18
oleh semua kalangan. Pencitraan ini dapat dimunculkan melalui pemasangan baliho, spanduk dan lain sebagainya.
Menurut Robert Norton kita berkomunikasi pada dua level yakni penyampaian informasi dan gaya dalam menyampaikan pesan.
Komentar yang diberikan baik secara serius maupun bercanda akan diinterpretasikan penerima menjadi gaya berkomunikasi di pembicara.
Gaya pesan ini akan terjadi berulang-ulang. Dari gaya berkomunikasi inilah orang akan menilai bagimana tipe partai tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, bisa dipastikan Jokowi menggunakan bahasa yang ringan dan mudah di fahami oleh
semua masyarakat. Kampanye Jokowi sendiri dia jual program pastinya, bukan janji
– janji, dan sangat menarik. Jokowi-Ahok juga mengumbar prestasi yang pernah mereka capai. Jokowi sendiri sangat inovatif, dia
selalu membuat hal – hal yang berbeda untuk menarik simpati rakyat
dengan isu perubahannya, sehingga diakui oleh para timses bahwa membentuk citra dari seorang Jokowi memang tidak sulit karena beliau
sendiri tampil apa adanya.
2.5 Analisis Wacana Kritis Dalam studi ini, teks merupakan sebuah wacana. Norman
Fairclough 1995 menggambarkan teks sebagai mempresentasikan berbagai pandangan dan kepentingan produ
sernya: „teks-teks media merupakan versi realitas yang tergantung pada posisi dan kepentingan sosial serta tujuan
nya‟. Teks inilah yang nantinya akan menjadi bahan analisis mendasar dari
penelitian ini dan akan dianalisis.
Teori Analisis Wacana Kritis Critical Discourse Theory
Menurut Douglas dalam Mulyana 2000:3, istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta wacwakvak, yang artinya berkata, berucap. Kata
tersebut kemudian
mengalami perubahan
bentuk menjadi
wacana. Kridalaksana dalam Yoce 2009:69 membahas bahwa wacana
19
adalah satuan bahasa terlengkap dalam hirearki gramatikal tertinggi dan merupakan satuan gramatikal yang tertinggi atau terbesar.Wacana
direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh, seperti novel, cerpen, atau prosa dan puisi, seri ensiklopedi dan lain-lain serta paragraph, kalimat,
frase, dan kata yang membawa amanat lengkap.Jadi, wacana adalah unit linguistik yang lebih besar dari kalimat atau klausa.
Lukmana, Aziz dan Kosasih 2006:12 mengatakan bahwa analisis wacana kritis Critical Discourse Analysis mempunyai ciri yang
berbeda dari analisis wacana yang bersifat “non-kritis”, yang cenderung hanya mendeskripsikan struktur dari sebuah wacana. Analisis wacana kritis
Critical Discourse Analysis bertindak lebih jauh, diantaranya dengan menggali alasan mengapa sebuah wacana memiliki struktur tertentu, yang
pada akhirnya akan berujung pada analisis hubungan sosial antara pihak- pihak yang tercakup dalam wacana tersebut.
Analisis wacana kritis menyediakan teori dan metode yang bisa digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan-hubungan
antara wacana dan perkembangan sosial dan kultural dalam domain-domain sosial yang berbeda Jorgensen dan Philips, 2007: 114. Tujuan analisis
wacana kritis adalah menjelaskan dimensi linguistik kewacanaan fenomena sosial dan kultural dan proses perubahan dalam modernitas terkini
Jorgensen dan Philips, 2007: 116. Dari sekian banyak model analisis wacana, model Teun Van Dijk
adalah salah satu model yang familiar dan sering dipakai untuk mengkolaborasikan elemen-elemen wacana sehingga bisa diaplikasikan.
Model Van Dijk adalah model yang sedikit banyak mengadopsi dari pendekatan lapangan “Psikologi Sosial” yaitu sebagai ”Kognisi sosial”.
Pendekatan yang dilakukan adalah untuk menjelaskan struktur dan terbentuknya proses suatu teks. Eriyanto 2001:221 Menurut Van Dijk,
penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisa atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga
diamati.
20
Alex Sobur 2006:73 Van Dijk melihat suatu wacana terdiri atas berbagai strukturtingkatan, yang masing-masing bagian saling mendukung,
menurutnya dibagi menjadi ke dalam tiga tingkatan : 1.
Struktur Makro, ini merupakan makna globalumum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu teks. Tema
wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa.
2. Superstruktur, adalah kerangka suatu teks, bagaimana struktur dan
elemen wacana disusun dalam teks secara utuh. 3.
Struktur Mikro, adalah makna wacana yang dapat diamati dengan menganalisis kata, proposisi, anak kalimat, parafrase yang dipakai dan
sebagainya. Keseluruhan teks dapat dianalisa dengan menggunakan elemen-
elemen diatas, semua elemen merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Apabila digambarkan maka
struktur teks adalah sebagai berikut: Bagan Struktur Teks
Struktur Makro
Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topiktema yang diangkat oleh suatu teks.
Superstruktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan.
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.
Gambar 2.1: Bagan struktur teks dari Analisis Van Dijk Sumber, Eriyanto 2001: 227
Karakteristik Analisis Wacana Kritis
Menurut Teun A. Van Dijk 1997:1-37 dalam Eriyanto 2008 ada
beberapa karakteristik penting analisis wacana kristis, yaitu :
21
1. Tindakan. Prinsip
pertama
, dipahami sebagai sebuah tindakan action. Wacana bukan ditempatkan dalam ruang tertutup dan internal tetapi
sebagai bentuk interaksi dengan orang lain. Karena itu, wacana harus dipandang sesuatu yang bertujuan, apakah untuk mempengaruhi,
mendebat, membujuk, menyangga, mereaksi dan sebagainya. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diskspresikan secara sadar,
terkontrol, bukan sesuatu di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran.
2. Konteks. Konteks disini seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi.
Wacana dipandang, diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Menurut Guy Cook Eriyanto, 2001:8-9, analisis
wacana juga memeriksa konteks dari komunikasi, siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa; dalam jenis khalayak
situasi apa; melalui medium apa; bagaimana perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; hubungan untuk setiap masing-masing
pihak. Guy Cook juga menyebutkan ada tiga hal sentral dalam pengertian wacana, yakni teks, konteks, dan wacana.
Teks
, adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar
kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainya.
Konteks
, memasukan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian
bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi dimana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan dan sebagainya.
Wacana
, disini dimaknai sebagai teks dan konteks secara bersama-sama. Ada beberapa
konteks yang penting karena berpengaruh terhadap produksi wacana. Pertama, partisipan wacana, latar siapa yang memproduksi wacana.
Jenis kelamin, umur, pendidikan, kelas sosial, etnis, agama, dalam banyak hal relevan dalam menggambarkan wacana. Kedua, setting
sosial tertentu seperti tempat, waktu, posisi pembicara dan pendengar atau lingkungan fisik.
22
3. Historis. Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah
dengan menempatkan wacana itu di dalam konteks historis tertentu. Pada waktu melakukan analisis perlu tinjauan untuk mengerti mengapa
wacana yang berkembang atau dikembangkan seperti itu, mengapa bahasa yang dipakai seperti itu dan sebagainya.
4. Kekuasaan. Setiap wacana yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan
dan atau apa pun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep
kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat. Kekuasaan itu dalam hubungannya dengan wacana,
penting untuk melihat apa yang disebut sebagai kontrol. Bentuk kontrol ini dapat berupa kontrol konteks atau struktur wacana.
5. Ideologi. Ideologi merupakan konsep yang sentral dalam analisis
wacana yang bersifat kritis. Ideologi dibangun oleh kelompok dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegetimasi dominasi mereka.
Salah satu strategi utamanya adalah dengan membuat kepada khalayak bahwa dominasi itu bisa diterima secara taken for granted Eriyanto,
2008- 18. Seperti dijelaskan oleh Van Dijk sebagai “kesadaran palsu”,
bagaimana kelompok dominan memanipulasi ideologi kepada kelompok yang tidak dominan melalui kampanye disinformasi, melalui
kontrol media dan sebagainya.
Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk
Teks bukan sesuatu yang datang dari langit, bukan juga suatu ruang hampa yang mandiri. Akan tetapi, teks dibentuk dalam suatu praktik
diskursus, suatu praktik wacana. Kalau ada teks memarjirnalkan wanita, bukan bearti teks tersebut suatu ruang hampa, bukan pula sesuatu yang
datang dari langit. Teks itu hadir dan bagian dari representasi yang menggambarkan masyarakat patriarkal. Di sini ada dua bagian: teks yang
mikro yang merepresentasikan program televagelism bagi anak-anak muda, dan elemen besar yang berupa struktur sosial kekristenan di Indonesia.
23
Van Dijk membuat suatu jembatan yang menghubungkan elemen dasar berupa struktur sosial tersebut dengan elemen wacana yang mikro
dengan sebuah dimensi yang dinamakan kognisi sosial. Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas
struktur teks karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Untuk membongkar
makna tersembunyi dari teks, kita membutuhkan suatu analisis kognisi
1
dan konteks sosial. Wacana oleh van Tjik digambarkan mempunyai tiga dimensi
atau bangunan yaitu, teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga wacana tersebut ke dalam satu
kesatuan analisis. Model Analisis Van Dijk
Gambar 2.2: Model dari Analisis Van Dijk Sumber, Eriyanto 2001: 225
Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah struktur dari teks. Van Dijk memanfaatkan dan mengambil analisis linguistik tentang kosakata,
kalimat, paragraph untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks. Kognisi sosial merupakan dimensi untuk menjelaskan bagaimana suatu teks
diproduksi oleh individukelompok pembuat teks. Cara memandang atau melihat suatu realitas sosial itu yang melahirkan teks tertentu. Sedangkan
konteks sosial melihat bagaimana teks itu dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas
1
Eriyanto dalam buku Analisis Wacana Teun A. Van Dijk, kognisi sosial didasarkan pada anggapan umum yang tertanam yang akan digunakan untuk memandang peristiwa. Analisis
kognisi menyediakan gambaran yang kompleks tidak hanya pada teks tetapi juga representasi dan strategi yang digunakan dalam memproduksi suatu teks.
Konteks Kognisi sosial
Teks
24
suatu wacana. Analisis Van Dijk menghubungkan analisis tekstual kearah analisis yang kompherensif bagaimana teks diproduksi, baik dalam
hubungannya dengan individu dan masyarakat Eriyanto, 2001:225.
2.6 Hasil Penelitian Sebelumnya