Aspek-Aspek Internasional yang Menumbuhkan Benih Separatisme

35 dapat terkelola secara maksimal. Inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi Belanda untuk terus mengontrol Papua. Melalui uraian di atas maka dapat dipahami bahwa antropologis masyarakat Papua ternyata banyak dipengaruhi kebudayaan Austronesia yang kemudian membedakannya dengan kehidupan sosial di beberapa wilayah Indonesia lainnya pada umumnya, seperti halnya Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Kemudian pendudukan Belanda di wilayah Papua memberikan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Papua, khususnya pada kelas menengah middle class pada masa itu untuk berupaya memperjuangkan berbagai kepentingan daerahnya.

B. Aspek-Aspek Internasional yang Menumbuhkan Benih Separatisme

Pada masa pergolakan politik, contohnya dari pengaruh internasional adalah adanya upaya Belanda untuk bekerjasama dengan Australia dibidang administrasi perbatasan, khususnya masalah karantina, kesehatan, kerjasama tehnik, dan juga pertukaran informasi mengenai perbatasan. Namun perjanjian itu dibuat pada bulan November 1957 itu tidak membahas masalah politik, karena Australia sebagai penguasa kolonial di PNG saat itu bernama The Territory of Papua and New Guinea takut akan adanya ketegangan dengan Indonesia apabila Indonesia berhasil mendapatkan Irian Barat. Alasan Australia adalah menjaga keamanan regional dengan Belanda dari pada dengan Indonesia, karena Australia takut bahwa Indonesia juga akan mengklaim PNG dan akan menyebarkan komunisme. Namun perubahan kebijakan Amerika Serikat dalam masalah Irian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 Barat dari “Netralis Pasif” ke “Mediasi Aktif” telah mengubah sikap Australia untuk mendukung Indonesia dalam klaim Irian Barat. Akhirnya Australia juga menghentikan kerjasama dengan Belanda pada tahun 1961. Melemahnya dukungan dari sekutu-sekutu Barat telah menyebabkan Menteri Lu ar Negeri Belanda, Dr. Joseph Luns mengajukan “Luns Plans” kepada Majelis Umum PBB. Luns mengusulkan supaya sebuah organisasi atau badan internasional yang bernaung dibawah PBB, untuk mengambil alih kekuasaan atas Irian Barat dengan maksud untuk mempersiapkan rakyat Irian Barat untuk mengadakan penentuan nasib sendiri secepatnya dibawah kondisi yang stabil. Usulan Luns telah meningkatkan atau membangkitkan aktifitas para tokoh Irian yang pro-Belanda termasuk: Nicolaas Jouwe, P. Torey, Marcus Kaisiepo, Nicolaas Tanggahma, dan Elieser Jan Bonay melakukan konsolidasi dan juga telah mempersiapkan “kemerdekaan Papua Barat” 16 . Cita-cita menjadi bangsa nations state yang merdeka dan berdaulat penuh itulah yang dihadang oleh perjanjian New York 15 Januari 1962 yang berlangsung tanpa melibatkan tokoh- tokoh masyarakat dan intelektual Papua. Padahal perjanjian itu menyangkut nasib dan masa depan bangsa Papua, bukan nasib Indonesia atau Belanda. Kepergian Belanda dari Irian Jaya pada akhir bulan Desember 1962 yang diikuti pula beberapa tokoh yang anti-Indonesia termasuk di dalam kelompok ini adalah mantan anggota Dewan Nieuw Guinea, seperti Marcus Kaisiepo, Nicolaas Jouwe, Herman Wamsiwor, dan juga Ben Tanggahma, Dick Sarwon, Jufuwai. Setibanya tokoh anti-Indonesia itu di negeri Belanda, mulailah terdengar adanya 16 Saafroedin Bahar. Op.,cit ., hal. 220-221 37 gerakan yang bernama Organisasi Papua Merdeka OPM yang bertujuan untuk memisahkan Irian Jaya dari Indonesia. Dengan pengalaman politik yang diajarkan oleh pemerintah Belanda telah membangkitkan para elit Irian Jaya didikan Belanda untuk mendirikan Organisasi Papua Merdeka. Tujuan daripada mendirikan Organisasi Papua Merdeka adalah untuk membentuk suatu negara Papua yang merdeka lepas dari Indonesia maupun Belanda. Berkembangnya benis separatisme di Papua tidak lepas karena pengaruh dari lingkungan regional dan internasional, khususnya Belanda dan Australia. Jika dikaitkan dengan proposisi organisasi maka berkembangnya separatisme Papua berkaitan dengan faktor wawasan, serta kekuatan untuk dapat menyemangati dan mendorong masyarakat Papua pada masa itu, dimana pihak Belanda saat ini sedang berkonfrontasi dengan pihak Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno.

C. Terbentuknya Organisasi Papua Merdeka OPM