PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STAD SISWA KELAS IV SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2013/2014

ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STAD SISWA
KELAS IV SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN
PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN
PELAJARAN 2013/2014
Oleh
TUGIYEM
Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil
belajar matematika dalam konsep pecahan pada siswa kelas IV SDN 1 Tanjung
Kemala tahun pelajaran 2014/2014. Siswa yang tidak mencapai ketuntasan yaitu
sebanyak 21 (70%) dari 30 siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
matematika pada siswa kelas IV SDN 1 Tanjung Kemala menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Penelitian menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan dalam 3 siklus, yang tiap siklusnya terdiri atas perencaan, tindakan,
observasi dan refleksi. Data aktivitas belajar siswa diperoleh dari lembar observasi
aktivitas siswa, kemudian data hasil belajar didapatkan dari tes yang dilakukan
pada tiap siklus. Indikator keberhasilan penelitian adalah apabila aktivitas siswa
telah mencapai rata-rata 70% dan ketuntasan hasil belajar siswa telah mencapai

70% yang telah mencapai KKM.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan
model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada
pokok bahasan pecahan. Pada siklus I hasil belajar siswa mencapai nilai rata-rata
54.4 dan pada siklus II mencapai 69.3 kemudian pada siklus III mencapai nilai
rata-rata sebesar 72. Selain nilai rata-rata siswa yang meningkat, ketuntasan
belajar siswa juga meningkat, pada siklus I terdapat sebanyak 13 siswa yang
mengalami ketuntasan, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 23 siswa,
selanjutnya pada siklus III seluruh siswa sebanyak 30 siswa telah tuntas.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar matematika siswa kelas IV SDN 1 Tanjung Kemala tahun pelajaran
2014/2014
Kata kunci: Kooperatif STAD, aktivitas belajar, hasil belajar.

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA SISWA
KELAS IV SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN
PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN
PELAJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Oleh
TUGIYEM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis lahir pada 16 Januari 1964 di Desa Gumukmas Kecamatan Pagelaran
Kabupaten Pringsewu. Penulis merupakan anak ke 6 dari 7 bersaudara pasangan
bapak Ahmad Musa dan Ibu Jayem.

Riwayat Pendidikan yang pernah penulis tempuh antara lain, pendidikan
dasar ditempuh di Madarasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gumukmas lulus tahun
1976. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1
Patoman lulus tahun 1979. Lalu melanjutkan ke Sekolah Pendidikan Guru Negeri

(SPGN) Pringsewu lulus tahun 1983. Kemudian pada tahun 2011 melanjutkan
pendidikan S1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
Setelah lulus SPGN, riwayat pekerjaan yang pernah penulis tempuh antara
lain, tahun 1984-1999 bertugas di SDN 2 Tanjung Heran Kecamatan Pugung
Kabupaten Tanggamus. Kemudian pada tahun 1999 dimutasi tugas SDN 1
Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus hingga sekarang.
Dengan demikian, sejak lulus SPGN akumulasi pengalaman mengajar yang
pernah penulis lalui selama 30 tahun.
Pada tahun 1985 menikah dengan Gitu Purboyo dan dikaruniai 3 orang putra.

HALAMAN PERSEMBAHAN
Bismillaahirohmaanirrohiim
Inilah hasil perjalananku mencari ilmu sebagai kewajiban seorang muslim, dengan
tulus ikhlas kupersembahkan skripsi ini untuk:
 Mitra sejati sampai akhir hayat, suamiku Gitu Purboyo yang telah
memotivasi dengan penuh kesabaran.
 Ananda yang kubanggakan Wulan Marantika Putri.
 Jagoanku yang kucintai Maulvi Nazir Ahmad.
 Sibungsu yang kusayangi Fais Marley.

 Cucuku yang tercinta Wifka Marissa Azizah.
 Kepala SDN 1 tanjung kemala yang telah memberikan izin penelitian
 Rekan-rekanku.
 Almamaterku tercinta.
Terimasih atas do’a dan dukungan moral, spriritual, materiil maupun immaterial
sehingga saya bias menyelesaikan skripsi ini.

Alhamdulillaahhirobbilaalamiin

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai laporan hasil pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di SDN 1 Tanjung Kemala
Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggumus dalam rangka meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar matematika pada pokok bahasan konsep pecahan, melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil prapenelitian yang mendapatkan
keterangan bahwa pada pembelajaran tersebut terapat banyak siswa yang tidak
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang diharapkan yaitu 60.

Rendahnya hasil belajar tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah penggunaan model pembelajaran yang belum tepat. Dengan
demikian, penulis berupaya melaksanakan penelitian untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa.

Untuk menyelesaikan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak, terutama
dosen pembimbing. Oleh karena itu, pada kata pengantar ini penulis sampaikan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M. Si. sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Drs.

Baharuddin Risyak, M. Pd. sebagai ketua Jurusan Ilmu

pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Darsono, M. Pd. sebagai ketua Program Studi S1 Dalam Jabatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Ibu Dra. Fitria Akhyar, M. Pd. selaku pembimbing I yang telah memberikan
saran dan arahan.

5. Ibu Dra. Cut Rohani, M. Pd. selaku Dosen Pembahas.
6. Bapak dan Ibu dosen pengampu Program S1 dalam Jabatan yang telah
memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menuntut ilmu pada Fakultas
Kegurua Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
7. Ibu Rohidawati, S. Pd. Selaku Kepala SDN 1 Tanjung Kemala yang telah
memberikan izin dan fasilitas selama penelitian dilaksanakan.
8. Drs. Akhyaruddin selaku teman sejawat yang telah membantu pelaksanaan
penelitian.
9. Berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Semoga amal baik Bapak, Ibu, dan Saudara mendapat balasan yang sesuai dari
Allah SWT. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan baik dari materi maupun penulisannya. Untuk itu, kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan penulisan di
masa akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca umumnya.

Pagelaran, Agustus 2014
Penulis,

Tugiyem


MOTO

 
            

Artinya:
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Q.S. Asy-Syarh:
6-8).

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
DAFTAR TABEL...................................................................................

iii
v

vi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................
A. Latar Belakang Masalah..............................................................
B. Identifikasi Masalah ....................................................................
C. Rumusan Masalah .......................................................................
D. Tujuan Penelitian ........................................................................
E. Manfaat Penelitian ......................................................................
F. Ruang Lingkup Penelitian...........................................................

1
1
5
6
6
7
7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ...................................
A. Kajian Pustaka .............................................................................

1. Aktivitas Belajar ...................................................................
a. Pengertian Aktivitas Belajar...........................................
b. Prinsip Aktivitas Belajar ................................................
c. Jenis-jenis Aktivitas Belajar...........................................
d. Cara Meningkatkan Aktivitas Belajar ............................
2. Konsep Pecahan ....................................................................
a. Jenis Pecahan..................................................................
b. Operasi Hitung ...............................................................
3. Model Pembelajaran Kooperatif ...........................................
a. Konsep Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif..............
b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ..........................
c. Prinsip Pembelajaran Kooperatif ...................................
d. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif............
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD .......................
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD .............................................................................
b. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD...
c. Komponen Utama Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD .....................................................................
d. Tahap Persiapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD .............................................................................
e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD...................................................
B. Kerangka Pikir.............................................................................
C. Hipotesis ......................................................................................

8
8
8
8
9
11
14
15
16
16
17
17
20
21

22
23
23
25
25
28
30
32
33

BAB III METODE PENELITIAN..........................................................
A. Pengertian Metode Penelitian .....................................................
B. Setting Penelitian ........................................................................
C. Prosedur Penelitian......................................................................
D. Instrumen Penelitian....................................................................
E. Sumber Data................................................................................
F. Teknik Pengumpulan Data..........................................................
G. Teknik Analisis Data...................................................................
H. Indikator Keberhasilan PTK .......................................................

34
34
35
36
40
41
42
45
56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................
A. Gambaran Setting Penelitian.......................................................
B. Hasil Penelitian Persiklus............................................................
1. Hasil Tes Awal......................................................................
2. Hasil Penelitian Siklus I ........................................................
a. Hasil Tes Siswa ...............................................................
b. Hasil Observasi ...............................................................
1) Aktivitas Siswa .........................................................
2) Aktivitas Guru...........................................................
c. Refleksi ...........................................................................
3. Hasil Penelitian Siklus II.......................................................
a. Hasil Tes Siswa ...............................................................
b. Hasil Observasi ...............................................................
1) Aktivitas Siswa .........................................................
2) Aktivitas Guru...........................................................
c. Refleksi ...........................................................................
4. Hasil Penelitian Siklus III .....................................................
a. Hasil Tes Siswa ...............................................................
b. Hasil Observasi ...............................................................
1) Aktivitas Siswa .........................................................
2) Aktivitas Guru...........................................................
c. Refleksi ...........................................................................
C. Pembahasan.................................................................................
1. Ketuntasan dan Hasil Belajar ................................................
2. Aktivitas Siswa .....................................................................
3. Aktivitas Guru.......................................................................

58
58
59
59
59
60
60
60
61
62
63
63
64
64
65
66
66
67
67
67
68
69
70
70
71
72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................
A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran............................................................................................

74
74
75

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Tabel
1. Hasil ulangan harian siswa kelas IV SDN 1 Tanjung kemala
pada konsep pecahan...................................................................
2. Kriteria Rekognisi Tim ...............................................................
3. Penilaian Kemampuan Menggunakan Pecahan ..........................
4. Deskriptor Pengamatan ...............................................................
5. Rincian Skor dan Bobot Nilai .....................................................
6. Hasil ulangan harian siswa kelas IV SDN 1 Tanjung kemala
pada konsep pecahan...................................................................
7. Rekapitulasi nilai tes siswa pada siklus I ....................................
8. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I ..............................
9. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I ................................
10. Rekapitulasi nilai tes siswa pada siklus II...................................
11. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II .............................
12. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II...............................
13. Rekapitulasi nilai tes siswa pada siklus III .................................
14. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus III............................
15. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus III .............................
16. Rekapitulasi ketuntasan dan hasil belajar siswa .........................
17. Rekapitulasi pengamatan aktivitas siswa ....................................
18. Rekapitulasi pengamatan aktivitas guru......................................

Halaman

4
29
41
43
49
59
60
61
61
63
64
65
67
68
68
70
71
72

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

1. Skema Kerangka Pikir.................................................................

32

2. Siklus Pelaksanaan PTK .............................................................

37

3. Grafik Persentase Ketuntasan Belajar .........................................

71

4. Grafik peningkatan aktivitas siswa .............................................

72

5. Grafik Aktivitas Guru .................................................................

73

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi
perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat, belajar
merupakan

akibat

adanya

interaksi

antara

(http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar). Seseorang

stimulus
dianggap

dan

respon

telah

belajar

sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.

Pada hakikatnya pembelajaran merupakan suatu proses interaksi baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dengan melalui tatap muka
dan secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan berbagai media.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan proses sebab akibat. Guru yang
mengajar, merupakan penyebab utama bagi terjadinya proses belajar siswa
meskipun tidak setiap perbuatan belajar siswa merupakan akibat guru
mengajar. Oleh sebab itu, guru sebagai figure utama, harus mampu
menetapkan strategi pendekatan pembelajran yang tepat sehingga dapat
mendorong terjadinya perbuatan belajar siswa yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.

Matematika adalah ilmu pengetahuan yang bersifat deduktif aksiomatik,yang
berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi sombol-simbol yang tersusun
secara hirarkis. Menurut Manangkasi dalam Sanuartini, (2000: 7) menjelaskan
bahwa:

2

“Belajar matematika adalah suatu kegiatan mental untuk memahami arti
dan maksud dari lambang-lambang dan cara memanipulasi lambanglambang tersebut yang kompleks menjadi sederhana berdasarkan asumsi
dasar, aksioma, dalil-dalil dan teorema yang sudah dibuktikan
sebelumnya.”
Sejalan dengan pernyataan diatas, (Sanuartini, 2000: 7) mengemukakan
bahwa, “Hakekat belajar matematika adalah suatu aktivitas untuk memahami
arti hubungan-hubungan, simbol-simbol, kemudian menerapkan konsepkonsep yang dihasilkan. Belajar matematika adalah belajar tentang konsepkonsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari
serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur
matematika itu.”

Perkembangan zaman menuntut kualitas sumber daya manusia ke arah yang
lebih maju sesuai dan seiring dengan kemajuan teknologi. Untuk menguasai
teknologi salah satunya mata pelajaran yang harus dikusai adalah matematika.
Matematika merupakan salah satu pokok pelajaran dasar yang harus banyak
dikuasi oleh setiap siswa sejak dini.

Matematika menjadi sangat penting seiring berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi karena matematika memiliki nilai esensial yang dapat
diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan. Pembelajaran matematika yang
berkualitas tidak lepas dari peran guru dan peserta didik. Guru dituntut mampu
menciptakan

situasi

pembelajaran

yang

aktif,

kreatif,

efektif

dan

menyenangkan dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran studi
matematika.

3

Keberhasilan pembelajaran matematika dapat diukur dengan keberhasilan
siswa mengikuti aktivitas pembelajaran tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat
dari keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan-kegiatan di kelas dan prestasi
belajar matematika. Semakin banyak aktivitas dan bagus prestasi belajar
matematika, semakin tinggi pula tingkat keberhasilan dalam proses
pembelajaran matematika. Keberhasilan pembelajaran matematika dapat
dicapai apabila suatu konsep dalam matematika mudah dipahami dan diingat
oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkahlangkah yang tepat, jelas dan menarik sehingga dapat merangsang
perkembangan otak siswa.

Pada umumnya, sebagian besar siswa menganggap matematika adalah
pelajaran yang sulit, menakutkan dan momok untuk mereka. Hal ini dapat
dilihat dari prestasi belajar siswa yang kurang memuaskan dibandingkan
dengan pelajaran yang lainnya. Rendahnya prestasi belajar matematika dapat
disebabkan karena aktivitas dalam pembelajaran matematika masih rendah.

Aktivitas di dalam kelas tidak hanya dari siswa tetapi juga memerlukan
aktivitas guru. Guru juga diharapkan mampu melakukan model pembelajaran
untuk membangkitkan aktivitas belajar siswa serta mampu membuat siswa
lebih memahami materi yang disampaikan. Kurang aktifnya guru dalam
mendekati siswa serta membimbing siswa pada saat pelajaran berlangsung
juga berpengaruh terhadap aktivitas siswa.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, pada prapenelitian yang penulis lakukan
di SDN 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus, juga

4

didapatkan masalah yang relatif sama yaitu rendahnya aktivitas dan hasil
belajar matematika pada siswa kelas IV terutama pada konsep pecahan.
Rendahnya hasil belajar siswa tersebut dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil ulangan harian siswa kelas IV SDN 1 Tanjung Kemala pada konsep
pecahan dan pengolahan data
Jumlah
Siswa
1
0-60
9
2
61-100
21
Jumlah
30
Sumber: Hasil Uji Kompetensi Siswa
No

Nilai

Persentase (%)

Keterangan

30%
70%
100%

Belum Tuntas
Tuntas

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai mata pelajaran matematika
setiap mengadakan ulangan harian terutama pada konsep pecahan masih
rendah. Pada konsep pecahan pencapaiannya tidak lebih dari 30% siswa yang
mendapatkan nilai di atas 60, hal ini menunjukkan hasil belajar matematika
siswa yang masih rendah dan masih mengalami masalah, karena nilai tersebut
masih di bawah standar rata-rata yaitu di bawah 60.

Rendahnya hasil belajar siswa tersebut dapat terjadi akibat lemahnya aktivitas
belajar siswa dan penggunaan model pembelajaran yang belum tepat. Pada
kenyataannya, sampai saat ini guru masih menggunakan model pembelajaran
yang monoton. Penggunaan model pembelajaran yang monoton membuat
siswa jenuh dan akan berdampak pada aktivitas siswa dan prestasi belajar.
Oleh karena itu, seorang guru harus dapat menerapkan berbagai model
pembelajaran yang bervariasi yang dapat mempengaruhi cara belajar siswa

5

yang pasif menjadi aktif dan membuat siswa tertarik bahkan tertantang untuk
mempelajari materi.

Dengan

pernyataan

di

atas,

penulis

berupaya

untuk

memecahkan

permasalahan tersebut dengan melakukan penelitian yang mengacu pada
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar matematika pada siswa kelas IV SDN 1 Tanjung Kemala dengan
menggunakan model pembelajaran kooparatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD).

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu metode atau
model dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru
yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas ataupun
yang telah terbiasa. STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran
kooperatif yang efektif ” (Trianto, 2010: 68). Menurut Slavin (dalam Trianto
2010:68) pembelajaran kooperatif tipe STAD sendiri terdiri atas lima
komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor
pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari
siklus kegiatan pengajaran yang teratur. Dari konsep pembelajaran
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe stad inilah diharapkan guru dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SDN
1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus.

6

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka teridentifikasi masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 1 Tanjung Kemala Kecamatan
Pugung Kabupaten Tanggamus masih rendah.
2. Hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Tanjung Kemala pada konsep pecahan
masih rendah karena hanya terdapat 30% siswa yang mendapatkan nilai di
atas 60 dan sebanyak 70% mendapatkan nilai di bawah 60.
3. Model pembelajaran yang digunakan merupakan model pembelajaran
yang monoton yaitu menggunakan model pembelajaran ceramah, sehingga
belum mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini dapat
disusun sebagai berikut:
1. Apakah hasil aktivitas belajar matematika pada siswa kelas IV SDN 1
Tanjung Kemala dapat ditingkatkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD?
2. Apakah hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SDN 1 Tanjung
Kemala setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD?

7

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan aktivitas belajar matematika tentang pecahan dan
pemecahan masalah siswa kelas IV SDN 1 Tanjung Kemala dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
2. Meningkatkan hasil belajar matematika tentang pecahan pada siswa kelas
IV SDN 1 Tanjung Kemala dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD?

E. Manfaat Penelitian
Proses dan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Guru matematika, proses dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
sumbangan pemikiran dalam pengembangan pembelajaran dan uji
kompetensi.
2. Bagi siswa, dengan penggunaan pendekatan pembelajaran kooparatif tipe
STAD diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap aktivitas
dan hasil belajar siswa.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan usulan
dan informasi dalam menentukan atau memilih model pembelajaran, untuk
meningkatkan kompetensi belajar siswa.

8

F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini penulis batasi sebagai berikut:
1. Subjek Penelitian
Siswa Kelas IV SD dan guru sebagai observer.
2. Objek Penelitian
Pembelajaran matematika pada konsep pecahan.
3. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung
Kabupaten Tanggamus.
4. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

9

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1.

Aktivitas Belajar
a.

Pengertian Aktivitas Belajar
Aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran
merupakan salah satu faktor penting yang sangat mempengaruhi hasil
belajar siswa. Menurut Djamarah (2008: 38) aktivitas artinya kegiatan
atau keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan
yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas.
Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu
indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Menurut Sagala (2011: 124) mempelajari psikologi berarti mempelajari
tingkah laku manusia, baik yang teramati maupun yang tidak teramati.
Segenap tingkah laku manusia mempunyai latar belakang psikologis,
karena itu secara umum aktivitas-aktivitas manusia itu dapat dicari
hukum psikologis yang mendasarinya. Menurut Sardiman (2011: 22)
belajar adalah merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia
dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep
ataupun teori. Dapat di jelaskan bahwa belajar adalah serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

10

Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan aktivitas belajar
adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh siswa baik fisik maupun
mental/non fisik dalam proses pembelajaran atau suatu bentuk interaksi
(guru dan siswa) untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
menyangkut kognitif, afektik dan psikomotor dalam rangka untuk
mencapai tujuan belajar.

Aktivitas yang diutamakan dalam pembelajaran adalah aktivitas yang
dilakukan oleh siswa. Guru yang baik adalah guru yang sedikit bicara
banyak diamnya. Maksud dari pernyataan tersebut adalah guru hanya
sebagai fasilitator saja sedangkan siswa yang harus aktif melakukan
berbagai aktivitas dalam proses pembelajaran dengan melakukan diskusi,
kerja kelompok, debat, bertanya dan lempar gagasan. Kegiatan atau
aktivitas siswa yang dilakukan dalam proses pembelajaran yang demikian
akan mewujudkan pembelajaran aktif.

b. Prinsip Aktivitas Belajar
Prinsip aktivitas dalam belajar dapat dilihat dari perkembangan konsep
jiwa menurut ilmu jiwa. Berdasarkan unsur kejiwaan subjek belajar akan
diketahui prinsip belajar yang terjadi. Untuk melihat prinsip aktivitas
belajar dari sudut pandangan ilmu jiwa ini secara garis besar dibagi
menjadi dua pandangan yaitu:
1) Menurut pandangan ilmu jiwa lama, John Locke dengan konsepnya
Tabularasa, mengibaratkan jiwa seseorang bagaikan kertas putih yang
tidak bertulis. Kertas putih ini kemudian akan mendapatkan coretan

11

atau tulisan dari luar. Terserah kepada unsur dari luar yang akan
menulis, mau ditulis merah atau hijau, kertas ini akan bersifat reseptif.
Konsep semacam ini kemudian ditrasfer ke dalam dunia pendidikan.
(Sardiman, 2011 : 98).

Berdasarkan konsep tersebut siswa ibarat botol kosong yang diisi air
oleh sang guru. Gurulah yang menentukan bahan dan metode,
sedangkan siswa menerima begitu saja. Aktivitas anak terutama
terbatas pada mendengarkan, mencatat, menjawab pertanyaan bila
guru memberikan pertanyaan. Mereka para siswa hanya bekerja
karena atas perintah guru, menurut cara yang ditentukan guru, begitu
juga berfikir menurut yang digariskan oleh guru. Dalam proses
belajar-mengajar semacam ini tidak mendorong siswa untuk berfikir
dan beraktivitas. Tetapi yang banyak beraktivitas adalah guru yang
dapat menentukan segala sesuatu yang dikehendaki. Hal ini sudah
tidak sesuai dengan hakikat pribadi anak didik sebagai subjek belajar.

2) Menurut pandangan ilmu jiwa modern
Menurut pandangan ilmu jiwa modern meterjemahkan jiwa manusia
sebagai suatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Oleh
karena itu, secara alami anak didik akan menjadi aktif, karena adanya
motivasi dan didorong oleh bermacam-macam kebutuhan. Anak didik
dipandang sebagai organisme yang mempunyai potensi untuk
berkembang. Oleh sebab itu, tugas pendidik adalah membimbing dan
menyediakan kondisi agar anak didik dapat mengembangkan bakat

12

dan potensinya. Dalam hal ini, anaklah yang beraktivitas, berbuat dan
harus aktif sendiri. (Sardiman, 2011: 99). Pada hakekatnya
berdasarkan pandangan ilmu jiwa modern dapat diketahui bahwa
siswa sudah memiliki potensi untuk melakukan sesuatu. Sehingga
dalam prosess pembelajaran guru harus memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran
dengan cara memfasilitasi dan menciptakan kondisi belajar yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
aktivitas sebanyak mungkin guna membantu siswa mengembangkan
potensi yang dimilikinya.

c.

Jenis Aktivitas Belajar
Menurut Sardiman (2011: 101) bahwa jenis aktivitas yang dapat
dilakukan oleh siswa di sekolah antara lain sebgai berikut:
1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang
lain.
2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,
musik, pidato.
3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan; uraian,
percakapan, diskusi, angket, menyalin.
4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,
angket, menyalin.
5) Drawing activities, misalnya megambar, membuat grafik, peta,
diagram.
6) Motor activities, yang termasuk didalam antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain,
berkebun, berternak.
7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil
keputusan.
8) Emotional ectivities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

13

Dengan klasifikasi aktivitas seperti diuraikan di atas, menunjukan bahwa
aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai
macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolahsekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi
pusat aktivitas berlajar yang maksimal dan bahkan akan memperlancar
peranannya sebagai pusat dan trasformasi kebudayaan.

Kreativitas guru mutlak diperlukan agar dapat merencanakan kegiatan
siswa yang sangat bervariasi itu. Dari jenis-jenis aktivitas belajar yang
dikemukakan di atas maka dijadikan sebagai pedoman membuat lembar
observasi aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran.

Sagala (2011: 124) menyatakan bahwa ada beberapa aktivitas kejiwaan
yang berhubungan erat dengan psikologi pendidikan yaitu:
1) Pengamatan Indera, setiap manusia yang sehat mentalnya dapat
mengenal lingkungan fisik yang nyata, baik di dalam dirinya sendiri
maupun di luar dirinya dengan menggunakan organ-organ indranya.
Para ahli psikologi membedakan lima macam modalitas pengamatan
yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan.
Pengamatan

merupakan

fungsi

sensoris

yang

memungkinkan

seseorang menangkap stimuli dari dunia nyata sebagai bahan yang
teramati.
2) Tanggapan, tanggapan diperoleh dari pengindraan dan pengamatan.
Johann Frederich Herbart mengemukakan bahwa tanggapan ialah
merupakan unsur dasar dari jiwa manusia.

14

3) Fantasi, fantasi dapat didefinisikan sebagai aktivitas imajinasi untuk
membentuk

tanggapan-tanggapan

baru

dengan

pertolongan

tanggapan-tanggapan lama yang telah ada, dan tanggapan yang baru
itu tidak harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada.
Fantasi itu dilikiskan sebagai fungsi yang memungkinkan manusia
untuk berorientasi dalam alam imajinir, dimana aktivitas imajinasi itu
melampaui dunia nyata.
4) Ingatan, mengingat berarti menyerap atau melekatkan pengetahuan
dengan jalan pengecaman secara aktif. Fungsi ingatan meliputi tiga
aktivitas yaitu: (1) mencamkan, yaitu menangkap atau menerima
kesan-kesan; (2) menyimpan kesan-kesan; dan (3) mereproduksi
kesan-kesan. Atas inilah ingatan didefinisikan sebagai kecapan untuk
menerima, menyimpan, dan memproduksikan kesan-kesan.
5) Pikiran dan Berpikir, Pikiran dapat diartikan sebagai kondisi letak
hubungan antar bagian pengetahuan yang telah ada dalam diri yang
dikontrol

oleh

akal.

Akal

adalah

sebagai

kekuatan

yang

mengendalikan pikiran. Sedangkan berpikir berarti meletakkan antar
bagian pengetahuan yang diperoleh manusia. Berpikir sebagai proses
menentukan hubungan-hubungan secara bermakna antara aspek-aspek
dari suatu bagian pengetahuan. Sedangkan bentuk aktivitas berpikir
merupakan merupakan tingkah laku simbolis, karena seluruh aktivitas
ini berhubungan dengan atau mengenai penggantian hal-hal yang
konkret.

15

6) Perhatian, perhatian dapat diartikan dua macam yaitu: (1) perhatian
adalah pemusatan tenaga/ kekuatan jiwa tertuju kepada sesuatu objek
dan (2) perhatian adalah pendayagunaan kesadaran untuk menyertai
sesuatu aktivitas yang dilakukan.
7) Perasaan, perasaan adalah pengalaman yang bersifat efektif, yang
dihayati

sebagai

suka

(pleasentness)

atau

ketidaksukaan

(unpleasentness) yang timbul karena adanya perangsang-perangsang
tertentu.
8) Kemauan, kemauan bukanlah aktivitas maupun usaha kejiwaan,
melainkan kekuatan atau kehendak untuk memilih dan merealisasi
suatu tujuan yang merupakan pilihan diantara berbagai tujuan yang
bertentangan. Kekuatan kemauan bereaksi apabila dipancing oleh
adanya usaha memenuhi kebutuhan.

d. Cara Meningkatkan Aktivitas Belajar
Menurut Uzer (2002: 26) bahwa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterlibatan atau keaktifan siswa dalam belajar adalah sebagai berikut:
1) Cara memperbaiki keterlibatan kelas:
a) Mengabdikan waktu yanag lebih banyak untuk kegiatan-kegiatan
belajar mengajar.
b) Meningkatkan partisipasi siswa secara aktif dalam kegiatan
belajar mengajar dengan menuntut respon yang aktif darisiswa.
c) Masa transisi antara berbagai kegiatan dalam mengajar hendaknya
dilakukan secara cepat dan luwes.

16

d) Memberikan pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan
mengajar yang akan dicapai.
e) Mengusahakan agar pengajaran lebih menarik minat siswa.

2) Cara meningkatkan keterlibatan siswa
a) Mengenali danmembantu siswa yang kurang terlibat.
b) Menyiapkan siswa secara tepat.
c) Menyesuaikan

pengajaran

dengan

kebutuhan-kebutuhan

individual siswa.
Setiap guru mengetahui bahwa keterlibatan siswa secara aktif dalam
kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan agar belajar menjadi efektif
dan dapat mencapai hasil yang diinginkan. Keberhasilan siswa dalam
melakukan aktivitas belajarnya dapat diketahui melalui lamanya waktu
yang dibutuhkan dalam aktivitasnya mempelajari bahan belajar yang
diberikan. Selain itu, aktivitas belajar siswa dpat diketahui dari perlakuan
siswa terhadap bahan ajar.

2.

Konsep Pecahan
Salah satu konsep yang sangat mendasar dalam Matematika adalah Pecahan.
Oleh karena itu, merupakan konsep yang sangat penting pada jenjang
pendidikan sekolah dasar. Tiro mendefisisikan “kosep pecahan adalah konsep
matematika dari pecahan dan dapat dipandang sebagai relasi atau rasio antara
dua kuantitas atau bilangan.

Dalam cara pendekatanya, pecahan terdiri dari tiga model. Model pertama
disebut model bagian kelompok yang mengasosiasikan pecahan dengan

17

bagian dari suatu kelompok, model kedua disebut model bagian luasan dan
model ketiga disebut model garis bilangan yang mengasosiasikan pecahan
dengan titik pada suatu garis bilangan” Pecahan menurut Negoro ialah
bilangan yang menggambarkan bagian dari suatu keseluruhan, bagian dari
suatu daerah, bagian dari suatu benda atau bagian suatu himpunan. Pecahan
pada matematika sekolah dasar dapat didasarkan atas pembagian suatu benda
himpunan atau beberapa bagian yang sama.

a. Jenis-Jenis Pecahan
Jenis pacahan terdiri atas, pecahan biasa yaitu dengan nama biasa.
pecahan campuran yaitu campuran nama bilangan cacah dengan nama
pecahan biasa dan pecahan desimal, nama lain untuk suatu pecahan adalah
nama desimalnya dan pecahan persen.

b. Operasi Hitung Pecahan
Operasi hitung pecahan adalah operasi yang melibatkan pecahan. Dalam
operasi ini berlaku juga apa yang disebut dengan operasi dasar. Fokus
operasi hitung pecahan pada penelitian ini adalah menjumlahkan pecahan.
Menjumlahkan pecahan dengan penyebut yang sama dilakukan dengan
menjumlahkan pembilangnya saja. Untuk menjumlahkan pecahan yang
berlainan penyebutnya, harus mengganti nama pecahan itu sehingga
penyebutnya yang baru merupakan kelipatan persekutuan terkecil dari
penyebut-penyebut semula.

18

3.

Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah konsep
pembelajaran yang membantu guru memanfaatkan kelompok-kelompok kecil
siswa yang bekerja bersama untuk mencapai sasaran belajar, dan
memungkinkan siswa memaksimalkan proses belajar satu sama lain.

a. Konsep Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah “Model pembelajaran kelompok
yang memiliki aturan-aturan tertentu” (Made Wena, 2009: 189). Prinsip
dasar dimiliki pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok
kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.

Nurul Hidayati, dalam (Rusman, 2010: 203) meyebutkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah “strategi pembelajaran yang melibatkan
partisipasi dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi”. Pendapat
lain menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah “rangkaian belajar
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah di rumuskan” (Wina sanjaya,
2009: 239). Pendapat tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh
Tom V. Savage (dalam Rusman, 2010: 203) yang mengemukakan bahwa
“cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja
sama dalam kelompok”.

Dari pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa, cooperative
learning sama dengan kerja kelompok. Akan tetapi tidak semua kerja
kelomok disebut cooperative learning sebab cooperative learning

19

dilaksanakan melaluli sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat
mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar.

Menurut

Entin

Solihatin

(2009:

7)

untuk

menggunakan

model

pembelajaran kooperatif beberapa konsep dasar yang perlu diperhatikan
dan diupayakan oleh guru adalah hal-hal berikut:
1) Perumusan Tujuan Belajar Harus Jelas
Sebelum menggunakan pendekatan kooperatif pembelajaran, seorang
pengajar hendaknya memulai dengan merumuskan tujuan pembelajaran
dengan jelas dan spesifik. Tujuan tersebut menyangkut apa yang di
inginkan oleh guru untuk dilakukan oleh siswa dalam kegiatan
belajarnya.

2) Penerimaan Menyeluruh Oleh Siswa Tentang Tujuan Belajar
Seorang pengajar hendaknya mampu mengondisikan kelas agar peserta
didik menerima tujuan pembelajaran dari sudut kepentingan diri dan
kepentingan kelas. Sehingga siswa dikondisikan untuk mengetahui dan
menerima kenyataan bahwa setiap orang dalam kelompoknya menerima
dirinya

untuk

bekerja

sama

dalam

mempelajari

seperangkat

pengatahuan dan keterampilan yang telah ditetapkan siswa untuk
dipelajari.

3) Ketergantungan yang Bersifat Positif
Untuk menimbulkan suatu ketergantungan yang bersifat positif, guru
perlu mengorganisasikan materi dan tugas-tugas pelajaran sehingga

20

mahasiswa memahami dan mungkin melakukan hal itu dalam
kelompoknya.

4) Interaksi yang Bersifat Terbuka.
Interaksi

yang

terjadi

bersifat

langsung

dan

terbuka

dalam

mendiskusikan materi dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Interaksi yang terjadi bersifat langsung dan terbuka akan menimbulkan
ketergantungan yang bersifat positif dan keterbukaan di kalangan siswa
untuk memperoleh keberhasilan dalam belajarnya. Dengan demikian
siswa akan saling member dan menerima masukan, ide, saran, dan kritik
dari temannya secara positif dan terbuka.

5) Tanggung Jawab Individu
Salah satu dasar penggunaan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran
adalah bahwa keberhasilan belajar akan lebih mungkin dicapai secara
lebih baik apabila dilakukan secara bersama-sama. Oleh karena itu
keberhasilan belajar dengan menggunakan pendekatan kooperatif ini
juga dipengaruhi oleh kemampuan inividu dalam menerima dan
member apa yang telah dipelajarinya diantara siswa lainnya. Sehingga
secara individu siswa akan mempunyai dua tanggung jawab, yaitu
mengerjakan dan memahami materi atau tugas bagi keberhasilan dirinya
dan juga bagi keberhasilan anggota kelompoknya sesuai dengan tujuan
pembelajaran.

21

6) Kelompok yang Heterogen
Keanggotaan kelompok yang bersifat heterogen dapat menimbulkan
interaksi yang berupa akumulasi dari berbagai karakteristik siswa yang
berbeda. Suasana belajar yang demikian, akan menumbuhkan nilai,
sikap dan prilaku siswa dalam melatih keterampilan dir dalam belajar
yang teruka dan demokratis.

b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan Model pembelajaran lainnya,
perbedaan tersebut dapat dilihat dari ciri pembelajaran yang lebih
menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Rusman (2011: 207)
menjelaskan beberapa karakter atau ciri pembelajaran kooperatif sebagai
berikut:
1) Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim.
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim
harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus
saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2) Didasarkan Pada Manajemen Kooperatif
Fungsi manajemen sebagai perencanaan bertujuan untuk menunjukkan
bahwa

pembelajaran

kooperatif

dilaksanakan

sesuai

dengan

perncanaan. Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan
bahwa pembelajran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang
agar proses pembelajran berjalan dengan efektif. Fung si manajemen

22

sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajran kooperatif
sebagai kontrol dapat menunjukkan bahwa dalam pembelajran
kooperatif perlu ditentukan criteria keberhasilan baik melalui bentuk
tes maupun non tes.

3) Kemauan Untuk Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan
secara kelompok, oleh karenanya, prinsip kebersamaan atau kerja sama
perlu di tekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama
yang baik, pembelajran kooperatif tidak akan mencapai hasil optimal.

4) Keterampilan Bekerja Sama
Keterampilan bekerja sama dipraktikkan melalui aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa
perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi
dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
yangtelah di tetapkan.

c. Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson (dalam Rusman, 2011: 212) ada lima
dasar dalam pembelajran kooperatif yaitu sebagai berikut:
1) Prinsip

ketergantungan,

yaitu

dalam

pembelajran

kooperatif,

keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang
dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok
ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok.

23

2) Tanggung jawab perseorangan, yaitu keberhasilan kelompok sangat
tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu,
setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
harus dikerjakan dalam kelokpoknya tersebut.
3) Interaksi tatap muka, yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada
setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan
diskusi untuk saling member dan menerima informasi dari anggota
kelompok lain.
4) Partisipasi dan komunikasi, yaitu melatih siswa untuk dapat
berpartisipasi aktif dan komunikasi dalam kegiatan pembelaran.
5) Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil
kerjasama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih
efektif.

d. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif
Prosedur atau langkah-langkah pembelajran kooperatif pada prinsipnya
terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut:
1) Penjelasan Materi
Tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi
pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama
tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
2) Belajar Kelompok
Tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi,
siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

24

3) Penilaian
Penailaian dalam pembelajaran kooperatif dilakukan melalui tes kuis,
yang dilakukan secara individu dan kelompok. Tes individu akan
memberikan penailaian kemampuan individu, sedangkan kelompok
akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya.

4) Pengakuan Tim
Pengakuan tim adalah penetapan tim yang di anggap paling menonjol
atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau
hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi
lebih baik lagi.

4.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a. Pengertian Model pembelajaran kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran tipe ”STAD ini merupakan salah satu tipe dari pembelajaran
kooperatif

dengan

menggunakan

kelompok-kelompok

kecil

yang

beranggotakan tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali
dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan
kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok” (Trianto, 2010: 68).

Slavin (dalam Trianto 2010:68) menyatakan bahwa pada STAD siswa
ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan
campuran menurut prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan
pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan
seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh

25

siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada tes ini mereka tidak
diperbolehkan saling membantu.

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu
metode pembelajaran kooperatif yang sederhana dan merupakan model
yang baik untuk permulaan bagi para guru baru menggunakan pendekatan
kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan metode pembelajaran
kooperatif yang efektif. Pembelajaran STAD terdiri dari lima komponen
utama yaitu persentasi kelas, belajar kelompok, kuis, sekor pengembangan,
dan penghargaan kelompok.

Pendekatan kooperatif tipe STAD adalah metode pembelajaran kooperatif
untuk mengkelompokan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan
tim dan tanggungjawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota.
Keanggotaan campur menurut prestasi, jenis kelamin dan suku (Suyatno,
2000: 52).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa STAD merupakan salah satu
metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana
dan baik dengan tujuan untuk memajukan nilai tim, sehingga setiap siswa
dalam sebuah tim harus dituntut untuk memahami materi agar nilai tim
tidak menurun.

26

b. Ciri-ciri Model pembelajaran kooperatif STAD
Ciri-ciri pendekatan STAD yaitu kelas terbagi dalam kelompok-kelompok
kecil. Tiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota yang heterogen, dan belajar
dengan metode pembelajaran kooperatif, dan prosedur kuis.

Dalam metode pembelajaran ini pembentukan kelompok dilakukan secara
heterogen jadi tidak ada kelompok yang sangat menonjol dan tidak ada
kelompok yang pasif dalam diskuso. Hal ini akan berbeda apabila anakanak yang pintar membentuk sendiri, maka dalam diskusi terjadi ketidak
seimbangan, yang pintar akan bertambah pintar dan yang bodoh akan
menambah tidak tahu. Siswa yang berprestasi ditempatkan disetiap
masing-masing kelompok juga mempunyai tugas yaitu memberitahu
kepada teman-teman di kelompoknya tugas yang diberikan guru sampai
teman-temannya paham dan mengerti.

c. Komponen Utama Model pembelajaran kooperatif Tipe STAD
Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik
untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan
kooperatif (Trianto, 2010:68). Penjabaran STAD terdiri dari lima
komponen utama yaitu persentasi kelas, tim, kuis, skor, kemajuan individu
dan rekognisi tim. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1) Presentasi Kelas
Materi dalam STAD pertama-tama dikenalkan dalam presentasi dalam
kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang seringkali

27

dilakukan atau didiskusi yang dipimpin oleh seorang guru. Bedanya
persentasi kelas dengan pengajaran lain biasa hanyalah bahwa
persentasi tersebut harus benar-benar fokus pada unit STAD.

Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus
benar-benar memberi perhatian penuh terhadap persentasi kelas karena
dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuiskuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka. Kemudian
pembelajaran STAD juga dilakukan dengan cara menggunakan metode
ceram

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KEBIASAAN HIDUP SEHAT MELALUI METODE CERAMAH DAN DISKUSI SISWA KELAS IV SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS

0 4 54

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV A SDN 1 KALIAWI TANJUNG KARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 10 43

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 5 METRO SELATAN KOTA METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 56

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 46

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 1 PRINGSEWU UTARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 27 82

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V DI SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 54

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V DI SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 54

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 29 81

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STAD SISWA KELAS IV SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 4 75

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 2 KUPANG TEBA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 3 38