MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V DI SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PADA SISWA KELAS V DI SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG TAHUN

PELAJARAN 2013/2014

( Skripsi )

Oleh : MARYANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PADA SISWA KELAS V DI SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG TAHUN

PELAJARAN 2013/2014 Oleh

MARYANI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA dengan mengunnakan model pembelajaran kooprratif tips STAD pada siswa kelas V SDN 1 Tanjung Kemala Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Subjek penelitian ini adalah guru sebagai peneliti dan siswa kelas V SDN 1 Tanjung Kemala semester genap tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 26 siswa terdiri 12 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Rata-rata hasil belajar IPA dari 26 siswa sebelum diadakan penelitian tuntas yang tuntas hanya 10 siswa (38,46 %) dan yang belum tuntas 16 siswa (61,54 %) masih dibawah standar KKM 70 (tujuh puluh). Dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa aktivitas dan hasil belajar siswa. Data aktivitas belajar diperolkeh dengan observasi pada saat proses pembelajaran. Hasil belajar IPA siswa diperoleh berdasarkan hasil post-test diakhir siklus. Instrumen yang digunakan yaitu lembar hasil belajar. Hasil penelitian diketahui bahwa ada peningkatan rata-rata presentase aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 15,85 % dan meningkat pada siklus II menjadi 84,62 %. Rata-rata ketuntasan belajar siswa siklus I sebesar 46,15 % dan siklus II sebesar 84,62 %. Hasil penelitian menunjukkan ada perubahan rata-rata

ketuntasan hasil belajar dari siklus I ke siklus II naik sebesar 38,47 %.

Berdasarkan hasil di atas diperoleh kesimpulan bahwa hipotesis tindakan diterima artinya belajar IPA dapat ditingkatkan menggunakan teknik STAD pada siswa kelas V SDN 1 Tanjung Kemala Tahun Pelajaran 2013/2014. Adapun saran dari peneliti untuk guru yaitu guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran teknik STAD dalam pembelajaran IPA secara efektif sehingga diharapkan dapat memotivasi dalam belajar dan menumbuhkan keinginan siswa untuk berprestasi lebih baik


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak ke dua dari delapan bersaudara, pasangan bapak Amin dan ibu Judah. Penulis dilahirkan di Tanjung kemala pada tanggal 1 Pebruari 1963.

Jenjang pendidikan penulis dimulai dari SDN 1 Tanjung Kemala Lulus tahun 1976, SMP Islam Pagelaran Kecamatan Pugung Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 1979, SPG Negeri Pringsewu Kabupaten Lampung Selatan lulus tahun 1983. Penulis diangkat menjadi PNS 1 Maret 1984 dan mengajar di SDN 1

Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus sampai saat ini. Pada tahun 2011 penulis mengikuti Program Pendidikan S1 Guru Dalam Jabatan di FKIP Universitas Lampung. Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) atau Program Kemampuan Mengajar (PKM) dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SD Negeri 1 Tanjung Kemala tempat penulis mengajar yang beralamatkan di Jalan KKN STIAL Pekon 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus.


(7)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, kupersembahkan karya ini kepada orang-orang yang kukasihi dan kucintai :

1. Kedua orangtua yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang 2. Anak-anakku tercinta

3. Teman-teman guru di SDN 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung 4. Almamaterku tercinta Universitas Lampung (Unila).


(8)

MOTO

“Barang siapa menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan tidaklah berkumpul suatu kaum disalah satu dari rumah-rumah Allah ,ereka membaca kitabullah dan saling mengajarkannya diantara

mereka, kecuali akan turun kepada meraka ketenangan, diliputi dengan rahmah, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka kepada siapa saja yang ada disisi-Nya. Barang siapa nerlambat-lambat

dalam amalannya, niscaya tidak akan bisa dipercepat oleh nasabnya.

(H.R Muslim dalam Shahih-nya). ”.


(9)

SAN WACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwata’ala atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan PTK dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Teknik STAD Pada Siswa Kelas V di SDN 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2013/2014 “.

Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan PTK ini. Oleh karena itu, dengan segenap jiwa sebagai wujud rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan atas segala bantuan, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut : Kami Mengucapkan terima kasih kepada

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung; 2. Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar PPKHB Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

4. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Dosen Pembimbing, yang tak henti-hentinya memberikan dorongan, saran, dan bimbingan demi kesempurnaan penulisan PTK ini;


(10)

5. Drs. Djalaludin Genap, M.Si., selaku Dosen Pembahas dan Penguji, yang telah memberikan tuntunan dan masukan sehingga PTK ini menjadi lebih sempurna;

6. Rohidawati, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SDN 1 Tanjug Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus atas izin yang diberikan selama mengikuti perkuliahan dan penyelesaian penulisan PTK;

7. Yulianti, S.Pd., selaku teman sejawat peneliti ini atas kerjasama dan bantuannya;

8. Segenap keluarga besar SDN 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus, yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan laporan PTK ini.

Penulis menyadari dalam penulisan PTK ini masih ada kekurangan dan kesalahan. Karena itu, penulis mengharap kritik dan saran dari semua pihak demi

kesempurnaan PTK ini. Harapan penulis, semoga karya kecil ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Tanjung Kemala, Juni 2014 Penulis

Maryani


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Keguanaan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Aktivitas dan Hasil Belajar ... 7

B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 16

C. Model Pembelajaran Tipe STAD ... D. Materi IPA ... E. Hipotesis Tindakan ... 20 25 28 BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Setting Penelitian ... 29

B. Subjek Penelitian ... 29

C. Prosedur Penelitian ... D. Teknik pengumpulan Data ... 29 32 E. Teknik Analisis Data ... 34

F. Indikator Keberhasilan ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Hasil Penelitian ... 37

1. Siklus I ... 37

2. Siklus II ... 47

B. Pembahasan ... 1. Aktivitas Belajar Siklus I dan II ... 55 55 2. Hasil Belajar IPA Siklus I dan II ... 3. Kinerja Guru Siklus I dan II ... 56 59 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... A. Kesimpulan ... 60 60 B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... 62 63 1. Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari Unila ... 63

2. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian di Sekolah ... 64

3. Format Kesedian Teman Sejawat ... 65


(12)

5. Pemetaan SK-KD ... 67

6. Silabus Pembelajaran ... 69

7. RPP Siklus I Pertemuan 1 ... 71

8. Lembar Kerja Siswa Siklus I Percobaan 1 ... 75

9. RPP Siklus I Pertemuan 2 ... 76

10. Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 80

11. Lembar Kerja Siswa Siklus I Percobaan 2 ... 81

12. RPP Siklus II Pertemuan 1... 82

13. Lembar Kerja Siswa Siklus II Percobaan 1 ... 86

14. RPP Siklus II Pertemuan 2 ... 87

15. Lmbar Kerja Siswa Siklus II ... 91

16. Lembar Kerja Siswa Siklus II Percobaan 2 ... 92

17. Lembar Observasi Aktivitas Kinerja Guru Siklus I ... 93

18. Lembar Observasi Aktivitas Kinerja Guru Siklus II ... 95

19. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 97

20. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 99

21. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 101

22. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 103

23. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 105

24. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 107

25. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 109

26. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 111


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

3.1. Tolak Ukur Penilaian Tes Hasil belajar ……….. 33

3.2. Katagori Kinerja Guru ……… 34

4.1. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 39

4.2. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 40

4.3. Hasil Observasi Aktivitas kinerja Guru Siklus I ... 42

4.4. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siklus I ... 43

4.5. Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus I ... 44

4.6. Rekapitulasi Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 48

4.7. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 49

4.8. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II …... 51

4.9. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 52

4.10. Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus II ……… 53


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Diagram

4.1. Grafik Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 43

4.2. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 45

4.3. Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 52

4.4. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 53


(15)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan dan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan dan fungsi pendidikan nasional di atas diperlukan penyempurnaan sistem penyelenggaraan pendidikan yang disesuaikan dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Penyempurnaan kurikulum merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.


(16)

2

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan

pendidikan dengan mengacu pada Standar isi dan Standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006:14).

Standar mutu pendidikan diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, berakhlak mulia, bermartabat, damai, berdemokrasi, berkecakapan hidup, adaptif dan mampu bersaing guna mewujudkan kesejahteraan semua warga negara Indonesia.

Hasil diperlukan dalam belajar karena tanpa adanya hasil, belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat, mendengarkan, berpikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan dan dapat menunjang prestasi belajar (Sardiman, 1994:95). Belajar sambil melakukan hasil lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapat oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak anak didik (Djamarah, 2000;67) Hasil pengamatan dan wawancara dengan guru SDN 1 Tanjung Kemala pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD Negeri 1 Tanjung Kemala 2013/2014 diperoleh data sebagai berikut: (1) kegiatan pembelajaran


(17)

3

masih didominasi oleh guru sehingga siswa kurang aktif dalam belajar, (2) metode belajar yang digunakan adalah metode ceramah yang mengakibatkan anak bosan, (3) dalam proses pembelajaran guru kurang menciptakan rasa menyenangkan, (4) proses pembelajaran menitik beratkan pada pengerjaan lembar kerja siswa. Berkaitan dengan kualitas pembelajaran yang demikian berpengaruh pula pada hasil belajar IPA siswa.

Dari hasil evaluasi proses pembelajaran di atas ternyata belum memberikan dampak yang baik terlihat bahwa rata-rata hasil belajar IPA dari 26 siswa yang tuntas hanya 10 siswa (38,46 %) dan yang belum tuntas 16 siswa (61,54 %) masih dibawah standar KKM 70 (tujuh puluh). Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran dirasakan kurang menarik perhatian siswa dan membosankan. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka perlu dicari solusinya, yaitu dengan melakukan perbaikan-perbaikan dalam tindakan di kelas sebagai upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam . Sebagai salah satu upaya untuk memenuhi tujuan tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran model STAD. Model ini dipilih dengan alasan bahwa: siswa saling bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok, aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama, aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.


(18)

4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Aktivitas belajar siswa rendah

2. Sebagian nilai hasil belajar IPA rendah 3. Anak sulit menerima pelajaran IPA

4. Kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga siswa kurang aktif dalam belajar,

5. Metode belajar yang digunakan adalah metode ceramah yang mengakibatkan anak itu bosan,

6. Dalam proses pembelajaran guru kurang menciptakan rasa menyenangkan,

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah nilai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam rendah. Adapun permasalahannya “ Apakah aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V dapat ditingkatkan dengan menggunkanan model pembelajaran kooperatif tipe STAD”.


(19)

5

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Peningkatan aktivitas belajar IPA dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SDN 1 Tanjung Kemala Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Peningkatan hasil belajar IPA dapat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SDN 1 Tanjung Kemala Tahun Pelajaran 2013/2014.

E. Kegunaan Penelitian 1. Bagi siswa :

a. Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA dengan model pembelajaran STAD.

b. Memiliki kemampuan dalam bekerjasama dalam satu kelompok, serta dapat mengemukakan berbagai pendapatnya dalam kelompok tersebut. 2. Bagi Guru :

Bermanfaat bagi perbaikan dan mengembangankan kemampuan,

merencanakan dan menggunakan teknik STAD guna meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam .


(20)

6

3. Bagi sekolah :

Bermanfaat sebagai masukan dalam rangka mengefektifkan pembinaan serta pengembangan bagi guru agar dapat lebih profesional dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga mutu pendidikan disekolah dapat ditingkatkan.


(21)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Aktivitas dan Hasil Belajar 1. Aktivitas Belajar

Sardiman (1994: 95) menyatakan bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas belajar. Tanpa adanya aktivitas, belajar itu tidak dapat memungkinkan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam

mengikuti pelajaran. Antara lain bertanya tentang apa yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan untuk menunjang prestasi belajar.

Menurut Djamarah (2000: 67) bahwa belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi siswa, sebab kesan yang didapatkan oleh siswa lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik.

Menurut Fajar (2009:13) mengemukakan hasil siswa dalam proses belajar mengajar yang dimaksud disini adalah hasil jasmaniah maupun mental, yang dapat digolongkan dalam 5 hal yaitu :

a. Aktivitas visual (Visual activities) seperti : membaca, menulis, melakukan eksperimen, dan demonstrasi.

b. Aktivitas lisan (Oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi.


(22)

8

c. Aktivitas mendengarkan (Listening activities) seperti mendengar penjelasan guru, ceramah, pengarahan.

d. Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari, melukis.

e. Aktivitas menulis (Wraiting activities) seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:17) aktivitas belajar adalah merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan siswa-siswa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan aktivitas berasal dari kata kerja a kademik aktif yang berarti giat, rajin, selalu berusaha bekerja atau belajar dengan sung guh-sungguh supaya mendapat prestasi yang gemilang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 12).

Berdasarkan pengertian aktivitas belajar di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan belajar yang harus dilaksanakan dengan giat, rajin, selalu berusaha dengan

sungguh-sungguh melibatkan fisik maupun mental secara optimal yang meliputi Visual activities, Oral activities, Listening activities, Writing activities, Drawing activities, Motor activities, Mental activities, Emosional

activities supaya mendapat prestasi yang gemilang.


(23)

9

2.1. Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Menurut Hamalik (2006:30), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah, dua diantaranya adalah kognitif, dan afektif. Perinciannya adalah sebagai berikut :

a. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian

b. Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.


(24)

10

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi Kingsley membagi 3

macam hasil belajar:

a. Keterampilan dan kebiasaan b. Pengetahuan dan pengertian c. Sikap dan cita-cita

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.


(25)

11

2.2. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

Menurut Djamarah (2008:176-202) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat dibagi antara lain:

a. Faktor Lingkungan

1) Lingkungan alami Lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup, dan berusaha di dalamnya. Pencemaran lingkungan hidup merupakan malapetaka bagi anak didik yang hidup di dalamnya.

2) Lingkungan sosial budaya Lingkungan sosial budaya di luar sekolah ternyata sisi kehidupan yang mendatangkan problem tersendiri bagi kehidupan anak didik di sekolah. Pembangunan pabrik yang tak jauh dari hiruk pikuk lalu lintas menimbulkan kegaduhan suasana kelas. b. Instrumental

1) Kurikulum, kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansional dalam pendidikan. Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik.

2) Program, setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya program pendidikan yang dirancang.

3) Sarana dan fasilitas, sarana dan fasilitas mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Anak didik tentu dapat belajar lebih baik


(26)

12

dan menyenangkan bila suatu sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajar anak didik.

4) Guru, guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlak diperlukan di dalamnya. Kalau hanya ada anak didik, tetapi guru tidak ada, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar di sekolah.

c. Fisiologis

1) Kondisi fisiologis, kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan.

2) Kondisi pancaindra, yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi pancaindra, terutama mata sebagai alat untuk melihat dan sebagai alat untuk mendengar.

d.Psikologis

1) Minat, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengn sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.


(27)

13

2) Kecerdasan, keserdasan merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar di sekolah.

3) Bakat, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dnegan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya kemungkinan itu.

4) Motivasi, motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.

5) Kemampuan kognitif, terdapat tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk sampai pada penguasaan kognitif, yaitu persepsi, mengingat, dan berpikir.

Menurut Slameto (2010:5) dapat dibagi menjadi dua macam yaitu faktor yang berasal dari diri siswa (intern) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (ekstern).

a. Faktor Internal

1) Faktor jasmani a) Kesehatan Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusaha kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan bekerja belajar, istirahat, tidur, makan, olah raga, rekreasi dan ibadah. b) Cacat tubuh


(28)

14

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi hasil belajar. Siswa yang cacat badannya, belajarnya juga tergangu.

2) Faktor psikologi Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi

seseorang, di dalam faktor psikologis ada tujuan faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: 1) Intelegensi; 2) Perhatian; 3) Minat; 4) Bakat; 5) Motif; 6) Kematangan; 7) Kesiapan; dan 8) Cara belajar. 3)Faktor kelelahan Kelelahan pada seseorang dapat di

bedakan memjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani tubuh akan terasa lemas, dan hal ini akan membuat siswa belajar nya yang tidak kondusif, dan mengantuk. Hal ini berbeda dengan kelelahan rohani, kelelahan rohani berkaitan dengan keleluasan, kelelahan keduanya ini mengakibatkan hasil belajar yang kurang oftimal.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Keluarga a) Cara mendidik anak, Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/

melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat


(29)

15

menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya. b) Relasi antara keluarga Relasi antara anggota keluarga adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau

anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu apakah hubungan itu penuh kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sebetulnya relasi antaranggota keluarga ini erat hubungannya dengan cara orang tua mendidik. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri. Suasana Rumah Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak disengaja, suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. c) Keadaan Ekonomi Keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuh kebutuhan pokoknya, missal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain–lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga


(30)

16

mempunyai cukup uang. Pengertian Orang Tua anak belajar perlu dorongan dan perhatian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah, kadang-kadang anak

mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya dan membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah, kalau perlu menghubungi guru anaknya untuk mengetahui perkembangannya. d) Latar Belakang Kebudayaan Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar. 2) Faktor Sekolah a) Metode Mengajar. Metode mengajar adalah suatu

cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar.

B. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Suprijono (2010:46) model pembelajaran dapat diartikan sebagai pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends (1997) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan hasil belajar mengajar.


(31)

17

2. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa (Usman, 2002 : 30).

Adapun karakteristik pembelajaran kooperatif adalah :

1) Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar. 2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi,

sedang dan rendah.

3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda.

4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu (Ibrahim dan Mudjiono, 2000 : 6).

b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim, dkk. (2000:7-8) sebagai berikut:

1) Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2) Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latarbelakang (ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan


(32)

18

ketidakmampuan) untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. 3) Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

c. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun elemen-elemen dalam pembelajaran kooperatif di atas dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Saling Ketergantungan Positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling

ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui: (a) saling ketergantungan mencapai tujuan, (b) saling ketergantungan menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan hadiah.

2) Interaksi Tatap Muka

Interaksi tatap muka akan memaksa siswa tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari


(33)

19

3) Akuntabilitas Individual

Penilaian pada pembelajaran kooperatif ditunjukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa angota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat

memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.

4) Keterampilan Menjalin Hubungan antar Pribadi

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa.


(34)

20

C. Langkah-Langkah STAD

Prajitno (2006: 5-7) menyatakan tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Dalam pelaksanaannya siswa dikelompokkan kedalam 4-5 orang tiap kelompoknya. Setiap kelompok harus heterogen terdiri laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku,

memiliki kemampuan tinggi sedang dan rendah. Setiap anggota kelompok saling membantu satu sama lain untuk memahami materi pelajaran. Selanjutnya secara individual setiap minggu atau dua minggu setiap siswa diberi tugas kuis. Hasil kuis diberi skor dan dibandingkan dengan skor dasar untuk menentukan skor peningkatan individu dan skor kelompok. Ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu presentasi kelas, kerja kelompok, kuis, peningkatan nilai individu dan penghargaan kelompok. Berikut adalah penjelasan lima komponen tersebut :

a. Presentasi kelas (class presentation)

Dalam STAD materi pelajaran mula-mula disampaikan dalam presentasi kelas. Metode yang digunakan biasanya dengan pembelajaran langsung atau diskusi kelas yang dipandu guru. Selama presentasi kelas siswa harus benar-benar memperhatikan karena dapat membantu mereka dalam mengerjakan kuis individu yang juga menentukan nilai kelompok.


(35)

21

b. kerja kelompok (team work)

setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen. Fungsi utama dari kelompok adalah menyiapkan anggota kelompok agar mereka dapat mengerjakan kuis dengan baik.

c. kuis (quizzes)

setelah 1-2 periode presentasi dan 1-2 priode kerja kelompok, siswa diberi kuis individu. Siswa tidak diperbolehkan membantu satu sama lain selama kuis berlangsung. Setiap siswa bertanggun jawab umtuk mempelajari dan memahami materi yang telah disampaikan.

d. Peningkatan nilai (individual Improvement scores)

Peningkatan nilai individual dilakukan untuk memberikan tujuan prestasi yang ingin dicapainya jika siswa dapat berusaha keras dan hasil prestasi yang lebih baik dari yang telah diperoleh sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbangkan nilai maksimum pada kelompoknya dan setiap siswa mempunyai skor dasar yang diperoleh dari rata-rata tes atau kuis sebelumnya. Selanjutnya siswa menyumbangkan nilai untuk kelompok berdasarkan peningkatan nilai individu yang diperoleh.

e. Penghargaan kelompok (team recognation)

Kelompok mendapatkan sertifikat atau penghargaan lain jika rata-rata skor kelompok melebihi kriteria tertentu. Hari pertama pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru menjelaskan pada siswa tentang arti kerjasama dalam kelompok. Sebelum menilai proses pembelajaran


(36)

22

kelompok, guru menjelaskan beberapa aturan kelompok yang harus diterapkan yaitu : siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa anggota kelompok telah mempelajari materi yang diberikan, tidak ada seorangpun anggota kelompok yang boleh berhenti belajar sampai menguasai materi, jika mengalami kesulitan bertanyalah pada teman sekelompok sebelum bertanya kepada guru dan setiap anggota kelompok boleh berbicara satu sama lain dengan suara pelan.

Setelah melakukan kegiatan pembelajaran kelompok, secara individu setiap dua atau tiga minggu siswa diberi kuis. Hasil kuis diberi skor dan setiap siswa diberi skor peningkatan.

Suyatna (2007: 55) menyatakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut :

1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dll)

2) Guru menyajikan materi pelajaran

3) Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu menjadi mengerti. 4) guru memberi kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa pada saat menjawab

kuis tidak boleh saling membantu 5) memberi evaluasi


(37)

23

Instrumen kinerja guru dalam menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut :

a. Pra pembelajaran

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen 2. Menjelaskan pada siswa tentang arti kerjasama dalam kelompok 3. Menjelaskan beberapa aturan kelompok yang harus dipatuhi b. Inti pembelajaran

1. Menyajikan / mempresentasikan materi pelajaran dengan bahasa yang mudah dimengerti siswa

2. Memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok

3. Membimbing setiap anggota kelompok dalam mempelajari dan mendiskusikan LKS.

4. Mengarahkan siswa dalam saling membantu antara anggota jika ada yang mengalami kesulitan

5. Mengarahkan siswa dalam saling mengalami kesulitan untuk bertanya pada teman sekelompok sebelum bertanya pada guru. 6. Mengingatkan dan menekankan pada setiap kelompok agar

melakukan yang terbaik untuk kelompoknya. 7. Memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa


(38)

24

c. Penutup pembelajaran

a) Memberikan penghargaan pada kelompok yang skornya melebihi rata-rata kriteria tertentu.

b) memberi evaluasi kepada semua siswa.

Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu: Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan (Slavin, 1995:17) diantaranya sebagai berikut:

a. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

b. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

d. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu: Selain keunggulan tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki kekurangan-kekurangan,diantaranya sebagai berikut:

a. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.


(39)

25

b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif. c. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru

dapat melakukan pembelajaran kooperatif.

d. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama

D. Materi IPA

Materi IPA kelas V pada penelitian ini yakni sifat-sifat cahaya. Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat kita lihat apabila ada cahaya yang mengenai benda tersebut. Cahaya yang mengenai benda akan dipantulkan oleh benda ke mata sehingga benda tersebut dapat terlihat. Cahaya berasal dari sumber cahaya. “Semua benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya

(Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 125)”. Contoh sumber cahaya adalah matahari, lampu, api, senter, dan bintang.

Cahaya mempunyai sifat-sifat tertentu, sifat-sifat cahaya tersebut banyak manfaatnya bagi kehidupan. Manusia dalam kehidupan sehari-hari sangat membutuhkan cahaya. Cahaya memiliki sifat cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan, cahaya merambat lurus, dan cahaya dapat dibiaskan (Rositawaty dan Muharam, 2008: 99).

Sifat yang pertama yakni cahaya dapat menembus benda bening. Bendabenda yang dapat ditembus oleh cahaya disebut benda bening, sedangkan benda-benda


(40)

26

yang tidak dapat ditembus oleh cahaya disebut benda gelap (Haryanto, 2007: 143). Misalnya di daerah yang airnya keruuh, cahaya tidak dapat masuk menembus air yang keruh. Padahal cahaya dalam hal ini cahaya matahari, merupakan sumber energi bagi kehidupan di dalam air. Tanpa cahaya matahari, tumbuhan air tidak dapat melakukan fotosintesis. Akibatnya, tumbuhan air tidak dapat hidup di air yang keruh dan tidak dapat menyediakan makanan bagi makhluk hidup lain. Demikian pula, ikan-ikan di air keruh akan terganggu kehidupannya karena kurang mendapat energi dari cahaya matahari. Ikan-ikan itu tidak dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Bahkan dalam air yang sangat keruh mungkin tidak ada makhluk hidup yang dapat bertahan hidup. Benda yang dapat ditembus cahaya yaitu benda bening seperti kaca, plastik, gelas bening, dan lain-lain.

Sifat cahaya yang kedua yakni cahaya dapat dipantulkan. “Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur (pemantulan difus) dan pemantulan teratur” (Azmiyawati, Omegawati, dan Kusumawati, 2008: 112). Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang kasar atau tidak rata dan sinar pantul arahnya tidak beraturan. Sementara itu, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai permukaan yang rata, licin, dan mengkilap serta sinar pantulnya memiliki arah yang teratur. Salah satu benda yang dapat

memantulkan cahaya yaitu cermin, baik cermin datar, cembung maupun cekung. Sifat cahaya yang ketiga yakni cahaya dapat dibiaskan. Menurut


(41)

27

melalui dua medium yang berbeda kerapatannya maka cahaya akan mengalami pembelokan atau pembiasan”. Udara memiliki kerapatan yang lebih kecil dari pada air, apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Akan tetapi apabila sebaliknya yakni cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Contoh peristiwa pembiasan dalam kehidupan sehari-sehari yaitu ikan di kolam yang jernih atau ikan yang ada di dalam akuarium kelihatan lebih besar dari aslinya, dasar kolam atau sungai kelihatan lebih dangkal, jalan beraspal pada siang hari yang panas kelihatan seperti berair (fatamorgana).

Sifat cahaya yang terakhir yakni cahaya dapat merambat lurus. Contoh cahaya merambat lurus yaitu nyala lilin atau lampu senter terlihat ketika karton yang sudah diberi lubang yang sama diletakkan secara tegak dan sejajar. Contoh selanjutnya dapat pula dilihat pada cahaya lampu mobil atau senter di malam hari.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan cahaya memiliki beberapa sifat yaitu cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat merambat lurus, dan cahaya dapat dibiaskan. Contoh cahaya dapat menembus benda bening yaitu pada benda bening seperti gelas dan kaca. Cahaya dapat dipantulkan melalui permukaan cermin. Kemudian cahaya dapat merambat lurus misalnya pada lampu mobil dan lampu senter. Sedangkan contoh cahaya


(42)

28

dapat dibiaskan pada saat berenang maka orang tersebut akan terlihat lebih pendek dari pada aslinya.

E. Hipotesis tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “ Jika Model Pembelajaran tipe STAD diterapkan maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri 1 Tanjung Kemala Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2013/2014”.


(43)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 dari bulan April 2014 sampai dengan Juni 2014.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus.

B. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus. Sebanyak 26 siswa, yang terdiri dari 12 laki-laki dan 14 perempuan.

C. Prosedur penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas dua kali pertemuan, tiap-tiap pertemuan terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.


(44)

30

1. Tahap perencanaan :

a. Identifikasi permasalahan pada kondisi awal melalui pengamatan,

wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan identifikasi permasalahan pada kondisi setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I menggunakan lembar pengamatan dan penilaian.

b. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). c. Membuat skenario pembelajaran kooperatif tipe STAD.

d. Membuat alat evaluasi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. e. Mempersiapkan alat dan media pembelajaran yang diperlukan.

f. Mempersiapkan lembar pengamatan aktivitas belajar dan kinerja guru.

2. Tahap pelaksanaan :

Pelaksanaan tindakan akan dilakukan untuk beberapa siklus sesuai dengan yang diharapkan.

a. Pra pembelajaran

1) membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen 2) menjelaskan pada siswa tentang arti kerjasama dalam kelompok 3) menjelaskan beberapa aturan kelompok yang harus dipatuhi : b. Inti pembelajaran

1) menyajikan / mempresentasikan materi pelajaran dengan bahasa yang mudah dimengerti siswa

2) memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok


(45)

31

3) membimbing setiap anggota kelompok dalam mempelajari dan mendiskusikan LKS.

4) Mengarahkan siswa saling membantu antara anggota jika ada yang mengalami kesulitan

5) Mengarahkan siswa untuk bertanya pada teman sekelompok sebelum bertanya pada guru.

6) Mengingatkan dan menekankan pada setiap kelompok agar melakukan yang terbaik untuk kelompoknya.

7) memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa c. Penutup pembelajaran

1) Memberikan penghargaan pada kelompok yang skornya melebihi rata-rata kriteria tertentu.

2) memberi evaluasi kepada semua siswa.

3. Tahap Observasi/Pengamatan :

Tahap pemgamatan dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh penulis dan satu orang guru sebagai teman sejawat atau kolaborator.

Pada tahap ini observasi ini kegiatan yang dilaksanakan yaitu mengobservasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan yaitu lembar kegiatan aktivitas siswa dan lembar aktivitas guru.


(46)

32

4. Refleksi

Refleksi merupakan tindakan menganalisis, mencermati, dan mengkaji secara mendalam dan menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Kemudian dilakukan evaluasi oleh guru untuk menyempurnakan tindakan berikutnya. Setelah siklus I dilaksanakan, peneliti mengevaluasi kelebihan dan kekurangan yang ditemukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dari kekurangan yang didapatkan pada siklus I, peneliti merencanakan untuk melakukan perbaikan kembali dengan

menentukan rencana perbaikan untuk siklus II.

D. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tes tertulis

Tes dilakukan pada setiap akhir siklus. Tes yang dilakukan adalah tes tertulis (soal essay).

2. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang sangat ampuh dalam penelitian kualitatif. Keuntungan yang diperoleh melalui observasi adalah pengalaman yang diperoleh secara mendalam, dimana peneliti berhubungan secara langsung dengan objek peneliti. Melalui hubungan langsung tersebut peneliti dapat melihat apa yang terjadi sebenarnya di lapangan. Tujuan


(47)

33

utama dari observasi adalah memantau proses, hasil, dan dampak perbaikan pembelajaran yang direncanakan.

Observasi atau pengamatan siswa saat melakukan kegiatan pembelajaran dengan cara memberi tanda ceklis () pada setiap aspek yang diamati dengan katagori kurang, cukup, baik atau baik sekali.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan hasil lembar kerja siswa. Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data-data yang mendukung permasalahan yang diteliti.

4. Tolak Ukur

Untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA selama penelitian tindakan kelas ini berlangsung, maka pada setiap akhir pembelajaran pada setiap siklus, akan selalu diadakan post test. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dengan tolak ukur penilaian di bawah ini.

Tabel 3.1. Tolok Ukur Penilaian Tes Hasil Belajar

No Rentang Skor Tingkat Kemampuan

1. 85 – 100 Sangat baik

2. 75 – 84 Baik

3. 60 – 74 Cukup

4. 40 – 59 Kurang

5. 0 – 39 Sangat Kurang


(48)

34

E. Teknik Analisis data

1. Teknik analisis data kinerja guru

Teknik analisis data kinerja guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kualitatif, karena data yang diperoleh berbentuk angka. Teknik analisis data kinerja guru pada setiap siklus dilakukan dengan cara mengisi lembar pengamatan 1 dan kemudian skornya dijumlahkan.

Jumlah skor kemudian dipresentasikan dengan rumusan sebagai berikut : %KG JSKG x100

JSM

Keterangan :

%KG : Presentase kinerja guru dalam pembelajaran STAD JSKG : Jumlah skor kinerja guru dalam pembelajaran STAD JSM : Jumlah skor maksimal

100 : Bilangan tetap

Selanjutnya dari hasil penghitungan rumus tersebut diklasifikasikan berdasarkan kategori kinerja guru yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.2. Katagori Kinerja Guru

No Persentase Kategori kinerja guru 1. 61 % – 80 % Sangat baik

2. 41 % – 60 % Baik

3. 21 % – 40 % Kurang baik 4. 1 % – 20 % Tidak baik


(49)

35

2. Aktivitas belajar siswa 100 R NP x SM  % Keterangan :

NP : Nilai persen yang dicari atau diharapkan R : Skor mentah yang diperoleh siswa

SM : Skor maksimum dari kriteria yang ditentukan 100 : bilangan tetap

3. Hasil belajar siswa

Teknik analisis hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif, karena data yang diperoleh berbentuk angka/nilai. Teknik analisa hasil belajar siswa pada setiap siklus dilakukan dengan melakukan pra tes dan pos tes kemudian skornya dijumlahkan dan dibuat perbandingannya dengan rumus sebagi berikut :

NA = JSP x100 JSM Keterangan :

NA = Nilai hasil akhir belajar siswa JSP = Jumlah skor perolehan

JSM = Jumalh skor maksimal 100 = bilangan tetap

4. Ketuntasan belajar

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai

berikut: p

100

Siswa yang tuntas belajar

x %

Siswa


(50)

36

F. Indikator Keberhasilan

1. Aktivitas belajar siswa rata-rata sekurang-kurangnya mencapai 70 % atau lebih.

2. Hasil belajar siswa rata-rata sekurang-kurangnya 70 % siswa mencapai nilai 70 (KKM).


(51)

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat penulis simpulkan antara lain sebagai berikut :

1. Rata-rata presentase aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 53,85 % dan meningkat pada siklus II menjadi 84,62 %.

2. Rata-rata ketuntasan belajar siswa siklus I sebesar 46,15 % dan siklus II sebesar 84,62 %. Hasil penelitian menunjukkan ada perubahan rata-rata ketuntasan hasil belajar dari siklus I ke siklus II naik sebesar 38,47 %. 3. Pada siklus I skor kinerja guru 24 katagori baik, persentase 70,59%, pada

siklus II skor kinerja guru 27 katagori baik, persentase 79,41%,

B. Saran

1. Bagi Siswa

Untuk menambah motivasi dan keaktifan belajar siswa melalui strategi pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa dan proses KBM menjadi lebih bervariasi dan tidak monoton.


(52)

61

2. Bagi Guru

Guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran model STAD dalam pembelajaran IPA secara efektif sehingga diharapkan dapat memotivasi dalam belajar dan menumbuhkan keinginan siswa untuk berprestasi lebih baik.

3. Bagi Sekolah

Bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas peserta didik perlu dibuat media atau sumber belajar yang cukup, misal LKS, alat peraga, atau buku panduan siswa untuk belajar sehingga bisa memberikan bantuan lebih kepada siswa yang mempunyai permasalahan dalam belajar, terutama pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

4. Bagi Peneliti

Peneliti perlu pemahaman konsep yang lebih mendalam mengenai pembelajaran dengan pendekatan konstektual sehingga perlu adanya penelitian selanjutnya.


(53)

61

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R I.1997. Learning to Teach. Fifth Edition. Singapore: McGraw-Hill Higher Education.

Azmiyawati, Omegawati, dan Kusumawati, 2008. IPA 5 Salingtemas. Jakarta:Pusat Perbukuaan. Depdiknas.

Depdikbud. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Djamarah. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Djamarah. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fajar, A. 2009. Portofolio Dalam Pelajaran IPS. PT. Remaja Rosdakarya Bandung Hamalik, O. 2006. Proses Belajar mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Haryanto, 2007. Sains Untuk SD Kelas V. Jakarta:Erlangga.

Ibrahim, M, dan Mudjiono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press.

Muharam, Aris dan Rositawaty, S. 2008. Senang belajar ilmu pengetahuan alam 5: untuk Kelas V Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan, Depdiknas.

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetens, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nurgiantoro, Gunawan, dan Marzuki. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: FPBS IKIP.

Prajitno, E. 2006. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorentasi Konstruktifik. Jakarta. Prestasi Pustaka.

Purwanto.2009. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: PT.Rineka

Cipta.

Slavin, Robert, E. 1995. “Cooperative Learning Theory and Practice”. Secon Edition. Massachussets: Allyn and Bacon Publisher.


(54)

62

Sumardiono. 2013.Peningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Dengan

Pembelajaran STAD Pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Bandar Lampung

Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Suyatna, A. 2007. Model-model Pembelajaran Efektif. Modul disampaikan pada Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Rayon 7 Universitas Lampung. Bandar Lampung

Suyanto.2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Pendekkatan Cooperative Learning Tipe STAD Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Talang Jawa Tahun 2012. Bandar Lampung

Usman, M.U. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Wiyono, Edi dan Sulistiyanto, Heri. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V. Jakarta:


(1)

100 R NP x SM  % Keterangan :

NP : Nilai persen yang dicari atau diharapkan R : Skor mentah yang diperoleh siswa

SM : Skor maksimum dari kriteria yang ditentukan 100 : bilangan tetap

3. Hasil belajar siswa

Teknik analisis hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif, karena data yang diperoleh berbentuk angka/nilai. Teknik analisa hasil belajar siswa pada setiap siklus dilakukan dengan melakukan pra tes dan pos tes kemudian skornya dijumlahkan dan dibuat perbandingannya dengan rumus sebagi berikut :

NA = JSP x100 JSM Keterangan :

NA = Nilai hasil akhir belajar siswa JSP = Jumlah skor perolehan

JSM = Jumalh skor maksimal 100 = bilangan tetap

4. Ketuntasan belajar

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai

berikut: p

100

Siswa yang tuntas belajar

x %

Siswa Sumber : Mulyasa (2003:102)


(2)

F. Indikator Keberhasilan

1. Aktivitas belajar siswa rata-rata sekurang-kurangnya mencapai 70 % atau lebih.

2. Hasil belajar siswa rata-rata sekurang-kurangnya 70 % siswa mencapai nilai 70 (KKM).


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat penulis simpulkan antara lain sebagai berikut :

1. Rata-rata presentase aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 53,85 % dan meningkat pada siklus II menjadi 84,62 %.

2. Rata-rata ketuntasan belajar siswa siklus I sebesar 46,15 % dan siklus II sebesar 84,62 %. Hasil penelitian menunjukkan ada perubahan rata-rata ketuntasan hasil belajar dari siklus I ke siklus II naik sebesar 38,47 %. 3. Pada siklus I skor kinerja guru 24 katagori baik, persentase 70,59%, pada

siklus II skor kinerja guru 27 katagori baik, persentase 79,41%,

B. Saran

1. Bagi Siswa

Untuk menambah motivasi dan keaktifan belajar siswa melalui strategi pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa dan proses KBM menjadi lebih bervariasi dan tidak monoton.


(4)

2. Bagi Guru

Guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran model STAD dalam pembelajaran IPA secara efektif sehingga diharapkan dapat memotivasi dalam belajar dan menumbuhkan keinginan siswa untuk berprestasi lebih baik.

3. Bagi Sekolah

Bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas peserta didik perlu dibuat media atau sumber belajar yang cukup, misal LKS, alat peraga, atau buku panduan siswa untuk belajar sehingga bisa memberikan bantuan lebih kepada siswa yang mempunyai permasalahan dalam belajar, terutama pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

4. Bagi Peneliti

Peneliti perlu pemahaman konsep yang lebih mendalam mengenai pembelajaran dengan pendekatan konstektual sehingga perlu adanya penelitian selanjutnya.


(5)

Arends, R I.1997. Learning to Teach. Fifth Edition. Singapore: McGraw-Hill Higher Education.

Azmiyawati, Omegawati, dan Kusumawati, 2008. IPA 5 Salingtemas. Jakarta:Pusat Perbukuaan. Depdiknas.

Depdikbud. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Djamarah. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Djamarah. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fajar, A. 2009. Portofolio Dalam Pelajaran IPS. PT. Remaja Rosdakarya Bandung Hamalik, O. 2006. Proses Belajar mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Haryanto, 2007. Sains Untuk SD Kelas V. Jakarta:Erlangga.

Ibrahim, M, dan Mudjiono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press.

Muharam, Aris dan Rositawaty, S. 2008. Senang belajar ilmu pengetahuan alam 5: untuk Kelas V Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan, Depdiknas.

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetens, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nurgiantoro, Gunawan, dan Marzuki. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: FPBS IKIP.

Prajitno, E. 2006. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorentasi Konstruktifik. Jakarta. Prestasi Pustaka.

Purwanto.2009. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Slavin, Robert, E. 1995. “Cooperative Learning Theory and Practice”. Secon Edition. Massachussets: Allyn and Bacon Publisher.


(6)

Sumardiono. 2013.Peningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Dengan

Pembelajaran STAD Pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Bandar Lampung

Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Suyatna, A. 2007. Model-model Pembelajaran Efektif. Modul disampaikan pada Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Rayon 7 Universitas Lampung. Bandar Lampung

Suyanto.2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Pendekkatan Cooperative Learning Tipe STAD Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Talang Jawa Tahun 2012. Bandar Lampung

Usman, M.U. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Wiyono, Edi dan Sulistiyanto, Heri. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V. Jakarta:


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V SDN 5 CIPADANG KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

0 16 119

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V SDN 5 CIPADANG KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

0 20 54

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS IV SDN 1 BULUREJO PRINGSEWU

0 4 45

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V SDN 1 MARGOYOSO KECAMATAN SUMBEREJO TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 41

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SISWA KELAS V SDN 2 NEGERI BESAR KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 13 58

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V DI SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 54

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V DI SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 54

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 29 81

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STAD SISWA KELAS IV SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 4 75

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION (STAD) PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SDN 1 TALANG, TELUK BETUNG SELATAN BANDAR LAMPUNG

0 2 90