BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Setiap makhluk hidup memerlukan aktivitas tidur, termasuk manusia. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap manusia, baik untuk
kebutuhan fisik maupun kebutuhan mental. Pada saat tidur terjadi proses restorative memperbaiki kembali organ-organ tubuh Arifin., Burhan.,
Ratnawati, 2010. Tidur adalah keadaan fisiologis, yaitu kondisi istirahat reguler dengan
karakteristik berkurangnya gerakan tubuh dan penurunan tingkat kesadaran terhadap sekelilingnya. Tidur tidak hanya merupakan sebuah keadaan tidak sadar
yang berkepanjangan, namun ada berbagai tahap yang dilalui sepanjang malam yang masing-masing dapat diidentifikasi melalui aktivitas gelombang listrik otak
Soetomenggolo Widodo, 2000. Tidur juga merupakan waktu saat segala pengalaman yang dirasakan oleh
manusia setiap harinya diproses dan diintegrasikan oleh pikiran. Hal ini sangat berpengaruh untuk bayi dan anak, namun segala sesuatunya tergantung pada
seberapa nyenyak mereka tidur Graham Schaefer, 2004 dalam Fathoni., NL., Roekistiningsih, 2006.
Tidur memegang peran yang sangat besar bagi perkembangan bayi. Pada saat tidur terjadi perbaikan sel-sel otak dan produksi sekitar 75 hormon tubuh.
Hormon-hormon ini memungkinkan tubuh memperbaiki dan memperbarui
Universitas Sumatera Utara
seluruh sel yang ada di tubuh, dari sel kulit, sel darah sampai sel saraf otak Ubaya, 2010.
Bayi menghabiskan jumlah rata-rata waktu tidur sekitar 60. Penelitian di Amerika oleh ahli-ahli faal mendapatkan bahwa waktu tidur rata-rata yang
dibutuhkan bayi adalah 16 jam, terkadang kurang atau lebih. Tujuh puluh persen bayi mempunyai kebiasaan untuk tidur sepanjang malam pada umur tiga bulan,
85 pada umur enam bulan dan 95 diakhir tahun pertama Rudolph, 2002; Atmadja, 2006 dalam Fathoni., NL., Roekistiningsih, 2006; Afrina Widodo,
2012. Mengingat pentingnya kebutuhan tidur bagi bayi, kekuatiran orang tua
terhadap gangguan tidur ternyata menjadi salah satu masalah yang sering dikonsultasikan kepada dokter anak mengingat cukup tingginya prevalensi
kejadian. Prevalensi gangguan tidur bervariasi tergantung pada jenis gangguan dan definisi yang digunakannya Soetomenggolo Widodo, 2000.
Menurut hasil penelitian Sekartini tahun 2004 di Indonesia, dari 80 anak yang berusia kurang dari tiga tahun, 41 diantaranya atau 51,3 mengalami
gangguan tidur. Berdasarkan penelitian dengan 385 responden di lima kota, yaitu Jakarta, Bandung, Medan, Palembang dan Batam, 44,2 jam tidur malamnya
kurang dari 9 jam, terbangun malam hari lebih dari tiga kali dan lama terbangun pada malam hari lebih dari satu jam Adi Sekartini, 2006.
Pada kasus gangguan tidur bayi ini, diperkirakan 25 gangguan tidur terjadi pada bayi antara umur 6 - 12 bulan dan gangguan yang sering dialami pada
Universitas Sumatera Utara
usia ini adalah night waking atau terbangun dimalam hari. Suatu survei di masyarakat menunjukkan 20 anak berumur 1 - 2 tahun bangun-malam sebanyak
lima kali atau lebih Soetomenggolo Widodo, 2000. Kuantitas tidur bayi yang optimal dapat mencerminkan bagaimana kualitas
tidur bayi. Tidur bayi dikatakan berkualitas berdasarkan kuantitasnya jika pada malam hari jumlah waktu tidur tidak kurang dari 9 jam, frekuensi terbangun tidak
lebih dari 3 kali, dan lama terbangunnya tidak lebih dari 1 jam. Selain itu, keadaan bayi yang selalu rewel dan menangis saat bangun tidur, serta sulit untuk tidur
kembali menjadi indikator adanya gangguan tidur pada bayi yang dapat mempengaruhi kualitas tidurnya Ubaya, 2010.
Kualitas tidur mempengaruhi fisiologis dan psikologis bayi. Saat tidur nyenyak dan pulas deep sleep, tubuh mengeluarkan hormon-hormon
pertumbuhan dan perbaikan sel yang rusak. Selain itu, ketika anak tidur, hormon kortisol yang mengatasi stress dikeluarkan. Selain sekresi hormon-hormon, pada
fase non-REM bayi mengingat stimulasi yang didapatnya sebelum tidur. Sedangkan pada fase REM, bayi mengingat kegiatan motorik, penguatan daya
ingat, dan pengaktifan sistem kekebalan tubuh Santi, 2012. Atas dasar kekuatiran terhadap gangguan tidur, para orangtua makin
peduli terhadap perawatan yang dapat menstimulus pemenuhan kebutuhan tidur bayi. Dengan tuntutan kebutuhan perawatan tubuh bayi yang semakin meningkat,
kini muncul klinik dan salon perawatan tubuh yang mengkhususkan pelayanan
Universitas Sumatera Utara
dalam bidang perawatan tubuh bayi secara menyeluruh yaitu spa bayi Ismael S, 1994 dalam Afrina Widodo, 2012.
Spa bayi diartikan sebagai suatu upaya kesehatan tradisional dengan pendekatan holistik berupa perawatan menyeluruh menggunakan metode
kombinasi keterampilan hidroterapi dan pijat yang dilakukan secara terpadu untuk menyeimbangkan tubuh, pikiran, serta perasaan bayi Yahya, 2011
Spa bayi ini bermanfaat memberikan rasa tenang, nyaman, dan segar. Hantaman air yang ditimbulkan dari air yang bergolak dapat memberi sensasi dan
pijatan yang menghilangkan lelah, melancarkan peredaran darah dan menciptakan relaksasi. Dengan demikian tidur bayi akan semakin lelap sehingga dapat
meningkatkan jumlah jam tidur siang dan malam Afrina Widodo, 2012. Dalam penelitian Agus Widodo dan Dela Norma Afriana terhadap bayi
usia 3-4 bulan yang diberi perawatan spa bayi 2 kali dalam seminggu menemukan adanya kemaknaan pemberian spa bayi terhadap lamanya tidur bayi usia 3-4 bulan
dengan peningkatan rata-rata waktu tidur selama 2 jam setelah pemberian treatment Afriani Widodo, 2012.
Berdasarkan fenomena di atas dan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan spa bayi
dengan kualitas tidur bayi umur 3-12 bulan di Lolypop Kids and Baby Spa.
1.2.Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan spa bayi dengan kualitas tidur bayi di Lolypop Kids and Baby Spa, Medan?
Universitas Sumatera Utara
1.3.Hipotesis Penelitian
Ha :
µ
A
≠
µ
B
Ada hubungan antara spa bayi dengan kualitas tidur bayi.
1.4.Tujuan Penelitian
A. Tujuan Umum : Mengetahui hubungan spa bayi dengan kualitas tidur bayi di Lolypop Kids
and Baby Spa. B. Tujuan Khusus :
1 Mengidentifikasi perawatan spa bayi yang diperoleh bayi di Lolypop Kids and Baby Spa berdasarkan frekuensi dan durasi spa bayi.
2 Mengidentifikasi kualitas tidur bayi yang diberi perawatan spa bayi di Lolypop Kids and Baby Spa berdasarkan total tidur malam, frekuensi
terbangun malam, durasi setiap terbangun malam, total tidur malam dan siang hari, dan kondisi bayi saat terbangun.
3 Mengidentifikasi rata-rata total waktu tidur bayi berdasarkan frekuensi spa.
4 Mengidentifikasi hubungan spa bayi dengan kualitas tidur bayi di Lolypop Kids and Baby Spa.
1.5.Manfaat Penelitian
A. Bagi praktik keperawatan: Dapat dijadikan referensi informasi tentang adanya alternatif perawatan
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas tidur bayi.
Universitas Sumatera Utara
B. Bagi pendidikan keperawatan: Dapat dijadikan evidence based dalam materi kuliah di bidang
keperawatan. C. Bagi peneliti selanjutnya:
Sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian berikutnya sehubungan dengan topik.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA