19
unggul dan terjadi dominasi jenis kelamin tertentu terhadap jenis kelamin lainnya. Disinilah gender menjadi persoalan sosial budaya.
4. Gender sebagai suatu persoalan sosial budaya
Fenomena perbedaan laki-laki dan perempuan sesungguhnya bukan menjadi masalah bagi mayoritas orang. Pembedaan tersebut menjadi
bermasalah ketika menghasilkan ketidakadilan, dimana jenis kelamin tertentu memperoleh kedudukan yang lebih unggul dari jenis kelamin lainnya. Untuk
menghapus ketidakadilan gender tersebut, tidak akan berarti tanpa membongkar akar permasalahan yang ada, yaitu pembedaan atas dasar seks.
Dalam term ini, perjuangan terhadap ketidakadilan gender tidak hanya menyentuh persoalan praktis, tetapi telah memasuki wilayah filosofi dan
agama.
5. Gender sebagai sebuah konsep untuk analisis
Dalam ilmu sosial, definisi gender tidak lepas dari asumsi- asumsi dasar yang ada pada sebuah paradigma, dimana konsep analisis
merupakan salah satu komponennya. Asumsi-asumsi dasar itu umumnya, merupakan pandangan-pandangan filosofi dan juga ideologis. Gender sebagai
suatu konsep untuk analisis merupakan gender yang digunakan oleh seorang ilmuwan dalam mempelajari gender sebagai fenomena sosial budaya.
6. Gender sebagai sebuah perspektif untuk memandang suatu kenyataan
Dalam tema ini, gender menjadi sebuah paradigma atau kerangka teori lengkap dengan asumsi dasar, model dan konsep-konsepnya.
Seorang peneliti menggunakan ideologi gender untuk mengungkap
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
pembagian peran atas dasar jenis kelamin serta implikasi-implikasi sosial budayanya, termasuk ketidakadilan yang ditimbulkannya.
2.1.3 Patriarki
Masyarakat Indonesia masih menganut budaya patriarki di berbagai daerah, terutama di daerah pedesaan. Budaya patriarki merupakan
budaya dimana lelaki mempunyai kedudukan lebih tinggi dari wanita. Dalam budaya ini, ada perbedaan yang jelas mengenai tugas dan peranan wanita dan
lelaki dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya dalam keluarga http:www.kabarindonesia.comberita.php?pil=12jd=Janda2C+Stigma+
dan+Budaya+Patriarkidn=20110605083817 .
Ideologi patriarki melestarikan wujud kekuasaan dan dominasi
laki-laki yang terealisasi dalam berbagai tatanan sosial termasuk dalam keluarga. Ideologi patriarki mencirikan bahwa laki-laki merupakan kepala
rumah tangga, pencari nafkah bread winner yang terlihat dalam pekerjaan produktif di luar rumah maupun sebagai penerus keturunan Sihite, 2007
:231.
Menurut Millet 1972: 26, ideologi patriarki disosialisasikan ke dalam tiga kategori. Pertama, temperament, merupakan komponen
psikologi yang meliputi pengelompokan kepribadian seseorang berdasar pada kebutuhan dan nilai-nilai kelompok yang dominan. Hal itu memberikan
kategori stereotype kepada laki-laki dan perempuan; seperti kuat, cerdas, agresif, efektif merupakan sifat yang melekat pada laki-laki, sedangkan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
tunduk submissive, bodoh ignorant, baik virtuous, dan tidak efektif merupakan sifat yang melekat pada perempuan. Kedua, sex role, merupakan
komponen sosiologis yang mengelaborasi tingkah laku kedua jenis kelamin. Hal ini membedakan gesture dan sikap pada setiap jenis kelamin. Sehingga
terjadi pelekatan stereotype pada perempuan sebagai pekerja domestik domestic service dan laki-laki sebagai pencari nafkah. Ketiga, status yang
merupakan komponen politis dimana laki-laki memiliki status superior dan perempuan inferior.
Menurut Masudi seperti yang dikutip Faturochman 2002: 16, sejarah masyarakat patriarki sejak awal membentuk peradaban manusia yang
menganggap bahwa laki-laki lebih kuat superior dibandingkan perempuan baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, maupun bernegara.
Kultur patriarki ini secara turun-temurun membentuk perbedaan perilaku, status, dan otoritas antara laki-laki dan perempuan di masyarakat yang
kemudian menjadi hirarki gender. Perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan dianggap
sebagai awal pembentukan budaya patriarki. Masyarakat memandang perbedaan biologis antara keduanya merupakan status yang tidak setara.
Perempuan yang tidak memiliki otot dipercayai sebagai alasan mengapa masyarakat meletakkan perempuan pada posisi lemah inferior.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
2.1.4 Definisi
“Susis Suami Sieun Istri” Dalam judul
lagu “Susis” yang merupakan singkatan dari kata “Suami Sieun Istri,” terdapat tiga kata yang perlu untuk didefinisikan oleh
peneliti, yaitu : “suami”, “sieun”, dan “istri”.
Menurut kamus Bahasa Indonesia arti kata suami adalah pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita istri sedangkan arti
kata istri adalah wanita perempuan yg telah menikah atau yg bersuami http:www.artikata.comarti-331193-istri.html.
Dalam kehidupan rumah tangga, menurut Chaniago 2002 Suami adalah pasangan hidup istri ayah dari anak-anak, suami mempunyai
suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, dimana suami sangat dituntut bukan
hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan di putuskan termasuk merencanakan keluarga.
Tanggung jawab seorang suami tidak sekedar memberi nafkah kepada istrinya. Menurut Thalib 1995 tugas, fungsi dan posisi suami
ditetapkan sebagai orang yang mengatur, mendidik, meluruskan masalah yang terjadi dalam rumah tangga dan memberi komando dalam rumah
tangganya. Jadi, seorang suami bertanggung jawab atas pemenuhan materi dan kehidupan istri. Menghayati norma tanggung jawab suami terhadap istri
merupakan kunci untuk dapat membangun perkawinan yang penuh dengan perasaan cinta dan kasih sayang.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
Sedangkan untuk seorang wanita istri sejak dini wanita disosialisasikan bertindak lembut, tidak agresif, halus, tergantung, pasif dan
bukan pengambil keputusan. Kontrol sosial terhadap wanita jauh lebih ketat dibandingkan laki-laki. Apabila seorang istri melakukan perannya dengan
benar maka dapat dipastikan kesuksesan suami dalam pekerjaan dan peranan dalam kehidupan sosial, sangat dipengaruhi oleh istrinya, dari
sinilah munculnya kutipan terkenal “Behind Every Great Man There’s A Great
Woman ”. http:sosbud.kompasiana.com20120410ibu-rumah-
tangga-puncak-prestasi-karier-seorang-wanita. Jika Suami dan istri menjalankan peranannya masing-masing
sesuai kapasitasnya, maka akan tercipta hubungan keluarga yang harmonis, tetapi Fenomena yang dituangkan dalam lirik lagu Sule dalam judul lagu
Susis Suami Sieun Istri memiliki makna sebaliknya yang menunjukkan tindakan istri yang mendominasi dan menguasai suami. Arti kata
“Sieun” dalam judul lagu “Suami Sieun Istri” dalam kamus bahasa Sunda adalah
“takut”, jadi arti kata “Suami Sieun Istri” adalah “Suami takut Istri”. Menurut kamus Bahasa Indonesia definisi kata takut adalah merasa cemas
dan gentar ngeri menghadapi sesuatu yg dianggap akan mendatangkan bencana.
Rasa takut merupakan reaksi manusiawi yang secara biologis merupakan mekanisme perlindungan bagi seseorang pada saat menghadapi
bahaya. Ketakutan adalah emosi yang muncul pada saat orang menghadapi suatu ancaman yang membahayakan hidup atau salah satu bidang kehidupan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
tertentu. Ketakutan biasa disebut dengan tanda peringatan terhadap hidup, peringatan agar berhenti, melihat atau mendengarkan.
Setiap manusia dihadapkan pada peringatan serta ancaman yang sangat menuntut perhatian. Rasa takut betul-betul memperlambat dan
mengendalikan sejumlah besar emosi psikosomatis. Salah satu tujuan dari
pengendalian adalah untuk membantu seseorang untuk menghindarkan diri dari bahaya dan mengatasinyahttp:www.duniapsikologi.comrasa-takut-
apakah-anda-phobia.
2.1.5 Lirik Lagu
Lirik lagu dalam musik yang sebagaimana bahasa, dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial
yang beredar dalam masyarakat. Lirik lagu dapat pula sebagai sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu,
ketika sebuah lirik lagu diaransir dan diperdengarkan kepada khalayak juga mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya keyakinan,
nilai – nilai bahkan prasangka tertentu Setianingsih, 2003 : 7-8.
Termasuk realitas sosial yang menggambarkan masyarakat yang melakukan perilaku menyimpang sebagai suatu tindakan kontramitos.
Yaitu fenomena istri yang mendominasi, mengendalikan dan menguasai suami, seharusnya masing
–masing peran baik suami maupun istri bertindak sesuai hakekat dan kodratnya. Hal itu dapat menimbulkan sikap saling
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
menghormati dan saling mengasihi untuk keharmonisan kehidupan berumah tangga.
Sejalan dengan pendapat Soerjono dalam Rachmawati 2000 :1 yang menyatakan :
Musik berkaitan
erat dengan
setting sosial
kemasyarakatan tempat dia berada. Musik merupakan gejala yang khas yang dihasilkan akibat adanya interaksi
sosial,
dimana dalam
interaksi tersebut
manusia menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Disinilah
kedudukan lirik sangat berperan, sehingga dengan demikian musik tidak hanya bunyi suara belaka, karena
juga menyangkut perilaku manusia sebagai wadah individu maupun ekelompok sosial dalam wadah pergaulan
hidup
dengan wadah
bahasa atau
lirik sebagai
penunjangnya.
Berdasarkan kutipan diatas sebuah lirik lagu dapat berkaitan erat dengan realitas soasial dan isu-isu sosial yang sedang berlangsung
dalam masyarakat. Lirik lagu memiliki kedudukan yang penting dalam sebuah lagu. Lagu merupakan suatu alat penyampaian pesan dari si pencipta
lagu kepada khalayak. Teks atau lirik sendiri definisikan oleh Roland Barthes
“Bukanlah sebaris kata-kata, melainkan sebuah jaringan unsur kebudayaan”. Lirik lagu dapat pula sebagai sarana untuk sosialisasi dan pelestarian
terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu mulai diaransir dan diperdengarkan kepada khalayak, lirik lagu tersebut
mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan, nilai-nilai bahkan prasangka tertentu. Dapat dikatakan bahwa
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
musik merupakan bagian dari suatu budaya manusia, tidak terpisahkan selama hidup manusia, dari lahir hingga akhir hayat, musik menyentuh
segala lapisan sosial dari bawah hingga atas. Mantle Hood, seorang pelopor ethnomusiclogy dari USA memberikan definisi tentang Ethnomusicology
sebagai studi musik dari segi sosial dan kebudayaan Bandem, 1981.
2.1.6 Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang adalah apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Menurut kajian
sosiologi, penyimpangan bukan sesuatu yang melekat pada bentuk perilaku tertentu, melainkan diberi ciri penyimpangan melalui definisi sosial. Berikut
beberapa teori yang menyatakan bahwa penyimpangan adalah perilaku yang didefinisikan secara sosial :
1. Menurut Korblum
Penyimpangan tidak hanya dapat dikategorikan kepada individu atau masyarakat dengan kategori deviance penyimpangan dan
deviant penyimpang, tetapi akan dijumpai pula yang disebut dengan institusi menyimpang atau Deviant Institution.
2. Menurut James W.Van der Zanden
Menurut Zanden, penyimpangan perilaku merupakan tindakan yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar
batas toleransi. Ukuran perilaku menyimpang bukan pada ukuran baik buruk
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
atau benar salah menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan ukuran norma dan nilai sosial suatu masyarakat tertentu.
3. Menurut Robert M.Z. Lawang
Menurut Lawang, perilaku menyimpang adalah norma tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam suatu
sistem sosial. Perilaku tersebut menurut lawang menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaikinya Kun
Maryati dan Juju Suryawati dalam sosiologi, 2006 : 121-122. Menurut
Dr. Arief Budiman, Ph.D seorang sosiolog pengkritik
nasionalisme 2009:134, Relativitas perilaku menyimpang, juga dapat terjadi karena situasi dan kondisi.
Sesuatu yang dahulu di anggap tidak layak, sekarang dapat dianggap layak.Misalnya, pada zaman dahulu wanita
Indonesia pribumi dinilai tidak pantas mengenakan celana seperti laki- laki. Mereka harus mengenakan kain dan kebaya. Akan tetapi, sekarang hal
itu sudah tidak berlaku lagi. Relativitas nilai sosial dipengaruhi pula oleh tempat atau lingkungan sosial budaya.
Antara masyarakat desa dan kota mungkin memiliki nilai dan
norma yang berbeda pula. Masyarakat desa mempertahankan tradisi turun- temurun dari nenek moyang. Orang desa yang meninggalkan tradisi di
desanya dianggap tidak layak atau menyimpang. Akan tetapi, masyarakat kota menganut nilai keterbukaan, sehingga cepat menyesuaikan diri dengan
berbagai perubahan. Nilai-nilai tradisional tidak lagi mengikat mereka.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
Perubahan di berbagai penjuru dunia cepat mempengaruhi perilaku orang- orang kota, apalagi dengan dibantu oleh sarana teknologi komunikasi yang
seolah telah menghilangkan batas ruang dan waktu.
2.1.7 Sumber Penyimpangan
Edward H. Sutherland Suherland mengemukakan sebuah teori yang
dinamakan differential association. Menurutnya, penyimpangan bersumber pada pergaulan yang berbeda. Penyimpangan dipelajari melalui proses alih
cultutal transmission. Melalui proses belajar ini, seseorang mempelajari suatu budaya yang menyimpang.
Edwin M.Lemert Lemert menamakan teorinya Labelling Theory. Menurutnya,
seseorang menjadi penyimpang karena adanya proses labelling pemberian julukan, cap, etiket atau merek yang diberikan masyarakat kepadanya.
Proses Labelling ini bisa membuat seseorang yang tadinya tidak memiliki kebiasaan menyimpang menjadi terbiasa. Lebih jauh Lemert membagi
perilaku menyimpang ke dalam dua bentuk yaitu : a.
Penyimpangan Primer Primary Deviation, yaitu perbuatan menyimpang yang dilakukan seseorang namun sang pelaku masih dapat diterima secara
sosial. Ciri penyimpangan primer adalah sifatnya sementara, tidak terulang, dan dapat ditolerir masyarakat.
b. Penyimpangan Sekunder Secondary Deviation, yaitu perbuatan yang
dilakukan seseorang yang secara umum dikenal sebagai perbuatan atau
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
29
perilaku menyimpang. Penyimpangan demikian bisa dilakukan secara individu maupun kelompok. Masyarakat pada umumnya tidak bisa
menerima dan tidak menginginkan orang-orang semacam ini berada dalam lingkungannya. Kun Maryati dan Juju Suryawati dalam sosiologi,
2006 :122.
2.1.8 Sifat-Sifat Perilaku Menyimpang
Secara umum terdapat dua sifat penyimpangan, yaitu penyimpangan yang bersifat positif dan penyimpangan yang bersifat
negatif:
1. Penyimpangan yang bersifat positif