11 relatifnya pada pasar metropolitan menurun bila dibandingkan dengan
penjualan di pinggir kota, terutama pada pusat perbelanjaan. Dukungan pada pusat perbelanjaan karena beberapa faktor seperti mengurangi waktu tempuh,
tersedianya tempat parkir dengan biaya murah mengurangi kemacetan, berjalan kaki lebih dekat, dan kemudahan lain dimana barang – barang yang dibeli
dapat diantar sampai kendaraan. Pemilihan pusat kota adalah karena pilihan barang - barang yang lebih
banyak dan memungkinkan harga lebih murah. Walaupun parkir bukan merupakan satu – satunya faktor, sebuah studi mengatakan bahwa daerah yang
memiliki tempat parkir yang baik, nyaman dan murah lebih mampu untuk mempertahankan kehadirannya. kebutuhan akan ruang pada pusat kota seperti
misalnya untuk pusat perbelanjaan, nampaknya tidak banyak terpengaruh oleh kompetisi di pinggir kota, dan inilah yang disebut sebagai salah satu tantangan
yang dihadapi oleh perencana kota.
2.2. Parkir Di Badan Jalan on street parking
Ruang yang tersedia untuk memarkir kendaraan di tepi jalan di kawasan pusat kota dan sepanjang jalan raya utama tetap di batasi. Ada banyak contoh
dimana parkir di badan jalan arteri utama dilarang, setidaknya selama jam sibuk pada pagi dan sore hari, untuk meningkatkan kapasitas jalan. Larangan
ini akan efektif bila pada tempat itu diberlakukan sebagai “zona derek” tow away zone dengan harga tebus yang tinggi. Disamping itu harus disediakan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12 ruang untuk keperluan angkutan masal dan zona pemuatan barang komersial
yang lebih banyak. Posisi kendaraan yang diparkir di jalan hampir selalu sejajar
menyinggung kerb. Manual Alik Ansyori, Rekayasa Lalu lintas menyarankan bahwa ukuran tempat parkir parking stall adalah lebar 2,4
meter, panjang 6,6 meter sampai 7,8 meter untuk satu mobil. Disamping itu terdapat alternatif “parkir berpasangan” paired parking dengan
menggunakan dua stall masing – masing sepanjang 6 meter dengan ruang bebas diantara pasangan tempat parkir sebesar 2,4 meter untuk manuver
kendaraan. Di dekat tempat penyeberangan jalan dan pada kaki menuju persimpangan harus disediakan ruang terbuka setidak – tidaknya 6 meter, jarak
ini ditetapkan sebesar 15 meter atau lebih. Walaupun parkir secara parallel ini hanya mampu menampung sedikit kendaraan, namun cara ini tidak terlalu
menggangu gerakan lalu lintas dan mengurangi kecelakaan dibandingkan dengan cara “parkir miring” angle positioning. Berdasarkan alasan ini, parkir
miring dalam prakteknya jarang dianjurkan. Sebagai contoh, parkir miring bersudut 45° umumnya hanya bisa dibenarkan pada jalan yang lebarnya
minimum 16,5 meter. Maka perlu dilakukan pengaturan secara terencana. Berikut ini adalah gambar kofigurasi sistem parkir :
1. Sistem parkir sejajar, sistem ini membutuhkan site yang memanjang
sepanjang areal.On Street Parking
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13 2.
Sistem parkir menyudut, sistem ini berbentuk seperti gergaji yang mempunyai 3 tipe yang tergantung pada sudut yang dibentuk, yaitu :
a. Sistem parkir dengan sudut 30
b. Sistem parkir dengan sudut 45
c. Sistem parkir dengan sudut 60
3. Sistem parkir dengan tegak lurus 90
, sistem ini membutuhkan ruang yang lebih kecil karena sistem ini pemakaian ruang nya lebih efisien.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
Gambar 2.1 Konfigurasi Sistem Parkir
2.3. Parkir Di Luar Badan Jalan Off Street Parking