PENGAWASAN BADAN PERMUSYARAWARATAN DESA (BPD) WARINGIN JAYA TERHADAP PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN 2013

(1)

ABSTRACT

SUPERVISORY AGENCY CONSULTATIVE VILLAGE (BPD) WARINGIN JAYA FOR THE MANAGEMENT OF VILLAGE

FUNDS ALLOCATION (ADD) IN 2013 BY

BUDI SETIA AJI

Agency Consultative Village (BPD) were elements of the organisers of the village government together village head. BPD as a legislative body villages have a supervisory function to oversee the performance of the village head on doing development especially in the use of village funds allocation. The management of village funds allocation that is not accompanied by supervision BPD the ability to supervise real be a problem in Indonesia.Where supervision that BPD is still a question mark, given the lack the ability of BPD in carrying out functions and tasks.

The purpose of this research is to find how supervisory agency consultative village Waringin Jaya for the management of village funds allocation in 2013. Type research that is used is descriptive with a qualitative approach, it means the research was done by managing the data and the facts to be further researchers analysis which is related to supervision BPD in the management of village funds


(2)

allocation 2013. Data collection techniques that is in-depth interview and documentation study.

The research results show that BPD Waringin Jaya not maximum in running the supervisory function in the management of village funds allocation 2013. This was caused by lack of the role of active members of BPD in the running of the supervisory function as well as the absence of good coordination between members of BPD and village heads, from the preparation process for development programs , the development process , and the process of accountability the use of ADD.


(3)

ABSTRAK

PENGAWASAN BADAN PERMUSYAWARATAN

DESA (BPD) WARINGIN JAYA TERHADAP PENGELOLAAN ALOKASIDANA DESA (ADD) TAHUN 2013

Oleh BUDI SETIA AJI

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan unsur penyelenggara pemerintahan desa bersama Kepala Desa. BPD sebagai lembaga legislatif desa memiliki fungsi pengawasan untuk mengawasi kinerja Kepala Desa dalam melakukan pembangunan terutama dalam penggunaan Alokasi Dana Desa. Pengelolaan Alokasi Dana Desa yang tidak dibarengi dengan kemampuan BPD untuk melakukan pengawasan menjadi masalah yang nyata di Indonesia. Yang dimana pengawasan BPD masih menjadi tanda tanya, mengingat minimnya kemampuan BPD dalam menjalankan fungsi dan tugasnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengawasan Badan Permusyawaratan Desa Waringin Jaya terhadap pengelolaan Alokasi Dana Desa tahun 2013. Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif, artinya penelitian dilakukan dengan mengelola data dan fakta yang ada untuk selanjutnya peneliti analisis yang berkaitan dengan pengawasan BPD dalam


(4)

pengelolaan Alokasi Dana Desa tahun 2013. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara mendalam dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa BPD Waringin Jaya belum maksimal dalam menjalankan fungsi pengawasan dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa tahun 2013. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya peran aktif anggota BPD dalam menjalankan fungsi pengawasan serta tidak adanya koordinasi yang baik antara anggota BPD dan Kepala Desa, mulai dari proses penyusunan program pembangunan, proses pembangunan, dan proses pertanggungjawaban penggunaan ADD.


(5)

PENGAWASAN BADAN PERMUSYARAWARATAN DESA (BPD) WARINGIN JAYA TERHADAP PENGELOLAAN

ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN 2013

Oleh

Budi Setia Aji

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(6)

PENGAWASAN BADAN PERMUSYARAWARATAN DESA (BPD) WARINGIN JAYA TERHADAP PENGELOLAAN ALOKASI

DANA DESA (ADD) TAHUN 2013

Skripsi

Oleh BUDI SETIA AJI

0546021054

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(7)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Pikir ... 31

Gambar 2. Struktur Organisasi Pemeritahan Desa Waringin Jaya ... 48

Gambar 3. Struktur Organisasi BPD Waringin Jaya ... 49

Gambar 4. Berita Acara Musrenbangdus ... 68

Gambar 5. Surat Teguran oleh BPD kepada Kepala Desa ... 78

Gambar 6. Rencana Pembangunan Jalan Onderlagh ... 85

Gambar 7. Penurunan Batu Pembangunan Jalan Onderlagh ... 85

Gambar 8. Penyusunan Batu Pembangunan Jalan Onderlagh I... 85

Gambar 9. Penyusunan Batu Pembangunan Jalan Onderlagh II... 86


(8)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Penggunaan Alokasi Dana Desa ... 8

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Waringin Jaya ... 46

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur Desa Waringin Jaya ... 46

Tabel 4. Bobot Desa ADD Kecamatan Bandar Sribhawono Tahun 2013 ... 50

Tabel 5. Jumlah Besaran ADD Bandar Sribhawono Tahun 2013 ... 51

Tabel 6. Daftar Usulan Rencana Kegiatan ADD Tahun 2013 ... 52

Tabel 7. Surat Pertanggungjawaban ADD Tahun 2013 ... 53

Tabel 8. Lampiran Daftar Hadir Musrenbang Desa tahun 2013 ... 64

Tabel 9. Perbandingan Antara Rencana Kegiatan dengan Realisasi ADD ... 73

Tabel 10. Surat Pertanggungjawaban Tahap I ADD Tahun 2013 ... 83


(9)

(10)

(11)

(12)

MOTO

Sesungguhnya Allah tidak akan pernah merubah kondisi kita sebelum kita merubah diri

kita .

(QS. Ar Rad 13;11)

Jauhilah Kemalasan dan Amarah, karena keduanya adalah segala kunci keburukan

(Imam Baqir a.s.)

Berbuat baiklah kamu pada temanmu sebelum datang kesukaran padamu, karena

kenyataannya perbuatan baik akan mendapatkan balasan yang adil dari Allah


(13)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobilalamin

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Karya sederhana ini

penulis persembahkan untuk seluruh orang yang penulis cintai.

Ku persembahkan karya ini kepada:

Kedua orang tua ku Saiman dan Warinem, sebagai tanda terima kasih dan

baktiku. Yang selalu memberikan kasih sayang tanpa henti, perhatian yang

terus berlimpah, arahan untuk yang terbaik, dukungan untuk perkembangan ku,

serta doa yang selalu menyertai ku sejak kecil hingga sekarang, dan semoga

kalian selalu diberi kesehatan Oleh Allah S.W.T hingga maut memisahkan kita,

Amin.

Almamater tercinta Universitas Lampung

Ya Allah terima kasih atas sengala jalan yang telah kau berikan dan hamba lewati

Hamba yakin semua jalan-Mu kepada hamba punya maksud dan tujuan yang baik.


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sribhawono pada tanggal 20 Maret 1992, merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Saiman dan Ibu Warinem

Jenjang akademik penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Sribhawono yang diselasaikan pada tahun 2004, dilanjutkan menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Bandar Sribhawono yang diselesaikan pada tahun 2007 dan dilanjutkan menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bandar Sribhawono yang diselesaikan pada tahun 2010.

Tahun 2010, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung (Unila) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Nasonal (SNMPTN), yang saat itu Penulis pilih untuk melanjutkan pendidikan perkuliahan.


(15)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul “Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Waringin Jaya Terhadap Pengelolaan Alokasi Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun 2013” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang terlibat didalamnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dan moril maupun materil. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT atas segala yang Engkau berikan kepada hamba, baik rezeki, kekuatan, kesabaran, serta semangat yang terus menguat seiring berjalannya waktu hingga skripsi ini dapat hamba selesaikan.

2. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan dan sekaligus sebagai Dosen Penguji. Terimakasih, atas kesabaran dan kebijaksanaan yang telah bapak berikan untuk Penulis selama penyusunan skripsi ini. Terimakasih, untuk semua saran yang sangat memberi


(16)

semangat, motivasi dan inspirasi, selama Penulis menjadi mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan.

4. Bapak Dr. R. Pitojo Budiono, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang selalu membimbing Penulis selama Penulis menjadi mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan.

5. Bapak Drs. Aman Toto Dwijono, M.H selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing saya dengan penuh kesabaran dan ikhlas, banyak memberikan bekal ilmu, banyak arahan, dukungan dan motivasinya yang sangat bermanfaat sehingga dapat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Himawan Indrajat, S.IP, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan sangat sabar membimbing dan banyak memberikan arahan serta motivasinya yang sangat bermanfaat sehingga dapat membantu kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Fisip Unila, terimakasih atas ilmu yang telah kalian berikan kepada Penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Pemerintahan.

8. Staf Akademik dan Staf Kemahasiswaan Ibu Rianti yang telah membantu kelancaran administrasi dan skripsi.

9. Teristimewa kepada kedua orang tuaku yaitu Bapak Saiman, terima kasih telah menjadi ayah terbaik dan motivator terbaik bagi anaknya setelah Nabi Muhammad SAW, yang selalu mendukung apapun yang terjadi dan bekerja keras dalam mendidik untuk menjadikan Penulis menjadi manusia yang kuat, semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan nikmat-Nya untuk bapak. Selanjutnya terkhusus peneliti ucapkan terima kasih kepada ibunda


(17)

tercinta Warinem, yang telah menjadi ibu terbaik di dunia dan pemberi kasih sayang terbaik setelah Allah SWT yang tak pernah lelah memberikan kasih sayang dan selalu mendoakan anaknya menjadi anak yang berhasil.

10. Kepada kakakku Ahmad Nurdin serta istrinya Okta Rina Dewi yang telah memberikan aku keponakan yang lucu Afiqa Celara Natasya, yang selalu menghadirkan kegembiraan di keluarga kita. Serta keluarga besarku yang lain yang selalu memberikan doa kepada penulis.

11. Terima kasih kepada para informan yaitu Kepala Desa Waringin Jaya, Sekertaris Desa Waringin Jaya, Ketua BPD serta sekertarisnya dan masyarakat Desa Waringin Jaya yang telah bersedia meluangkan waktu dan ketersediaannya untuk memberikan data-data, wawasan serta informasi yang penulis butuhkan dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Terima kasih untuk teman-teman satu bimbingan skripsi yaitu Pangky Samprna Jaya dan Rangga Giri Wibowo yang selalu bertukar pendapat terkait dengan pengerjaan skripsi ini. Semoga kita selalu diberikan kelancaran dan kehidupan yang lebih baik setelah proses pembelajaran skripsi ini.

13. Teman-teman tercinta Jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 2010, Dinda Nindika, Andrialius Ferraira, Yosita Manara, Uli Kartika, Ricky Ardian, Alam Patria, Ardi Yuzka, Horizon, Ahlan Fahriadi dan teman-teman lain yang dari awal kita sama-sama berjuang bersama, semangat teman-teman semua, semoga Allah SWT memberikan nikmat sehat, rejeki yang berlimpah, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, semoga kita semua kelak menjadi pemuda yang bermanfaat dan mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik kedepannya Amin.


(18)

14. Teman-teman seperjuangan Ilmu Pemerintahan kelas ganjil dari saat masih muda, : Ali Wirawan, Ryan Maulana, Dicky Rinaldy, Rangga Giri Wibowo, Prananda Genta Reza, Komang Jaka Ferdian, Prasaputra Sanjaya, Riendi Ferdian, Aris Gunawansyah, Dany Setiawan dan Mirzan Triandana, semoga kita menjadi manusia yang sukses semua dan meraih cita-cita kita masing-masing. Semoga kita tetap kompak seterusnya. Amin.

15. Kepada sahabat-sahabat SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono angkatan 2010 serta teman seperjuangan dalam menuntut ilmu di Kota Bandar Lampung ini semoga kita menjadi orang yang sukses.

16. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala kontribusi kebersamaan dan pembelajaran selama berproses penulisan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 27 Juli 2015 Penulis


(19)

i

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kegunaan Penelitian ... 11

1. Secara Praktis ... 11

2. Secara Teoritis ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Pengawasan ... 13

1. Definisi Pengawasan ... 13

2. Metode Pengawasan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan ... 14

B. Tinjauan Tentang Pemerintah Desa dan Pemerintahan Desa ... 16

1. Pemerintah Desa ... 16

2. Pemerintahan Desa ... 17

C. Tinjauan Tentang BadanPermusyarawaratan Desa) ... 18

1. Latar Belakang Berdirinya Badan Permusyawaratan Desa ... 18

2. Definisi Badan Permusyawaratan Desa ... 20

3. Tugas Badan Permusyawaratan Desa ... 21

4. Kedudukan, Fungsi dan Peranan Badan Permusyawaratan Desa ... 23

5. Wewenang dan Hak Badan Permusyawaratan Desa ... 23

6. Keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa ... 25

D. Tinjauan Tentang Alokasi Dana Desa ... 26

1. Definisi Alokasi Dana Desa ... 26

2. Maksud dan Tujuan Alokasi Dana Desa (ADD) ... 26


(20)

ii

4. Pelaksana Kegiatan Alokasi Dana Desa (ADD) Tingkat Desa ... 29

E. Kerangka Pikir ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32

B. Lokasi Penelitian ... 33

C. Fokus Penelitian ... 34

D. Jenis Data Penelitian ... 35

1. Data Primer ... 35

2. Data Sekunder ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

1. Wawancara ... 37

2. Dokumentasi... 39

F. Teknik Pengolahan Data ... 39

1. Editing ... 40

2. Interpretasi ... 40

G. Teknik Analisis Data ... 40

1. Reduksi Data ... 41

2. Penyajian Data (Display data) ... 42

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion) ... 42

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Waringin Jaya ... 44

1. Sejarah Desa ... 44

2. Geografis ... 45

3. Penduduk ... 46

4. Pemerintahan Desa ... 47

5. Badan Permusyawaratan Desa ... 48

B. Gambaran Umum Terkait Penelitian ... 50

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 54

1. Bentuk Pengawasan Alokasi Dana Desa ... 57

2. Peroses Pengawasan Alokasi Dana Desa ... 87

3. Faktor Penghambat dalam Pengawasan Alokasi Dana Desa ... 90

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 96

B. Saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA


(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Demokrasi mempunyai posisi sebagai bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsiptrias politicayang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif). Demokrasi dapat diartikan bahwa pemerintahan “dari rakyat untuk rakyat”. Prinsip-prinsip yang mendasari ide demokrasi adalah konstitusionalisme, kedaulatan rakyat, aparat yang bertanggungjawab, jaminan kewajiban sipil, pemerintah berdasarkan undang-undang dan asas mayoritas. Demokrasi berasal dari pengertian bahwa kekuasaan ada di tangan rakyat, yang berarti bahwa kekuasaan yang baik adalah kekuasaan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Demokrasi bukan hanya dilakukan dalam tatanan pemerintah yang tingkat tinggi, akan tetapi pengaplikasian demokrasi juga dilakukan oleh tatanan pemerintahan tingkat bawah yaitu demokrasi tingkat desa. Desa bisa diibaratkan sebuah negara kecil yang berada di Indonesia dengan adanya pemerintah dan pemerintahan serta kepentingan masyarakat di desa yang harus terpenuhi. Keberadaan desa yang begitu dekat dengan


(22)

2

masyarakat/warga negara jika dibandingkan dengan daerah kabupaten, maka pemerintahan di desa berdampak paling cepat dalam segala kebijakan-kebijakan yang diambil seorang pemimpin di pemerintahan desa. Kedekatan pemerintahan desa dengan masyarakat/warga negara bisa menjadi pengaplikasian demokrasi yang lebih demokratis dibandingkan dengan demokrasi yang dilakukan tataran pemerintahan di atasnya pasalnya bisa dilihat dari luas wilayah pemerintahan dan jumlah masyarakat/warga negara yang mendiami suatu desa.

Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya sendiri, untuk melakukan tugasnya memerlukan dana yang memadai. Adanya kebutuhan dana maka perlu diatur dalam sumber pendapatan desa. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa Pasal 68 angka 1 huruf c disebutkan bahwa sumber pendapatan desa yaitu bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), yang pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional yang merupakan Alokasi Dana Desa.

Adanya Alokasi Dana Desa bertujuan untuk terciptannya pembangunan yang merata disetiap desa, dengan pembagunan yang merata diberbagai sektor dengan sendirinya kesejahteraan masyarakat desa akan tercapai. Namun demikian kenyataan saat ini banyak terjadi penyelewengan Alokasi Dana Desa oleh Kepala Desa di berbagi provinsi di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pemberitaan diberbagai surat kabar online bahwa Kepala


(23)

3

Desa tertangkap tangan menyelewengkan Alokasi Dana Desa. Sebagai contoh kasus penyelewengan ADD yang terjadi, sebagai berikut:

“BELOPA, BKM –Penyidik Polres Luwu menetapkan Sanusi, Kepala Desa Dedeko, Kecamatan Larompong Selatan sebagai tersangka dugaan penyimpangan anggaran Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp 124 juta. “Dia (Kades Dadeko) di duga menyelewengkan ADD selama tiga tahun berturut-turut, yakni 2011, 2012 dan 2013. Jumlahnya mencapai Rp 142 juta. Statusnya sudah kita tingkatkan menjadi tersangka.” Kata Kasat Reskrim Polres Luwu, AKBP Muthalib, Selasa (22/10)”.

(http://beritakotamakassar.com/index.php/sulselbar/12665-kades-dedeko-tersangka-penyimpangan-add.html, diakses tanggal 15 November. 2014)

”BENGKALIS - Dugaan penyimpangan anggaran Alokasi Dana Desa (ADD) di desa Semunai kecamatan Pinggir terus ditelusuri Kejaksaan Negeri (Kejari) Bengkalis. Sejumlah saksi termasuk camat Pinggir Kasmarni sudah dipanggil Kejari untuk dimintai keterangan, soal pendistribusian ADD di desa Semunai. Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Bengkalis melalui Kasi Pidsus Yanuar Reza meyampaikan soal dilakukannya penyelidikan dugaan penyelewengan ADD pada tahun 2012 dan 2013 di desa Semunai tersebut. Kepala Desa Semunai berikut staf desa bersama dengan pengelola ADD sudah diperiksa soal aliran dana ADD yang diduga ada yang tidak tepat sasaran (http://riaulantang.com/read-korupsi-rp-2-m-dana-add-desa-semunai-ditelusuri.html, diakses tanggal 15 November. 2014).

BONGKARPOSTT.COM, Dugaan penyelewengan Anggaran Dana Desa (ADD) tahun 2011 – 2012 di Desa Bangun Jaya, Kecamatan Tanjung Raya, Mesuji, jalan di tempat. Tidak ada tindak lanjut atas laporan tersebut oleh Inspektorat setempat. Warga desa pun ikut prihatin. “Perbuatan kades kami ini tidak patut ditiru oleh kades lainnya, kami sebagai warga Bangun Jaya mengutuk perbuatan tersebut, semoga ada imbalan dibalik semua penyelewengan anggaran dana yang telah dilakukan dia,” ujar warga setempat. Sebelumnya diketahui, Anggaran Dana Desa (ADD) tahun 2011 – 2012 di Desa Bangun Jaya tidak terealisasi sebagaimana mestinya sesuai aturan. Dana yang berkisar Rp60 jutaan lebih itu raib tanpa ada kabar beritanya. Hal itu terungkap dari Ketua Badan Perwakilan Desa setempat (http://bongkarpostt.com/berita/dugaan-penyelewengan-add-bangun-jaya-jalan-di-tempat/, diakses tanggal 15 November. 2014)

Berdasarkan tiga masalah di atas mengindikasikan bahwa pengelolaan keuangan desa oleh Kepala Desa tidak dilakukan dengan memperhatikan asas


(24)

4

pengelolaan keuangan desa dalam Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 pada Pasal 2 yang menyebutkan bahwa pengeloaan keuangan desa harus dilakukan dengan asas transparansi, akuntabel, serta dilakukan dengan tidak tertib dan disiplin anggaran. Hal ini selaras dengan pendapat Fathur Rohman akademisi Universitas Brawijaya Malang dalam jurnal ilmiahnya “ Korupsi di Tingkat Desa”.

“Fathur Rohman mengatakan bahwa penyebab penyelewengan dana desa karena kurangnya pengawasan dan keterbukaan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Selain itu karena Badan Permusyawaran Desa (BPD), organisasi kepemudaan tidak berfungsi.(http://www.ejournal-unisma.net/governance/article/view/ 449), diakses tanggal 15 November. 2014

Mengingat begitu besarnya kewenangan Kepala Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 14, sehingga perlu dilakukan check and balancedalam pemerintahan desa. Lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap Kepala Desa dalam hal penggunaan Alokasi Dana Desa adalah BPD. Peranan Badan Permusyawaratan Desa sebagai lembaga pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa dituntut tanggungjawab dan kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Sebagaimana diketahui bahwa BPD menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 merupakan lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa bersama Kepala Desa. Oleh karena itu Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai lembaga pengawasan pemerintahan desa harus mencermati setiap aliran-aliran dana yang ditetapkan dan


(25)

5

disalurkan kepada masing-masing pos pekerjaan yang telah ditetapkan untuk dikerjakan tepat guna dan tepat pengalokasiannya sebagai bentuk pencegahan tindakan penyelewengan.

Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik untuk melakukan kajian mendalam terhadap fungsi pengawasan BPD ini menginggat pentingnya pengawasan untuk menciptakan pemerintahan desa yang good governance. Sedangkan alasan peneliti memilih Desa Waringin Jaya sebagai lokasi penelitian didasarkan pada pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap pembangunan fisik Desa Waringin Jaya yang kurang berkembang.

Adapun beberapa penelitian yang sebelumnya terkait dengan penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

1. Skripsi Alderi tahun 2014, dengan judul “Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa Terhadap Program Alokasi Dana Desa (Studi di Desa Pak Laheng Kecamatan Taho Kabupaten Pontianak)”, Jurusan Ilmu Administrasi Universitas Tanjungpura Kalimantan Barat. Masalah dalam penelitian ini adalah permasalahan yang terjadi di Desa Pak Laheng yaitu penyimpangan dalam penggunaan dana ADD yang masih dalam peroses hukum. Dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengawasan BPD masih kurang optimal dalam realisasi dana ADD. Dengan bukti bahwa BPD tidak dapat berlaku tegas karena tidak adanya peraturan yang menegaskan tentang prosedur pengawasan yang harus dilakukan oleh BPD dalam mengawasi program ADD. Persamaan skripsi Alderi dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama meneliti pengawan BPD


(26)

6

terhadap Pengelolaan Alokasi Dana Desa. Perbedaan dengan penelitan yang akan dilakukan adalah pada fokus penelitiannya. Dimana pada skripsi Alderi mengarah pada pengawasan administratif sedangkan penelitian ini berfokus pada pengawasan politik.

2. Skripsi Khansutias tahun 2011, dengan judul “Pengawasan Lembaga Himpunan Pemekonan (LHP) terhadap Peratin Dalam Pelaksanaan APBP/APBDes Tahun 2010-2011 (Studi Di Pekon Sebarus Kecamatan Balik Bukit Lampung Barat)”, Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung. Dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pelaksanaan LHP masyarakat terhadap kinerja pratin dalam pelaksanaan APBP/APBDes di Pekon Sebarus sudah cukup baik. Kegiatan pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi pada perosesnya dilakukan dengan LHP membentuk tim untuk mengawasi dan terjun langsung dalam pembuatan jalan penghubung antara dusun pelita dan kelurahan Pasir Liwa. Persamaan skripsi Khansutias dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama meneliti pelaksanaan fungsi pengawan yang dilakukan BPD. Perbedaan dengan penelitan yang akan dilakukan adalah pada subyek penelitiannya. Dimana pada skripsi Risa subyeknya adalah kinerja kepala desa sedangkan penelitian ini subyeknya adalah pengelolaan alokasi dana desa.

3. Skripsi Ansega Putri Kunang tahun 2012, dengan judul “Analisis Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa Terhadap Kinerja Kepala Desa Kembang Tanjung Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung


(27)

7

Utara”, Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung. Dengan hasil penelitian pelaksanaan tugas BPD dalam mengawasai kinerja Kepala Desa Kumbang Tanjung adalah cukup baik berdasarkan data yang diperoleh. Pelaksanaan tugas tersebut meliputi pelaksanaan pemerintahan desa, pelaksanaan peraturan desa, pembinaan terhadap organisasi kemasyarakatan, pelaksanaan pembangunan desa, pelaksanaan pembinaan masyarakat, pelaksanaan pembinaan perekonomian, penyelesaian perselisihan dalam masyarakat dan pelaksanaan pelayanan publik terhadap masyarakat desa. Persamaan skripsi Ansega dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti pelaksanaan fungsi pengawan yang dilakukan BPD. Perbedaan dengan penelitian ini adalah terletak pada subyek penelitian selain itu terdapat perbedaan pada metode penelitian yang digunakan, dalam penelitian Ansega menggunakan metode deskriptif kuantitatif sedangkan penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) tentang penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) Desa Waringin Jaya Kecamatan Bandar Sribhawono mendapatkan total ADD tahun 2013 sebanyak Rp 117.003.000, dengan perincian sebagai berikut:


(28)

8

Tabel 1. Penggunaan Alokasi Dana Desa

NO PEROGRAM KEGIATAN BIAYA

ADD

1 2 3 4

1 Biaya Operasional

1. Biaya Operasional Desa 8.000.000 2. Biaya Operasional BPD

(Badan Permusyawaratan Desa)

3.000.000 3. Biaya Operasional LPM

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat)

3.000.000 4. Biaya Operasional PKK

(Pendidikan

Kesejahteraan Keluarga)

3.000.000

Jumlah I 17.000.000

2

Pembangunan sarana/ Prasarana Desa

dan Permukiman

1. Pembangunan onderlagh

3 x 800 meter 88.953.000

Jumlah II 88.953.000

3

Pembangunan Ekonomi Pemberdayaan dan Pendayagunaan

Teknologi Tepat Guna

1. UP2K

(Usaha Peningkatan

Penghasilan Keluarga) 10.000.000

Jumlah III 10.000.000

4 Pengembangan Sumber Daya Manusia

1. Sosialisasi Per-undangan -2. Pelatihan Managemen

-Jumlah IV

-5 Pembangunan Sosial Kemasyarakatan

1. Revitalitas Posyandu -2. Pembangunan Seni

Budaya

-3. Pembinaan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)

-Jumlah V

-6 Lain-lain 1. Oprasional data Profil

Desa 1.050.000

Jumlah VI 1.050.000

TOTAL 117.003.000


(29)

9

Berdasarkan uraian tabel di atas, Alokasi Dana Desa (ADD) Desa Waringin Jaya pada tahun 2013, yaitu sebesar Rp 117.003.000. Penggunaan pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) adalah pembangunan sarana/ prasarana desa dan permukiman (pembangunan jalan onderlagh sepanjang 800 meter) serta pembiayaan program Usaha Peningkatan Penghasilan Keluarga. Dengan jumlah Alokasi Dana Desa tersebut, diharapkan pembangunan Desa Waringin Jaya juga meningkat, baik dari segi perekonomian masyarakat serta infrastruktur desa. Kepala desa dituntut mampu dalam pengelolaan alokasi dana desa agar sesuai dengan anggaran yang telah diberikan dari Pemerintah Kabupaten untuk melaksanakan program kerja.

Selain itu fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Waringin Jaya sebagai lembaga pengawasan pemerintahan desa yang seharusnya dapat mencermati setiap aliran-aliran dana yang ditetapkan dan disalurkan ke masing-masing pos pekerjaan yang telah ditetapkan untuk dikerjakan tepat guna dan tepat pengalokasiannya sebagai bentuk preventif dari tindakan penyelewengan yang timbul belum optimal. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam melakukan pengawasan Alokasi Dana Desa ini menggunakan dasar hukum dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu Kepala desa mengajukan rancangan peraturan desa kepada BPD, dan bersama-sama BPD untuk membahas dalam rapat paripurna, sesuai dengan tata tertib yang dimiliki BPD. BPD dengan tugas dan wewenangnya ikut serta untuk menyetujui atau mengesahkan, dan kepala desa melaksanakan


(30)

10

peraturan desa, dan keputusan desa setelah ada persetujuan dari kedua belah pihak.

Badan Permusyawaratan Desa menjalankan pengawasan terhadap jalannya roda pemerintahan desa yang dilaksanakan oleh kepala desa karena pada kenyataan kewenangan Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Pengelolaan Keuangan Desa dalam APBDesa sehingga menjadi tanggung jawab Badan Permusyawaratan Desa juga. Tetapi dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tentang Desa, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, pengawasan Alokasi Dana Desa berada di pengawas fungsional ditingkat kecamatan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suwardi selaku anggota BPD Waringin Jaya, diketahui bahwa pengawasan yang dilakukan dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) berupa pelaporan pertanggungjawaban semata. Selain itu, pelaksanaan pengawasan Badan Permusyawaratan desa terhadap pengelolaan Alokasi Dana Desa di desa Waringin Jaya Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur terbentur dengan kualitas sumberdaya manusia aparat pemerintahan desa belum matang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya. Minimnya kualitas sumberdaya manusia selain terletak pada aparatur pemerintah desa juga terdapat di Badan Permusyawaratan Desa Waringin Jaya BPD kurang memahami atas hak dan wewenang yang dimiliki.


(31)

11

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Waringin Jaya Terhadap Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) tahun 2013 .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas maka rumusan masalah yang ada adalah ”Bagaimana Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Waringin Jaya Terhadap Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) tahun 2013?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Waringin Jaya Terhadap Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) tahun 2013.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Praktis

Bagi instansi terkait, hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran, masukan-masukan bagi aparatur Pemerintah Desa khususnya Kepala Desa Waringin Jaya Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur dalam memperbaiki proses pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Waringin Jaya Terhadap


(32)

12

Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) tahun 2013 dan terciptannya pemerintahan desa yang Good Governance, pemerintahan yang menerapkan prinsip (akuntabilitas, pengawasan, daya tanggap, profesionalisme, efisiensi dan efektivitas, transparansi, kesetaraan, wawasan kedepan, partisipasi, penegakan hukum)

2. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, informasi, dan pengetahuan dalam khasanah Ilmu Pemerintahan khususnya yang berkaitan dengan pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Waringin Jaya Terhadap Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) tahun 2013.


(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pengawasan

1. Definisi Pengawasan

Widodo (2001: 120) mendefinisikan pengawasan (control) sebagai: “peroses usaha untuk melihat, menemukan apakah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan apa yang direncanakan.”. Senada dengan pendapat tersebut Sujamto (1996: 53) mendefinisikan pengawasan sebagai: “Segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau pekerjaan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan/ kontrol merupakan kegiatan untuk melihat apakah kegiatan dilakukan sesuai dengan yang direncanakan.

Widodo (2001: 173) mendefinisikan Kontrol birokrasi sebagai suatu peroses untuk menemukan penyimpangan dan melakukan tindakan koreksi atas penyimpangan yang ditemukan tadi. Lebih lanjut Rahman (2007: 127) menyatakan bahwa fungsi pengawasan merupakan fungsi mengkontrol badan eksekutif oleh legislatif dalam arti menjaga supaya semua tindakan yang telah ditetapkan telah sesuai dengan


(34)

Undang-14

Undang. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah kegiatan atau peroses untuk menemukan penyimpangan dan melakukan tindakan koreksi atas penyimpangan tersebut dalam hal ini dilakukan oleh lembaga legislatif terhadap eksekutif.

Maksud dari dilaksanakannya pengawasan Menurut Leonard dalam Situmorang (1994: 23) adalah sebagai berikut:

a. Untuk menjamin bahwa kekuasaan itu digunakan untuk tujuan yang diperintahkan dan mendapat dukungan serta persetujuan dari rakyat. b. Untuk melindungi Hak Azasi Manusia yang telah dijamin oleh

Undang-undang dari tindakan penyalahgunaan kekuasaan.

2. Metode Pengawasan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Menurut Peters dalam Widodo (2001: 173) mengemukakan bahwa untuk melakukan kontrol/pengawasan penyelenggaraan pemerintahan dapat dilakukan menggunakan dua macam metode. Pertama metode organisasi (organzational methods). Kedua, metode kontrol politik (political methods of control). Metode organisasi pada dasarnya menggunakan “popular and legal sanctions within the organizational to gain compliance” (sanksi dan hukum yang dilakukan dalam organisasi untuk mendapatkan kepatuhan) sarana atau alat untuk melaksanakan metode kontrol organisasional antara lain meliputi publisitas (publicity), disiplin internal (internal dicipline), penekan kelompok dan publik (group and


(35)

15

public pressures). Metode kontrol politik adalah metode pengawasan yang dilakukan oleh lembaga politik yaitu lembaga perwakilan rakyat (representative of the people) sebagai perwakilan suara masyarakat untuk melakukan kontrol. Metode kontrol politik yang dilakukan lembaga legislatif menurut Peters dalam Widodo (2001: 177) dapat dilakukan dengan “funding, investigasion, constituency service, and postaudit”.

a. Penganggaran (Funding)

Penganggaran perogram (Program funding) merupakan salah satu alat lembaga legislatif dalam melakukan kontrol kepada birokrasi dengan mengontrol perogram yang akan dianggarkan.

b. Investigasi (Investigation)

Investigasi dilakukan lembaga legislatif untuk melakukan kontrol, bentuk paling sederhana dari investigasi lembaga legislatif adalah dengar pendapat dengan pemerintah.

c. Pelayanan Publik (Constituennce service)

Yaitu kontrol yang dilakukan oleh lembaga legislatif berdasarkan tuntutan masyarakan terhadap pelayanan publik yang diberikan. Untuk memecahkan masalah yang ada dalam pelayanan yang diberikan pemerintah.


(36)

16

d. Posaudit (Postaudit)

Alat kontrol terakhir lembaga legislatif adalah Posaudit yaitu pemeriksaaan laporan kegiatan yang dilakukan pemerintah sesuai dengan perogram anggaran yang direncanakan.

B. Tinjauan Tentang Pemerintah Desa dan Pemerintahan Desa

1. Pemerintah Desa

Pranadjaja (2003: 24) menyatakan bahwa: “Istilah pemerintah berasal dari kata perintah, yang berarti perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu, sesuatu yang harus dilakukan. Pemerintah adalah orang, badan atau aparat yang melakukan atau member perintah”. Sedangkan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten. Berdasarkan pengertian pemerintah dan pengertian desa dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Desa adalah kepala desa dan perangkat desa (sekertaris desa, kepala urusan, kepala dusun) sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan desa. Pengertian ini sejalan dengan pengertian Pemerintah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.


(37)

17

2. Pemerintahan Desa

Pemerintahan menurut Sarundajang (2011: 20) adalah fungsi pengaturan (regulation) dan fungsi pelayanan (service) yang diberikan negara kepada rakyatnya. Selain itu pemerintahan daerah menurut Sarudajang dibagi dua yaitu pemerintahan atas dasar desentralisasi (Local Self Governance) dan pemerintahan wilayah (Local State Governance). Pemerintahan desa termasuk dalam Local Self Governance yaitu desa memiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Widjaja (2006: 3) Penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintah, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala desa bertanggungjawab pada Badan Permusyawaratan Desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada bupati. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, pasal 1 ayat 6 disebutkaan bahwa Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengartur dan mengurus kepentingan masyarakat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pemerintahan desa adalah kegiatan penyelenggaraan


(38)

18

pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa yaitu kepala desa dan Badan Permusyawaratan Desa.

C. Tinjauan Tentang Badan Permusyarawaratan Desa (BPD)

1. Latar Belakang Berdirinya Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, lahirlah Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai lembaga legislatif pada tataran pemerintahan desa. Secara formal sebenarnya sebelumnya telah ada suatu badan yang berfungsi mengakomodir segala aspirasi masyarakat dalam suatu lembaga bernama Lembaga Musyawarah Desa (LMD) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Dalam Undang-Undang ini disebutkan bahwa Lembaga Musyawarah Desa (LMD) adalah lembaga permusyawaratan/ permufakatan yang keanggotaannya terdiri atas kepala-kepala dusun, pimpinan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan pemuka-pemuka masyarakat di desa yang bersangkutan. Dalam Undang-Undang ini istilah Pemerintahan Desa yang terdiri dari eksekutif desa yaitu kepala desa dengan Lembaga Musyawarah Desa (LMD) masih bercampur karena kepala desa menjabat sebagai ketua Lembaga Musyawarah Desa sedangkan sekretaris desa menjabat sebagai sekretaris Lembaga Musyawarah Desa.

Reformasi di Indonesia mengakibatkan terjadinya perubahan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Ditandai dengan lahirnya


(39)

19

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Lembaga Musyawarah Desa (LMD) diganti sesuai misi otonomi daerah yakni pemberdayaan masyarakat dan peningkatan demokrasi. Lembaga Musyawarah Desa (LMD) diganti dengan Badan Perwakilan Desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap peyelenggaraan Pemerintahan. Dalam Undang-Undang ini Terjadi pemisahan antara Pemerintah Desa dan Pemerintahan Desa. Kepala desa beserta sekertaris, kepala urusan, dan kepala dusun sebagai Pemerintah Desa, sedangkan Badan Perwakilan Desa merupakan lembaga legislatif yang merupakan bagian dari Pemerintahan Desa. Di dalam keanggotaan Badan Perwakilan Desa dipilih dari dan oleh penduduk desa yang memenuhi persyaratan. sedangkan pimpinan dipilih oleh anggota Badan Perwakilan Desa.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa. Terjadi perubahan istilah dari Badan Perwakilan Desa menjadi Badan Permusyawaratan Desa. Selain istilah tidak begitu banyak perubahan yang terjadi. Badan Permusyawaratan Desa merupakan organisasi yang berfungsi sebagai badan yang menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Anggotanya adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.


(40)

20

Menurut Widjaja (2006: 35) Badan Permusyawaratan Desa pada hakikatnya adalah mitra kerja pemerintah desa yang memiliki kedudukan sejajar dalam menyelenggarakan urusan Pemerintahan Desa, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai lembaga legislasi, Badan Permusyawaratan Desa memiliki hak untuk menyetujui atau tidak terhadap kebijakan desa yang dibuat oleh Pemerintah Desa. Lembaga ini juga dapat membuat rancangan peraturan desa untuk secara bersama-sama Pemerintah Desa ditetapkan menjadi peraturan desa. Sehingga terciptanya mekanismecheck and balance system.

2. Definisi Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Dwipayana (2003: 25) mengemukakan bahwa Badan Permusyawaratan Desa merupakan aktor masyarakat politik yang paling nyata dan dekat ditingkat desa, yang memainkan peran sebagai jembatan antara elemen masyarakat dan pemerintah desa (negara). Badan Permusyawaratan Desa sebagai badan perwakilan merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi Pancasila. Kedudukan Badan Permusyawaratan Desa dalam struktur pemerintahan desa adalah sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintah Desa. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa Pemerintahan Desa adalah kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.


(41)

21

Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah badan permusyawaratan yang terdiri atas pemuka-pemuka masyarakat di desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyulurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Salah satu tugas pokok yang dilaksanakan lembaga ini (BPD) adalah berkewajiban dalam menyalurkan aspirasi dan meningkatkan kehidupan masyarakat desa, sebagaimana juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.

3. Tugas Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Menurut Widjaja (2006: 38) tugas Badan Permusyawaratan Desa secara yuridis mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 sebagai berikut:

a. Membentuk panitia pemilihan kepala desa, dalam melaksanakan pemilihan kepala desa, BPD berhak membentuk panitia pemilihan kepala desa sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten.

b. Mengusulkan dan menetapkan calon terpilih kepala desa. Dalam hal ini masyarakat mengetahui calon terpilih yang akan mereka pilih dalam waktu pemilihan, diharapkan masyarakat mengenal watak, karakter serta latar belakang pendidikan dan sosial lainnya secara utuh.


(42)

22

c. Bilamana kinerja kepala desa telah menyimpang dari ketentuan yang telah digariskan atau telah habis masa jabatannya, maka kepala desa tersebut oleh BPD diusulkan untuk diberhentikan.

d. Kepala desa mengajukan rancangan peraturan desa kepada BPD, dan bersama-sama BPD untuk membahas dalam rapat paripurna, sesuai dengan tata tertib yang dimiliki BPD. BPD dengan tugas dan wewenangnya ikut serta untuk menyetujui atau mengesahkan, dan kepala desa melaksanakan peraturan desa, dan keputusan desa setelah ada persetujuan dari kedua belah pihak.

e. Kepala desa mengajukan rancangan APBDes kepada BPD untuk disahkan menjadi APBDes dalam kurun waktu satu tahun anggaran, karena dengan anggaran, pemerintah desa dapat berjalan untuk membangun sarana dan prasarana umum.

f. BPD menjalankan pengawasan terhadap jalannya roda pemerintahan desa yang dilaksanakan oleh kepala desa. Pengawasan BPD berupa: 1) Peraturan desa dan peraturan Perundang-undangan lainnya. 2) Pelaksanaan peraturan dan keputusan desa.

3) Kebijakan pemerintahan desa. 4) Pelaksanaan kerjasama.

g. Pertimbangan dan saran-saran dari BPD terdapat pemerintahan desa dan masyarakat, selalu dijaga agar segala kepercayaan serta dukungan tetap ada, sehingga kepala desa selalu dan sungguh-sungguh untuk melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggungjawab.


(43)

23

h. Segala aspirasi masyarakat khusunya dalam bidang pembangunan, BPD diharapkan dengan rasa loyalitas mengakui, menampung dan mengayomi masyarakat dengan penuh rasa tanggungjawab dan kerjasama yang baik.

4. Kedudukan, Fungsi dan Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Badan Permusyawaratan Desa berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Desa serta berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung serta menyalurkan aspirasi masyarakat. Lembaga ini diharapkan oleh masyarakat desa, karena dengan adanya lembaga tersebut semua aspirasi dan kehendak masyarakat akan tersalurkan sehingga BPD memiliki peran yang penting bagi berjalannya Pemerintahan Desa. Peran BPD menciptakan penyelenggaraan pemerintahan yang good governance bersama dengan unsur pemerintahan yang lainnya.

5. Wewenang dan Hak Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa Pasal 42, diamanatkan bahwa pengaturan Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan Peraturan Daerah, dalam Peraturan Daerah Lampung Timur Nomor 1 Tahun 2007 pasal 4 ayat 1


(44)

24

dicantumkan secara rinci wewenang Badan Permusyawaratan Desa, yaitu:

a. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa.

b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa.

c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa. d. Membentuk panitia pemilihan kepala desa.

e. Menggali, menampung, menghimpun merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

f. Memberikan persetujuan pemberhentian/pemberhentian sementara perangkat desa.

g. Menyusun tata tertib Badan Permusyawaratan Desa.

Dalam Peraturan Daerah Lampung Timur Nomor 1 Tahun 2007 pasal 4 ayat 2 dicantumkan secara rinci hak dan kewajiban Badan Permusyawaratan Desa, yaitu:

Hak Badan Permusyawaratan Desa:

a. Meminta keterangan kepada pemerintah desa. b. Menyatakan pendapat.

Kewajiban Badan Permusyawaratan Desa:

a. Mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan.

c. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.


(45)

25

d. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara Republik Indonesia.

e. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat.

6. Keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Berdasarkan ketentuan Peraturan Daerah Lampung Timur Nomor 1 Tahun 2007 pasal 5 dicantumkan keanggotaan BPD, yaitu:

a. Jumlah anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa yang bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.

b. Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Rukun Warga, golongan profesi, pemangku adat, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya.

Anggota BPD disetiap desa berjumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Untuk desa dengan jumlah penduduk sampai dengan 1500 (seribu lima ratus) jiwa, jumlah anggota BPD 5 (lima) orang.

b. Untuk desa dengan jumlah penduduk sampai dengan 1501 (seribu lima ratus satu) jiwa sampai dengan 2500 (dua ribu lima ratus) jiwa, jumlah anggota BPD 7 (tujuh) orang.


(46)

26

c. Untuk desa dengan jumlah penduduk sampai dengan 2501 (dua ribu lima ratus satu) jiwa sampai dengan 3000 (tiga ribu) jiwa, jumlah anggota BPD 9 (sembilan) orang.

d. Untuk desa dengan jumlah penduduk lebih dari 3000 (tiga ribu) jiwa, jumlah anggota BPD 11 (sebelas) orang.

D. Tinjauan Tentang Alokasi Dana Desa (ADD)

1. Definisi Alokasi Dana Desa (ADD)

Alokasi Dana Desa adalah dana yang bersumber dari APBD yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar desa untuk mendanai kebutuhan desa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta pelayanan masyarakat. ADD merupakan perolehan bagian keuangan desa dari kabupaten yang penyalurannya melalui Kas Desa. ADD merupakan bagian dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten.

2. Maksud dan Tujuan Alokasi Dana Desa (ADD)

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa Pasal 19 disebutkan bahwa Alokasi Dana Desa (ADD) dimaksudkan untuk membiayai program pemerintah desa dalam melaksanakan kegiatan penyelenggaraan


(47)

27

pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta pemberdayaan masyarakat.

Sedangkan Tujuan dari Alokasi Dana Desa (ADD) yaitu:

a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai kewenangannya.

b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi yang ada.

c. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat.

d. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat.

Adapun mekanisme Penggunaan Alokasi Dana Desa menurut Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur Nomor 24 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Desa dan Alokasi Dana Desa pasal 35 adalah sebesar 30% (tiga puluh persen) untuk Belanja Aparatur dan Operasional Pemerintahan Desa dan 70% (tujuh puluh persen) untuk pembiayaan pelayanan publik berupa pembangunan fisik dan non fisik di desa. Terutama dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia, pengentasan kebodohan dan kemiskinan serta pembangunan ekonomi desa.


(48)

28

3. Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD)

Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Pengelolaan Keuangan Desa dalam APBDesa oleh karena itu dalam Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) harus memenuhi Prinsip Pengelolaan Alokasi Dana Desa sebagai berikut: a. Seluruh kegiatan yang didanai oleh Alokasi Dana Desa (ADD) direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat.

b. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administratif, teknis dan hukum.

c. Alokasi Dana Desa (ADD) dilaksanakan dengan menggunakan prinsip hemat, terarah dan terkendali.

d. Jenis kegiatan yang akan dibiayai melalui Alokasi Dana Desa (ADD) sengat terbuka untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat berupa pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan kelembagaan desa dan kegiatan lainnya yang dibutuhkan masyarakat desa yang diputuskan melalui musyawarah desa.

e. Alokasi Dana Desa (ADD) harus dicatat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) dan proses penganggarannya mengikuti mekanisme yang berlaku.


(49)

29

4. Pelaksana Kegiatan Alokasi Dana Desa (ADD) Tingkat Desa

Pelaksana Kegiatan Alokasi Dana Desa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa, dengan susunan sebagai berikut:

a. Penanggungjawab: Kepala Desa atau pelaksana Tugas Kepala Desa dari Perangkat Desa yang disetujui oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau Selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa (PKPKD).

b. Pelaksaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD): Sekretaris Desa dan Perangkat Desa.

c. Sekretaris Desa: Koordinator Pelaksanaan Keuangan Desa.

d. Bendahara Desa: Perangkat Desa yang ditunjuk oleh melalui Surat Keputusan (SK) Kepala Desa (Penanggungjawab Administrasi Keuangan).

e. Ketua Perencana dan Pelaksana Partisipatif Pembangunan: Ketua Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD).

f. Pelaksana Kegiatan Dan Pemberdayaan Perempuan: Tim Penggerak PKKDesa.

E. Kerangka Pikir

Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD), khususnya di Desa Waringin Jaya adalah suatu upaya dan tindakan yang dilakukan lembaga legislatif di tingkat desa untuk mencapai tujuan yang sudah di tetapkan yaitu meningkatkan pembangunan dan


(50)

30

penyelenggaraan pemerintahan desa. Mengingat begitu besarnya kewenangan yang dimiliki kepala desa (eksekutif) pengawasan begitu penting dilakukan untuk menciptakan check and balance. Pengawasan yang dilakukan Badan Permusyawaratan desa dalam penelitian ini dilihat menggunakan metode pengawasan menurut Peters (dalam Widodo 2001:173), mengemukakan bahwa untuk melakukan kontrol/pengawasan penyelenggaraan pemerintahan dapat dilakukan menggunakan dua macam metode. Pertama metode organisasi (organzational methods), dan kedua, metode kontrol politik (political methods of control).

Dalam penelitian ini memfokuskan pengawasan menggunakan metode kontrol politik (political methods of control) dengan indikator: Penganggaran (Funding), Investigasi (Investigation), Pelayanan Publik (Constituennce service), Posaudit (Postaudit). Setelah dinilai dengan metode pengawasan tersebut, maka akan terlihat bagaimana pengawasan Badan Permusyarawaratan Desa (BPD) Waringin Jaya terhadap Pengelolan Aloksi Dana Desa (ADD). Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:


(51)

31

Gambar 1. Kerangka Pikir

Pengawasan oleh Badan Permusyarawaratan Desa (BPD) menggunakan Metode pengawasan politik menurut Peters

 Penganggaran (Funding) • Investigasi (Investigation)

• Pelayanan Publik (Constituennce service) • Posaudit (Postaudit)

Pengawasan Berjalan Maksimal

Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Waringin Jaya Tahun 2013

Pengawasan Berjalan Tidak


(52)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, karena mengungkapkan fenomena-fenomena atau masalah-masalah berlandaskan atas logika keilmuan. Penelitian deskriptif kualitatif menurut Mukhtar (2013: 29) adalah sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan sebuah fakta empiris secara objektif ilmiah dengan berlandaskan pada logika keilmuan, prosedur, dan didukung oleh metodologi dan teoritis yang kuat sesuai disiplin keilmuan yang ditekuni. Menurut Mukhtar (2013: 29) penelitian deskriptif kualitatif pada hakikatnya menggunakan data sebagai acuan dalam penelitian. Data dalam penelitian kualitatif terbagi atas dua hal yaitu data primer dan data sekunder. Keduanya harus ditemukan oleh peneliti pada saat melakukan penelitian.

Penelitian ini menyajikan analisis terhadap fenomena melalui kata-kata, bukan angka-angka. Hasil penelitian merupakan gambaran dari fakta yang ditemukan di lapangan yang akan diolah secara lebih dalam dan terperinci. Dalam penelitian ini, penulis ingin mendapatkan gambaran yang jelas dan mendalam mengenai pengawasan yang dilakukan Badan Permusyarawaratan


(53)

33

Desa terhadap Pemerintah desa terkait pengelolaan Alokasi Dana Desa pada tahun 2013.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah lingkungan, tempat, atau wilayah yang direncanakan oleh peneliti untuk dijadikan sebagai objek penelitian dalam rangka mengumpulkan data-data yang dibutuhkan. Tempat merupakan daerah atau wilayah di mana subjek atau objek penelitian yang hendak diteliti. Penelitian ini dilaksanakan pada Desa Waringin Jaya Kecamatan Bandar Sribhawono. Alasan dipilihnya desa tersebut sebagai lokasi penelitian didasari oleh beberapa pertimbangan, diantaranya sebagai berikut :

1. Desa Waringin Jaya merupakan desa yang menerima Alokasi Dana Desa yang berjumlah Rp.117.003.000, dan melakukan kegiatan pemerintahan dengan menggunakan dana tersebut.

2. Badan Permusyawaratan Desa Waringin Jaya melakukan Pengawasan dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa.

3. Desa Waringin Jaya merupakan desa yang terletak di Kecamatan Bandar Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur.

4. Pembangunan fisik Desa Waringin Jaya yang masih tertinggal dibandingkan desa-desa lain di Kecamatan Bandar Sribhawono.

5. Kualitas sumberdaya manusia anggota BPD yang masih kurang memahami hak dan kewajibanya.


(54)

34

C. Fokus Penelitian

Moleong (2006: 92) menyatakan fokus penelitian merupakan pedoman untuk mengambil data apa saja yang relevan dengan permasalahan penelitian. Fokus penelitian harus konsisten dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang diterapkan terlebih dahulu. Adapun fokus penelian ini berfokus pada proses pengawasan yang dilakukan Badan Permusyarawaratan Desa terhadap Pemerintah desa terkait pengelolaan Alokasi Dana Desa. Bentuk dalam melakukan pengawasan politik menurut Peters meliputi penganggaran, investigasi, pelayanan publik dan pos audit.

1. Pengawasan penganggaran adalah peroses dimana BPD melakukan pengawasan dalam peroses penyusunan anggaran pengelolaan Alokasi Dana Desa. Adapun yang dimaksud dengan pengawasan peroses penyusunan anggaran ADD adalah BPD terlibat dalam musyawarah pembuatan program pembangunan, melakukan pemeriksaan terhadap program yang direncanakan dengan perioritas pembangunan desa yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Pengawasan investigasi adalah peroses pengawasan BPD yang dilakukan pada saat pembangunan program pengelolaan ADD dengan melakukan investigasi. Adapun yang dimaksud dengan pengawasan investigasi adalah BPD menerima/menampung laporan indikasi penyelewengan, meneliti dan menganalisis laporan yang diterima dan melakukan pengecekan pengerjaan perogram penggunaan ADD sesuai dengan rencana pembangunan yang telah dibuat.


(55)

35

3. Pengawasan pelayanan publik adalah peroses pengawasan ADD dengan melihat pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat. Pengawasan pelayanan publik dilakukan BPD dengan menerima laporan adanya pelayanan yang tidak sesuai dengan mustinya, melakukan pemecahan masalah yang dihadapi dalam pelayanan publik dan melakukan kordinasi dengan unsur pemerintah desa sebagai pemberi pelayanan publik.

4. Pengawasan pos audit adalah peroses pengawasan pengelolaan ADD pada saat peroses pembangunan telah selesai dilakukan. Adapun yang dimaksud dengan pengawasan pos audit adalah BPD terlibat dalam evaluasi dan penyusunan laporan pertanggungjawaban ADD dengan melihat pembangunan yang telah dilakukan disesuai dengan rencana awal, melakukan pengecekan bukti-bukti tertulis penggunaan anggaran dan melakukan pengecekan kualitas pembangunan yang dilakukan.

D. Jenis Data Penelitian

Menurut Mukhtar (2013: 100) sumber data dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata, tindakan dan tambahan data seperti dokumen dan lain-lain. Data penelitian ini dapat diperoleh dari berbagai sumber sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer yang digunakan adalah yang berasal dari hasil wawancara dapat ditulis atau direkam. Adapun yang diwawancarai oleh peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah Kepala Desa Waringin Jaya, Sekretaris Desa Waringin Jaya, Ketua BPD serta anggotanya dan


(56)

36

beberapa tokoh masyarakat sebagai orang yang mengetahui tentang pertanggungjawaban kepala desa dalam pengelolaan ADD di Desa Waringin Jaya, Kecamatan Bandar Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur.

Teknik pemilihan orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive sampling. Alasan pemakaian teknikpurposive sampling disebabkan oleh bentuk dan ciri penelitian ini sendiri yaitu untuk mendapatkan informasi-informasi yang sesuai dengan tujuan dari pelaksaan penelitian ini dan jumlah sampel berdasarkan kriteria yang akan diambil oleh peneliti. Adapun yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah:

a. Kepala Desa Waringin Jaya yang dalam hal ini sebagai pelaksana kebijakan ADD dan pihak yang wajib mempertanggung jawabkan pelaksanaan kebijakan tersebut.

b. Sekretaris Desa selaku kordinator pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa.

c. Ketua BPD, sebagai pihak yang menerima laporan pertanggungjawaban kepala desa mengenai pelaksanaan ADD. d. Sekretaris BPD, sebagai pihak yang mencatat dan mengorganisir

seluruh laporan mengenai pelaksanaan ADD.

e. Beberapa tokoh masyarakat yaitu orang yang keritis terhadap pengelolaan Alokasi Dana Desa di desa Waringin Jaya.

Secara keseluruhan jumlah yang diwawancarai sebanyak 7 (tujuh) orang. Jumlah ini dianggap sudah cukup mewakili ciri keseluruhan orang-orang


(57)

37

yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan pengawasan BPD terhadap pengelolaan ADD yang dimaksud.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber tertulis dapat dibagi menjadi sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi. Adapun yang menjadi sumber tertulis dalam penelitian ini yaitu berupa Tugas Pokok dan fungsi Kepala Desa Waringin Jaya, Peraturan-peraturan terkait tentang penelitian serta laporan hasil rapat musrenbang Desa Waringin Jaya tahun 2013.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Gorden dalam Herdiansyah (2010: 118) mengatakan “wawancara merupakan percakapan antara dua orang yang salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan informasi untuk suatu tujuan tertentu”. Wawancara merupakan suatu cara mendapatkan informasi secara langsung kepada informan. Wawancara yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama yaitu tahap persiapan, peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan teori yang peneliti gunakan serta sesuai dengan fokus penelitian ini. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan terkait tentang pengawasan yang dilakukan BPD. Pedoman wawancara yang telah disusun,


(58)

38

ditunjukan kepada yang lebih ahli dalam hal ini adalah dosen pembimbing penelitian untuk memberikan masukan dan selanjutnya peneliti mempersiapkan diri untuk melakukan wawancara. Peneliti selanjutnya berkoordinasi dengan subyek penelitian yaitu anggota BPD (ketua dan sekertaris), Kepala Desa Waringin Jaya beserta Sekertarisnya serta tiga tokoh masyarakat yang terlibat dalam musrenbang desa. Untuk itu sebelum wawancara dilaksanakan peneliti bertanya kepada subjek tentang kesiapanya untuk diwawancarai. Setelah subjek bersedia untuk diwawancarai, peneliti membuat kesepakatan dengan subjek tersebut mengenai waktu dan temapat untuk melakukan wawancara.

Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan, peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan peneliti mendatangi subyek penelitian sesuai dengan yang disepakati sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan cara dicatat langsung oleh peneliti. Setelah wawancara dilakukan dengan para subyek penelitian, peneliti memindahakan hasil catatan tangan kedalam komputer untuk ditampilkan dalam hasil penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan analisis data dan interprestasi data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian metode analisis data di akhir bab ini. Setelah itu peneliti mengambil kesimpulan berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan.


(59)

39

2. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data tertulis. Dokumen yang dimaksud yaitu berupa tugas pokok dan fungsi Kepala Desa Waringin Jaya, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Organisasi Perangkat Daerah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur Nomor 01 Tahun 2007 tentang Badan Permusyawaratan Desa. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur Nomor 24 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Desa dan Alokasi Dana Desa. Keputusan Bupati Lampung Timur Nomor 401 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013. Serta laporan hasil rapat Desa Waringin Jaya tahun 2013.

F. Teknik Pengolahan Data

Setelah data diperoleh dari lapangan terkumpul maka tahap berikutnya ialah mengolah data tersebut. Adapun teknik yang digunakan dalam pengolahan data sebagaimana yang disebutkan adalah:


(60)

40

1. Editing

Editing yaitu teknik mengolah data dengan cara meneliti kembali data yang telah diperoleh melalui wawancara maupun dokumentasi untuk menghindari kekeliruan dan kesalahan. Tahap editing yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini menyajikan hasil wawancara berupa kalimat-kalimat yang kurang baku disajikan dengan menggunakan kalimat baku dan bahasa yang mudah dipahami.

2. Interpretasi

Interpretasi merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan cara meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan dan informasi akurat yang diperoleh di lapangan. Interpretasi yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah pembahasan hasil penelitian mengenai pengawasan Badan Permusyarawaratan Desa Waringin Jaya terhadap Pengelolaan Alokasi Dana Desa.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan yang dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Dalam hal ini peneliti menganalisis data yang dihasilkan melalui wawancara terhadap subyek penelitian, sehingga peneliti dapat memecahkan pokok persoalan yang timbul dalam penelitian ini.


(61)

41

Selanjutnya peneliti dapat menyimpulkan beberapa pokok persoalan berikut pemecahan masalahnya juga peneliti dapat memberikan beberapa saran yang merupakan bagian dari solusi dalam memecahkan persoalan yang timbul dalam penelitian ini.

Menurut Huberman dalam Mukhtar (2013:135) analisis data deskriptif kualitatif mencakup reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, ketiga jalur analisis data tersebut menjadi acuan dalam tulisan ini. Penelitian ini dinyatakan selesai jika data dalam kondisi jenuh, yaitu saat peneliti menanyakan kepada informan yang diwawancarai tentang informan lain yang direkomendasikan, jawabannya tetap berkisar pada informan-informan sebelumnya yang sudah penulis wawancarai.

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah analisis yang menajam, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data mengenai pengawasan Badan Permusyarawaratan Desa Waringin Jaya dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi.


(62)

42

2. Penyajian Data(Display Data)

Hasil reduksi data kemudian disusun dan disajikan dalam bentuk teks naratif-deskriptif. Tahap penyajian data berisi tentang pengolahan data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan, serta akan memecah tema-tema tersebut ke dalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana.

3. Penarikan Kesimpulan(Conclusion)

Tahap ini adalah tahap akhir analisis data. Kesimpulan menjurus pada jawaban dari pertanyaan dalam rumusan masalah penelitian. Dalam konteks penelitian ini penulis menggunakan 4 indikator untuk mengetahui pengawasan BPD. Kemudian berdasarkan hasil temuan dilapangan melalui wawancara dan dokumentasi dilapangan yang dikaitkan dengan kesemua indikator tesebut maka penulis mendapati bahwa beberapa indikator pengawasan BPD belum berjalan dengan baik. Untuk mengetahui validitas data peneliti menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. triangulasi teknik yaitu untuk mengetahui atau menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda yaitu wawancara, dokumentasi. Sedangkan triangulasi sumber dilakukan dengan cara menanyakan hal sama melalui sumber/informan yang berbeda dari pihak pemerintah desa dan BPD, jika sumber data


(63)

43

memberikan data yang sama berarti data dikatakan kredibel. Bedasarkan hasil data tersebut sehingga penulis dapat menarik kesimpulan yang kemudian dipaparkan pada bagian kesimpulan dan saran.


(64)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa:

1. Badan Permusyawaratan Desa di Desa Waringin Jaya sudah melaksanakan tugas dan fungsinya dalam mengawasi pengelolaan Alokasi Dana Desa tahun 2013 di Desa Waringin Jaya Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur. BPD Waringin Jaya dalam melakukan pengawasan ADD tidak berjalan maksimal, hal ini didasarkan pada 4 indikator yang digunakan belum sepenuhnya berjalan dengan baik.

a. Pengawasan penganggaran sudah dilakukan oleh BPD tetapi semua anggota Badan Permusyawaratan Desa terlibat dalam kegiatan musrenbangdes, serta kegiatan musrenbang hanya sebagai formalitas karena pada kenyataannya perogram pembangunan sudah di tetapkan oleh pemerintah desa sebelum pelaksanaan musrenbang.

b. Pengawasan investigasi belum dilakukan, Badan Permusyawaratan Desa kurang memperhatikan aliran dana, serta tidak adannya kordinasi yang baik antar BPD dengan Pemerintah Desa.


(65)

97

c. Pengawasan pelayanan telah dilakukan dengan menampung aspirasi masyarakat terkait dengan pelayanan yang diberikan. Selanjutnya menyampaikannya kepada pemerintah desa.

d. Pengawasan posaudit telah dilakukan dengan terlibat dan dalam membuat dan pembahasan Surat Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa (pembukuan pemerintah) yang sebelumnya melakukan pemeriksaan anggaran Alokasi Dana Desa untuk menjamin bahwa eksekutif (kepala desa) membelanjakan Alokasi Dana Desa sesuai dengan yang telah ditetapkan, serta melihat hasil pembangunan yang telah dilakukan menggunakan dana tersebut.

2. Badan Permusyawaratan Desa di Desa Waringin Jaya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya mengawasi pengelolaan ADD di Desa Waringin Jaya terdapat beberapa kendala antara lain :

a. Tingkat pendidikan dan kemampuan dalam bidang akademis membuat BPD Desa Waringin Jaya belum memiliki kapasitas yang baik, walaupun telah berusaha secara maksimal melakukan tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota BPD khususnya dalam pengawasan pengalokasian dana desa agar berjalan sesuai prosedur yang ada.

b. Pola hubungan kerja sama yang salah antara anggota BPD dengan pemerintah desa sehingga kordinasi dalam melakukan pengawasan penggunaan Alokasi dana Desa tidak berjalan dengan baik.


(66)

98

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran peneliti terhadap Badan Permusyawaratan Desa dan pemerintah Desa adalah sebagai berikut :

1. Diperlukan peningkatan kerja dalam pengawasan Alokasi Dana Desa dari Badan Permusyawaratan Desa di Desa Waringin Jaya yaitu: lebih aktif dalam melakukan pengawasan rencana pembangunan sesuai dengan perioritas pembangunan desa, serta meningkatkan lagi partisipasi anggota-anggota Badan Permusyawaratan Desa; memperhatikan aliran dana yang digunakan; menampung aspirasi masyarakat terkait dengan pelayanan yang diberikan, serta menyampaikannya; meningkatkan perannya dalam melakuakn pemeriksaan laporan keuangan serta evaluasi hasil pembangunan untuk menciptakan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa kepada masyarakat.

2. Ditingkatkannya sumber daya manusia anggota Badan Permusyawaratan Desa di Desa Waringin Jaya agar dapat melakukan tugas, fungsi dan kewajibannya dengan baik melalui kegiatan pelatihan dan pendidikan terhadap para anggota BPD yang dilakukan oleh pemerintah Kecamatan Bandar Sribhawono.

3. Secara keseluruhan anggota Badan Permusyawaratan Desa di Desa Waringin Jaya harus dapat membangun komunikasi yang sinergi dengan Kepala desa dan masyarakat dalam pengawasan pengelolaan Alokasi Dana Desa serta meningkatkan kemampuanya dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Sehingga pengelolaan ADD Desa Waringin Jaya


(67)

99

tahun 2015 yang diperkirakan mencapai Rp.1 milyar menjadi lebih teransparan dan akuntabel.


(68)

DAFTAR PUSTAKA

Dwipayana, Ari. 2003. Membangun Good Governance di Desa. IRE Press. Yogyakarta

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.Salemba Humanika. Jakarta

Moleong, lexy J. 2006.Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya Offset. Bandung.

Mukhtar. 2013. Metode Peraktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Referensi. Jakarta

Pranadjaja, Muhamad Rohidin. 2003. Hubungan Antar Lembaga Pemerintahan. Sinar Grafika. Jakarta

Rahman H.I. 2007.Sistem Politik Indonesia. Geraha ilmu. Jakarta

Sarudajang. 2011.Arus Balik Kekuasaan Pusatke Daerah.Grafindo. Jakarta Sujamto.1996.Aspek-Aspek Pengawasan di Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta Victor, Situmorang M. 1994. Aspek Hukum Pengawasan Melekat Dalam

Lingkungan Aperatur Pemerintah. Rineke Cipta. Jakarta Widjaja. 2006.Otonomi Desa. PT Raja Grafindo Persada. Bukit Besar

Widodo, Joko. 2001. Good Governance Telaah dari Dimensi: Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Insan Cendekia. Surabaya

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Organisasi Perangkat Daerah.


(69)

101

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Desa.

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur Nomor 01 Tahun 2007 tentang Badan Permusyawaratan Desa.

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur Nomor 24 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Desa dan Alokasi Dana Desa.

Keputusan Bupati Lampung Timur Nomor 401 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013.

Skripsi:

Khansutias. 2011. Pengawasan Lembaga Himpunan Pemekonan (LHP) terhadap Peratin Dalam Pelaksanaan APBP/APBDes Tahun 2010-2011 (Studi Di Pekon Sebarus Kecamatan Balik Bukit Lampung Barat). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Putri, Ansega Kunang. 2012. Analisis Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa Terhadap Kinerja Kepala Desa Kembang Tanjung Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Jurnal:

Alderi. 2014. Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa Terhadap Program Alokasi Dana Desa (Studi di Desa Pak Laheng Kecamatan Taho Kabupaten Pontianak) (jurnal). Universitas Tanjungpura Kalimantan Barat.


(70)

102

Website:

http://www.ejournal-unisma.net/ojs/indeks.php/governance/article/view/449, diakses tanggal 15 November 2014

(http://beritakotamakassar.com/index.php/sulselbar/12665--kades-dedeko-tersangka-penyimpangan-add.html, diakses tanggal 15 November 2014 (http://riaulantang.com/read-korupsi-rp-2-m-dana-add-desa-semunai-ditelusuri.html, diakses tanggal 15 November 2014

(http://bongkarpostt.com/berita/dugaan-penyelewengan-add-bangun-jaya-jalan-di-tempat/, diakses tanggal 15 November. 2014)


(1)

97

c. Pengawasan pelayanan telah dilakukan dengan menampung aspirasi masyarakat terkait dengan pelayanan yang diberikan. Selanjutnya menyampaikannya kepada pemerintah desa.

d. Pengawasan posaudit telah dilakukan dengan terlibat dan dalam membuat dan pembahasan Surat Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa (pembukuan pemerintah) yang sebelumnya melakukan pemeriksaan anggaran Alokasi Dana Desa untuk menjamin bahwa eksekutif (kepala desa) membelanjakan Alokasi Dana Desa sesuai dengan yang telah ditetapkan, serta melihat hasil pembangunan yang telah dilakukan menggunakan dana tersebut.

2. Badan Permusyawaratan Desa di Desa Waringin Jaya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya mengawasi pengelolaan ADD di Desa Waringin Jaya terdapat beberapa kendala antara lain :

a. Tingkat pendidikan dan kemampuan dalam bidang akademis membuat BPD Desa Waringin Jaya belum memiliki kapasitas yang baik, walaupun telah berusaha secara maksimal melakukan tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota BPD khususnya dalam pengawasan pengalokasian dana desa agar berjalan sesuai prosedur yang ada.

b. Pola hubungan kerja sama yang salah antara anggota BPD dengan pemerintah desa sehingga kordinasi dalam melakukan pengawasan penggunaan Alokasi dana Desa tidak berjalan dengan baik.


(2)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran peneliti terhadap Badan Permusyawaratan Desa dan pemerintah Desa adalah sebagai berikut :

1. Diperlukan peningkatan kerja dalam pengawasan Alokasi Dana Desa dari Badan Permusyawaratan Desa di Desa Waringin Jaya yaitu: lebih aktif dalam melakukan pengawasan rencana pembangunan sesuai dengan perioritas pembangunan desa, serta meningkatkan lagi partisipasi anggota-anggota Badan Permusyawaratan Desa; memperhatikan aliran dana yang digunakan; menampung aspirasi masyarakat terkait dengan pelayanan yang diberikan, serta menyampaikannya; meningkatkan perannya dalam melakuakn pemeriksaan laporan keuangan serta evaluasi hasil pembangunan untuk menciptakan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa kepada masyarakat.

2. Ditingkatkannya sumber daya manusia anggota Badan Permusyawaratan Desa di Desa Waringin Jaya agar dapat melakukan tugas, fungsi dan kewajibannya dengan baik melalui kegiatan pelatihan dan pendidikan terhadap para anggota BPD yang dilakukan oleh pemerintah Kecamatan Bandar Sribhawono.

3. Secara keseluruhan anggota Badan Permusyawaratan Desa di Desa Waringin Jaya harus dapat membangun komunikasi yang sinergi dengan Kepala desa dan masyarakat dalam pengawasan pengelolaan Alokasi Dana Desa serta meningkatkan kemampuanya dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Sehingga pengelolaan ADD Desa Waringin Jaya


(3)

99

tahun 2015 yang diperkirakan mencapai Rp.1 milyar menjadi lebih teransparan dan akuntabel.


(4)

Dwipayana, Ari. 2003. Membangun Good Governance di Desa. IRE Press. Yogyakarta

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.Salemba Humanika. Jakarta

Moleong, lexy J. 2006.Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya Offset. Bandung.

Mukhtar. 2013. Metode Peraktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Referensi. Jakarta

Pranadjaja, Muhamad Rohidin. 2003. Hubungan Antar Lembaga Pemerintahan. Sinar Grafika. Jakarta

Rahman H.I. 2007.Sistem Politik Indonesia. Geraha ilmu. Jakarta

Sarudajang. 2011.Arus Balik Kekuasaan Pusatke Daerah.Grafindo. Jakarta Sujamto.1996.Aspek-Aspek Pengawasan di Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta Victor, Situmorang M. 1994. Aspek Hukum Pengawasan Melekat Dalam

Lingkungan Aperatur Pemerintah. Rineke Cipta. Jakarta Widjaja. 2006.Otonomi Desa. PT Raja Grafindo Persada. Bukit Besar

Widodo, Joko. 2001. Good Governance Telaah dari Dimensi: Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Insan Cendekia. Surabaya

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Organisasi Perangkat Daerah.


(5)

101

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Desa.

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur Nomor 01 Tahun 2007 tentang Badan Permusyawaratan Desa.

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur Nomor 24 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Desa dan Alokasi Dana Desa.

Keputusan Bupati Lampung Timur Nomor 401 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013.

Skripsi:

Khansutias. 2011. Pengawasan Lembaga Himpunan Pemekonan (LHP) terhadap Peratin Dalam Pelaksanaan APBP/APBDes Tahun 2010-2011 (Studi Di Pekon Sebarus Kecamatan Balik Bukit Lampung Barat). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Putri, Ansega Kunang. 2012. Analisis Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa Terhadap Kinerja Kepala Desa Kembang Tanjung Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Jurnal:

Alderi. 2014. Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa Terhadap Program Alokasi Dana Desa (Studi di Desa Pak Laheng Kecamatan Taho Kabupaten Pontianak) (jurnal). Universitas Tanjungpura Kalimantan Barat.


(6)

Website:

http://www.ejournal-unisma.net/ojs/indeks.php/governance/article/view/449, diakses tanggal 15 November 2014

(http://beritakotamakassar.com/index.php/sulselbar/12665--kades-dedeko-tersangka-penyimpangan-add.html, diakses tanggal 15 November 2014 (http://riaulantang.com/read-korupsi-rp-2-m-dana-add-desa-semunai-ditelusuri.html, diakses tanggal 15 November 2014

(http://bongkarpostt.com/berita/dugaan-penyelewengan-add-bangun-jaya-jalan-di-tempat/, diakses tanggal 15 November. 2014)