64
1. Dampak Bagi Masyarakat Papua
Pada periode 1960-1969, Papua masih termasuk wilayah yang terbelakang dibandingkan wilayah-wilayah lain di Indonesia. Pada periode Sembilan tahun
tersebut, Papua juga memiliki jumlah penduduk yang sangat kecil dibandingkan dengan wilayah Papua yang sangat luas. Gambaran jumlah penduduk Papua pada
masa ini dapat dilihat pada tabel 3. sebagai berikut :
Tabel 3. Perkembangan Jumlah Penduduk PapuaTahun 1960-1969
No. Periode
Perkiraaan Jumlah Penduduk Ribu Orang
1. 2.
3. 4.
5. 1960-1961
1962-1963 1964-1965
1966-1967 1968-1969
620.400 621.000
621.500 623.000
623.100
Sumber :
Diolah dari Bilver Singh, 2011, Papua Geo-Politics and the Quest for Nationhood, London and New Burnswick, : Transaction Publishing.
Dari jumlah tersebut, masyarakat Papua berupaya untuk menunjukkan kiprahnya terkait dengan isu kemerdekaan Papua sehingga dapat tercapai status
Papua yang lebih jelas dan hal ini kemudian terwujud dalam Penentuan Pendapat Rakyat Pepera. Referendum dan melakukan yang telah ditetapkan dalam
Perjanjian New York; Pasal 17 yang sebagian mengatakan:
Indonesia akan mengundang Sekretaris Jenderal untuk menunjuk seorang Wakil yang .. akan melaksanakan tanggung jawab Sekretaris-
Jenderal untuk memberikan saran, membantu, dan berpartisipasi dalam pengaturan yang menjadi tanggung jawab dari Indonesia untuk
65
pelaksanaan pemilihan bebas. Sekretaris Jenderal akan, pada waktu yang tepat, menunjuk PBB Perwakilan sehingga dia dan stafnya mungkin
menganggap tugas mereka dalam satu tahun wilayah sebelum penentuan- diri. .. Perwakilan PBB dan stafnya akan memiliki kebebasan yang sama
gerakan seperti yang disediakan bagi personel dimaksud dalam Pasal XVI. Perjanjian ini berlanjut dengan Pasal 18
.”
2
Berdasar pada pasal XVIII Indonesia akan membuat pengaturan, dengan bantuan dan partisipasi PBB Perwakilan dan stafnya, untuk memberikan orang-
orang di wilayah, kesempatan untuk melaksanakan kebebasan memilih. Pengaturan demikian akan mencakup:
3
a.
Konsultasi musyawarah dengan dewan perwakilan mengenai prosedur dan metode yang harus diikuti untuk memastikan secara bebas menyatakan
kehendak penduduk.
b.
Penentuan tanggal yang sebenarnya dari pelaksanaan pilihan bebas dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh Persetujuan ini.
c.
Formulasi pertanyaan sedemikian rupa sehingga memungkinkan penduduk untuk memutuskan a apakah mereka ingin tetap dengan Indonesia, atau
b apakah mereka ingin memutuskan hubungan dengan Indonesia.
d.
Kelayakan dari seluruh orang dewasa, pria dan wanita, bukan warga asing untuk berpartisipasi dalam tindakan penentuan nasib sendiri akan
dilaksanakan sesuai dengan praktik internasional, yang bertempat tinggal pada saat penandatanganan Persetujuan ini, termasuk mereka warga yang
2
“The New
York agreement”,
dalam https:www.freewestpapua.orgdocumentsthe-new-york-agreement,
diakses pada
tanggal 28 Oktober 2016.
3
Ibid,
66
berangkat setelah 1945 dan yang kembali ke wilayah itu untuk melanjutkan tinggal setelah berakhirnya pemerintahan Belanda.
Selanjutnya pada tahun 1969 segera diselenggarakan “
act of choice
” atau Penentuan Pendapat Rakyat Pepera dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Tahap pertama dimulai tanggal 24 Maret 1969 berupa konsultasi dengan
dewan-dewan kabupaten di Jayapura dan mengenai tata cara penyelenggaraan Pepera.
b. Tahap kedua segera dilaksanakan pemilihan anggota Dewan Musyawarah
Pepera yang berakhir pada bulan Juni 1969. Dalam tahapan ini berhasil dipilih 1.026 anggota dari delapan kabupaten yang terdiri dari 983 pria dan
43 wanita. c.
Tahap ketiga adalah Pepera itu sendiri dilakukan di tiap-tiap kabupaten, dimulai tanggal 14 Juli 1969 di Merauke dan berakhir pada tanggal 4
Agustus 1969 di Jayapura. Pelaksanaan Pepera dalam setiap tahapan disaksikan oleh utusan
Sekretaris Jenderal PBB duta besar Ortis Sanz, sedangkan sidang-sidang Dewan Musyawarah Pepera dihadiri oleh para duta besar asing di Jakarta, antara lain duta
besar Belanda dan Australia. Rakyat Papua pada masa itu sadar bahwa mereka adalah bagian dari bangsa Indonesia, mereka tidak mau dipisahkan dengan
saudara-saudaranya, sehingga Dewan Musyawarah Pepera dengan suara bulat memutuskan bahwa Irian Barat tetap merupakan bagian dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia.Hasil Pepera dibawa ke New York oleh duta besar Ortis Sanz PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
untuk dilaporkan dalam sidang umum PBB ke-24 pada bulan 19 November 1969 yang akhirnya sidang tersebut menerima hasil-hasil Pepera sesuai dengan jiwa dan
Persetujuan New York.
4
Pada 19 November 1969. Majelis Umum PBB melakukan pemungutan suara dengan dasar bahwa masyarakat Papua harus dapat hidup dengan layak dan
sejahtera secara sosial politik tentang apakah wilayah ini nantinya manjadi milik Indonesia NKRI atau protektorat Belanda, sebagaimana negara Antiles ataupun
Suriname. Sebelum pemungutan ini dijalankan terlebih dulu delegasi PBB mengirimkan stafnya untuk melihat secara langsung tentang kondisi Papua. Dari
hasil pemungutan suara tersebut menunjukkan hasil bahwa 58 setuju, 31 tidak setuju, dan 24 abstain, menolak usulan Dahomey untuk menghentikan
pembahasan agar dapat dilakukan konsultasi yang lebih jauh tentang pelaksanaan Tindakan Pemilihan Bebas Pepera tersebut.
5
Majelis Umum kemudian melakukan pemungutan suara kembali dengan hasil 60 setuju, 15 menolak dan 39 abstain untuk menolak usulan perubahan
terhadap resolusi yang diusulkan oleh Ghana yang meminta agar dilakukan tindakan pemilihan bebas lebih lanjut di Irian Barat pada akhir tahun 1975.
Akhirnya, Majelis Umum PBB melakukan pemungutan suara dengan hasil 84
4
Sri Nurani Kartikasari, 2012,
Ekologi Papua
, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia danConcervation International Indonesia, hal.645.
5
Esther Heidebouchel,
The West Papua Conflict of Indonesia : Actors, Issue and Approach
, Wattenberg, : Johannes Hermann, hal.47.
68
setuju, tidak ada yang tidak setuju, dan 30 abstain untuk menyetujui resolusi tanpa perubahan tentang Tindakan Pemilihan Bebas di Irian Barat.
6
Hasil dari Pepera yang memutuskan secara bulat bahwa Irian Barat tetap merupakan bagian dari Republik Indonesia. Hasil Pepera ini membuka jalan bagi
persahabatan RI-Belanda. Lebih-lebih setelah tahun 1965, hubungan RI-Belanda sangat akrab dan banyak sekali bantuan dari Belanda kepada Indonesia baik
melalui IGGI
Inter Governmental Group for Indonesia
atau di luarnya.Akhirnya Sidang Umum PBB tanggal 19 November 1969 menyetujui hasil- hasil. Pepera tersebut
sehingga Irian Barat tetap merupakan bagian dari wilayah Republik Indonesia. Melalui Pepera, dampak OPM pada periode 1960-1969 bagi masyarakat
ternyata dapat memberikan harapan baru karena mayoritas masyarakat Papua menginginkan wilayahnya tetap masuk dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Selain itu, melalui Pepera, OPM hanya sebagian kecil entitas dalam sosial-politik Papua yang dapat terus diwaspadai oleh masyarakat.
2. Dampak Bagi Pemerintah Indonesia