Kebijakan Pemerintah Indonesia Terhadap Papua Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia

61

BAB IV ORGANISASI PAPUA MERDEKA OPM, MASYARAKAT PAPUA DAN

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA NKRI

A. Kebijakan Pemerintah Indonesia Terhadap Papua Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia

Perkembangan OPM pada periode 1960 hingga 1969 tidak dapat berkembang secara efektif juga diakibatkan oleh kebijakan militer sektoral. Beberapa diantaranya adalah pengiriman satu batalion Resimen Para Komando Angkatan Darat Indonesia diterbangkan ke Biak dari Jakarta untuk menghadapi pemberontakan di Papua pada tanggal 12 Agustus 1965. Selain itu, pemerintah Soekarno jugamengirimkan pasukan tempur Indonesia asal Sulawesi Selatan dikirim ke Irian Barat sebagai respon terhadap terus berlangsungnya pemberontakan bersenjata Papua pada pertengahan Juni 1968 dan puncaknya adalah ditunjuknya Brigadir Jenderal Sarwo Edhie Wibowo diangkat sebagai panglima militer untuk Irian Barat. Menurutnya, sekitar 6.000 pasukan ditempatkan di Irian Barat untuk memadamkan pemberontakan-pemberontakan pada 29 Juni 1968. 1 Kemudian untuk menekan OPM sehingga tidak dapat berkembang sebagai gerakan separatis, pemerintah orde lama juga merevitalisasi Komando Daerah Militer KODAM Trikora. Selain untuk menangani separatisme, satuan teritoriat 1 “Papua Chronology : 1945-2 003”, dalam http:papuaweb.orgchronofilesc1960-69.html, diakses pada tanggal 28 Oktober 2016. 61 62 TNI angkatan Darat ini juga dimaksudkan untuk mendukung legitimasi Indonesia atas status Papua. Kebijakan ini berawal dari pengembangan Teritorium VII TT- VII dilikuidasi, wilayahnya dibagi menjadi empat Komando Daerah Militer, diantaranya Komando Daerah Militer Maluku Irian Barat atau disingkat KDM- MIB menggantikan resimen Infanteri-25 RI-25. Perjuangan pengembalian Irian Barat semakin menggelora setelah Presiden RI mengumandangkan Tiga Komando Rakyat yang disingkat Trikora di Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1961 yang mendapat respond dan didukung dari seluruh rakyat Indonesia, termasuk rakyat Irian Barat. Untuk mewujudkan Komando Presiden RI, pada bulan Februari 1962 dibentuklah Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dengan Panglima Mayjen TNI Soeharto. Rencana Operasi Pembebasan Irian Barat disusun, satuan-satuan APRI dan sukarelawan digelar, sementara diplomasi berjalan terus. Pada tanggal 8 Agustus 1962, Panglima Angkatan Darat membentuk Kodam XVII Irian barat dengan Surat Keputusan Pangad Nomor : KPTS 1052 81962 dengan nama lengkapnya Komando Daerah Militer Irian Barat. Selanjutnya tanggal 15 agustus 1962 berlangsung perundingan secara bilateral pemerintah Republik Indonesia dengan Belanda di New york yang menghasilkan penandatanganan Persetujuan Indonesi – Nederland mengenai : 1. Gencatan senjata dilakukan di Irian Barat. 2. Belanda akan menyerahkan Irian Barat kepada Republik Indonesia melalui PBB. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 Sebagai tindak lanjut persetujuan New York tersebut, maka PBB membentuk pemerintahan transisi di Irian Barat, yaitu UNTEA United Nation Temporary Executive Authority. Untuk menyiapkan pengalihan tanggung jawab keamanan dari UNTEA, Pemerintahan Republik Indonesia membentuk satuan tugas yang disebut Kontingen Indonesia Irian Barat KOTINDO yang secara taktis dibawah UNTEA yang kemudian menjadi inti Kodam XVIIIrian Barat. Pada tanggal 1 Mei 1963 UNTEA menyerahkan Irian Barat kepada Pemerintah Republik Indonesia, dan selanjutnya pada tanggal 17 Mei 1963 Kodam XVIIIrian barat dirubah menjadi Kodam XVIICenderawasih, Yang segera melaksanakan fungsinya baik sebagai kekuatan pertahanan keamanan maupun sebagai kekuatan Sosial Masyarakat. Untuk menghadapi pembangunan nasional yang pesat, dan kemungkinan adanya ancaman, maka pemerintah Republik Indonesia memandang perlu mengadakan reorganisasi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ABRI.

B. Dampak Organisasi Papua Merdeka OPM Terhadap Masyarakat dan Pemerintah Indonesia