 0 – 1.266 meter di atas permukaan laut. Dari seluruh wilayah Tapanuli Tengah, 43,90% berbukit dan bergelombang.

4.1.3. Klimatologi

Sebagian besar wilayah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah berbatasan dengan lautan sehingga berpengaruh pada suhu udara yang tergolong beriklim tropis. Dalam periode bulan Januari – Desember 2006, suhu udara maksimum dapat mencapai 31,53ºC dan suhu minimum mencapai 21,72ºC. Rata-rata suhu udara di Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2005 adalah 26,09ºC. Musim kemarau biasanya terjadi bulan Juni sampai bulan September, musim penghujan biasanya terjadi bulan Nopember sampai Maret, diantara kedua musim tersebut diselingi oleh musim pancaroba. Pada tahun 2006, curah hujan rata-rata 4.925,9 mm, hari hujan 226,0 hari, kecepatan angin rata-rata 6,7 knot dan penguapan rata-rata 4,6 mm. Kelembaban udara rata-rata 84,58%.

4.1.4. Perekonomian Daerah

Pembangunan ekonomi daerah dapat menumbuhkan kegitan-kegiatan sektor lapangan usaha sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui usaha-usaha sektor formal maupun informal. Pada prinsipnya pembangunan ekonomi itu sendiri merupakan rangkaian usaha yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pendapatan masyarakat dan peningkatan hubungan


(63)

ekonomi regional dalam peningkatan investasi daerah sehingga dapat menggairahkan lapangan usaha dengan sektor-sektor ekonom yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah. Persoalan mendasar masyarakat Tapanuli Tengah, seperti halnya daerah lain di Kawasan Barat Sumatera Utara secara ekonomi selama ini adalah : kemiskinan dan pengangguran

Adapun keterbatasan yang melingkupi persoalan tersebut adalah Topografi wilayah Tapanuli Tengah yang berbukit (Bukit Barisan), keterbatasan sumber daya manusia, keterbatasan pengelolaan sumberdaya alam, keterbatasan infrastruktur, keterbatasan akses informasi dan keterbatasan arus modal. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah berupaya untuk mengatasi persoalan tersebut dengan percepatan pembangunan dan menaikkan pertumbuhan ekonomi daerah terutama melalui investasi baik investasi pemerintah maupun swasta untuk menaikkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dengan konsep pembangunan tapanuli growth. Pelaksanaan percepatan pembangunan yang diselenggarakan sejak tahun 2001 hingga saat ini telah mulai menunjukkan hasil nyata dengan peningkatan serapan tenaga kerja melalui investasi yang masuk dan pembangunan infrastruktur yang akan mendorong peningkatan tersebut. Secara umum lapangan usaha yang dominan di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah Pertanian, Jasa dan Industri Pengolahan. Pada tahun 2005, lapangan usaha yang paling banyak mengalami peningkatan menyerap tenaga kerja di perusahaan swasta adalah sub sektor industri pengolahan. Masyarakat petani terdiri atas nelayan, petani yang menanam padi, hortikultura dan ternak serta perkebunan rakyat. Lapangan usaha jasa yang dominan merupakan aktifitas perdagangan komoditi unggulan hasil pertanian dan produk kerajinan / industri rumah tangga,


(64)

disamping jasa lainnya seperti pengangkutan, komunikasi dan perbankan / lembaga keuangan. Industri pengolahan meliputi industri yang berbasis hasil perikanan tangkap dan perkebunan.

4.1.5. Kegiatan Kepariwisataan di Kabupaten Tapanuli Tengah

Letak geografis Kabupaten Tapanuli tengah yang terletak di daerah pantai serta mempunyai pulau – pulau kecil yang merupakan potensi daerah yang cukup menjanjikan bagi daerah ini dimana pesona keindahan pantai, laut dan bawah laut dapat dinikmati. Salah satu pulau di Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu Pulau Mursala sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai daerah wisata. Di pulau ini juga tersedia wisata alam lainnya berupa air terjun. Selain itu alam pengunungan atau perbukitannya, juga berpotensi untuk wisata pemandangan indah dan wisata lainnya. Sesuai dengan perjalanan sejarahnya Kabupaten Tapanuli Tengah juga mempunyai objek – objek wisata peninggalan bersejarah, namun data stastitik yang lebih rinci guna melihat beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai gambaran perkembangan sektor pariwisata tidak tersedia.


(1)

Lampiran 3. Hasil Analisis Uji T

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 JW 2009 2174.2000 30 608.20983 111.04341 JW 2011 2336.0667 30 623.99745 113.92583

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 JW 2009 &

JW 2011 30 .996 .000

Paired Samples Test

Paired Differences t df

Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the


(2)

Lampiran 4. Tabulasi Data Interpolasi Per Triwulan Jumlah Wisatawan

dan PAD Sektor Pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah

Tahun

Triwulan

PAD (Rp)

Jumlah Wisatawan

(Orang)

2008

I

14463425

2384

II

14647672

2446

III

14831919

2508

IV

15016166

2570

2009

I

15540871

2620

II

15861302

2677

III

16181732

2734

IV

16502162

2791

2010

I

16787717

2780

II

17094197

2810

III

17400678

2839

IV

17707158

2869

2011

I

18299820

3049

II

18720773

3139

III

19141727

3229


(3)

Lampiran 5. Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize d Residual

N 16

Normal Parameters(a,b)

Mean .0000000

Std. Deviation 258257.445591 56

Most Extreme Absolute .210

0.00.20.4Observed Cum Prob0.60.81.0 0.00.20.40.60.81.0

Expected Cum ProbDependent Variable: PAD Sektor Pariwisata Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

-2-10123

Regression Standardized Residual

01234567

Frequency Mean = -4.3E-16Std. Dev. = 0.966N = 16

Dependent Variable: PAD Sektor Pariwisata


(4)

Uji Heteroskedastisitas

Uji Glesjer

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 183731.292 389184.559 .472 .644 Jumlah Wisatawan 8.993 138.485 .017 .065 .949 a Dependent Variable: abs_res

-2-1012

Regression Standardized Predicted Value

-1

0

12

Regression Studentized Residual

Dependent Variable: PAD Sektor Pariwisata

Scatterplot


(5)

Lampiran 6. Hasil Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Jumlah Wisatawan

terhadap PAD Sektor Pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Jumlah

Wisatawan( a)

. Enter

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: PAD Sektor Pariwisata

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1

.988(a) .975 .973 267321.8529 7 a Predictors: (Constant), Jumlah Wisatawan

ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 39342341445590.800 1 39342341445590.800 550.543 .000(a) Residual 1000453623052.141 14 71460973075.153

Total 40342795068642.930 15

a Predictors: (Constant), Jumlah Wisatawan b Dependent Variable: PAD Sektor Pariwisata

Coefficients(a)

Model Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 194027.148 708122.198 .274 .788 Jumlah Wisatawan 5912.241 251.974 .988 23.464 .000


(6)