EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN PENGUASAAN KONSEP ASAM-BASA ARRHENIUS
(2)
iii ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN PENGUASAAN
KONSEP ASAM-BASA ARRHENIUS
Oleh
Yuca Aryanti Indrakustantri
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran LC 5E dalam meningkatkan minat dan penguasaan konsep asam-basa Arrhenius. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan Non Equivalent Control Group Design. Data penelitian dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan sekunder. Data primer meliputi pretest dan posttest, serta data hasil angket sebelum dan setelah pembelajaran, sedangkan data sekunder meliputi lembar kinerja guru dan lembar aktivitas siswa. Analisis data menggunakan analisis uji n-Gain dan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata indeks gain minat untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,34 dan 0,49; dan rerata indeks gain penguasaan konsep untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,33 dan 0,55. Hal ini juga dibuktikan dari hasil perhitungan uji-t minat dan penguasaan konsep, dimana pada hasil perhitungan didapatkan nilai sebesar 5,83 dan 4,53; sedangkan harga t-tabel sebesar 1,66. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran materi asam-basa Arrhenius melalui model pembelajaran LC 5E
(3)
iv lebih efektif dalam meningkatkan minat dan penguasaan konsep asam-basa Arrhenius.
Kata kunci : pembelajaran LC 5E, minat, dan penguasaan konsep.
(4)
(5)
(6)
v DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Efektivitas Pembelajaran ... 7
B. Minat Belajar ... 9
C. Learning Cycle... 10
D. Penguasaan Konsep ... 15
E. Kaitan Model LC 5E Dengan Penguasaan Konsep... 17 F. Analisis Konsep …... G. Kerangka Pemikiran... H. Anggapan Dasar... I. Hipotesis Umum ……….
17 22 23 24
(7)
vi
III. METODE PENELITIAN ... 25
A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25
B. Jenis dan Sumber data ... 26
C. Desain dan Metode Penelitian ... 26
D. Variabel Penelitian ... 27
E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya ... 27
F. Pelaksanaan Penelitian ... 28
G. Analisis Data Penelitian ... 31
1. Hipotesis kerja ... 31
2. Hipotesis statistik ... 31
H. Teknik analisis data ... 32
1. Pengolahan data angket minat siswa... 32
2. Pengolahan data penguasaan konsep... 34
3. Perhitungan n-Gain…………... 4. Uji normalitas………... 5. Uji kesamaan dua varians (homogenitas)... 6. Uji hipotesis penelitian…..…... 34 35 36 36 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 38
B. Pembahasan ... 50
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 64
A. Simpulan ... 64
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus... 69
(8)
vii
3. Lembar Kerja Siswa …... 103
4. Kisi-kisi Pretes……... 132
5. Soal Pretes ……….………. …………... 133
6. Rubrik Pretes…... 138
7. Kisi-kisi Postes …... 143
8. Soal Postes... 144
9. Rubrik Postes ………... 150
10. Kisi-kisi angket minat ….………... 155
11. Angket minat ……….... ... 157
12. Data Interval………... 159
13. Analisis Data Minat Siswa Tiap Indikator... 168 14. Perhitungan Data Minat... 15. Perhitungan Data Penguasaan Konsep... 16. Lembar Penilaian Afektif………... 17. Lembar Observasi Kinerja Guru …...
172 176 180 184
(9)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran sains merupakan bagian dari pendidikan yang pada umumnya memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas dan mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diaki- batkan oleh dampak perkembangan sains.
Kimia adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Banyak siswa menganggap mata pe-lajaran kimia merupakan salah satu bidang ilmu IPA yang tergolong sulit untuk dipahami. Padahal sebagian besar materi kimia dapat dikaitkan dengan kondisi atau masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada topik asam-basa; banyak sekali masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dihubungkan dengan materi ini, misalnya rasa asam pada buah-buahan, pemanfaatan senyawa basa dalam mengobati sakit maag, pemanfaatan kapur untuk menetralkan tanah pertanian yang asam, dan lain sebagainya. Namun, pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghadirkan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori secara verbal tanpa memberikan pengalaman bagaimana proses ditemukannya konsep, hukum, dan teori tersebut sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa. Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan
(10)
mencatat hal-hal yang dianggap penting. Mayoritas dalam proses pembelajaran, siswa dituntut untuk menghafal sejumlah konsep yang diberikan oleh guru tanpa dilibatkan secara langsung dalam penemuan konsep tersebut.
Hal ini diperkuat dengan obervasi yang dilakukan di SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung. Setelah dilakukan observasi pendahuluan ditemukan permasalahan antara lain: 1) guru masih dominan dalam pembelajaran, 2) kurangnya media pembelajaran yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran, 3) kurang- nya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, 4) siswa tidak berani me-ngemukakan ide atau gagasannya, 5) siswa masih enggan bertanya meskipun guru sudah memberi kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami, 6) hasil belajar dengan rata-rata nilai masih kurang dari kriteria ke-tuntasan minimal (KKM). Hal ini menggambarkan bahwa minat belajar sis- wa dalam pembelajaran kimia masih sangat rendah.
Minat belajar siswa berkaitan dengan proses pembelajaran dalam kelas sehingga siswa mampu menguasai konsep dengan baik melalui beberapa macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun aktivitas psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota tubuh, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, dimana peserta didik tidak hanya duduk, mendengarkan, atau hanya melihat. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (minat) adalah peserta didik yang daya jiwanya mampu bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam pembelajaran sehingga mampu menguasai konsep dengan baik. Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau mengalami perubahan menjadi lebih baik setelah siswa melakukan aktivitas belajar (Riyanto, 2011).
(11)
3
Untuk mendapatkan hasil belajar yang meningkat secara signifikan, maka seorang guru yang kreatif harus berusaha mencari cara atau model pembelajaran lain yang dapat membantu siswa agar lebih termotivasi dalam belajar kimia. Salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran LC 5E yang diharapkan mampu meningkatkan minat dan penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran kimia, dimana siswa diajak lebih aktif mempresentasikan atau mengkomunikasikan pemahamannya dalam beberapa langkah atau siklus melalui model pembelajaran LC 5E.
Dalam jurnal ilmiah pendidikan kimia oleh Laksmi Purnajanti yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Termokimia Melalui Pembelajaran Model LC 5E Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Malang”, dalam kesimpulannya menyatakan bahwa dari keseluruhan hasil dari proses siklus satu sampai siklus tiga dapat disimpulkan model pembelajaran LC 5E dapat meningkatkan persentase partisipasi siswa da-lam proses belajar mengajar dan meningkatkan hasil belajar siswa jika disertai persiapan-persiapan, baik ditinjau dari sisi guru dan ditinjau dari sisi siswa. Dari sisi guru instrumen ajar lengkap harus tersedia dan dari sisi siswa tersedia doku-men ringkasan materi yang bermakna seperti pada konsep.
Model LC 5E adalah suatu model pembelajaran yang terdiri dari 5 fase yaitu
engage, explore, explain, elaborate dan evaluate, dimana pada setiap fasenya terdapat kegiatan yang berbeda-beda yang akhirnya dapat menghasilkan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
(12)
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Learning Cycle 5E (LC 5E) Dalam Meningkatkan Minat Dan Penguasaan Konsep Asam-Basa Arrhenius”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah model pembelajaran LC 5E efektifdalam meningkat-kan minat dan penguasaan konsep asam-basa Arrhenius ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran LC 5Edalam meningkat- kan minat dan penguasaan konsep asam-basa Arrhenius.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Siswa
Dengan diterapkannya model pembelajaran LC 5E dalam kegiatan belajar mengajar maka diharapkan dapat meningkatkan minat belajar dan penguasaan konsep, serta memberi pengalaman baru bagi siswa dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran kimia
(13)
5
2. Guru
Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan dan penerapan metode pem-belajaran dan media pempem-belajaran yang sesuai dengan materi pempem-belajaran kimia, terutama pada materi asam-basa.
3. Sekolah
Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Kompetensi dasar pada materi yang dibahas dalam penelitian ini yaitu men-deskripsikan teori-teori asam-basa dengan menentukan sifat larutan dan meng-hitung pH larutan.
2. Pembelajaran dikatakan efektif apabila secara statistik hasil belajar siswa me-nunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pema-haman setelah pembelajaran yang ditunjukkan dengan gain yang signifikan (Wicaksono, 2008).
3. Menurut Kerta (1996) indikator untuk mengetahui minat siswa dalam pem-belajaran yaitu : perasaan senang, perhatian, rasa ingin tahu, dan usaha yang dilakukan oleh siswa. Minat belajar yang diamati adalah minat awal siswa se-belum pembelajaran materi asam-basa Arrhenius dan minat akhir siswa setelah pembelajaran materi asam-basa Arrhenius lembar angket minat pembelajaran kimia siswa.
4. Model pembelajaran LC 5E adalah salah satu model pembelajaran yang berbasis konstruktivisme yang terdiri dari 5 fase sederhana yaitu (1) Fase
(14)
engage (mengajak), (2) Fase explore (menyelidiki), (3) Fase explain
(menjelaskan), (4) Fase elaborate (memperluas), dan (5) Fase evaluate
(menilai).
5. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini di-gunakan di SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung. Pembelajaran konvensional yang diterapkan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, latihan soal.
(15)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Efektivitas Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah
sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa
hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini
efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang
telah dicanangkan. Metode pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan
instruksional khusus yang dicanangkan lebih banyak tercapai.
Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan
tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan
efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa
menunjukan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan
pemahaman setelah pembelajaran.
Kriteria keefektivan menurut Wicaksono (2008) mengacu pada :
1.
Ketuntasan belajar, pembelajaran, dapat dikatakan tuntas apabila
sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam
peningkatan hasil belajar.
2.
Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa
apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran
(gain yang signifikan).
3.
Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan
(16)
belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa
belajar dalam keadaan yang menyenangkan.
Menurut Harry Firman (1987) keefektifan program pembelajaran ditandai dengan
ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah
ditetapkan.
b.
Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara aktif
sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional.
c.
Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.
Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti yang digambarkan diatas,
keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi
belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang.
Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti
program pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan terhadap keterampilan siswa,
motivasi, respon, kerjasama, partisipasi aktif, tingkat kesulitan pada penggunaan
media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh siswa dalam
meng-hadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek sarana
penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan serta
sum-ber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang kelas,
laboratorium, media pembelajaran dan buku-buku teks.
Efektifitas model pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan
dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran.
(17)
9
B.
Minat Belajar
Keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung pada peran seorang guru
yang kompeten dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Proses
pembelajaran harus mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri
yang sebenarnya sudah ada pada diri siswa itu sendiri. Untuk itu guru dapat
menggunakan salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat
me-ngembangkan keterampilan, yaitu model pembelajaran LC 5E. Minat merupa-
kan keinginan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang meliputi
perasaan senang, perhatian, rasa ingin tahu, dan usaha yang dilakukan terhadap
mata pelajaran kimia. Tanpa adanya minat siswa, maka proses pembelajaran tidak
akan berlangsung dengan baik, hal ini didukung oleh pendapat Slameto (2003:
180), yang menyatakan bahwa
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada sesuatu hal
atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Siswa yang memiliki minat
terhadap suatu pelajaran, maka siswa tersebut cenderung untuk
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pelajaran tersebut.
Gestalt dalam Slameto (2003: 10) yang menyatakan bahwa belajar akan lebih
berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan siswa. Menurut
Slameto (2003: 180) menyatakan bahwa
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya membantu siswa
melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk
dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Cara yang paling
efektif untuk membangkitkan minat pada subjek yang menurut Slameto
(2003: 180) adalah dengan menggunakan minat - minat siswa yang telah
ada.
Sardiman (2007: 95) menyatakan bahwa
Ada beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk membangkitkan minat
antara lain :
(18)
1)
Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
2)
Menghubungkan dengan persoalan pengalaman lampau
3)
Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil belajar yang baik
4)
Menggunakan berbagai macam bentuk teknik mengajar
Pendapat Sardiman di atas didukung oleh Taner dan Tamer dalam Slameto (2003:
181), menyatakan agar pengajar juga berusaha membentuk minat baru pada diri
siswa dengan cara memberikan informasi hubungan antara suatu bahan pelajaran
dan menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang.
Roojakers dalam Slameto (2003: 182), menyatakan bahwa
Minat siswa dapat ditingkatkan dengan cara menghubungkan bahan
pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui
kebanyakan siswa.
Minat siswa dapat diketahui dalam pembelajaran melalui beberapa indikator.
Kerta (1996), menyatakan bahwa
Indikator untuk mengetahui minat siswa dalam pembelajaran yaitu :
perasaan senang, perhatian, rasa ingin tahu, dan usaha yang dilakukan oleh
siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah
hasil belajar yang sesuai dengan ranah kognitif yang berisi rasa ketertarikan pada
suatu hal atau aktivitas yang meliputi perasaan senang, perhatian, rasa ingin tahu,
dan usaha yang dilakukan siswa terhadap suatu pembelajaran.
C.
Learning Cycle
Apa Siklus Belajar (
Learning Cycle
) itu?
Siklus Belajar (
Learning Cycle
) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah
(19)
11
merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian
rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai
dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. LC pada mulanya terdiri dari
fase-fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction), dan
aplikasi konsep (concept application).
Fajaroh dan Dasna, 2007 mengemukakan bahwa :
Learning Cycle
merupakan model pembelajaran yang terdiri dari fase-fase atau
tahap-tahap kegiatan yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran
dengan jalan berperan aktif.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Dahar, 1996: 164 bahwa :
Learning Cycle
merupakan salah satu model pembelajaran yang mengacu pada
teori belajar konstruktivisme. Teori belajar konstruktivisme merupakan suatu
teori yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran siswa harus mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri.
Pada mulanya
Learning Cycle
terdiri dari tiga fase yang dikembangkan oleh
Robert Karplus dalam
Science Curiculum Improvement Study/SCIS
(Wena, 2009:
173). Ketiga tahapan tersebut meliputi tahap eksplorasi, pengenalan konsep dan
penerapan konsep. Dalam perkembangannya,
Learning Cycle
semakin
berkembang dan semakin dikhususkan oleh para ahli.
Model Learning Cycle 3E
(tiga tahap) yang semula dikembangkan menjadi
5E
(lima tahap) oleh
Rodger W
Bybee.
Perkembangannya adalah menambahkan fase
engage
di awal pembelajaran dan
fase
evaluate
ditambahkan pada akhir pembelajaran. Sehingga lima fase model
LC 5E
terdiri dari
engage, explore, explain, elaborate
dan
evaluate.
Adapun
(20)
a.
Engage
(mengajak)
Fase pengenalan terhadap pelajaran yang akan dipelajari yang sifatnya
memotivasi atau mengaitkannya dengan hal-hal yang membuat siswa lebih
berminat untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru mengajar. Fase
ini dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan, memberikan gambaran
tentang materi yang akan dipelajari, membaca, diskusi, atau aktivitas lain
yang digunakan untuk membuka pengetahuan siswa. Fase ini juga digunakan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pikiran siswa mengenai konsep
yang akan dipelajari.
b.
Explore
(menyelidiki)
Fase yang membawa siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan
pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari.
Fase ini dapat dilakukan dengan mengobservasi, bertanya, dan menyelidiki
konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang telah disediakan sebelumnya.
Pada fase ini juga siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk
menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui
kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literature.
c.
Explain
(menjelaskan)
Fase yang di dalamnya berisi ajakan atau dorongan terhadap siswa untuk
menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang mereka dapatkan
ketika fase eksplorasi dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri,
selanjutnya guru menjelaskan konsep dan definisi yang lebih formal untuk
menghindari perbedaan konsep yang dipahami oleh siswa.
(21)
13
d.
Elaborate
(memperluas)
Fase yang tujuannya ingin membawa siswa untuk menggunakan
definisi-definisi, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan yang telah dimiliki
siswa dalam situasi baru melalui kegiatan seperti praktikum lanjutan dan
problem solving. Fase ini meliputi penyelidikan, pemecahan masalah, dan
pembuatan keputusan.
e.
Evaluate
(menilai)
Fase penilaian terhadap seluruh pembelajaran dan pengajaran. Pada fase ini
dapat digunakan berbagai strategi penilaian formal dan informal. Guru
diharapkan secara terus menerus dapat mengobservasi dan memperhatikan
siswa terhadap pengetahuan dan kemampuannya.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, model LC 5E
adalah suatu model
pembelajaran yang terdiri dari 5 fase yaitu
engage, explore, explain, elaborate
dan
evaluate,
dimana pada setiap fasenya terdapat kegiatan yang berbeda-beda yang
akhirnya dapat menghasilkan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kelima
tahapan tersebut dapat digambarkan dalam bentuk siklus seperti di bawah ini :
Gambar 1. Tahapan Model Pembelajaran LC 5E EVALUATION ELABORATION EXPLORATION E X P L A N A T I O N E N G A G E M E N T
(22)
Adapun sintak model LC 5E dapat dijabarkan dalam tabel berikut :
Tabel 1. Sintaks Model LC 5E
Tahapan
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Engage
(Tahap
Pembangkitan Minat)
Membangkitkan minat
dan keingintahuan
(curiosity)
siswa
Mengembangkan
minat/rasa ingin tahu
terhadap topik bahasan
Mengajukan pertanyaan
tentang proses fakual
dalam kehidupan
sehari-hari (yang berhubungan
dengan topic bahasan)
Memberikan respon
terhadap pertanyaan guru
Mengaitkan topik yang dibahas dengan pengalaman siswa. Mendorong siswa untuk mengingat
pengalaman sehari-harinya dan menunjukkan
keterkaitannya dengan topik pembelajaran yang sedang dibahas
Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan dengan topik pembelajaran yang akan dibahas
Explore (Tahap Eksplorasi) Membentuk kelompok, memberikan kesempatan untuk bekerja dalam kelompok secara mandiri.
Berkelompok dan berusaha bekerja dalam kelompok
Guru berperan sebagai fasilitator
Membuat prediksi baru
Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri
Mencoba alternatif pemecahan dengan teman sekelompok, mencatat pengamatan, serta mengembangkan ide-ide baru
Meminta bukti dan
klarifikasi penjelasan siswa, mendengar secara kritis penejelasan antarsiswa
Menunjukkan bukti dan member klarifikasi terhadap ide-ide baru
Memberi definisi dan penjelasan dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai dasar diskusi
Mencermati dan berusaha memahami penjelasan guru
Explain (Tahap Penjelasan)
Mendorong siswa untuk
menjelaskan konsep
dengan kalimat mereka
sendiri
Mencoba memberikan
penjelasan terhadap
konsep yang ditemukan
Meminta bukti dan
klarifikasi penjelasan siswa
Menggunakan pengamatan dan catatan dalam memberi penjelasan
(23)
15
Tahapan
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa atau guru
Melakukan pembuktian terhadap konsep yang diajukan
Memandu diskusi Mendiskusikan
Elaborate (Tahap elaborasi)
Mengingatkan siswa pada
penjelasan alternative
dan mempertimbangkan
data/bukti saat mereka
mengekplorasi situasi
baru
Menerapkan konsep dan
keterampilan dalam
situasi baru dan
menggunakan label dan
definisi formal
Mendorong dan memfasilitasi siswa mengaplikasi konsep / keterampilan dalam setting
yang baru / lain
Bertanya, mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, melakuakn percobaan, dan pengamatan.
Evaluate (Tahap Evaluasi)
Mengamati pengetahuan
atau pemahaman siswa
dalam hal penerapan
konsep baru
Mengevaluasi belajarnya
sendiri dengan
mengajukan pertanyaan
terbuka dan mencari
jawaban yang
menggunakan observasi,
bukti, dan pnejlasan yang
telah diperoleh
Mendorong siswa melakukan evaluasi diri
Mengambil keputusan
lanjut atas situasi belajar
yang dilakukannya.
Mendorong siswa memahami kekurangan / kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran
Melihat dan menganalisis kekurangan / kelebihannya dalam kegiatan
pembelajaran
(Wena, 2012: 173)
D.
Penguasaan Konsep
Menurut Sagala (2003) definisi konsep adalah:
Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang
dinya-takan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi
prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman,
melalui generalisasi dan berpikir abstrak.
(24)
Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil
ber-pikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak
pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu
apli-kasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik
se-hingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung
kon-sep tersebut. Jika belajar tanpa konkon-sep, proses belajar mengajar tidak akan
ber-hasil. Hanya dengan bantuan konsep, proses belajar mengajar dapat ditingkatkan
lebih maksimal.
Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu
proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau
mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, Pendapat ini
di-dukung oleh Djamarah dan Aswan (2002) yang mengatakan bahwa belajar pada
hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah
ber-akhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat
dipenga-ruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan guru
dalam kelas, dalam belajar juga dituntut adanya suatu aktivitas yang harus
dilaku-kan siswa sebagai usaha untuk meningkatdilaku-kan penguasaan materi. Penguasaan
ter-hadap suatu konsep tidak mungkin baik jika siswa tidak meakukan belajar karena
siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran. Sebagian besar materi
pelajaran yang dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep. Semakin banyak
konsep yang dimiliki seseorang, semakin banyak alternatif yang dapat dipilih
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
(25)
17
Seseorang belajar konsep jika belajar mengenal dan membedakan sifat-sifat dari
objek kemudian membuat pengelompokan terhadap objek tersebut. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Nasution dalam Yuliati (2006: 7) :
Bila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok,
golongan, kelas, atau kategori, maka ia telah belajar konsep.
Menurut Abdurahman (2003: 254)
Konsep menunjukkan pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan konsep
ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda-benda
atau ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda
tertentu.
E.
Kaitan Model LC 5E dengan Penguasaan Konsep
Penggunaan model LC 5E
dapat menciptakan kesempatan untuk memberi
pengalaman fisik, interaksi social, dan pengaturan diri. LC 5E terdiri dari 5 tahap
kegiatan, yaitu
engage, explore, explain, elaborate,
dan
evaluate
. Seperti yang
diungkapkan oleh Syuaidi, 2000 bahwa :
Model LC 5E
dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa khususnya
dalam pembelajaran sains. Penelitian mengenai LC 5E
mendukung
efektivitas dalam mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan kritis, serta
memfasilitasi penguasaan yang lebih baik tentang konsep ilmiah,
meningkatkan KPS dan menggali keterampilan penalaran lebih tinggi.
Beberapa hasil studi yang telah mengembangkan dan menerapkan model ini
dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menunjukkan bahwa model
siklus belajar lebih efektif dan tepat dalam meningkatkan penguasaan konsep
siswa.
(26)
F.
Analisis Konsep
Herron
et al.
(1977) dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada
definisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya
konsep disamakan dengan ide. Markle dan Tieman dalam Fadiawati (2011)
mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin
tidak ada satupun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu
diperlukan suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan
konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.
Herron
et al.
(1977) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu
prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan
urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara
luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan
melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label konsep, definisi konsep,
jenis konsep, atribut kritis, atribut variable, posisi konsep, contoh, dan non contoh.
(27)
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 184 siswa dan tersebar dalam empat kelas.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling dikenal juga sebagai sampling pertimbangan perorangan atau peneliti. Peneliti mengajukan beberapa kriteria siswa untuk dijadikan sampel dalam penelitian yang menggunakan model LC 5E. Kemudian guru mitra memberikan saran yang menjadi bahan pertimbangan oleh peneliti. Merujuk pada pertimbangan peneliti, dua kelas sampel yang akan diteliti harus memiliki kemampuan penguasaan konsep yang sama, maka dari keempat kelas IPA yang ada di sekolah, kelas XI IPA2 dan XI IPA4 yang memenuhi kriteria tersebut. Pertimbangan lainnya yaitu kehadiran siswa di kelas lain yang tidak 100 % setiap harinya, hal ini tentunya akan sangat menyulitkan bagi peneliti apabila kelas tersebut dijadikan sampel. Selanjutnya dua kelas sampel tersebut dikelompokkan menjadi kelas eksperimen yang akan diterapkan model pembelajaran LC 5E , dan kelas kontrol yang akan diterapkan pembelajaran konvensional karena kemampuan penguasaan konsep dari kedua kelas dianggap sama, maka peneliti menentukan kelas kelas XI IPA2 sebagai
(28)
kelas eksperimen yang mengalami pembelajaran LC 5E, sedangkan kelas XI IPA4 sebagai kelas kontrol yang mengalami pembelajaran konvensional.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar.
Sumber data dibagi menjadi dua yaitu : a. Data primer yang meliputi :
1) Data hasil pretest dan posttest kelas kontrol. 2) Data hasil pretest dan posttest kelas eksperimen.
3) Data hasil angket minat awal dan akhir dalam pembelajaran kimia pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Data sekunder yang meliputi :
Lembar kinerja guru dan lembar aktivitas siswa.
Sedangkan sumber data adalah siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol.
C. Desain dan Metode Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah non equivalent control group design
yaitu desain kuasi eksperimen dengan melihat perbedaan pretest maupun posttest
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 2. desain penelitian
Pretest Perlakuan Posttest
Kelas eksperimen O1 X1 O2
Kelas kontrol O1 X2 O2
Keterangan:
(29)
27
X2 : Pembelajaran asam-basa Arrhenius dengan pembelajaran konvensional O1: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretest
O2: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi posttest
Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen.
D. Variabel Penelitian
Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaran LC 5E dan pembelajaran konvensional, sedangkan variabel terikat adalah minat belajar dan penguasaan konsep siswa pada materi asam-basa Arrhenius siswa SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung.
E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya
Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997).
Pada penelitian ini, insrumen yang digunakan adalah :
1. Soal-soal pretes dan postes yang terdiri dari 15 soal pilihan jamak dan 5 soal essay yang dibuat berdasarkan kisi-kisi
2. Angket minat yang terdiri dari 15 soal dan dibuat berdasarkan kisi-kisi 3. Perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, dan LKS
Agar data yang diperoleh dapat dipercaya, maka instrumen yang digunakan harus valid. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment.
(30)
Adapun pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dr. Ratu Beta Rudibyani, M. Si. sebagai dosen pembimbing untuk melakukannya.
F. Pelaksanaan Penelitian
1) Tahap Prapenelitian
a. Membuat surat izin pendahuluan penelitian ke sekolah.
b. Meminta izin kepada kepala sekolah SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung dan menyampaikan surat izin penelitian yang telah dibuat.
c. Mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah, data siswa, data nilai, jadwal dan tata tertib sekolah, serta sarana prasarana di sekolah.
d. Menentukan dua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian.
e. Menyusun perangkat pembelajaran sesuai dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi asam-basa.
f. Membuat kisi-kisi, soal, dan rubrik penilaian pretest dan posttest.
g. Membuat lembar angket yang difokuskan untuk mengetahui minat belajar siswa.
(31)
29
2) Tahap Penelitian
Prosedur pelaksanaan di kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu pembelajaran LC 5E dan pembelajaran konvensional. Pada kelas XI IPA2 diterapkan model pembelajaran LC 5Edan kelas XI IPA4 diterapkan pembelajaran konvensional. Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Melakukan pretest dengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Membagikan angket minat pada kelas eksperimen dan kontrol
c. Melaksanakan pembelajaran pada materi asam-basa sesuai model pembelajaran yang ditetapkan pada masing-masing kelas.
d. Melakukan posttest dengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
e. Membagikan angket minat pada kelas eksperimen dan kontrol
Langkah-langkah penelitian tersebut dibuat dalam bentuk alur penelitian yang disajikan sebagai berikut :
(32)
Gambar 2. Alur penelitian Menggunakan
pembelajaran konvensional yang
ada di sekolah
1. Membuat kisi-kisi butir soal (pretest dan posttest) dan angket minat
2. Butir soal tes (pretest dan
posttest) dan butir soal angket minat
Membuat perangkat pembelajaran LC
5E Validasi pretest dan
posttest ; angket minat
Kelas kontrol (pembelajaran konvensional)
Kelas eksperimen (pembelajaran LC 5E)
Pretest ; angket minat
Pretest ; angket minat
Posttest ;angket minat
Posttest ; angket minat Tabulasi dan analisis data
Kesimpulan Observasi Pendahuluan
Membuat dan menyusun Perangkat Pembelajaran (RPP, silabus, LKS)
(33)
31
G. Analisis Data Penelitian
1) Hipotesis Kerja
Hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah: a. Hipotesis pertama (minat siswa)
Rata-rata n-Gain minat siswa pada materi asam-basa Arrhenius yang diterapkan pembelajaran LC 5E lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain minat siswa dengan pembelajaran konvensional.
b. Hipotesis kedua
Rata-rata n-Gain penguasaan konsep asam-basa Arrhenius yang diterapkan pembelajaran LC 5E lebih tinggi daripada yang diterapkan pembelajaran konvensional.
2) Hipotesis statistik
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
1. Hipotesis pertama (minat belajar)
H0 : Rata-rata n-Gain minat siswadengan pembelajaran LC 5Elebih rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain minat siswadengan pembelajaran konvensional pada materi pokok asam-basa Arrhenius.
(34)
H1 : Rata-rata n-Gain minat siswadengan pembelajaran LC 5Elebih tinggi daripada rata-rata n-Gain minat siswadengan pembelajaran konvensional pada materi pokok asam-basa Arrhenius.
H1 : µ1x> µ2x
2. Hipotesis kedua (penguasaan konsep)
H0 : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep dengan pembelajaran LC 5E lebih rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain penguasaan konsep dengan pembelajaran konvensional pada materi pokok asam-basa Arrhenius H0: µ1y ≤ µ2y
H1 : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep dengan pembelajaran LC 5E lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain penguasaan konsep dengan pembelajaran konvensional pada materi pokok asam-basa Arrhenius.
H1 : µ1y > µ2y Keterangan:
µ1 : Rata-rata n-Gain (x,y) yang diterapkan pembelajaran LC 5E.
µ2 : Rata-rata n-Gain (x,y) yang diterapkan pembelajaran konvensional. x : minat
y : penguasaan konsep
H. Teknik Analisis Data
1. Pengolahan data angket minat siswa
Data minat siswa diperoleh dari angket yang diberikan pada saat sebelum dan sesudah pembelajaran. Angket tersebut dibuat berdasarkan kisi-kisi dengan 4 indika-tor, yaitu perhatian, perasaan, rasa ingin tahu, dan usaha yang dilakukan. (Kerta ,1996). Butir angket yang dibuat terdiri dari 15 soal pertanyaan dengan 4 pilihan
(35)
33
jawaban. Penilaian terhadap minat siswa dalam penelitian ini menggunakan skala bertingkat dengan rentangan 1-4, dengan spesifikasi : jika siswa memberi jawaban A diberi skor 4; jika menjawab B diberi skor 3; jika menjawab C diberi skor 2; dan jika siswa menjawab D diberi skor 1.
Skor jawaban angket merupakan data ordinal. Dalam pengujian hipotesis statistik biasanya mengharuskan data berskala interval (nilai) . Jadi, data ordinal harus diubah dalam bentuk data interval dengan menggunakan method of successive interval (MSI) pada Ms.Excel. Cara mengubah data ordinal tersebut adalah : 1) Buka excel
2) Klik file stat97.xla klik enable macro
3) Masukkan data ordinal yang akan diubah ke dalam Ms.Excel. 4) Pilih Add-Ins StatisticsSuccessive Interval
5) Pilih Yes
6) Pada saat kursor di Data Range blok data yang akan diubah. 7) Kemudian pindah ke Cell Output.
8) Klik di kolom baru untuk membuat output. 9) Klik Next
10) Pilih Select all
11) Isikan minimum value 1 dan maksimum value 10 (atau sesuai dengan jarak nilai terendah sampai dengan teratas)
12) Klik Next Finish
Data yang diperoleh dalam bentuk dalam bentuk interval (nilai) diolah menjadi persentase minat secara keseluruhan dengan rumus :
(36)
Nilai minat siswa =
100
(1) Kategori minat siswa antara 76-100: minat tinggi; (2) Kategori minat siswa antara 56-76: minat sedang;
(3) Kategori minat siswa kurang dari 56: minat rendah; (Arikunto, 2004) Kemudian dilakukan perhitungan n-Gain (g) untuk mengetahui efektivitasnya.
Selanjutnya untuk perhitungan data minat per indikator bisa dihitung sebagai berikut:
Persentase minat siswa =
100 %
Rata-rata minat siswa per indikator =
2. Pengolahan data penguasaan konsep
Setelah mendapakan data dari pretes dan postes, maka dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai siswa. Nilai pretes dan postes dapat dirumuskan sebagai berikut:
Nilai siswa =
x 100
3. Perhitungan n-Gain
Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran LC 5E dalam menigkatkan minat dan penguasaan konsep siswa pada materi asam-basa Arrhenius, maka dilakukan analisis gain ternormalisasi.
Perhitungan gain ternormalisasi bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas. Menurut Meltzer besarnya peningkatan dihitung dengan rumus n-Gain ( normalized gain), yaitu :
(37)
35
a. Minat Siswa
(
)
(
NilaiMaksimum-NilaiMinat Awal)
Akhir Minat Nilai -Awal Minat Nilai Gain
-n = ... (1)
b. Penguasaan Konsep
Hasil perhitungan n-Gain kemudian diinterpretasikan dengan klasifikasi sebagai berikut:
g ≥ 0,7 (tinggi) 0,3 ≤ g < 0,7 (sedang) g < 0,3 (rendah)
4. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok ter-distribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah : Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Ha : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Kenormalan data dihitung dengan menggunakan uji chi kuadrat (χ2) dengan rumus
Keterangan :
χ2 = uji Chi- kuadrat Ei = frekuensi observasi Oi = frekuensi harapan
(
)
(
NilaiMaksimum-NilaiPretes)
Pretes Nilai -Postes Nilai Gain -n = ... (2)
(38)
Data akan berdistribusi normal jika χ2 hitung ≤χ2 tabel dengan taraf signifikan 5 % (Sudjana, 2002).
5. Uji kesamaan dua varians (homogenitas)
Uji kesamaan dua varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama (homogen) atau tidak.
Untuk uji homogenitas dua varians ini rumusan hipotesisnya adalah :
H0 :σ12 = σ22 Rata-rata n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen.
H1 : σ12≠σ22 Rata-rata n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak homogen.
( )
( )
22 2 1 s kecil Varian ter
terbesar Varians
F= s ... (3)
Keterangan:
F = kesamaan dua varians s12 = varians terbesar s22 = varians terkecil
Kriteria : Pada taraf 0,05, tolak Ho hanya jika F hitung ≥ F ½α (υ1,υ2)
6. Uji hipotesis penelitian
Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji hipo-tesis yang digunakan adalah uji parametrik (Sudjana, 1996). Hipohipo-tesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1) seperti yang telah dikemukakan sebelumnya di hipotesis statistik. Teknik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik uji-t, yakni uji perbedaan dua
(39)
37
rata – rata. Uji statistik ini sangatlah bergantung homogenitas kedua varians data, karena kedua varians kelas sampel homogen ( ) maka uji yang dilakukan
menggunakan rumus sebagai berikut:
...(4)
...(5) Keterangan:
= rata-rata n-Gain minat/penguasaan konsep yang diberi pembelajaran LC 5E
= rata-rata n-Gain minat/penguasaan konsep yang diberi pembelajaran konvensional.
= Simpangan baku gabungan.
= Jumlah siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran LC 5E = Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran LC 5E
= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam hal ini, kriteria pengujian adalah terima Ho jika t < t(1 - α) (Sudjana, 2005).
(40)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Rata-rata n-Gain minat siswa dengan model pembelajaran LC 5Elebih tinggi
daripada rata-rata n-Gain minat siswa dengan pembelajaran konvensional. 2. Penerapan model pembelajaran LC 5E pada materi asam-basa efektif dalam
meningkatkan minat siswa.
3. Rata-ratan-Gain penguasaan konsep dengan model pembelajaran LC 5Elebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain penguasaan konsep dengan pembelajaran konvensional.
4. Penerapan model pembelajaran LC 5E pada materi asam-basa efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :
1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih mem-perhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga
pembelajaran lebih maksimal.
2. Calon peneliti atau guru harus mengontrol seluruh siswa agar dapat berpartisipasi dan dan berinteraksi dalam pengerjaan LKS berbasis LC 5E.
(41)
65
3. Model pembelajaran LC 5Edapat dipakai sebagai alternatif model pembe-lajaran bagi guru dalam membelajarkan materi asam-basa dan materi lain dengan karakteristik materi yang sama.
(42)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Choiriawati, F.D. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving Pada
Materi Asam-Basa Dalam Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan dan Mengkomunikasikan. (Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan
Dahar, R. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Kurikulum 2004. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Efendi, D.A. 2012. Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Asam-Basa Dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan Dan Pencapaian Kompetensi Siswa. (Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia.
Fajaroh, F. dan I W. Dasna. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle).
http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle.
Indraswari, N.D. 2011. Efektifitas Model Learning Cycle 3E Pada Materi Kesetimbangan Kimia Untuk Meningkatkan Keterampilan
Mengkomunikasikan & Penuguasaan Konsep Siswa.( Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
(43)
67
Irani, D. 2012. Pengaruh Aktivitas Belajar Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan Terhadap Hasil Belajar.(Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan
Ismawati, L. 2012. Perbandingan Ketrampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Fisika Siwa Antara Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Melalui Metode Eksperimen Dengan Metode Diskusi (Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
Isnawati. 2012. Efektifitas Pembelajaran Problem Solving Pada Materi Pokok Asam-Basa Arrhenius Dalam Meningkatan Ketrampilan Berbahasa
Simbolik dan Pemodelan Matematik Siswa SMA(Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
Muhli, A. Efektifitas Pembelajaran Diakses 29 Nopember 2012 dari http://wordpress.com/
Novita, E. 2012. Efektifitas Pembelajaran Problem Solving Pada Materi Asam-Basa Arrhenius Untuk Meningkatkan Ketrampilan Siswa SMA Dalam Membangun Konsep dan Hukum Sebab Akibat (Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
Purnajanti, L. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Termokimia Melalui Pembelajaran Model Learning Cycle 5E Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Malang. Proseding Seminar Nasional LS IV: Universitas Negeri Malang. Malang.
Rakhmayuni. 2012. Meningkatkan Minat Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X.3 SMAN 2 Kalianda Melalui Pembelajaran Aktif Dengan Integrasi Penilaian Otentika T.P 2011/2012. Jurnal Pendidikan MIPA (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
Riyanto, C.A. 2011. Efektifitas Model Pembelajaran Kuantum Untuk
Meningkatkan Minat & Penguasaan Konsep Koloid Siswa SMAN 8 Bandar Lampung. (Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sari, D.K. 2012. Perbedaan Penguasaan Konsep Siswa Antara Model Pembelajaran Learning Cycle 5 Phase dengan Siklus Belajar Empiris-Induktif Pada Materi Reaksi Reduksi Oksidasi.(Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
(44)
Setiawan, P.A. 2011. Efektifitas Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan & Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Asam-Basa.( Skrips)i. FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, N. 2002. Metode Statistika. Bandung: PT. Tarsito.
_______, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. Bandung: PT. Tarsito.
Wena. 2009. Science Curriculum Improvement Study/ SCIS. Bandung: Karfa. Wicaksono, A. 2008. Efektifitas Pebelajaran. Agung (ed). 5 April 2008. Diakses
tanggal 20 Desember 2012
Yuliati. 2006. Meningkatkan Penguasan Konsep Dan Hasil Belajar Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Materi Pokok Dinamika Partikel (Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
Yulistiana, W. 2010. Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle (LC) “5E” Dengan Megoptimalkan Media Work Sheet Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Segi Empat(Skripsi). FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta
Zulaihah, S. 2012. Penerapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing pada Materi Pokok Asam-Basa dalam Meningkatkan Keterampilan Klasifikasi dan Inferensi. (Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
(1)
37
rata – rata. Uji statistik ini sangatlah bergantung homogenitas kedua varians data, karena kedua varians kelas sampel homogen ( ) maka uji yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut:
...(4)
...(5) Keterangan:
= rata-rata n-Gain minat/penguasaan konsep yang diberi pembelajaran LC 5E
= rata-rata n-Gain minat/penguasaan konsep yang diberi pembelajaran konvensional.
= Simpangan baku gabungan.
= Jumlah siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran LC 5E = Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran LC 5E
= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam hal ini, kriteria pengujian adalah terima Ho jika t < t(1 - α) (Sudjana, 2005).
(2)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Rata-rata n-Gain minat siswa dengan model pembelajaran LC 5E lebih tinggi
daripada rata-rata n-Gain minat siswa dengan pembelajaran konvensional. 2. Penerapan model pembelajaran LC 5E pada materi asam-basa efektif dalam
meningkatkan minat siswa.
3. Rata-rata n-Gain penguasaan konsep dengan model pembelajaran LC 5E lebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain penguasaan konsep dengan pembelajaran konvensional.
4. Penerapan model pembelajaran LC 5E pada materi asam-basa efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :
1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih mem-perhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga
pembelajaran lebih maksimal.
2. Calon peneliti atau guru harus mengontrol seluruh siswa agar dapat berpartisipasi dan dan berinteraksi dalam pengerjaan LKS berbasis LC 5E.
(3)
65
3. Model pembelajaran LC 5E dapat dipakai sebagai alternatif model pembe-lajaran bagi guru dalam membelajarkan materi asam-basa dan materi lain dengan karakteristik materi yang sama.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Choiriawati, F.D. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving Pada
Materi Asam-Basa Dalam Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan dan Mengkomunikasikan. (Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan
Dahar, R. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Kurikulum 2004. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Efendi, D.A. 2012. Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Asam-Basa Dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan Dan Pencapaian Kompetensi Siswa. (Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia.
Fajaroh, F. dan I W. Dasna. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle).
http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle.
Indraswari, N.D. 2011. Efektifitas Model Learning Cycle 3E Pada Materi Kesetimbangan Kimia Untuk Meningkatkan Keterampilan
Mengkomunikasikan & Penuguasaan Konsep Siswa.( Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
(5)
67
Irani, D. 2012. Pengaruh Aktivitas Belajar Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan Terhadap Hasil Belajar.(Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan
Ismawati, L. 2012. Perbandingan Ketrampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Fisika Siwa Antara Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Melalui Metode Eksperimen Dengan Metode Diskusi (Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
Isnawati. 2012. Efektifitas Pembelajaran Problem Solving Pada Materi Pokok Asam-Basa Arrhenius Dalam Meningkatan Ketrampilan Berbahasa
Simbolik dan Pemodelan Matematik Siswa SMA (Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
Muhli, A. Efektifitas Pembelajaran Diakses 29 Nopember 2012 dari http://wordpress.com/
Novita, E. 2012. Efektifitas Pembelajaran Problem Solving Pada Materi Asam-Basa Arrhenius Untuk Meningkatkan Ketrampilan Siswa SMA Dalam Membangun Konsep dan Hukum Sebab Akibat (Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
Purnajanti, L. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Termokimia Melalui Pembelajaran Model Learning Cycle 5E Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Malang. Proseding Seminar Nasional LS IV: Universitas Negeri Malang. Malang.
Rakhmayuni. 2012. Meningkatkan Minat Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X.3 SMAN 2 Kalianda Melalui Pembelajaran Aktif Dengan Integrasi Penilaian Otentika T.P 2011/2012. Jurnal Pendidikan MIPA (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
Riyanto, C.A. 2011. Efektifitas Model Pembelajaran Kuantum Untuk
Meningkatkan Minat & Penguasaan Konsep Koloid Siswa SMAN 8 Bandar Lampung. (Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sari, D.K. 2012. Perbedaan Penguasaan Konsep Siswa Antara Model Pembelajaran Learning Cycle 5 Phase dengan Siklus Belajar Empiris-Induktif Pada Materi Reaksi Reduksi Oksidasi.(Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
(6)
Setiawan, P.A. 2011. Efektifitas Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan & Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Asam-Basa.( Skrips)i. FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, N. 2002. Metode Statistika. Bandung: PT. Tarsito.
_______, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. Bandung: PT. Tarsito.
Wena. 2009. Science Curriculum Improvement Study/ SCIS. Bandung: Karfa. Wicaksono, A. 2008. Efektifitas Pebelajaran. Agung (ed). 5 April 2008. Diakses
tanggal 20 Desember 2012
Yuliati. 2006. Meningkatkan Penguasan Konsep Dan Hasil Belajar Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Materi Pokok Dinamika Partikel (Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
Yulistiana, W. 2010. Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle (LC) “5E” Dengan Megoptimalkan Media Work Sheet Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Segi Empat (Skripsi). FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta
Zulaihah, S. 2012. Penerapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing pada Materi Pokok Asam-Basa dalam Meningkatkan Keterampilan Klasifikasi dan Inferensi. (Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.